Você está na página 1de 30

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN HAID

OLEH KELOMPOK 2 :

1. ISAK RUFUS B (1811A0013)


2. JUNI DWI R (1811A0035)
3. DHEA FIKAWARA (1811A0004)
4. MEI WULANDARI (1811A0019)
5. UNKY NOVA SILVANDARA (1811A0028)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang

berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gangguan Haid”.

Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan

rahmad dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin...

Kediri, 9 Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................


DAFTAR ISI ....................................................................................................
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi ..........................................................................................
1.2 Klasifikasi .....................................................................................
1.3 Etiologi ..........................................................................................
1.4 Manifestasi Klinis .........................................................................
1.5 Pemeriksaan Gangguan Haid .......................................................
1.6 Penatalaksanaan ............................................................................
1.7 WOC .............................................................................................
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Kasus .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Terjadinya menstruasi atau haid merupakan perpaduan antara kesehatan
alat genitalia dan rangsangan hormonal yang kompleks yang berasal dari
mata rantai aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium (Manuaba, 1998). Oleh
karena itu, gangguan haid dan gangguan siklus haid dapat terjadi dari
kelainan kedua faktor tersebut.
Gangguan menstruasi merupakan kelainan pada keadaan menstruasi yang
dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan
lamanya perdarahan.Konsep disfungsi menstruasi secara umum adalah
terjadinya gangguan dari pola perdarahan menstruasi, seperti menorraghia
(perdarahan banyak dan lama), oligomenorrhea (menstruasi yang jarang,
polymenorrhea (menstruasi yang sering),amenorrhea (tidak haid sama sekali)
(Eny K., 2011). Gangguan perdarahan menstruasi dapat menimbulkan risiko
patologis apabila dihubungkan dengan banyaknya kehilangan darah,
mengganggu aktivitas sehari-hari, adanya indikasi inkopatibel ovarium pada
saat kosepsi atau adanya tanda-tanda kanker.

1.2 Klasifikasi
Menurut Manuaba (1998 & 2004) terdapat beberapa bentuk kelainan
haid dan siklus haid masa reproduksi aktif sebagai berikut:
1. Kelainan tentang banyak dan lama perdarahan
a. Hipermenorea/ menoragia
Jadwal siklus haid tetap, tetapi kelainan terletak pada jumlah
perdarahan lebih bayak dan disertai gumpalan darah dan lamaya
perdarahan lebih dari 8 hari (Manuaba, 1998). Menurut Manuaba
(2004), hipermenorea dapat disertai dengan gangguan psikosomatik.
Terjadinya hipermenorea berkaitan dengan kelainan pada rahim, yaitu
mioma uteri, polip endometrium dan gangguan pelepasan endometrium.
b. Hipomenorea
Siklus menstruasi (haid) tetap, tetapi lama perdarahan memendek
kurang dari 3 hari (Manuaba, 1998). Hipomenorea dapat disebabkan
kesuburan endometrium kurang karena keadaan gizi penderita yag
rendah, penyakit menahun dan gangguan hormonal.

2. Kelainan siklus haid


a. Polimenorea
Terdapat siklus menstruasi yang memendek dari biasa yaitu kurang dari
21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif tetap (Manuaba, 1998).
b. Oligomenorea
Siklus di atas 35 hari (Manuaba, 1998), namun perdarahannya biasanya
kurang. Penyebabnya adalah gangguan hormonal, ansietas dan stress,
penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat kerja dan
lingkungan, status penyakit nutrisi yang buruk, olahraga yang berat,
penurunan berat badan yang signifikan.
c. Amenorea
Merupakan gejala atau keadaan klinis dengan ciri belum mendapatkan
menstruasi atau terlambat menstruasi selama tiga bulan berturut-turut
(Manuaba, 1998). Menurut Manuaba (2004), amenorea dapat bersifat:
1) Fisiologis:
Amenore bersifat fisiologis pada perempuan usia prapubertas, hamil
pascamenopause, di luar itu amenore menunjukkan adanya disfungsi
atau abnormalitas dari sistem reproduksi (Sylvia & Lorraine, 2006).
2) Patologis
a. Primer amenorea
Amenore primer adalah tidak terjadiya menstruasi sampai usia 17
tahun, dengan atau tanpa tanda perkembangan seksual sekunder
(Sylvia & Lorraine, 2006).Amenorea primer adalah tidak
terdapatnya menstruasi pada pasien berusia 16 tahun dengan ciri-
ciri seksual sekunder yang normal atau tidak terdapatya
menstruasi pada pasien berusia 14 tahun tanpa tanda-tanda
pematagan seksual (Linda J. & Danny J., 2008).

