Você está na página 1de 10

Hubungan Indeks Massa Tubuh, Lingkar Pinggang Dan Asupan Natrium

Dengan Kejadian Hipertensi pada Dewasa Muda di Kota Kendari


1
Andi ilmansyah, 2Asmarani, 2I Putu Sudayasa
1
Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
2
Bagian IKM dan IKK Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo

ABSTRACT

Hypertension is one of the most dominant health problems and needs attention, because of high prevalence rates
and also because of long-term consequences. Hypertension not only attacks in old age but also young age, it is
related to unhealthy community lifestyle. Hypertension is not a disease with a single cause, but it is caused by
many factors.This study was an observational analytic study with case control design. The population was the
people of Kendari City who were treated in the general Polyclinic of Puuwatu Public Health Center, Perumnas
Public Health Center and Abeli Public Health Center from December 2017. The number of samples was
determined by the formula of sample size for proportional data with case control research design. The number
of sample was 140 people. The data was analyzed using Chi-Square statistical test with the standard of
significance used was if p value ≤0,05, then done OR calculation to find out how big risk factor from
independent variable to dependent variable.The results obtained from data processing using SPSS for body
mass index are p-value = 0.007 < α = 0.05 with OR = 3.2, waist circumference p-value = 0.002 < α = 0.05 with
OR = 4.4, and intake sodium p-value = 0,000 < α = 0.05 with OR = 4.4.The conclusions of this study were
body mass index, waist circumference and sodium intake related to the incidence of hypertension in young
adults in Kendari City, and those variable were the risk factor for the incidence of hypertension in young adults
in Kendari. Keywords: sodium intake, young adult, hypertension, body mass index, waist circumference.

