Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH KELOMPOK 2 :
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
Penulis
DAFTAR ISI
1.1 Definisi
Terjadinya menstruasi atau haid merupakan perpaduan antara kesehatan
alat genitalia dan rangsangan hormonal yang kompleks yang berasal dari
mata rantai aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium (Manuaba, 1998). Oleh
karena itu, gangguan haid dan gangguan siklus haid dapat terjadi dari
kelainan kedua faktor tersebut.
Gangguan menstruasi merupakan kelainan pada keadaan menstruasi yang
dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan
lamanya perdarahan.Konsep disfungsi menstruasi secara umum adalah
terjadinya gangguan dari pola perdarahan menstruasi, seperti menorraghia
(perdarahan banyak dan lama), oligomenorrhea (menstruasi yang jarang,
polymenorrhea (menstruasi yang sering),amenorrhea (tidak haid sama sekali)
(Eny K., 2011). Gangguan perdarahan menstruasi dapat menimbulkan risiko
patologis apabila dihubungkan dengan banyaknya kehilangan darah,
mengganggu aktivitas sehari-hari, adanya indikasi inkopatibel ovarium pada
saat kosepsi atau adanya tanda-tanda kanker.
1.2 Klasifikasi
Menurut Manuaba (1998 & 2004) terdapat beberapa bentuk kelainan
haid dan siklus haid masa reproduksi aktif sebagai berikut:
1. Kelainan tentang banyak dan lama perdarahan
a. Hipermenorea/ menoragia
Jadwal siklus haid tetap, tetapi kelainan terletak pada jumlah
perdarahan lebih bayak dan disertai gumpalan darah dan lamaya
perdarahan lebih dari 8 hari (Manuaba, 1998). Menurut Manuaba
(2004), hipermenorea dapat disertai dengan gangguan psikosomatik.
Terjadinya hipermenorea berkaitan dengan kelainan pada rahim, yaitu
mioma uteri, polip endometrium dan gangguan pelepasan endometrium.
b. Hipomenorea
Siklus menstruasi (haid) tetap, tetapi lama perdarahan memendek
kurang dari 3 hari (Manuaba, 1998). Hipomenorea dapat disebabkan
kesuburan endometrium kurang karena keadaan gizi penderita yag
rendah, penyakit menahun dan gangguan hormonal.
b. Sekunder amenorea
Amenorea sekunder adalah tidak terdapatnya tiga siklus
menstruasi atau tidak adaya perdarahan menstruasi selama 6
bulan (Linda J. & Danny J., 2008). Amenore sekunder berarti
tidak terjadinya menstruasi selama 3 bulan atau lebih pada orang
yang telah mengalami siklus menstruasi (Sylvia & Lorraine,
2006).
3. Perdarahan di luar haid
a. Metroragia
Merupakan kondisi dimana perdarahan terjadi terus menerus dan
berkepanjangan yang biasanya terjadi karena penyakit–penyakit organic
misalnya fibroid dan karsinoma.
4. Keadaan lain berkaitan dengan haid
a. Ketegangan pra-haid/Premenstrual tention
Merupakan keluhan yang menyertai menstruasi dan sering
dijumpai pada masa reproduksi aktif (Manuaba, 1998). Sindrom
pramenstruasi (PMS/Premenstrual syndrome) atau premenstrual
tension (PMT) adalah gabungan dari gejala-gejala fisik dan psikologis
yang terjadi selama fase luteal siklus menstruasi dan menghilang
setelah menstruasi dimulai (Sylvia & Lorraine, 2006). Pada sekitar 10%
perempuan gejala pramestruasi cukup berat hingga memerlukan
perawatan medis (Sylvia & Lorraine, 2006).
Faktor penyebabnya adalah kejiwaan yang labil dan angguan
keseimbangan estrogen-progesteron. Adapun gejala yang muncul
berupa kelainan hubungan di lingkungan keluarga dan terlalu peka
terhadap perubahan hormonal. PMS dapat menyebabkan retensi
natrium dan air, payudara terasa bengkak dan sakit; dan berat badan
bertambahdisertai edema tungkai.
