Você está na página 1de 28

PT Sigmatech Tatakarsa

Technical Report:
report-4

A Review on Energy Efficiency of


Induction Motor

Penulis:
Nanang Rohadi

February 8, 2018
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Contents
1 Pendahuluan 4

2 IEC 60034-30-1 Standar efisiensi untuk motors AC tegangan ren-


dah 7
2.1 Klas efisiensi berdasarkan IEC 60034-30-1:2014 . . . . . . . . . . . . 7
2.2 IEC 60034-2-1:2014, Metoda perhitungan rugi-rugi dan efisiensi . . . 8
2.3 Motor apa saja yang tercakup dalam standar IEC/EN 60034-30-1:2014 9
2.4 Kompatibilitas IEC 60034-30-1 dengan standar efisiensi lain . . . . . 10

3 Studi Keandalan (Reliability) dan Lifetime Motor berdasarkan Klas


Efisiensi 12

4 Seleksi dan Pengoperasian Motor 21


4.1 Service Factor, Duty Cycle, and Oversizing . . . . . . . . . . . . . . . 21

5 Kesimpulan 24

1
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

List of Figures
1 Tipe komponen penggerak motor listrik . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2 Perkiraan pangsa pasar motor LV global tahun 2018 [7] . . . . . . . . 6
3 Algoritma untuk metoda pengujian efisiensi [7] . . . . . . . . . . . . . 9
4 Klas efisiensi untuk 4-pole, 50 Hz motor induksi [ABB] . . . . . . . . 11
5 Tingkat ambang motor kelas efisiensi [ABB] . . . . . . . . . . . . . . 11
6 Kompatibiliats standar efisiensi [ABB] . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
7 Usia motor dalam populasi 4142 unit motor [17] . . . . . . . . . . . . 13
8 Motor MTBF fungsi dari bearing dan winding . . . . . . . . . . . . . 15
9 Kenaikan temperatur pada kumparan stator untuk klas efisiensi yang
berbeda pada motor dengan 7.5 kW, 4-pole: (kiri) pergerakan suhu
terhadap waktu pada beban penuh mulai pada suhu dingin; (kanan)
suhu seimbang pada percobaan beban 100%, 75%, 50%, . . . . . . . 16
10 Estimasi penguatan pada SCIM untuk klas efisiensi yang berbeda:
(kiri) lifetime gain untuk isolasi kumparan pada temp.ruang kon-
stan dan pada rugi-rugi nominal; (tengah) margin temperatur untuk
rugi-rugi dan lifetime yang konstan; (kanan) kenaikan loses tambahan
(tambahan rugi-rugi nominal) untuk temperatur ruang dan lifetime
konstan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
11 (a) Estimasi harapan kenaikan temperatur motor relatif (ref. IE2) . . 18
12 (b) Estimasi harapan output power motor relatif (ref. IE2) . . . . . 18
13 (c) Estimasi harapan lifetime motor relatif (ref. IE2) . . . . . . . . . 19
14 Daftar harga motor[20] . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
15 Percobaan pada 7.5 kW, 4-pool rugi-rugi total pada beban penuh dan
tanpa beban dengan dan tanpa VSD, two level VSI (voltage source
inverter), 4-kHz), berdasarkan IEC 60043-2-4 . . . . . . . . . . . . . . 20
16 Kurva percobaan kemampuan speed-torque untuk motor 7.5 kW, 4-
pole, berpendingin kipas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
17 Estimasi pengaruh SF terhadap IE3 motor . . . . . . . . . . . . . . . 22
18 Estimasi perubahan kecepatan (%) ketika merubah klas efisiensi IE2
dari motor induksi ke IE3 dan IE4, untuk motor 4-pole, 50 Hz (asumsi
torsi beban konstan) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
19 Momen indersia SCIMs pada klas efisiensi yang berbeda . . . . . . . 23
20 Hubungan antara kenaikan rating daya dan rating efisiensi untuk
SCIM,4-pole,50Hz untuk masing-masing klas efisiensi . . . . . . . . . 24

2
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

List of Tables
1 Tingkat faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian [7] . . . . . 7
2 Data kegagalan SCIM dari berbagai sumber[19] . . . . . . . . . . . . 14