Hipertensi merupakan salah satu Indonesia Data statistik terbaru


masalah kesehatan yang cukup dominan menyatakan bahwa terdapat 24,7%
dan perlu mendapatkan perhatian, sebab penduduk Asia Tenggara dan 23,3%
angka prevalensi yang tinggi dan juga penduduk Indonesia berusia 18 tahun ke
karena akibat jangka panjang yang atas mengalami hipertensi pada tahun
ditimbulkan mempunyai konsekuensi 2014 (Anggara, 2013).
tertentu, misalnya penyakit kardiovaskuler Prevalensi hipertensi di Indonesia
seperti stroke, penyakit jantung koroner yang didapat melalui pengukuran pada
dan gangguan fungsi ginjal. Penyakit usia ≥18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di
hipertensi seringkali tidak mempunyai Bangka Belitung (30,9%), sedangkan
tanda atau gejala atau sering juga disebut Sulawesi Tenggara sendiri persentase
“silent killer” atau penyakit yang penderita hipertensi sebesar 22,5%. Hal
membunuh secara diam-diam atau ini antara lain berhubungan dengan gaya
terselubung (Rahajeng dan Tuminah, hidup pola makan terutama intake natrium
2009). yang mendukung risiko terjadinya
Menurut data World Health hipertensi. (Riskesdas, 2013).
Organization (WHO), di seluruh dunia, Jumlah kasus hipertensi di
sekitar 972 juta orang atau 26,4% Sulawesi Tenggara pada tahun 2015
penghuni dunia mengidap hipertensi, masih tergolong tinggi yaitu sebanyak
angka ini kemungkinan akan meningkat 19.743 kasus dan menduduki peringkat
menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 dua penyakit terbanyak (Profil Kesehatan
juta pengidap hipertensi, 333 juta berada Sultra, 2015), dan pada pada tahun 2016
di Negara maju dan 639 sisanya berada di meningkat sangat tinggi yakni 31.817
Negara sedang berkembang, termasuk kasus (Profil Dinas Kesehatan Sultra,
2016). Kasus hipertensi di wilayah Kota bahwa terdapat hubungan yang bermakna
Kendari mengalami peningkatan, pada antara lingkar pinggang dengan hipertensi,
tahun 2015 tercatat 9.786 kasus (Dinkes dengan risiko sebesar 3,7 kali lebih besar.
Kota Kendari, 2015). Asupan natrium merupakan hal yang
sangat penting pada mekanisme timbulnya
Hipertensi tidak hanya menyerang hipertensi. Natrium yang terlalu banyak
pada usia lanjut, namun juga usia muda. yang ditandai dengan pengembangan
Sekitar 15% hingga 60% hipertensi terjadi volume cairan ekstraseluler yang
pada dewasa muda (Saing, 2005). Proporsi menyebabkan edema. (Fauziah &
kasus baru penyakit hipertensi pada usia Bintanah, 2013). Hasil Penelitian Lubis
muda di Kabupaten Boyolali pada tahun dkk.,(2014) mengatakan mengkonsumsi
2010 sebesar 17,5% (Herbert Wau, 2012), natrium dalam jumlah yang tinggi adalah
dalam penelitian Sharon (2009) prevalensi 5,6 kali lebih besar terkena hipertensi
hipertensi esensial pada mahasiswa FK dibandingkan dengan yang
UKM adalah 43,33%, penelitian lain mengkonsumsi natrium dalam jumlah
menunjukan bahwa 33,5% dari 331 yang rendah.
mahasiswa Universitas Hasanudin Berdasarkan uraian tersebut, maka
menderita hipertensi (Syahri, 2012). penulis tertarik untuk melakukan
Hipertensi yang terjadi pada dewasa muda penelitian untuk mengetahui hubungan
saat ini merupakan suatu masalah yang antara indeks massa tubuh, lingkar
harus mulai dipikirkan, hal ini karena pinggang dan asupan natrium dengan
dewasa muda yang mengalami hipertensi kejadaian hipertensi pada dewasa muda di
dapat berisiko berlanjut pada dewasa tua Kota Kendari.
dan tentunya mengakibatkan morbiditas
dan mortalitas yang lebih tinggi. METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang
Hipertensi bukan merupakan digunakan yaitu case control study,
penyakit dengan faktor penyebab tunggal, merupakan rancangan penelitian
tetapi disebabkan oleh banyak faktor epidemiologi analitik observasional yang
yaitu kegemukan, pola makan yang tidak menelaah hubungan antara efek tertentu
sehat, aktivitas fisik yang kurang, keadaan dengan faktor risiko tertentu. Rancangan
stress psikologis, kebiasaan minum case control dapat digunakan untuk
alkohol, pola konsumsi kopi dan kebiasaan menilai seberapa besarkah peran faktor
merokok (Dhianningtyas & Hendriati, risiko terhadap kejadian penyakit.
2006).Obesitas atau kegemukan Penelitian dilaksanakan pada bulan
merupakan faktor resiko yang sering Desember 2017, di tiga Puskesmas yang
dikaitkan dengan hipertensi. Individu berwilayah kerja dalam Kota Kendari yaitu
dengan kelebihan berat badan 20% Puskesmas Puuwatu, Puskesmas Perumnas
memiliki risiko 3 – 8 kali lebih tinggi dan Puskesmas Abeli. Jumlah sampel
dibandingkan dengan individu dengan ditentukan dengan rumus besar sampel
berat badan normal (Suarthana, dkk. untuk data proporsi dengan desain
2005). Untuk lingkar pinggang, menurut penelitian case control, dan jumlah
penelitan yang dilakukan oleh Wiardani sampelnya adalah 140 orang.
dan Kusmayanti (2010) mengatakan
Data primer didapatkan dengan puskesmas. Analisis data dilakukan
melakukan pengukuran secara langsung dengan dengan menggunakan uji Chi
terhadap responden yang memenuhi square dengan nilai p<0,05 dan
kriteria untuk dijadikan sampel yaitu Prevalence Odds Ratiod engan bantuan
dengan instrumen penelitian berupa SPSS versi 16. Penelitian ini telah
timbangan berat badan, microtoice untuk mendapat persetujuan dari Komisi Etik
mengukur indeks massa tubuh, meteran Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian
mengukur lingkar pinggang dan kwusioner dan Pengabdian pada Masyarakat
untuk mengetahui asupan natrium. Data Universitas Halu Oleo.
sekunder merupakan data yang diperoleh
dari hasil reka medik pasien yang ada di