Penanganan PMS tidak memerlukan pengobatan, karena akan
hilang setelah menstruasi. Namun demikian, dapat diberikan obat
penenang dan untuk mengurangi gejala klinis dapat diberikan diuretik
ringan dan testosteron sebaga anti estrogen sebanyak 5 mgr selama 7
hari.
b. Mastodinia/ Mastalgia
Merupakan rasa berat dan bengkak pada payudara menjelang
menstruasi (Manuaba, 1998). Hal ini disebabkan oleh pengaruh
estrogen yang menyebabkan retensi natrium dan air pada payudara serta
terjadi tekanan ujung saraf yang menimbulkan rasa nyeri.
c. Perdarahan ovulasi/ Mittelschmer
Merupakan rasa nyeri yang terjadi saat ovulasi. Namun, hal ini
jarang diasakan oleh wanita (Manuaba, 1998).
d. Dismenorea
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh
kejang otot uterus (Sylvia & Lorraine, 2006). Rasa nyeri sering
digambarka sebagai nyeri kram pada abdomen bagian bawah yang
terjadi selama haid (William M., 2005). Dismenore primer apabila tidak
terdapat gangguan fisik yang menjadi peyebab dan hanya terjadi selama
siklus-siklus ovulatorik (Sylvia & Lorraine, 2006). Penyebabnya adalah
adanya jumlah prostaglandin F2α yang berlebihan pada darah
menstruasi, yang meragsang aktivitas uterus (Sylvia & Lorraine, 2006).
Gejala utama adalah nyeri, dimulai pada saat awitn menstruasi.
Nyeri dapat tajam, tumpul, siklik atau menetap; dapat berlangsung
dalam beberapa jam sampai 1 hari, namun dapat melebihi 1 hari namun
tidak sampai lebih dari 72 jam. Gejala-gejala sistemik yang menyertai
berupa mual, diare, sakit kepala dan perubahan emosional. Dismenore
sekunder timbul karena adanya masalah fisik seperti endometriosis,
polip uteri, leiomioma, stenosis serviks atau penyakit radang panggul
(PID) (Sylvia & Lorraine, 2006).
e. Various menstruasi
Merupakan perdarahan yang terjadi pada organ lainnya yang tidak
ada hubungan endometrium (Manuaba, 2004). Pada organ tersebut
dapat terjadi perdarahan sesuai dengan siklus menstruasi. Organ
tersebut yaitu hidung meimbulkan epistaksis dan lambung.
1.3 Etiologi
Penyebab gangguan haid dapat karena kelainan biologik (organik atau
disfungsional) atau dapat pula karena psikologik seperti keadaan – keadaan
stress dan gangguan emosi atau gangguan biologik dan psikologik. Siklus
menstruasi mempunyai hubungan tertentu terhadap keadaan fisik dan
psikologik wanita. Banyak penyebab gangguan haid , yaitu berdasarkan
kelainan yang dijumpai seperti:
1. Fungsi hormon terganggu
Haid terkait dengan system hormone yang diatur otak, tepatnya dikelenjar
hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk
memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis
terjadi gangguan pada menstruasi.
2. Kelainan sistemik
Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haid
karena sistem metabolism di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau
wanita yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem
merabolisme sehingga haid pun tidak teratur.
3. Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena
stress, wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan menurun drastis,
bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Jika metabolisme
terganggu, haid pun juga ikut terganggu.