b. Sekunder amenorea
Amenorea sekunder adalah tidak terdapatnya tiga siklus
menstruasi atau tidak adaya perdarahan menstruasi selama 6
bulan (Linda J. & Danny J., 2008). Amenore sekunder berarti
tidak terjadinya menstruasi selama 3 bulan atau lebih pada orang
yang telah mengalami siklus menstruasi (Sylvia & Lorraine,
2006).
3. Perdarahan di luar haid
a. Metroragia
Merupakan kondisi dimana perdarahan terjadi terus menerus dan
berkepanjangan yang biasanya terjadi karena penyakit–penyakit organic
misalnya fibroid dan karsinoma.
4. Keadaan lain berkaitan dengan haid
a. Ketegangan pra-haid/Premenstrual tention
Merupakan keluhan yang menyertai menstruasi dan sering
dijumpai pada masa reproduksi aktif (Manuaba, 1998). Sindrom
pramenstruasi (PMS/Premenstrual syndrome) atau premenstrual
tension (PMT) adalah gabungan dari gejala-gejala fisik dan psikologis
yang terjadi selama fase luteal siklus menstruasi dan menghilang
setelah menstruasi dimulai (Sylvia & Lorraine, 2006). Pada sekitar 10%
perempuan gejala pramestruasi cukup berat hingga memerlukan
perawatan medis (Sylvia & Lorraine, 2006).
Faktor penyebabnya adalah kejiwaan yang labil dan angguan
keseimbangan estrogen-progesteron. Adapun gejala yang muncul
berupa kelainan hubungan di lingkungan keluarga dan terlalu peka
terhadap perubahan hormonal. PMS dapat menyebabkan retensi
natrium dan air, payudara terasa bengkak dan sakit; dan berat badan
bertambahdisertai edema tungkai.
Penanganan PMS tidak memerlukan pengobatan, karena akan
hilang setelah menstruasi. Namun demikian, dapat diberikan obat
penenang dan untuk mengurangi gejala klinis dapat diberikan diuretik
ringan dan testosteron sebaga anti estrogen sebanyak 5 mgr selama 7
hari.
b. Mastodinia/ Mastalgia
Merupakan rasa berat dan bengkak pada payudara menjelang
menstruasi (Manuaba, 1998). Hal ini disebabkan oleh pengaruh
estrogen yang menyebabkan retensi natrium dan air pada payudara serta
terjadi tekanan ujung saraf yang menimbulkan rasa nyeri.
c. Perdarahan ovulasi/ Mittelschmer
Merupakan rasa nyeri yang terjadi saat ovulasi. Namun, hal ini
jarang diasakan oleh wanita (Manuaba, 1998).
d. Dismenorea
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh
kejang otot uterus (Sylvia & Lorraine, 2006). Rasa nyeri sering
digambarka sebagai nyeri kram pada abdomen bagian bawah yang
terjadi selama haid (William M., 2005). Dismenore primer apabila tidak
terdapat gangguan fisik yang menjadi peyebab dan hanya terjadi selama
siklus-siklus ovulatorik (Sylvia & Lorraine, 2006). Penyebabnya adalah
adanya jumlah prostaglandin F2α yang berlebihan pada darah
menstruasi, yang meragsang aktivitas uterus (Sylvia & Lorraine, 2006).
Gejala utama adalah nyeri, dimulai pada saat awitn menstruasi.
Nyeri dapat tajam, tumpul, siklik atau menetap; dapat berlangsung
dalam beberapa jam sampai 1 hari, namun dapat melebihi 1 hari namun
tidak sampai lebih dari 72 jam. Gejala-gejala sistemik yang menyertai
berupa mual, diare, sakit kepala dan perubahan emosional. Dismenore
sekunder timbul karena adanya masalah fisik seperti endometriosis,
polip uteri, leiomioma, stenosis serviks atau penyakit radang panggul
(PID) (Sylvia & Lorraine, 2006).
e. Various menstruasi
Merupakan perdarahan yang terjadi pada organ lainnya yang tidak
ada hubungan endometrium (Manuaba, 2004). Pada organ tersebut
dapat terjadi perdarahan sesuai dengan siklus menstruasi. Organ
tersebut yaitu hidung meimbulkan epistaksis dan lambung.