3
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Abstract

Motor listrik dan penggeraknya adalah peralatan listrik yang sangat diper-
lukan dalam industri. Terbukti bahwa sekitar 30%-40% dari total energi global
yang dibangkitkan dikonsumsi oleh industri dengan 70% diantaranya di kon-
sumsi oleh motor listrik sebagai peralatan listrik utamanya (mayoritas). Pada
saat ini isu efisiensi untuk motor listrik adalah hal yang sangat penting, karena
bukan hanya untuk menghemat biaya penggunaan tenaga listrik terhadap
kerja motor tetapi juga bermaksud untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
(emission of greengouse gases). Oleh karena itu, sejumlah negara (seperti:
Eropa, Amerika) telah mulai memperhatikan faktor efisiensi terhadap kerja
motor (tidak terkecuali dengan Indonesia) yaitu dengan mulai menetapkan
standarisasi efisiensi pada aplikasi motor yang digunakan. Saat ini tidak ada
metoda tunggal yang digunakan untuk menetapkan standar efisiensi terhadap
kerja motor, semua masih dalam tahap pengembangan. Kebijakan peraturan
diseluruh dunia sedang diadopsi untuk mempercepat transformasi pasar motor
menuju kelas efisiensi Premimium (IE3) dan Super Premium (IE4). Berkaitan
dengan penerapan efisiensi motor, isu lain yang juga perlu diperhatikan dalam
lingkup industri modern, diantaranya: keandalan motor (reliability), proteksi,
perawatan, daya reaktif, kecepatan operasi, torsi awal, dan torsi kecepatan.
Pada laporan ini hanya akan dibahas tentang internasional standar efisiensi
motor induksi berdasarkan standar International Electrotechnical Commission
(IEC) yaitu IEC 60034-30-1 yaitu standar internasional tentang klas efisiensi
pada motor induksi dan juga studi tentang keandalan pada pengoperasian
dari motor dengan efisisensi tinggi, harapan hidup motor (lifetime) terhadap
klas efisiensi yang digunakan, juga dibahas tentang bagaimana pindah klas
efisiensi yang lebih tinggi sehingga dapat menghindari untuk berinvestasi ke
kelas motor dengan daya yang lebih besar (oversizing).

1 Pendahuluan
Sesuai fungsinya, motor listrik digunakan untuk mengubah tenaga listrik menjadi
tenaga mekanik dan merupakan jantung dari power drive system (PDS) dalam sistem
penggerak motor listrik (motor driven systems, MDSs), seperti ditunjukan pada
Gambar 1. PDS dapat atau tidak dilengkapi konverter atau variable-speed drive
(VSD). Jika MDS tidak memiliki VSD, maka kerja motor akan langsung disuplai
energi listrik langsung melalui stop kontak dan selanjutnya akan beroperasi dengan
kecepatan tetap.
MDSs dapat mengkonsumsi energi listrik hampir sekitar 50% [8]dari total energi
yang dibangkitkan, yaitu untuk mengendalikan segala macam aplikasi akhir (jenis

4
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 1: Tipe komponen penggerak motor listrik

beban), seperti: pompa, kipas angin, kompresor, ban berjalan, penghancur, peng-
giling, mixer, mesin sentrifugal, pengepres, elevator, penggiling, pengepakan perala-
tan, proses industri, dan seterusnya. Lebih dari 90% motor listrik yang terinstal
adalah berupa motor induksi tiga fasa (squirrel-cage induction motors, SCIMs). Di
industri, SCIMs terkonversi menjadi tenaga mekanik lebih dari 2/3 dari masukan
energi listrik [1]-[6]. Gambar 2 menyajian perkiraan pangsa pasar motor listrik
tegangan rendah (LV) pada tahun 2018 . Saat ini SCIMs sudah tersedia untuk kelas
IE4, selanjutnya fokus pembahasan pada laporan ini adalah tentang klas efisiensi
untuk SCIMs.
Faktor utama yang mempengaruhi keputusan pembelian motor listrik adalah perbe-
daan pada OEM (Original Equipment Manufacturers), distributor dan pengguna
akhir (end user )(seperti yang ditunjukkan pada Tabel I). Dari tabel I dapat dikatakan
bahwa perhatian utama pengguna akhir adalah tentang kualitas produk (product
quality)dan kehandalan (reliability), efisiensi energi, dan stok (ketersediaan). Faktor
pertama dan ketiga berhubungan langsung terhadap (downtime) dari proses indus-
tri, misalnya karena terjadi kegagalan motor. Kualitas layanan dan waktu tunggu
mungkin juga terkait dengan motor pengganti dan ketersediaan suku cadang mo-
tor, serta layanan perbaikan motor. Keandalan dan efisiensi motor ,oleh karena itu,
keduanya sangat penting bagi pengguna akhir.
Dalam kontek aplikasi motor induksi, ada sejumlah standarisasi dalam menentukan
minimum efficiency performance standards (MEPS). Untuk cakupan yang lebih luas
(global), problem utama terhadap penerapan MEPS adalah tidak adanya sinkro-
nisasi (keseragaman) mengenai penilaian terhadap pengukuran standar efisiensi min-
imum. Dimana perbedaannya adalah dari tingkat efisiensi dan standar motor acuan
sebagai cara untuk implementasinya. Berikut adalah sejumlah standar/regulasi yang
digunakan untuk menentukan motor efisiensi, yaitu: NEMA & EPAct, NRCan, CE-
MEP, CPANT, AS/NZS, IEC 60034-2, IEEE 112, CSA 390, etc [9, 10, 11] dan yang
lainnya masih dalam persiapan. Masing-masing standar menawarkan metoda yang
berbeda untuk menentukan kinerja motor listrik, dan hasilnya berbeda. Bebeapa
publikasi internasional menyajikan nilai efisiensi yang berbeda, hal ini menyebabkan