HASIL
Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Indeks Massa Tubuh (Imt), Lingkar Pinggaang (Lp), Dan Asupan Natrium.
Hipertensi
Distribusi
Karakteristik Responden + -
n % n % n %
USIA
 26-35 Tahun 54 38,6 24 17,2 30 21,4
 36-40 Tahun 86 61,4 46 32,8 40 28,6
JENIS KELAMIN
 Laki-laki 60 42,9 30 21,4 30 21,5
 Perempuan 80 57,1 40 28,6 40 28,5
PENDIDIKAN
 SD 3 2,1 2 1,4 1 0,7
 SMP 37 26,4 17 12,1 20 14,3
 SMA 63 45,0 32 22,9 31 22,1
 Sarjana 37 26,4 19 13,6 18 12,8
IMT
 Berisiko 37 26,4 26 18,6 11 7,8
 Tidak berisiko 103 73,6 44 31,4 59 42,2
LINGKAR PINGGANG
 Berisiko 30 21,4 23 16,4 7 5,0
 Tidak berisiko 110 78,6 47 33,6 63 45,0
ASUPAN NATRIUM
 Berisiko 82 58,6 53 37,8 29 20,7
 Tidak berisiko 58 41,4 17 12,1 41 29,3
TOTAL 140 100
Sumber : Data Primer 2017

Penelitian ini dilakukan pada 140 dikelompokan lagi berdasarkan hasil


responden yang yang termasuk dalam penilaian kuesionernya.
kelompok usia dewasa muda yaitu usia 18- Dari140 responden diperoleh
40 tahun yang terdiri dari 70 orang yang pasien yang berusia 26-36 tahun sebesar
hipertensi dan 70 orang yang tidak 38,6% dimana pasien yang mengalami
menderita hipertensi, kemudian hipertensi pada usia ini sebesar 17,2% dan
yang tidak mengalami hipertensi sebesar
21,4% dari total responden. Pasien yang pasien hipertensi dan 12,8% pasien non
berusia 36-40 tahun yang menderita hipertensi.
hipertensi sebesar 32,8%, dan yang tidak Distribusi karakteristik indeks
hipertensi sebesar 28,6%. massa tubuh berdasarkan hasil pengukuran
Hasil distribusi karakteristik jenis yang telah dilakukan diperoleh 26,4%
kelamin berdasarkan riwayat hipertensi yang berisiko yang terdiri dari 18,6%
diperoleh yang berjenis kelamin laki-laki pasien hipertensi dan 7,8% pasien yang
sebesar 42,9% yang terdiri dari 21,4% tidak hipertensi, sedangkan yang tidak
menderita hipertensi dan 21,5% tidak berisiko diperoleh 73,6% dari total
menderita hipertensi. Sedangkan yang responden yang terdiri dari 31,4% pasien
berjenis kelamin perempuan sebesar hipertensi dan 42,2% pasien yang tidak
57,1% yang terdiri dari 28,6% menderita mengalami hipertensi.
hipertensi dan yang tidak hipertensi Distribusi karakteristik lingkar
sebesar 28,5%. pinggang (LP) berdasarkan pengukuran
Hasil distribusi karakteristik yang telah dilakukan diperoleh sebanyak
pendidikan berdasarkan riwayat hipertensi 21,4% pasien yang berisiko terdiri dari
diperoleh yang lulusan SD sebesar 2,1% 16,4% menderita hipertensi dan 5,0 tidak
yang terdiri dari 1,4% menderita hipertensi hipertensi, sedangkan yang tidak berisiko
dan 0,7% tidak hipertensi. Responden diperoleh 78,6% pasien yang terdiri dari
yang merupakan lulusan SMP atau yang 33,6% menderita hipertensi dan 45,0%
sederajat sebesar 26,4% yang terdiri dari tidak hipertensi.
12,1% pasien hipertensi dan 14,3% pasien Distribusi karakteristik asupan
tidak hipertensi. Responden yang natrium berdasarkan hasil interpretasi
merupakan lulusan SMA atau yang kuesioner diperoleh 58,2% yang berisiko
sederajat sebesar 45,0% yang terdiri dari yang terdiri dari 37,8% pasien hipertensi
22,9% pasien hipertensi dan 22,1% pasien dan 20,7% pasien tidak hipertensi,
yang tidak hipertensi. Sedangkan sedangkan yang tidak berisiko diperoleh
responden yang merupakan lulusan sarjana 41,4% dari total responden yang terdiri
sebesar 26,4% yang terdiri dari 13,6% dari 12,1% pasien hipertensi dan 29,3%
pasien yang tidak mengalami hipertensi.