1.3 Etiologi
Penyebab gangguan haid dapat karena kelainan biologik (organik atau
disfungsional) atau dapat pula karena psikologik seperti keadaan – keadaan
stress dan gangguan emosi atau gangguan biologik dan psikologik. Siklus
menstruasi mempunyai hubungan tertentu terhadap keadaan fisik dan
psikologik wanita. Banyak penyebab gangguan haid , yaitu berdasarkan
kelainan yang dijumpai seperti:
1. Fungsi hormon terganggu
Haid terkait dengan system hormone yang diatur otak, tepatnya dikelenjar
hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk
memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis
terjadi gangguan pada menstruasi.
2. Kelainan sistemik
Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haid
karena sistem metabolism di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau
wanita yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem
merabolisme sehingga haid pun tidak teratur.
3. Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena
stress, wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan menurun drastis,
bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Jika metabolisme
terganggu, haid pun juga ikut terganggu.
4. Kelenjar gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/ tiroid juga bisa menyebabkan tidak
teraturnya haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang
terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid) yang dapat
mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
5. Hormon prolaktin berlebih
Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena
memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak
sedang menyusui hormon prolaktin juga bisa tinggi, biasanya disebabkan
kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala.

1.4 Manifestasi Klinis


Tanda-tanda gangguan datang bulan (haid) : (David Werner, dkk 2010)
Bagi wanita-wanita tertentu, tidak teraturnya datang bulan merupakan
keadaan yang wajar, namun bagi wanita lainnya, keadaan ini dapat merupakan
tanda bagi penyakit menahun, kekurangan darah (anemia), gangguan gizi
(malnutrisi), atau mungkin adanya infeksi atau tumor dalam rahim (uterus).
Apabila datang bulan (haid) tidak terjadi pada saat yang seharusnya, hal
ini mungkin menunjukkan tanda kehamilan Akan tetapi masa datang bulan
yang tidak teratur atau tidak mendapatkan bulanan sering merupakan keadaan
yang wajar bagi banyak gadis yang baru saja mendapatkan bulanannya dan
bagi wanita yang berusia di atas 40 tahun. Kecemasan dan gangguan
emosional dapat menyebabkan seorang wanita tidak mendapatkan bulanannya.
Apabila perdarahan mulai terjadi selama kehamilan, hal ini hampir selalu
menjadi tanda permulaan suatu keguguran atau abortus (kematian bayi di
dalam kandungan). Apabila masa haid berlangsung lebih dari 6 hari, dan
daerah yang dikeluarkan banyak dan tidak seperti biasanya, atau datang haid
lebih dari satu kali dalam sebulan, maka pasien harus segera meminta nasihat
dari dokter. Menurut Dr. Salma dalam majalahkesehatan.com pada 14 Oktober
2010, perempuan dapat memiliki berbagai masalah dengan menstruasi/haid
mereka. Masalah tersebut dapat berupa tidak mengalami menstruasi sama
sekali sampai menstruasi berat dan berkepanjangan.
Pola haid boleh saja tidak teratur, tetapi jika jarak antar menstruasi kurang
dari 21 hari atau lebih dari 3 bulan, atau jika haid berlangsung lebih dari 10
hari maka Anda harus mewaspadai adanya masalah ovulasi atau kondisi medis
lainnya.
1. Amenore
Amenore adalah tidak ada menstruasi. Istilah ini digunakan untuk
perempuan yang belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun (amenore
primer) dan yang berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya
pernah menstruasi (amenore sekunder). Amenore primer biasanya
disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan. Amenore
sekunder dapat disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas gonadotropin
(pengatur siklus haid), menyusui, stres, anoreksia, penurunan berat badan
yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, kista ovarium dan
masalah organ reproduksi lainnya. Pada usia remaja dan tengah baya,
amenore tidak selalu menunjukkan gangguan. Menstruasi cenderung sangat
tidak teratur pada beberapa tahun pertama menstruasi dan dapat menjadi
tidak teratur lagi saat seorang wanita mendekati menopause.
2. Sindrom Pramenstruasi (SPM)
Sindrom pramenstruasi (SPM) adalah sekelompok gejala fisik, emosi,
dan perilaku yang umumnya terjadi pada minggu terakhir fase luteal
(seminggu sebelum haid). Gejala biasanya tidak dimulai sampai 13 hari
sebelum siklus, dan selesai dalam waktu 4 hari setelah perdarahan
dimulai. SPM mempengaruhi sebanyak 75% wanita. Beberapa gejala
SPM yang sering dirasakan:
 Kram perut
 Nyeri payudara
 Depresi, mudah tersinggung, murung dan emosi labil (mood swing)
 Tidak tertarik seks (libido menurun)
 Jerawat berkala
 Perut kembung
 Sakit kepala atau sakit persendian
 Sulit tidur
 Sulit buang air besar (BAB)
Sebagian besar wanita yang menderita SPM hanya mengalami
beberapa dari gejala di atas. Ketika gejala SPM sangat parah,
kondisinya disebut gangguan pra-menstruasi disforik (pre-menstrual
dysphoric disorder). Sekitar tujuh persen wanita mengalaminya
(sumber: MayoClinic).
Penyebab SPM tidak diketahui dengan pasti. Namun, ada teori tentang
faktor-faktor yang dapat menyebabkan sindrom. Gejala tampaknya
berubah mengikuti fluktuasi hormon, yang menunjukkan bahwa siklus
perubahan hormon dapat menjadi penyebab utamanya. Perubahan
kadar serotonin, suatu neurotransmitter yang terlibat dalam
pengendalian mood, juga dapat menyebabkan SPM. Aspek-aspek
tertentu dari diet seperti rendahnya tingkat vitamin dan mineral juga
dapat bertanggung jawab atas beberapa gejala SPM. Makanan asin