5
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 2: Perkiraan pangsa pasar motor LV global tahun 2018 [7]

hambatan bagi pembeli/pedagang untuk membandingkan nilai karakteristik efisiensi


tersebut.
Standar nilai efisiensi masih terus dikembangkan dan belum berlaku secara global
dalam penentuan efisiensi dari motor induksi. Dalam kontek tantangan yand di-
hadapi pada sektor industri terutama dalam pemanfaatan motor induksi, adalah
tanggung jawab pemerintah/organisasi untuk memiliki informasi dan regulasi ten-
tang penerapan faktor efisiensi dan berusahan meningkatkan signifikansi motor in-
duksi dengan efisiensi yang lebih tinggi. Pada laporan ini (untuk penggunaan motor
di Indonesia) pembahasan akan difokuskan pada standar efisiensi dengan mengacu
pada International Electrotechnical Commission (IEC), yaitu IEC 60034-30-1. Di-
mana kode ”IE” dinyatakan sebagai ”International Efficiency” dan standar diny-
atakan dalam 5 tingkat dari IE, yaitu IE1 sampai IE5 (standar limit efisiensi) [12].
Berdasarkan regulasi yang terbaru yaitu EC 640/2009 dan telah diamandemen pada
2014, dinyatakan bahwa efisiensi motor tidak boleh kurang dari IE3 dan berlaku
pada 1 january 2017. Minimum efisiensi IE3 harus diaplikasikan untuk rating daya
motor dari 0.75 sampi 375 kW, atau efisiensi IE2 dengan dilengkapi inverter [13].
Dimana sebagai upaya global untuk mengurangi konsumsi energi listrik dan emisi
CO2, maka pasar motor listrik saat ini bergerak menuju kelas efisiensi Premium /
IE3 dan Super Premium / IE4, terutama di negara-negara berkembang

6
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Table 1: Tingkat faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian [7]

Key Factors OEM Distributor End-user


Kualitas produk & Keandalan 0 + ++
Harga ++ 0 0
Kualitas pelayanan + – ++
Reputasi Merek 0 ++ +
Efisiensi energi –– 0 +
Aturan pemeritnah – 0 0
Stok + ++ +
Legend: – – low; – medium low;
0 medium; +medium high; ++ high

2 IEC 60034-30-1 Standar efisiensi untuk motors


AC tegangan rendah
Standar IEC/EN 60034-30-1 pada klas efisiensi untuk operasi motor AC telah dipub-
likasikan oleh IEC pada 6 maret 2014. Standar IEC ini berkaitan dengan har-
monisasi secara global terhadap klas efisiensi energi untuk motor listrik. Diband-
ingkan dengan IEC/EN 60034-30:2008, standar baru ini secara signifikan memper-
luas jangkauan produk yang tercakup dengan masuknya motor 8 pole dan mem-
perkenalkan klas efisiensi baru yaitu IE4 untuk kinerja motor listrik. Semua kon-
struksi teknis dari motor dikover sepanjang motor tersebut berada pada rating untuk
pengoperasian langsung. Dimana standar sebelumnya hanya untuk motor 3 phase,
standar baru juga meliputi motor 1 phase termasuk juga motor magnet permanen.
Pentingnya menentukan kelas efisiensi energi motor secara signifikan didasarkan
pada aplikasi yang telah ditentukan, pengguna dan kondisi pasar dan manajemen
energi audit. Dimana motor klas efisiensi yang lebih tinggi memiliki keunggulan ek-
stra dibandingkan dengan klas efisiensi yang lebih rendah; yaitu mempunyai efisiensi
pengoperasian terhadap beban dan faktor daya yang lebih baik, dan keduanya akan
memberikan efisiensi rata-rata yang lebih baik [14]