4. Kelenjar gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/ tiroid juga bisa menyebabkan tidak
teraturnya haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang
terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid) yang dapat
mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
5. Hormon prolaktin berlebih
Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena
memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak
sedang menyusui hormon prolaktin juga bisa tinggi, biasanya disebabkan
kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala.
a. Bila haid datang sebulan dua kali (<21 hari), yang disebut dengan
istilah polimenorea
b. Seorang perempuan mendapatkan haid terlalu jarang, di atas 35 hari
sekali, yang disebut sebagai oligomenorea
c. Tidak mendapatkan haid 6 bulan atau lebih, yang disebut sebagai
amenorea
d. Seorang perempuan mendapatkan haid tidak teratur, bisa 2 atau 3, 4
bulan sekali
e. Mengalami perdarahan bercak (spotting) sebelum haid datang, atau
pada pertengahan siklus, ataupun setelah selesainya haid
f. Keluarnya darah haid terlalu banyak, ganti pembalut sampai 6-7
kali/hari, yang disebut sebagai hipermenorea.
g. Keluarnya darah haid terlalu sedikit, ganti pembalut <2 kali/hari,
disebut dengan hipomenorea
h. Keluarnya darah haid lebih dari 6-7 hari, yang disebut sebagai
menoragia. Darah yang keluar dapat sedikit ataupun banyak
1.5 Pemeriksaan Gangguan Haid
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan tubuh penderita tidak jarang memberi petunjuk, penderita
pendek atau tinggi, ciri kelamin sekunder, hirsutisme.
b. Pemeriksaan ginekologik
Biasanya didapatkan adanya aplasia vagina, keadaan klitoris, aplasia
uteri, tumor ovarium
2. Pemeriksaan Psikologi (distress/tidak)
3. Pemeriksaan Penunjang
Apabila pemeriksaan klinis tidak memberikan gambaran yang jelas dapat
dilakukan pemeriksaan :
1) Rontgen : thorax terhadap tuberkulosis serta sella tursika
2) Sitologi vagina
3) Tes toleransi glukosa
4) Pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofise
5) Kerokan uterus
6) Pemeriksaan metabolisme basal atau T3 dan T4 tiroid
7) Laparoskopi
8) Pemeriksaan kromatin seks
9) Pemeriksaan kadar hormon
1.6 Penatalaksanaan
a. Amenorea
Penatalaksanaan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas,
penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Pengobatan di
berikan bergantung pada penyebab amenorea. Terapi hormonal dan
konseling sebagai gangguan konsep diri dapat diberikan kepada pasien
Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan
untuk menguranginya. Jika seorang anak perempuan yang belum pernah
mengalami menstruasi (amenore primer ) dan selama hasil pemeriksaan
normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk memantau
perkembangan pubertasnya.
Untuk merangsang menstruasi bisa diberikan progesteron. Untuk
merangsang perubahan pubertas pada anak perempuan yang payudaranya
belum membesar atau rambut kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh, bisa
diberikan estrogen. Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan
pembedahan untuk mengangkat tumor tesebut.
b. Oligomenorea
Penatalaksanaan yang diberikan kepada penderita oligomenorea akan
disesuaikan dengan penyebabnya. Oligomenorea yang terjadi pada tahun-
tahun pertama setelah haid pertama dan oligomenorea yang terjadi
menjelang menopause tidak memerlukan pengobatan yang khusus.
Sementara oligomenorea yang terjadi pada gangguan nutrisi dapat diatasi
dengan terapi nutrisi dan akan didapatkan siklus menstruasi yang reguler
kembali.
Pada umumnya, disamping mengatasi faktor yang menjadi penyebab
timbulnya,penderita oligomenorea juga akan diterapi dengan
menggunakan terapi hormone.Jenis hormon yang diberikan akan
disesuaikan dengan jenis hormon yang mengalami penurunan dalam tubuh
(yang tidak seimbang). Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya
dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk
reevaluasi efek yang terjadi.
c. Polimenorea
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh
dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter
jika polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang
berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik
tubuh akibat darah yang keluar terus menerus.Disamping itu, polimenorea
dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena
gangguan hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi
(proses pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali
mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.