dapat menyebabkan SPM dengan meningkatkan retensi air.
Tipe dan gejalanya Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E.
Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran
UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H,
C, dan D. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala
gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan. Berikut gejala-
gejala yang timbul sesuai tipe PMS masing-masing:
a. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas,
sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita
mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat
haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen
dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan
dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron
kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti
mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6
dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengonsumsi
makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
b. PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema
(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada,
pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum
haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe
PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada
jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau
gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk
mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh
hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya
gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula
pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
c. PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin
mengonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan
karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20
menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala
hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala
yang kadang-kadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena
pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin
menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi
garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak
esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.
d. PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin
menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam
mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang
muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya
PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya
sekitar 3% dari selururh tipe PMS benar-benar murni tipe D. PMS
tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon
progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam
siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon
estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine,
penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan
magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi
makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat
membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan
dengan PMS tipe A. Untuk mengatasi PMS, biasanya dokter
memberikan pengobatan diuretika untuk mengatasi retensi cairan
atau edema (pembengkakan) pada kaki dan tangan. Pemberian
hormon progesteron dosis kecil dapat dilakukan selama 8 – 10 hari
sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif estrogen.
Pemberian hormon testosteron dalam bentuk methiltestosteron
sebagai tablet isap dapat pula diberikan untuk mengurangi
kelebihan estrogen.
3. Dismenore
Dismenore adalah menstruasi menyakitkan. Nyeri menstruasi
terjadi di perut bagian bawah tetapi dapat menyebar hingga ke punggung
bawah dan paha. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram
tersebut berasal dari kontraksi dalam rahim, yang merupakan bagian
normal proses menstruasi, dan biasanya pertama dirasakan ketika mulai
perdarahan dan terus berlangsung hingga 32 – 48 jam.
Dismenore yang dialami remaja umumnya bukan karena penyakit
(dismenore primer). Pada wanita lebih tua, dismenore dapat disebabkan
oleh kondisi/penyakit tertentu (dismenore sekunder), seperti fibroid
uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.
Dismenore primer dapat diperingan gejalanya dengan obat
penghilang nyeri/anti-inflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen dan
naproxen. Berolah raga, kompres dengan botol air panas, dan mandi air
hangat juga dapat mengurangi rasa sakit. Bila nyeri menstruasi tidak
hilang dengan obat pereda nyeri, maka kemungkinan
merupakan dismenore sekunder yang disebabkan penyakit/kondisi
tertentu.
4. Menoragia
Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang
berlebihan. Dalam satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-
rata kehilangan sekitar 30 ml darah selama sekitar 7 hari haid. Bila
perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu deras (melebihi 80 ml), maka
dikategorikan menoragia.
Penyebab utama menoragia adalah ketidakseimbangan jumlah
estrogen dan progesteron dalam tubuh. Ketidakseimbangan
tersebut menyebabkan endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh
membuang endometrium melalui menstruasi, perdarahan menjadi
parah. Menoragia juga bisa disebabkan oleh gangguan tiroid, penyakit
darah, dan peradangan/infeksi pada vagina atau leher rahim.
5. Perdarahan Abnormal
Perdarahan vagina abnormal (di luar menstruasi) antara lain:
 Pendarahan di antara periode menstruasi
 Pendarahan setelah berhubungan seks
 Perdarahan setelah menopause
Perdarahan abnormal disebabkan banyak hal. Dokter mungkin
memulai dengan memeriksa masalah yang paling umum dalam kelompok
usia pasien. Masalah serius seperti fibroid uterus, polip, atau bahkan
kanker dapat menjadi sebab perdarahan abnormal.