Analisis Bivariat
Hubungan Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Hipertensi
Tabel 2. Analisis Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Hipertensi
Kejadian Hipertensi
Jumlah p- IK95%
IMT Kasus Kontrol OR
value
n % n % N % Lower Upper
Berisiko 26 18,6 11 7,8 37 26,4
Tidak 44 31,4 59 42,2 103 73,6 0,007 3,2 1,41 7.09
berisiko
Jumlah 70 50 70 50 140 100
Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan pada Tabel 2 dari didapatkan nilai p = 0,007 maka dapat
140 responden, 70 dari kelompok disimpulkan bahwa ada hubungan
kasus yang mengalami hipertensi yang signifikan antara indeks massa
terdapat 26 orang (18,8%) yang tubuh dengan kejadian hipertensi.
memiliki indeks massa tubuh (IMT) Odds Ratio yang diperoleh sebesar 3,2
berisiko dan terdapat 44 orang dan nilai lower-upperlimit antara 1,41-
(31,4%) yang memiliki indeks massa 7.09 yang tidak mencakup nilai 1
tubuh (IMT) tidak berisiko. maka variabel independen merupakan
Sedangkan dari 70 responden yang faktor risiko, dimana responden yang
tidak menderita hipertensi, terdapat 11 memiliki indeks massa tubuh (IMT)
orang (7,8%) yang memiliki indeks berisiko memiliki risiko 3,2 kali lebih
massa tubuh (IMT) berisiko dan 59 berisiko menderita hipertensi
orang (42,2%) yang memiliki indeks dibandingakan dengan responden
masa tubuh (IMT) tidak berisiko. yang memiliki indeks massa tubuh
Berdasarkan hasil uji statistik (IMT) normal.

Hubungan Lingkar Pinggang dengan Kejadian Hipertensi


Berdasarkan pada tabel 3 dari disimpulkan bahwa ada hubungan
140 responden, 70 responden dari yang signifikan antara lingkar
kelompok kasus yang menderita pinggang (LP) dengan kejadian
hipertensi terdapat 23 orang (16,4%) hipertensi. Odds Ratio yang diperoleh
yang memiliki lingkar pinggang (LP) sebesar 4,4 dengan tingkat
berisiko dan terdapat 47 orang kepercayaan 95% dan nilai lower-
(33,6%) yang memiliki lingkar upperlimit antara 1,74-11,12 yang
pingang (LP) tidak berisiko. tidak mencakup nilai 1 maka variabel
Sedangkan 70 responden dari independen merupakan faktor risiko,
kelompok kontrol yang tidak dimana responden yang memiliki
menderita hipertensi, terdapat 7 orang lingkar pinggang yang berlebih
(5%) yang memiliki lingkar pinggang memiliki risiko 4,4 kali lebih besar
(LP) berisiko dan 63 orang (45%) menderita hipertensi dibandingkan
yang memiliki LP tidak berisiko. dengan responden yang memiliki
Hasil uji statistik didapatkan lingkar pinggang yang normal.
nilai p = 0,002 maka dapat