2.1 Klas efisiensi berdasarkan IEC 60034-30-1:2014

Versi terbaru dari metode ini adalah efisiensi dihitung bergantung pada ”penjum-
lahan rugi-rugi” terpisah untuk motor induksi tiga fasa. Untuk menghitung kom-
ponen rugi-rugi: rugi-rugi besi, rugi-rugi windage dan gesekan, rugi-rugi tembaga

7
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

stator dan rotor, dan estimasi kerugian beban tambahan diperhitungkan [12].
Dalam IEC 60034-30-1, klas efisiensi didefinisikan untuk motor induksi adalah :
• IE1 (Standard Efficiency)
• IE2 (High Efficiency)
• IE3 (Premium Efficiency)
• IE4 (Super Premium Efficiency)
• IE5 (Limit Efficiency)

2.2 IEC 60034-2-1:2014, Metoda perhitungan rugi-rugi dan


efisiensi

Pada metoda ini, testing dikelompokan dalam 3 kategori: a) pengukuran langsung;


b) back-to-back test; dan c)penentuan rugi-rugi aktual pada mesin dalam kondisi
tertentu [12, 15]. Metoda yang digunakan untuk pengujian dilakukan dengan mem-
perhatikan faktor ketidak pastian (uncertainty) [12]. Metoda ini dikenal dengan
nama metoda ”summation of separate losses, additional-load loss determined by
the method of residual loss” yang diaplikasikan untuk semua motor tiga fasa den-
gan rating daya output sampai 2mW [12]. Metoda ini mengevaluasi efisiensi melalui
penjumlahan sejumlah komponen rugi-rugi, yaitu: rugi besi, rugi angin dan gesekan,
rugi tembaga pada stator dan rotor, dan rugi-rugi tambahan pada beban [16].
Pada dasarnya, penentuan efisiensi tergantung pada hasil pengujian berikut: P1 dan
P2 (W) yaitu hail pengukuran daya masukan dan keluaran pada masing-masing titik
beban dan penjumlahan dari total rugi-rugi PT , Pf e adalah rugi-rugi besi, Pf w (W)
adalah rugi-rugi gesekan dan angin, Pc (W) adalah konstanta rugi-rugi, PLL rugi-rugi
tambahan dari beban, dan Psθ dan Prθ adalah asing-masing rugi-rugi pada stator dan
rotor [12]. Perhitungan konstanta rugi-rugi tergantung pada luaran dari pengujian
tanpa beban. Pembagian rugi-rugi kumparan tanpa beban terhadap daya masukan
tanpa beban yang diberikan menghasilkan konstanta rugi-rugi yaitu penjumlahan
dari rugi-rugi pada gesekan dan rugi-rugi besi. Perhitungan dari variabel rugi-rugi
yang mengoreksi rugi-rugi pada rotor dan stator harus diatur oleh kurva pengu-
jian keluaran berbeban. Akhirnya perhitungan rugi-rugi beban tambahan meng-
gunakan sisa kerugian yang berasal dari semua keluaran pengujian dalam analisa
regresi kuadrat dari torsi beban. Perhitungan setiap kerugian mengandung beber-
apa kondisi khusus, terutama kerugian variabel yang dirinci dalam klausa standar.
Secara keseluruhan, IEC 60034-2-1:2014 mendefinisikan persamaan efeisiensi dalam

8
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 3: Algoritma untuk metoda pengujian efisiensi [7]

(1) yang ditentukan oleh penjumlahan total kerugian pada (2) adalah diberikan sbb.
[12]:
PT = Pf e + Pf w + Pf θ + Prθ + PLL (1)
P1,θ + PT
η= (2)
P1,θ

2.3 Motor apa saja yang tercakup dalam standar IEC/EN


60034-30-1:2014

Standar baru dapat mencakup skop produk yang lebih luas. Rentang daya telah
diperluas untuk mencakup motor dari daya 120 W sampai 1000 kW. Semua kon-
struksi teknik dari motor listrik adalah dicakup sepanjang motor berada dalam
rentang untuk beroperasi secara langsung. Cakupan untuk standar baru meliputi:

• Motor dengan kecepatan tunggal ( satu dan tiga fase ), frekuensi 50, 60 Hz;

9
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

• Jumlah kutub: 2,4,6 dan 8;