Menurut Prof. Dr.Med. Ali Baziad, SpOG(K) Divisi Imuno


Endokronologi -Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM
Jakarta , Gangguan haid adalah darah haid yang keluar tidak memenuhi
syarat suatu haid yang normal, dan darah yang keluar biasanya disebut
sebagai perdarahan yang menyerupai haid. Gangguan haid atau
perdarahan dapat disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya tumor
jinak/ ganas pada rahim, mulut rahim atau pada indung telur, atau
disebabkan oleh infeksi pada alat kelamin perempuan. Perdarahan dapat
juga disebbakan oleh efek samping obat-obat tertentu yang kebetulan
sedang digunakan oleh seorang perempuan. Kelainan sistem hormonal
pada seorang perempuan dapat juga menyebabkan perdarahan. Berbagai
gangguan haid yaitu antara lain :

a. Bila haid datang sebulan dua kali (<21 hari), yang disebut dengan
istilah polimenorea
b. Seorang perempuan mendapatkan haid terlalu jarang, di atas 35 hari
sekali, yang disebut sebagai oligomenorea
c. Tidak mendapatkan haid 6 bulan atau lebih, yang disebut sebagai
amenorea
d. Seorang perempuan mendapatkan haid tidak teratur, bisa 2 atau 3, 4
bulan sekali
e. Mengalami perdarahan bercak (spotting) sebelum haid datang, atau
pada pertengahan siklus, ataupun setelah selesainya haid
f. Keluarnya darah haid terlalu banyak, ganti pembalut sampai 6-7
kali/hari, yang disebut sebagai hipermenorea.
g. Keluarnya darah haid terlalu sedikit, ganti pembalut <2 kali/hari,
disebut dengan hipomenorea
h. Keluarnya darah haid lebih dari 6-7 hari, yang disebut sebagai
menoragia. Darah yang keluar dapat sedikit ataupun banyak
1.5 Pemeriksaan Gangguan Haid
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan tubuh penderita tidak jarang memberi petunjuk, penderita
pendek atau tinggi, ciri kelamin sekunder, hirsutisme.
b. Pemeriksaan ginekologik
Biasanya didapatkan adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia
uteri, tumor ovarium
2. Pemeriksaan Psikologi (distress/tidak)
3. Pemeriksaan Penunjang
Apabila pemeriksaan klinis tidak memberikan gambaran yang jelas dapat
dilakukan pemeriksaan :
1) Rontgen : thorax terhadap tuberkulosis serta sella tursika
2) Sitologi vagina
3) Tes toleransi glukosa
4) Pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofise
5) Kerokan uterus
6) Pemeriksaan metabolisme basal atau T3 dan T4 tiroid
7) Laparoskopi
8) Pemeriksaan kromatin seks
9) Pemeriksaan kadar hormon

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.


Diagnosa dismenore didasari oleh ketidaknyamanan saat mengalami
menstruasi. Perubahan apapun pada kesehatan reproduksi, termasuk
hubungan badan yang dirasa sakit dan perubahan pada jumlah dan
lamanya menstruasi, memerlukan pemeriksaan ginekologis; perubahan-
perubahan seperti itu dapat menandakan sebab dari dismenore sekunder.
Secara umum pemeriksaan untuk menentukan diagnosa biasanya harus
dilakukan anamnesis terlebih dahulu, pemeriksaan fisik, USG,
hysterosalpinogogram, laparoskopi, histeroskopi, dilatasi dan kuretasi.
Untuk pemeriksaan dismenore primer, pada pemeriksaan fisik biasanya
normal, tidak didapatkan massa pada bagian abdomen dan pelvis.
Pemeriksaan rectovaginal juga normal. Diluar dari pemeriksaan nyeri atau
kram pelvis, biasanya didapatkan nyeri sedang pada pergerakan dan
tekanan dari uterus dan cerviks. Evaluasi episode pertama nyeri,
kemungkinan infeksi pelvis dan kehamilan pasien juga harus dievaluasi
(Gunawan, 2002).

1.6 Penatalaksanaan
a. Amenorea
Penatalaksanaan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas,
penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Pengobatan di
berikan bergantung pada penyebab amenorea. Terapi hormonal dan
konseling sebagai gangguan konsep diri dapat diberikan kepada pasien
Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan
untuk menguranginya. Jika seorang anak perempuan yang belum pernah
mengalami menstruasi (amenore primer ) dan selama hasil pemeriksaan
normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk memantau
perkembangan pubertasnya.
Untuk merangsang menstruasi bisa diberikan progesteron. Untuk
merangsang perubahan pubertas pada anak perempuan yang payudaranya
belum membesar atau rambut kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh, bisa
diberikan estrogen. Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan
pembedahan untuk mengangkat tumor tesebut.
b. Oligomenorea
Penatalaksanaan yang diberikan kepada penderita oligomenorea akan
disesuaikan dengan penyebabnya. Oligomenorea yang terjadi pada tahun-
tahun pertama setelah haid pertama dan oligomenorea yang terjadi
menjelang menopause tidak memerlukan pengobatan yang khusus.
Sementara oligomenorea yang terjadi pada gangguan nutrisi dapat diatasi
dengan terapi nutrisi dan akan didapatkan siklus menstruasi yang reguler
kembali.
Pada umumnya, disamping mengatasi faktor yang menjadi penyebab
timbulnya,penderita oligomenorea juga akan diterapi dengan
menggunakan terapi hormone.Jenis hormon yang diberikan akan
disesuaikan dengan jenis hormon yang mengalami penurunan dalam tubuh
(yang tidak seimbang). Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya
dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk
reevaluasi efek yang terjadi.