Tabel 3. Analisis Hubungan Lingkar Pinggang (LP) dengan Kejadian Hipertensi


Kejadian Hipertensi
Lingkar Jumlah p - IK 95%
Kasus Kontrol OR
pinggang value
n % n % N % Lower Upper
Berisiko 23 16,4 7 5 30 21,4
0,002 4,4 1,74 11,12
Tidak berisiko 47 33,6 63 45 110 78,6
Jumlah 70 50 70 50 140 100
Sumber : Data Primer 2017
Hubungan asupan natrium dengan Kejadian Hipertensi
Tabel 4. Analisis Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi
Kejadian Hipertensi
Asupan Jumlah p- IK 95%
Kasus Kontrol OR
Natrium value
n % n % n % Lower Upper
Berisiko 53 37,9 29 20,7 82 58,6
0,000 4,4 2,13 9,09
Tidak berisiko 17 12,1 41 29,3 58 41,4
Jumlah 70 50 70 50 140 100
Sumber :Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat yang memiliki asupan natrium


bahwa dari 140 responden terdapat 82 berisiko dan 41 orang (29,3%) yang
orang (58,6%) responden yang asupan memiliki asupan natrium tidak
natriumnya berisiko hipertensi, berisiko.
sedangkan responden yang asupan Hasil uji statistik didapatkan
natriumnya tidak berisiko hipertensi nilai p = 0,000 maka dapat
yaitu sebanyak 58 orang (41,4%) disimpulkan bahwa ada hubungan
responden. Hasil analisis data yang signifikan antara asupan natrium
berdasarkan asupan natrium dengan dengan kejadian hipertensi. Odds
kejadian hipertensi menunjukkan Ratio yang diperoleh sebesar 4,4
bahwa dari 70 responden yang dengan tingkat kepercayaan 95%
menderita hipertensi terdapat 53 orang sehingga dapat diartikan bahwa
(37,9%) yang memiliki asupan responden yang memiliki asupan
natrium berisiko dan terdapat 17 orang natrium berlebih memiliki risiko 4,4
(12,1%) yang memiliki asupan kali untuk menderita hipertensi
natrium tidak berisiko. Sedangkan dari dibandingkan dengan responden yang
70 responden yang tidak menderita memiliki asupan natrium normal.
hipertensi, terdapat 29 orang (20,7%)
kali lebih besar menderita hipertens
.
PEMBAHASAN maasa tubuh normal. Hasil penelitian
Hubungan Hubungan Indeks Massa ini sejalan dengan penelitian yang
Tubuh dengan Kejadian Hipertensi dilakukan oleh Yulyius dkk. (2013)
Berdasarkan hasil analisis statistik yang menunjukkan bahwa terdapat
disimpulkan bahwa ada hubungan hubungan yang signifikan antar indeks
antara indeks massa tubuh dengan massa tubuh dengan tekanan darah.
kejadian hipertensi pada usia dewasa Sama halnya dengan penelitian yang
muda di Kota Kendari dengan nilai p = dilakukan oleh Fierora (2014)
0,007, dengan OR diperoleh sebesar mengatakan terdapat hubungan yang
3,2 sehingga dapat diartikan bahwa bermakana antar indeks massa tubuh
seseorang yang memiliki indeks massa dengan hipertensi.
tubuh dengan kategori obesitas berisiko Adanya hubungan antara obesitas
sebesar 3,2 kali lebih besar untuk terhadap kejadian hipertensi didukung
mengalami hipertensi dibandingkan dengan teori yang menyatakan bahwa
dengan orang yang memiliki indeks obesitas merupakan salah satu faktor
risiko hipertensi yang terkontrol (Irza, bahwa seseorang yang memiliki lingkar
2009). Obesitas dapat disebabkan oleh pinggang dengan ketergori obesitas
konsumsi lemak jenuh yang dapat berisiko sebesar 4,4 kali lebih besr
meningkatkan risiko terjadinya untuk mengalami hipertensi,
artherosklerosis. Lemak jenuh yang dibandingkan dengan orang yang
dikonsumsi akan dipecah menjadi memiliki lingkar pinggang yang
kolesterol LDL, kolesterol LDL normal.