• Cakupan keluaran dari 0,12 kW sampai 1000 kW;
• Tegangan terukur diatas 50 V sampai 1 kV;
• Motor dapat beroperasi terus menerus pada rating dayanya dengan kenaikan
suhu berada dalam klas temperatur isolasi yang ditentukan;
• Motor, ditandai dengan suhu ruang (ambient) dalam kisaran temperatur −20 o C
sampai +60 o C;
• Motor ditandai dengan ketinggian sampai 4000 m diatas permukaan laut
IEC/EN 60034-30-1 tidak diterapkan untuk motor sbb:
• Motor kecepatan tungggal dengan 10 pole atau lebih atau motor dengan multi
kecepatan;
• Motor yang benar-benar terintegrasi dalam mesin (misal: pompa, kipas angin
atau kompresor) yang tidak dapat diuji secara terpisah dari mesin;
• Motor pengereman (brake motor ), bila rem tidak bisa dibongkar atau disuplai
dari sumber yang berbeda
Gambar 4 adalah lebih detil tentang kurva efisiensi terhadap daya motor 4 pole dan
frekuensi 50 Hz untuk masing-masing klas efisiensi berdasarkan IEC 60034-30-1.
Klas efisiensi E5 dipertimbangkan untuk revisi kedepan, dengan tujuan selanjutnya
untuk mengurangi kerugian sekitar 20% relatif terhadap IE4.
Tingkat efisiensi motor berdasarkan IEC 60034-30-1 didasarkan pada metoda pen-
gujian dengan memperhatikan faktor ketidak pastian sistem minimum berdasarkan
pada IEC 60034-2-1:2014. Gambar 4 adalah tabel klas efisiensi yang didefinisikan
dalam IEC/EN 60034-30-1:2014 dan IEC 60034-2-1:2014 untuk motor dengan 2,4,6
dan 8 kutub (pole) dengan daya antara 0.12 dan 1000 kW dengan frekuensi 50 Hz.
Dokumentasi pabrikan harus menunjukkan bagaimana nilai efisiensi ditentukan. Ni-
lai efisiensi hanya bisa dibandingkan jika mereka menggunkan metoda pengujian
yang sama, misal metoda pengujian berdasar IEC 60034-2-1. Nilai efisiensi teren-
dah bersamaan dengan kode IE (IE-code) ditampilkan pada rating plat motor.

2.4 Kompatibilitas IEC 60034-30-1 dengan standar efisiensi


lain

Ketidak sinkoran berbagai standar efisiensi untuk motor masih terjadi. IEC stan-
dar melakukan penyelarasan global (masih berlangsung) terhadap sejumlah standar

10
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 4: Klas efisiensi untuk 4-pole, 50 Hz motor induksi [ABB]

Figure 5: Tingkat ambang motor kelas efisiensi [ABB]

11
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 6: Kompatibiliats standar efisiensi [ABB]

efisiensi yang saat ini berbeda, sehingga membuat perbandingan menjadi lebih mu-
dah.
Gambar 6 adalah gambar tabel yang menunjukkan perbandingan kasar antara IEC
60034-30-1 dengan skema MEPS. IEC haya mendefinisikan persyaratan untuk klas
efisiensi dan bertujuan untuk menciptakan dasar secara internasional, tidak menen-
tukan motor mana harus diberikan tingkat efisiensi. Hal ini masih membiarkan
(menghormati) aturan masing-masing negara. Masing-masing negara disarankan
untuk menerapkan tingkat efisiensi minimum yang kompetibel sebagai cara untuk
meyakinan tersedianya motor yang paling efisien bagi pengguna.

3 Studi Keandalan (Reliability) dan Lifetime Mo-


tor berdasarkan Klas Efisiensi
Pada bagian ini fokus pembahasan adalah pada dua komponen utama motor, yaitu:
bearing dan winding. Diasumsikan bahwa motor squirrel-cage induction motors
(SCIMs) tiga fase memiliki lifetime keseluruhan dalam rentang 12-20 tahun, dan
motor tersebut dapat di ”rewinding” dua sampai empat kali selama perioda tersebut
(untuk negara berkembang), tergantung pada kondisi operasi dan rating dayanya
[1, 2]. Pada kondisi nyata, sebuah studi telah menyatakan bahwa dalam industri
modern, mungkin ada sejumlah motor besar dalam usia tua masih dapat beroperasi