d. Menoragia atau Hipermenore
Pengobatan menorrhagia sangat tergantung kepada penyebabnya. Untuk
memastikan penyebabnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan
seperti pemeriksaan darah, tes pap smear, biopsi dinding rahim,
pemeriksaan USG, dan lain sebagainya. Jika menoragia diikuti oleh
adanya anemia, maka zat besi perlu diberikan untuk menormalkan jumlah
hemoglobin darah. Terapi zat besi perlu diberikan untuk periode waktu
tertentu untuk menggantikan cadangan zat besi dalam tubuh. Selain itu,
menorrhagia juga dapat diterapi dengan pemberian hormon dari luar,
terutama untuk menorrhagia yang disebabkan oleh gangguan
keseimbangan hormonal. Terapi hormonal yang diberikan iasanya berupa
obat kontrasepsi kombinasi atau pill kontrasepsi yang hanya mengandung
progesteron. Menorrhagia yang terjadi akibat adanya mioma dapat diterapi
dengan melakukan terapi hormonal atau dengan pengangkatan mioma
dalam rahim baik dengan kuretase ataupun dengan tindakan operasi.
e. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau
lebih kurang dari biasa. Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana
jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc). Hipomenorea disebabkan oleh
karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit
menahun maupun gangguan hormonal(kekurangan estrogen maupun
progesteron)
f. Metroragia
Suatu perdarahan vagina antara periode menstruasi teratur merupakan
bentuk disfungsi disfungsi menstruasi yang paling signifikan karena hal itu
dapat menunjukkan adanya kanker, tumor jinak uterus, dan masalah-
masalah psikologi lainnya. Kondisi ini menegakkan diagnosa dan
pengobatan dini. Meskipun pendarahan antara periode menstruasi pada
wanita yang menggunakan kontraseptif oral biasanya bukan masalah yang
serius, namun perdarahan tak teratur pada wanita yang mendapat terapi
penggantian hormon harus dievaluasi lebih lanjut.
g. Dismenorea
Terapi medis untuk klien disminorea diantaranya :
1. Pemberian obat analgesik
2. Terapi hormonal
3. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
4. Dilatasi kanalis serviksalis (dapat memberikan keringanan karena
memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya)
5. Komplikasi yang sering timbul adalah syok dan penurunan kesadaran
h. PMS (Sindrom Premenstruasi)
1. Kurangi asupan makanan manis, garam, kopi, teh, cokelat, minuman
bersoda, lemak hewan, susu, keju, mentega, dan utamakan istirahat
2. Untuk mengurangi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10 hari
sebelum haid penggunaan garam di batasi dan minum sehari-hari
dikurangi
3. Tingkatkan asupan vitamin B dan sayur-sayuran hijau
4. Pemberian obat diuretik
5. Progesteron sintetik dapat diberikan selama 8-10hari sebelum haid
untuk mengimbangi kelebihan relatif dari estrogen
6. Pemberian testosteron dalam bentuk methiltestosteron dapat diberikan
dalam mengurangi kelebihan estrogen.
1.7 WOC
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 KASUS
Nona J, 21 tahun datang ke rumah sakit dengan mengeluh lemas, letih, dan
lesu serta nyeri hebat pada bagian perut ketika haid, sampai tidak mampu
melakukan aktivitas karena nyeri abdomen akan bertambah. Pasien juga
mengeluh mual, muntah, dan pusing.Pada pemeriksaan TTV didapatkan TD =
90/60 mmHg, N = 80x/menit, S = 37oC, RR = 21x/menit.