merupakan jenis kolesterol yang dapat Hasil penelitian ini sejalan
menempel dan menyumbat aliran darah dengan penelitian yang dilakukan oleh
di arteri. Semakin banyak LDL yang Moudy (2014) yang menunjukkan
menempel di dinding arteri terdapat hubungan yang signifikan
menyebabkan semakin banyak antara lingkar pinggang dengan tekanan
timbunan lemak dan semakin besar darah sistolik dan diastolik. Sama
risiko terjadinya arterosklerosis dalam halnya dengan penelitian yang
pembuluh darah, sehingga semakin dilakukan oleh Nanik (2011)
tinggi pula resistensi vaskular sistemik mengatakan terdapat hubungan yang
dan memicu peningkatan tekanan darah bermakna antara lingkar pinggang
(Dasmond, dkk., 2007). Obesitas dengan hipertensi dengan nilai p value
merupakan faktor risiko yang 0,035<0.05. Begitu juga penelitan yang
menentukan tingkat keparahan dilakukan oleh Wiardani dan
hipertensi. Hal ini dikarenakan massa Kusmayanti (2010) mengatakan
tubuh yang meningkat menyebabkan terdapat hubungan yang bermakna
semakin banyak darah yang dibutuhkan antara lingkar pinggang dengan
untuk memenuhi kebutuhan oksigen hipertensi, dengan risiko sebesar 3,7.
dan nutrisi ke otot serta jaringan lain Salah satu mekanisme yang
dalam tubuh. Selain itu, pada orang terlibat dalam pengaruh obesitas sentral
yang menderita obesitas dan hipertensi, pada tekanan darah adalah melibatkan
daya pompa jantung dan sirkulasi abnormalitas hormon. Adiposit (sel
volume darah lebih tinggi apabila lemak) akan mensekresi leptin dan
dibandingkan dengan orang yang adiponektin. Fungsi utama leptin adalah
memiliki berat badan normal untuk berinteraksi dengan hipotalamus
(Kowalski, 2010). untuk mengkontrol berat badan dan
akumulasi lemak melalui
Hubungan Hubungan Indeks Massa penghambatan selera makan dan
Tubuh dengan Kejadian Hipertensi peningkatan metabolic rate (Munkoda,
Berdasarkan hasil analisis statistik dkk., 2010). Peningkatan sekresi leptin
disimpulkan bahwa ada hubungan yang tinggi akibat dari obesitas dapat
antara lingkar pinggang dengan mengakibatkan resistensi terhadap
kejadian hipertensi pada usia dewasa fungsi penurunan berat badan ini.
muda di Kota Kendari dengan nilai p= Sebaliknya, peningkatan leptin
0,002<0,05. Untuk nilai estimasi faktor mengakibatkan inflamasi dan aktivasi
risiko lingkar pinggang dengan sistem saraf simpatis serta menurunkan
peningkatan tekanan darah diperoleh sekresi ginjal. Adiponektin adalah suatu
OR sebesar 4,4 sehingga dapat diartikan protein yang dihasilkan oleh jaringan
adiposa tetapi akan berkurang pada (monosodium glutamate / MSG) pada
penderita obesitas. Penurunan produksi makanan tidak terkontrol.
adiponektin dikaitkan dengan resistensi Natrium memiliki hubungan dengan
insulin, penurunan penghasilan nitric timbulnya hipertensi, semakin banyak
oxide (vasodilator), dan aktivasi sistem jumlah natrium dalam tubuh, maka
renin-angintensin-aldosteron. Kedua akan terjadi peningkatan volume
hormon ini akan mengakibatkan plasma, curah jantung, dan tekanan
perubahan seperti vasokonstriksi, darah. Namun respon seseorang
retensi garam dan air dan disfungsi terhadap kadar natrium di dalam tubuh
ginjal sehingga mengakibatkan berbeda-beda (Kartikasari, 2012).
peningkatan tekanan darah pada Asupan natrium yang meningkat
penderita obesitas. menyebabkan tubuh meretensi cairan,
yang meningkatkan volume darah.
Hubungan asupan natrium dengan Jantung harus memompa keras untuk