c. Polimenorea
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh
dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter
jika polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang
berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik
tubuh akibat darah yang keluar terus menerus.Disamping itu, polimenorea
dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena
gangguan hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi
(proses pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali
mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.
d. Menoragia atau Hipermenore
Pengobatan menorrhagia sangat tergantung kepada penyebabnya. Untuk
memastikan penyebabnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan
seperti pemeriksaan darah, tes pap smear, biopsi dinding rahim,
pemeriksaan USG, dan lain sebagainya. Jika menoragia diikuti oleh
adanya anemia, maka zat besi perlu diberikan untuk menormalkan jumlah
hemoglobin darah. Terapi zat besi perlu diberikan untuk periode waktu
tertentu untuk menggantikan cadangan zat besi dalam tubuh. Selain itu,
menorrhagia juga dapat diterapi dengan pemberian hormon dari luar,
terutama untuk menorrhagia yang disebabkan oleh gangguan
keseimbangan hormonal. Terapi hormonal yang diberikan iasanya berupa
obat kontrasepsi kombinasi atau pill kontrasepsi yang hanya mengandung
progesteron. Menorrhagia yang terjadi akibat adanya mioma dapat diterapi
dengan melakukan terapi hormonal atau dengan pengangkatan mioma
dalam rahim baik dengan kuretase ataupun dengan tindakan operasi.
e. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau
lebih kurang dari biasa. Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana
jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc). Hipomenorea disebabkan oleh
karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit
menahun maupun gangguan hormonal(kekurangan estrogen maupun
progesteron)
f. Metroragia
Suatu perdarahan vagina antara periode menstruasi teratur merupakan
bentuk disfungsi disfungsi menstruasi yang paling signifikan karena hal itu
dapat menunjukkan adanya kanker, tumor jinak uterus, dan masalah-
masalah psikologi lainnya. Kondisi ini menegakkan diagnosa dan
pengobatan dini. Meskipun pendarahan antara periode menstruasi pada
wanita yang menggunakan kontraseptif oral biasanya bukan masalah yang
serius, namun perdarahan tak teratur pada wanita yang mendapat terapi
penggantian hormon harus dievaluasi lebih lanjut.
g. Dismenorea
Terapi medis untuk klien disminorea diantaranya :
1. Pemberian obat analgesik
2. Terapi hormonal
3. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
4. Dilatasi kanalis serviksalis (dapat memberikan keringanan karena
memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya)
5. Komplikasi yang sering timbul adalah syok dan penurunan kesadaran
h. PMS (Sindrom Premenstruasi)
1. Kurangi asupan makanan manis, garam, kopi, teh, cokelat, minuman
bersoda, lemak hewan, susu, keju, mentega, dan utamakan istirahat
2. Untuk mengurangi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10 hari
sebelum haid penggunaan garam di batasi dan minum sehari-hari
dikurangi
3. Tingkatkan asupan vitamin B dan sayur-sayuran hijau
4. Pemberian obat diuretik
5. Progesteron sintetik dapat diberikan selama 8-10hari sebelum haid
untuk mengimbangi kelebihan relatif dari estrogen
6. Pemberian testosteron dalam bentuk methiltestosteron dapat diberikan
dalam mengurangi kelebihan estrogen.