12
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 7: Usia motor dalam populasi 4142 unit motor [17]

melebihi batas lifetime-nya (lebih dari 20 tahun), seperti ditunjukkan pada gambar
7. Setelah melebihi batas siklus hidupnya, maka motor biasanya dikirim ketempat
barang rongsokan untuk didaur ulang.
Statistik menunjukkan bahwa ”downtime” tahunan sekitar 0.5% – 4% diharapkan
pada motor listrik [18]. Frekuensi kerusakan motor berbeda-beda tergantung pada
kondisi spesifik operasinya. Sebagian besar kerusakan terjadi karena beban lebih
(overload). Kegagalan pada isolasi lilitan stator, sehingga menyebabkan gangguan
hubung singkat ke tanah (phase to ground fault), yang bisa diakibatkan karena
kelebihan tegangan (over voltage) atau karena kontaminasi, misal: kelembaban
minyak, lemak, debu, atau bahan kimia liannya [18]. Oleh karena itu pemilihan
motor yang benar untuk setiap aplikasi, pemasangan yang benar, perawatan rutin,
dan peralatan proteksi motor yang memadai merupakan poin penting untuk mem-
perhitungan operasi motor bebas dari gangguan.
Aturan umum yang berlaku dinegara maju, SCIM dengan daya kecil (<37 kW)
jarang diperbaiki kalau terjadi kerusakan berat atau kerusakan yang berkelanju-
tan pada inti stator atau rotor, maka selanjutnya akan diganti baru. Pada era
terkini, pendekatan pemeliharaan/perbaikan secara bertahap berevolusi dari reaktif
dan preventif (terjadwal) hingga diagnoss dan prediktif (berdasarkan kondisi), bila
dibenarkan secara teknik dan ekonomis, maka penting untuk melakukan analisis ter-
hadap penyebab kegagalan, Jika tidak, maka motor sering kali berulang terjadi kega-
galan operasi. Sejumlah mekanisme kegagalan dapat menyebabkan motor yang sama

13
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

akan terjadi kegagalan, penyebabnya adalah karena: overvoltage, overload, faktor


ventilasi, temperatur ruang tinggi. Semua akan menyebabkan kegagalan pada lilitan
yang sama, hal ini perlu melakukan studi sistem menyeluruh untuk mengidentifikasi
masalahnya dengan benar.
Tabel 2 adalah menyajikan data tentang rincian kegagalan pada SCIM dari berba-
gai studi/survei/sumber. Penyebab kegagalan terbesar yaitu 3/4 kegagalan SCIM
berasal dari kegagalan pada bearing dan winding (elemen penting dalam operasi mo-
tor). Oleh karena itu meminimasi kegagalan dari kedua komponen tersebut adalah
aspek penting dari operasi dan pemeliharaan motor. Kegagalan motor terkait bear-
ing hampir mencapai setengah dari total kegagalan.

Table 2: Data kegagalan SCIM dari berbagai sumber[19]

SCIM Part: Stator Bearings Rotor Other


Survey/study/sources Parts
EPRI (1983) 37% 41% 10% 12%
EPRI (1984) 25% 60% 1% 14%
EPRI (1985) 36% 41% 9% 14%
EPRI (1994) 16% 51% 5% 28%
IEEE & EPRI (1982) 33% 37% 5% 25%
ABB (2013) ¡35% 65% 65% 65%
Catatan :EPRI–Electric Power Research Institute

Keandalan motor (reliabilty) dapat dihitung berdasarkan waktu rata-rata antara


kegagalan (mean time between failure, MTBF), jika downtime (waktu perbaikan)
adalah lebih pendek dari waktu operasi. Untuk lebih sederhana, diasumsikan hanya
bearing (simbol b1 dan b2) dan kumparan (winding, w) adalah komponen motor
yang berkontribusi terhadap kegagalan motor, selanjutnya motor MTBF dapat diny-
atakan dengan:
M T BFb1 .M T BFb2 .M T BFw .
M T BFmtr = (3)
M T BFb1 .M T BFb2 + M T BFb1 .M T BFw + M T BFb2 .M T BFw

Karena MTBF bearing, pada umumnya, adalah lebih rendah dari winding, maka
investasi pada bearing yang lebih handal akan memiliki dampak signifikan pada
motor MTBF, lihat gambar 8.
Pada proses industri, MDS (motor drive system) memegang peranan yang sangat
penting. Dalam beberapa kasus, kegagalan pada motor akan berakibat fatal untuk
proses industri. Oleh karena itu tingkat kegagalan dari sebuah kesalahan dari se-
buah kerja motor perlu diberikan, sehingga pencegahan yang sesuai dapat dilakukan.