Kejadian Hipertensi mendorong volume darah yang
Berdasarkan hasil analisis statistik meningkat melalui ruang yang semakin
disimpulkan bahwa ada hubungan sempit yang akibatnya adalah hipertensi
antara asupan natrium dengan kejadian (Mulyati, Syam, dan Sirajuddin, 2011).
hipertensi pada usia dewasa muda di Kelebihan asupan natrium akan
Kota Kendari dengan nilai p = meningkatkan cairan dari sel, dimana
0,00<0,05. Untuk nilai OR diperoleh air akan bergerak ke arah larutan
sebesar 4,4 sehingga dapat diartikan elektrolit yang mempunyai konsentrasi
bahwa seseorang yang memiliki lebih tinggi (Lestari, 2010).
konsumsi natrium yang berlebih
berisiko sebesar 4,4 kali untuk SIMPULAN
mengalami hipertensi. Hasil penelitian Berdasarkan hasil analisis data dan
ini sejalan dengan penelitian yang pembahasan pada masing-masing variabel
dilakukan oleh Adiatmika (2017) pada penelitian, dapat disimpulkan bahwa:
masyarakat pesisir Kota kendari, yang indeks massa tubuh (IMT), lingkar
menunjukkan responden yang memiliki pinggang (LP) dan asupan natrium
pola konsumsi natrium yang berlebih memiliki hubungan dengan kejadian
berisiko 5 kali mengalami hipertensi hipertensi pada dewasa muda di Kota
dibanding dengan responden yang Kendari, dan ketiga variable tersebut
memiliki pola konsumsi natrium merupakan faktor risiko terjadinya
normal. Sama halnya dengan penelitian hipertensi pada dewasa muda di Kota
yang dilakukan Mulliani (2016) Kendari.
mengatakan terdapat hubungan antara
asupan natrium dengan kejadian SARAN
hipertensi. Dengan adanya penelitian ini
Konsumsi natrium berlebih terjadi diharapkan masyarakat dapat
karena masyarakat cenderung menyukai meningkatkan kesadaran mengenai
makanan yang memiliki rasa asin dan pentingnya gaya hidup dan kebiasaan
gurih menyebabkan penggunaan garam hidup sehat, dengan cara melakukan
dapur (NaCl) dan penyedap rasa aktivitas fisik misalnya senam atau
olahraga yang dilakukan secara teratur Gizi Universitas Muhammdiyah
sebanyak 30-60 menit/hari minimal 3 Semarang April 2013. 2 (1) : 1-8
hari/minggu untuk mencegah terjadinya htttp://jurnal unimus.ac.i diakses
obesitas. Selain itu diharaapkan pada tanggal 3 Desember 2016.
masyarakat agar tidak menggunakan
garam dapur (NaCl) dan penyedap rasa Herbert Wau, (2012). Pedoman Prevalensi
Hipertensi. Diakses dari
lainnya scara berlebihan yakni tidak
http://www.repository,prevalen
lebih dari 2000 mg atau tidak lebih dari si.ac.id/pdf pada tanggal 9 Maret
1 sendok teh perhari. Dan bagi peneliti 2012
selanjutnya diharapkan dapat lebih
menyempurnaka hasil penelitian ini. Kartikasari, AN. 2012. Faktor Risiko
Hipertensi pada Masyarakat di
DAFTAR PUSTAKA Desa Kabongan Kidul, Kabupaten
Anggara, F.H.D., Prayitno, N. 2013. Rembang. Jurna Kedokteran.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Universitas Diponegoro.
Dengan Tekanan Darah Di Semarang.
Puskesmas Telaga Murni,
Cikarang Barat Tahun 2012. Kowalski, R.E. 2010. Terapi Hipertensi.
Jurnal Ilmiah Kesehatan 5(1) : 1 Bandung: Qanita
Adiatmika, Anugrah. 2017. Hubungan
Irza, Syukraini. 2009. Analisis Faktor
Aktivitas Fisik Dan Asupan
Risiko Hipertensi pada
Natrium Dengan Kejadian
Masyarakat Negari Bungo
Hipertensi Pada Masyarakat
Tanjung, Sumatra Barat. Skripsi:
Pesisir Kota Kendari. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.
Universitas Halu Oleo. Kendari.