1.7 WOC
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 KASUS
Nona J, 21 tahun datang ke rumah sakit dengan mengeluh lemas, letih, dan
lesu serta nyeri hebat pada bagian perut ketika haid, sampai tidak mampu
melakukan aktivitas karena nyeri abdomen akan bertambah. Pasien juga
mengeluh mual, muntah, dan pusing.Pada pemeriksaan TTV didapatkan TD =
90/60 mmHg, N = 80x/menit, S = 37oC, RR = 21x/menit.
A. Pengkajian
1. Identitas :
Nama : Nn. J
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21 tahun
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Sidoarjo
Suku : Indonesia
2. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri hebat pada bagian perut
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merasakan nyeri ketika haid, badan lemas, mual, dan muntah
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada
6. Riwayat Menstruasi :
Menarche : umur 13 tahun Siklus : teratur ( √ )
Banyaknya : 1 hari 3x pembalut Lamanya : 7 hari
Keluhan : nyeri haid
7. Pemeriksaan Fisik :
Head To Toe :
Kepala, mata, kuping, hidung dan tenggorokan :
a. Kepala:
Bentuk : Normal, tidak ada pembengkakan
Keluhan : Tidak ada keluhan
b. Mata:
Kelopak mata : Kulit kelopak mata normal
Gerakan mata : Deviasi normal dan mistagmus
Konjungtiva : Normal
Sklera : Normal
Pupil : Reflek cahaya normal
c. Hidung :
Reaksi alergi : Tidak ada alergi
Sinus : Tidak ada nyeri tekan sinus
d. Mulut dan Tenggorokan:
Gigi geligi : Normal
Kesulitan menelan : Tidak ada
e. Dada dan Axilla
Mammae : Membesar ( ) ya ( √ ) tidak
Areolla mammae : Normal
Papila mammae : Normal
Colostrum :-
f. Pernafasan
Jalan nafas : Normal
Suara nafas : Normal
Menggunakan otot-otot bantu pernafasan : -
g. Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical : Takikardi
Irama : normal teratur
Kelainan bunyi jantung :-
h. Abdomen
Mengecil :-
Linea & Striae :-
Luka bekas operasi :-
Kontraksi :-
Lainnya sebutkan : Nyeri pada abdomen
i. Genitourinary
Perineum : Normal
Vesika urinaria : Oliguri
j. Ekstremitas ( Integumen/Muskuloskletal )
Turgor kulit : Normal
Warna kulit : Normal
Kontraktur pada persendian ekstremitas : Tidak ada
Kesulitan dalam pergerakan : Tidak ada kesulitan
k. Pemeriksaan Abdomen
Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan peritoneum atau suatu
keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus normal
l. Pemeriksaan Pelvis
Pada kasus dismenore primer, pemeriksaan pelvis adalah normal.

B. Analisa Data

Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
Haid
- Data subjektif :
Klien mengeluh nyeri pada
Peningkatan produksi
bagian perut.
prostaglandin
1. - Data objektif : Nyeri
Keringat banyak, klien
memegang daerah yang sakit,
Kontraksi uterus
menangis.
Terjadi hipersensitivitas saraf
nyeri uterus

Nyeri
Produksi prostaglandin
berlebih

Respon inflamasi sistemik

Spasme otot uterus


- Data subjektif:
Klien mengeluh mual dan
Gangguan gastrointestinal Perubahan nutrisi
muntah
2. kurang dari
- Data objektif:
kebutuhan tubuh
Berat badan menurun, klien
tampak lemas
Mual, muntah

Nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh
Menstruasi
- Data subjektif:
Klien mengeluh pusing, lemas,
letih, lesu. Klien mengatakan
tidak mampu melakukan Intoleransi
3. Nyeri haid
aktivitas aktivitas
- Data objektif:
Kelemahan
Klien terlihat lemas, pucat,
konjungtiva anemi
Intoleransi aktivitas

Menstruasi

Nyeri haid
- Data subjektif : Pucat
4. - Data objektif : Ansietas
Kurang pengetahuan
Klien tampak gelisah

Ansietas

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus,
hipersensitivitas, dan saraf nyeri uterus
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
adanya mual dan muntah
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri
abdomen
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan penyebab nyeri
abdomen
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan. Meningkatnya kontraktilitas
uterus, hipersensitivitas, dan saraf nyeri uterus
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam nyeri dapat berkurang
Kriteria hasil: Skala nyeri 0-1, pasien tampak rileks
No. Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau/catat karakteristik nyeri, kaji Untuk mendapatkan indikator dan
1
lokasi dan intensitas nyeri skala nyeri
Dapat menyebabkan terjadinya
2 Hangatkan bagian perut vasodilatasi dan mengurangi
kontraksi spasmodik uterus
Mengurangi nyeri karena adanya
3 Masase daerah perut yang terasa nyeri
stimulus sentuhan terapeutik
Dapat memperbaiki aliran darah ke
4 Lakukan latihan ringan
uterus dan tonus otot
Mengurangi tekanan untuk
5 Lakukan teknik relaksasi
mendapatkan rileks
Berikan diuresis natural (vitamin) tidur
6 Mengurangi kongesti
dan istirahat
Kolaborasi
Pemberian analgetik (aspirin, Diperlukan untuk mengurangi rasa
7
fenasetin, kafein) nyeri agar dapat istirahat
Terapi diometasin, ibuprofen, Biasanya digunakan untuk
8
naprosen menormalkan produksi prostaglandin

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


adanya mual dan muntah
Tujuan: Setelah diberikan askep selama 1×24 jam diharakan pasien menunjukkan
perbaikan nutrisi
Kriteria hasil: Mual muntah teratasi