A. Pengkajian
1. Identitas :
Nama : Nn. J
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21 tahun
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Sidoarjo
Suku : Indonesia
2. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri hebat pada bagian perut
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merasakan nyeri ketika haid, badan lemas, mual, dan muntah
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada
6. Riwayat Menstruasi :
Menarche : umur 13 tahun Siklus : teratur ( √ )
Banyaknya : 1 hari 3x pembalut Lamanya : 7 hari
Keluhan : nyeri haid
7. Pemeriksaan Fisik :
Head To Toe :
Kepala, mata, kuping, hidung dan tenggorokan :
a. Kepala:
Bentuk : Normal, tidak ada pembengkakan
Keluhan : Tidak ada keluhan
b. Mata:
Kelopak mata : Kulit kelopak mata normal
Gerakan mata : Deviasi normal dan mistagmus
Konjungtiva : Normal
Sklera : Normal
Pupil : Reflek cahaya normal
c. Hidung :
Reaksi alergi : Tidak ada alergi
Sinus : Tidak ada nyeri tekan sinus
d. Mulut dan Tenggorokan:
Gigi geligi : Normal
Kesulitan menelan : Tidak ada
e. Dada dan Axilla
Mammae : Membesar ( ) ya ( √ ) tidak
Areolla mammae : Normal
Papila mammae : Normal
Colostrum :-
f. Pernafasan
Jalan nafas : Normal
Suara nafas : Normal
Menggunakan otot-otot bantu pernafasan : -
g. Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical : Takikardi
Irama : normal teratur
Kelainan bunyi jantung :-
h. Abdomen
Mengecil :-
Linea & Striae :-
Luka bekas operasi :-
Kontraksi :-
Lainnya sebutkan : Nyeri pada abdomen
i. Genitourinary
Perineum : Normal
Vesika urinaria : Oliguri
j. Ekstremitas ( Integumen/Muskuloskletal )
Turgor kulit : Normal
Warna kulit : Normal
Kontraktur pada persendian ekstremitas : Tidak ada
Kesulitan dalam pergerakan : Tidak ada kesulitan
k. Pemeriksaan Abdomen
Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan peritoneum atau suatu
keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus normal
l. Pemeriksaan Pelvis
Pada kasus dismenore primer, pemeriksaan pelvis adalah normal.
B. Analisa Data
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
Haid
- Data subjektif :
Klien mengeluh nyeri pada
Peningkatan produksi
bagian perut.
prostaglandin
1. - Data objektif : Nyeri
Keringat banyak, klien
memegang daerah yang sakit,
Kontraksi uterus
menangis.
Terjadi hipersensitivitas saraf
nyeri uterus
Nyeri
Produksi prostaglandin
berlebih
Menstruasi
Nyeri haid
- Data subjektif : Pucat
4. - Data objektif : Ansietas
Kurang pengetahuan
Klien tampak gelisah
Ansietas
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus,
hipersensitivitas, dan saraf nyeri uterus
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
adanya mual dan muntah
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri
abdomen
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan penyebab nyeri
abdomen
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan. Meningkatnya kontraktilitas
uterus, hipersensitivitas, dan saraf nyeri uterus
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam nyeri dapat berkurang
Kriteria hasil: Skala nyeri 0-1, pasien tampak rileks
No. Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau/catat karakteristik nyeri, kaji Untuk mendapatkan indikator dan
1
lokasi dan intensitas nyeri skala nyeri
Dapat menyebabkan terjadinya
2 Hangatkan bagian perut vasodilatasi dan mengurangi
kontraksi spasmodik uterus
Mengurangi nyeri karena adanya
3 Masase daerah perut yang terasa nyeri
stimulus sentuhan terapeutik
Dapat memperbaiki aliran darah ke
4 Lakukan latihan ringan
uterus dan tonus otot
Mengurangi tekanan untuk
5 Lakukan teknik relaksasi
mendapatkan rileks
Berikan diuresis natural (vitamin) tidur
6 Mengurangi kongesti
dan istirahat
Kolaborasi
Pemberian analgetik (aspirin, Diperlukan untuk mengurangi rasa
7
fenasetin, kafein) nyeri agar dapat istirahat
Terapi diometasin, ibuprofen, Biasanya digunakan untuk
8
naprosen menormalkan produksi prostaglandin