Dasmond, G., Julian, J., Campbell Lestari, D. 2010. Hubungan Asupan


Cowan., James, M.M. 2007. Kalium, Kalsium, Magnesium,
Cardiology 8th Edition. Sounders: dan Natrium, Indeks Massa
Elsevier Production. Tubuh, serta Aktivitas Fisik
dengan Kejadian Hipertensi pada
Dhianningtyas, Y., Hendrati, L.Y. 2006. Wanita Usia 30-40 Tahun. Jurnal
Risiko Obesitas, Kebiasaan Kedokteran. Fakultas Kedokteran
Merokok, dan Konsumsi Garam Universitas Diponegoro.
Terhadap Kejadian Hipertensi Semarang 2010.
pada usia produktif. The
Lubis, Z., Wahyuni, E., Siregar. 2014.
Indonesian Journal of Public
Hubungan Asupan Natrium
Health. 2(3)
dengan Kejadian Hipertensi di
Fauziah N. Y., Handarsari E., dan Upt Pelayanan Sosial Lanjut
Bintanah, S. 2013. Pola Usia Binjai Tahun 2014. Jurnal
Konsumsi Bahan Makanan Kesehatan Masyarakat FKM
Sumber Natrium pada Pasien. USU. Medan 2014.
Hipertensi Rawat Jalan di Rumah
Sakit Tugurejo Semarang. Jurnal
Muliani, B. 2016. Hubungan Pola Makan, Rahajeng E, Tuminah S. 2009. Prevalensi
Asupan Makanan, dan Obesitas Hipertensi dan Determinannya di
Sentral dengan Hipertensi di Indonesia. Jakarta: Pusat
Puskesmas Rajabasa Indah Penelitian Biomedis dan Farmasi
Bandar Lampung. Jurnal Badan Penelitian Kesehatan
Kesehatan. Volume VII, Nomor Departemen Kesehatan RI,
1, April 2016, halaman 34-45. Jakarta.

Muliyati, H., Syam A., dan Sirajuddin S. Riskesdas. 2013. Badan Penelitian Dan
Hubungan Pola Konsumsi Pengembangan Kesehatan
Natrium Dan Kalium Serta Kementrian Kesehatan RI. Jakarta
Aktifitas Fisik Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Rawat Saing, Johannes H. 2005. Hipertensi Pada
Jalan Di Rsup Dr. Wahidin Remaja. Jurnal. Bagian Ilmu
Sudirohusodo Makassar. Jurnal Kesehatan Anak FK USU RS
Media Gizi Masyarakat Adam Malik. Medan.
Indonesia, Vol.1,No.1. Makassar.
Sharon, Cindy. 2009. Prevalensi
Munkoda, M., dkk. 2010. Adiponectin and Hipertensi Essensial Pada
Leptin Metabolic Biomarkers in Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Chinese Children and Universitas Kristen Maranatha
Adolescents. Journal of Obesity. Berdasarkan Uji Saring Cold
Pressure Test. Skripsi.
Moudy I., Karel P., Wongkar M. 2014.
Hubungan Indeks Massa Tubuh Syahri,A inun MS. 2012. Hubungan Gaya
Dan Lingkar Pinggang Dengan Hidup dengan Kejadian
Tekanan Darah Pada Mahasiswa Hipertensi pada Mahasiswa di
Fakultas Kedokteran Universitas Lingkup Kesehatan Universitas
Sam Ratulangi. Jurnal E-Clinic. Hasanuddin. Skripsi. Makassar:
Universitas Sam Ratulangi,
Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin.
Nanik S.D. 2011. Hubungan Lingkar
Pinggang Pada Penderita Suarthana, E dkk. (2005). Prevalensi
Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Rumah
Hipertensi Di Dusun Galan Tangga dan Faktor-faktor Gizi
Titrosari Kretek Bantul yang berhubungan di Kelurahan
Yogyakarta. Skripsi. Sekolah Utan Kayu Jakarta Timur.
Tinggi Ilmu Kesehata Aisyiyah.
Majalah Kedokteran Indonesia.
Yogyakarta.

Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Wiardani, N.K. Kusmayanti, Dewi G.


Kendari. 2015. Kendari : 2010. Indeks Massa Tubuh,
Dinkes Kota Kendari. Lingkar Pinggang Serta Tekanan
Darah Pada Penderita Dan Bukan
Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Penderita Diabetes Melitus.
Sulawesi Tenggara. 2016. Dinkes Jurnal Gizi Poltekes. Denpasar
Sulawesi Tenggara.

Você também pode gostar