No. Intervensi Rasional


Agar dapat mengetahui perubahan
1 Timbang BB setiap hari
berat badan setiap harinya
2 Jelaskan pentingnya nutrisi adekuat Nutrisi yang adekuat dapat
meningkatkan berat badan.
3 Beri suasana menyenangkan saat makan Dapat meningkatkan nafsu makan
Mengurangi rasa mual dan muntah
4 Beri porsi kecil tapi sering
yang timbul saat makan
Beri makanan dengan protein dan kalori
5 Meningkatkan asupan energi
yang tinggi

Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan. Kelemahan akibat


nyeri abdomen
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam pasien dapat beraktivitas seperti semula
Kriteria hasil:
Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat dan memperringan
intoleransi aktivitas
Pasien mampu beraktivitas

No. Intervensi Rasional


Beri lingkungan yang tenang dan Menghemat energi untuk aktivitas
1 periode istirahat tanpa gangguan, dan regenerasi seluler/ penyembuhan
dorong istirahat sebelum makan jaringan
Tirah baring lama dapat menurunkan
2 Tingkatkan aktivitas secara bertahap
kemampuan
Menurunkan penggunaan energi dan
3 Berikan bantuan sesuai kebutuhan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen

Diagnosa 4: Ansietas berhubungan dengan. Kurang pengetahuan penyebab nyeri


abdomen
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam pasien menunjukkan perasaan tenang
Kriteria hasil: Pasien menunjukkan relaksasi dan perilaku untuk mengatasi stress
No. Intervensi Rasional
1. Libatkan pasien/ orang terdekat dalam Keterlibatan akan membantu pasien merasa
rencana perawatan stress berkurang,memungkinkan energi
untuk ditujukan pada penyembuhan
Memindahkan pasien dari stress luar
Berikan lingkungan tenang dan
2. meningkatkan relaksasi; membantu
istirahat
menurunkan ansietas
Bantu pasien untuk mengidentifikasi/ Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada
3 memerlukan perilaku koping yang penerimaan masalah stress saat ini,
digunakan pada masa lalu meningkatkan rasa control diri pasien
Bantu pasien belajar mekanisme Belajar cara baru untuk mengatasi masalah
4 koping baru, misalnya teknik dapat membantu dalam menurunkan stress
mengatasi stress dan ansietas
DAFTAR PUSTAKA

Bedaiwy Mohamed A, Liu James. 2010. Pathophysiology, diagnosis, and surgical


management of endometriosis: A chronic disease. SRM e-journal Vol.
8, No. 3 , 18 september 2014.
Benson R.C & Martin L.P.2009.Buku Saku Obstetri & ginekologi edisi 9.jakarta :
EGC. Hal.666.
Dr. Salma. 14 Oktober 2010. http://majalahkesehatan.com/5-jenis-gangguan-
menstruasi-haid/ diakses pada Sabtu, 13 September 2014 pukul 16.17
WIB.
Giudice Linda C. 2010. Endometriosis. N Engl J Med 2010;362:2389-98.
Heffner, Linda J. dan Danny J. Schust. 2008. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi
Kedua. Erlangga Medical Series: Jakarta.
Kursiman, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika.
Manuaba, Ida B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Peyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC: Jakarta.
Priyatna, Andi. 2009. Be A Smart Teenager! For Boys and Girls. Jakarta : Elex
Media Komputindo halaman 105
Prof. Dr.Med. Ali Baziad, SpOG(K) Divisi Imuno Endokronologi - Departemen
Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM Jakarta. 10 Mei 2012. Mengenal
Berbagai Gangguan Haid http://www.anakku.net/mengenal-berbagai-
gangguan-haid.html diakses pada Sabtu, 13 September 2014 pukul
17.37
Schwartz, William M. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. EGC: Jakarta.
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri & Gynekologi. Jakarta : Widya
Medika
Spero, F Leon. 2005. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility.
Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins.
Sylvia, Price A. dan Lorraine M. Wilson. 2004. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Vol. 2 Ed. 6. EGC: Jakarta.
Tambayong, Jan. 2012. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
VitaHealth. 2007. Endometriosis : Informasi Lengkap untuk Penderita dan
Keluarga. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama halaman 19-21.
Werner, David, Carol Thuman, Jane Maxwell. 2010. Apa yang Anda kerjakan bila
tidak ada Dokter. Yogyakarta : Andi halaman 332.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/122/jtptunimus-gdl-itatrisian-6081-2-
babii.pdf (diakses pada 16 september 2014 pukul 18.21 WIB)
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311124/BAB%20II.pdf
(diakses pada 16 september 2014 pukul 18.44 WIB)

Você também pode gostar