14
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 8: Motor MTBF fungsi dari bearing dan winding

Pendekatan analisis terhadap sebuah kesalahan telah digunakan untuk melakukan


identifikasi dan mencatat kegagalan komponen yang mengakibatkan gangguan op-
erasi dari motor.
Motor dengan efisiensi tinggi menawarkan keuntungan yang jelas dalam hal waktu
penuaan pemanasan pada kumparan stator. Pada saat ini kumparan stator motor
sebagian besar menggunakan bahan isolasi klas-F/H (155/180 o C max). Terlepas
dari kenaikan suhu motor yang sebenarnya, maka kenaikan temperatur jauh lebih
rendah pada motor dengan IE3 (klas premium) dan IE4 (klas super premium) karena
kerugian yang lebih rendah dan disipasi panas yang baik melalui proses konduksi
dan konveksi (karena konstruksi stator yang telah ditingkatkan kinerjanya). Efek
yang ditimbulkan adalah umur isolasi kumparan yang lebih lama atau faktor servis
yang lebih baik (service factor, SF).
Pada gambar 9 mempelihatkan kenaikan temperatur dari kumparan stator fungsi
waktu pada beban penuh setelah mulai dari kondisi dingin sampai mencapai suhu
diam (steady state). Terlihat bahwa kondisi suhu (steady state) sebagai fungsi waktu
untuk motor 7.5 kW, 4-pole, semakin naik untuk klas efisiensi motor yang berbeda.
Kelas efisiensi dari SCMIs yang lebih tinggi (i.e. IE4), mempunyai kenaikan tem-
peratur internal lebih rendah.
Berdasarkan gambar 9 dijelaskan bahwa SCMI dengan efisiensi yang lebih tinggi
dengan klas isolasi yang sama, maka:

15
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 9: Kenaikan temperatur pada kumparan stator untuk klas efisiensi yang
berbeda pada motor dengan 7.5 kW, 4-pole: (kiri) pergerakan suhu terhadap waktu
pada beban penuh mulai pada suhu dingin; (kanan) suhu seimbang pada percobaan
beban 100%, 75%, 50%,

1. menghasilakan MTBF kumparan yang lebih lama untuk suhu ruang yang
sama;
2. menahan suhu lingkungan yang lebih tinggi, untuk MTBF kumparan yang
sama;
3. menahan kerugian tambahan yang lebih tinggi karena kualitas daya yang ren-
dah, untuk suhu ruang dan MTBF kumparan yang sama;
4. menahan daya keluaran yang tinggi, untuk temperatur ruang dan MTBF
kumparan yang sama;
5. kombinasi dari tiga kondisi sebelumnya
Gambar 10 menampilkan estimasi penguatan untuk lifetime (untuk temperatur ru-
ang dan rugi-rugi nominal konstan), estimasi penguatan untuk temperatur ruang
(untuk lifetime dan rugi-rugi konstan), dan estimasi tambahan rugi-rugi (untuk life-
time dan temperatur ruang adalah konstan).
Lebih jauh tentang aplikasi klas efisiensi dari motor adalah seperti ditunjukkan pada
gambar 11. Menampilkan ekpektasi dari perhitungan terhadap umur motor, suhu
relatif dan derivasi dari daya keluaran untuk klas efisiensi IE2, IE3, dan IE4, dapat
dilihat bahwa dengan mengasumsi konstan rugi-rugi sebesar 25% yang bergantung

16
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 10: Estimasi penguatan pada SCIM untuk klas efisiensi yang berbeda: (kiri)
lifetime gain untuk isolasi kumparan pada temp.ruang konstan dan pada rugi-rugi
nominal; (tengah) margin temperatur untuk rugi-rugi dan lifetime yang konstan;
(kanan) kenaikan loses tambahan (tambahan rugi-rugi nominal) untuk temperatur
ruang dan lifetime konstan

pada rugi-rugi pada beban dan yang kedua proporsional terhadap kuadrat dari be-
ban sama untuk semua motor, dan motor dengan IE2 sebagai referensi. Kurva
ini membuktikan keuntungan dari motor dengan efisiensi tinggi dalam hal masa
pakai dan toleransi yang didapatkan pada kondisi tegangan tidak seimbang (voltage
unbalance, VU). Oleh karena itu, motor dengan klas efisiensi yang tinggi meru-
pakan alternatif yang menarik untuk pengurangan daya motor (kebesaran motor),
menawarkan keuntungan ekstra dari efisiensi mininal yang lebih tinggi ( mengarah
ke efisiensi rata-rata dan Power Factor yang lebih baik selama operasi). Tetapi,
biaya yang terkait dengan setiap opsi (lihat gambar 14) juga harus dipertimbangkan
saat mengevaluasi solusi biaya yang paling efektif.
Adanya distorsi harmonisa tegangan pada sumber tegangan menyebabkan penamba-
gan rugi-rugi harmonisa, pengurangan torsi motor, meningkatkan slip pada motor,
dan menimbulkan getaran (vibrasi) pada motor, semuanya akan berkontibusi pada
kenaikan temperatur internal motor, khususnya pada kumparan dan inti dari motor.
Pada sumber tegangan untuk SCIMs, harmonisa yang paling berpengaruh adalah
harmonisa 5th , 7th , dan 11th (terutama pada urutan negatif dari harmonisa 5th ),
akan sangat mempengaruhi kerugian pada stator dan rotor, bergantung pada nilai
amplitudonya [14, 21].

17
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 11: (a) Estimasi harapan kenaikan temperatur motor relatif (ref. IE2)

Figure 12: (b) Estimasi harapan output power motor relatif (ref. IE2)

18
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 13: (c) Estimasi harapan lifetime motor relatif (ref. IE2)

Figure 14: Daftar harga motor[20]

19
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 15: Percobaan pada 7.5 kW, 4-pool rugi-rugi total pada beban penuh dan
tanpa beban dengan dan tanpa VSD, two level VSI (voltage source inverter), 4-kHz),
berdasarkan IEC 60043-2-4

Untuk sumber daya dengan menggunakan variable speed drive (VSD), spektrum
harmonisa didorong ke orde yang lebih tinggi (kelipatan dari frekuensi switching
PWM, jika tidak ada overmodulasi yang digunakan), menyebabkan kerugian har-
monisa tambahan yang terkonsentrasi pada gulungan dan inti stator. IEC 60034-2-3
[22] menentukan metoda pengujian untuk mengevalausi kerugian harmonis SCIM
tambahan terhadap suplai daya dengan VSD, yang menambah kerugian mendasar.
Saat ini motor yang dijual sudah dilengkapi dengan ”tugas inverter”, yaitu dapat
menahan kenaikan suhu tambahan 10-15 K tanpa dampak besar pada masa pakai
motor (lifetime).
Pada [21], ditunjukkan bahwa IE2 SCIMs menghadirkan harmonisa yang lebih ren-
dah dibandingkan dengan IE3 SCIMs untuk jenis harmonisa ”low-order” yang sama.
Hal ini juga membuktikan bahwa kerugian harmonis hampir tidak bergantung pada
rasio beban motor. Pada gambar 15 menampilkan percobaan rugi-rugi harmonisa
dengan VSD yang berbeda, dijelaskan bahwa hubungan dengan IE2 SCIMs, IE3
SCIMs menyebabkan berkurangnya rugi-rugi harmonisa absolut (yaitu sekitar 33%
lebih rendah dari resistan kumparan dari motor IE3), tetapi presentasi kenaikan
untuk seluruh kerugian kemungkinan lebih tinggi karena kerugian mendasar (fun-
damental losses) lebih rendah. Pada akhirnya, karena toleransi yang dimiliki lebih
tinggi terhadap kenaikan suhu tambahan, maka motor dengan efisiensi tinggi pada
umumnya kurang rentan terhadap distorsi tegangan harmonik.
Gambar 16 menampilkan kurva torsi fungsi dari kecepatan untuk klas efisiensi IE2,
IE3, dan IE4. Karena ada limitasi torsi untk kecepatan yang lebih tinggi diband-

20
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 16: Kurva percobaan kemampuan speed-torque untuk motor 7.5 kW, 4-pole,
berpendingin kipas

ingkan dengan kecepatan nominal adalah terutama terkait dengan limitasi dari
tegangan dan arus pada keluaran VSD (bahkan jika menggunakan teknik ovemodu-
lasi dengan injeksi yang mengandung harmonik triple-n) dan untuk mengakomodasi
slip motor mendekati maksimum (mendekapi titik torsi maksimum), motor dengan
efisiensi tinggi tidak memberikan keuntungan dalam area operasi daya konstan.

4 Seleksi dan Pengoperasian Motor

4.1 Service Factor, Duty Cycle, and Oversizing

Batas daya motor SCIMs harus ditentukan untuk menjamin faktor pelayanan (ser-
vice factor, SF) dan siklus tugas (duti cycle, S1,S2, S3, ...). SF mendefinisikan
sebagai pengali (multiplier) yang bila diaplikasikan pada daya kuda (horse-power),
mengindikasikan terhadap pembebanan yang diijinkan pada nilai suplai daya dan
kondisi ambien, tanpa menimbulkan pemanasan yang berlebihan. Faktor ini juga
merupakan aspek penting yang mempengaruhi masa pakai motor. Motor dengan
SF=1.15 diharapkan memiliki kemampuan menahan beban jauh lebih besar diband-
ingkan dengan motor dengan SF=1.0 atau, sebagai alternatif dapat mempunyai
masa pakai yang lebih lama, seperti terlihat pada gambat 17[23]. Jika SCIM memi-
liki SF=1.15, berarti bahwa motor dapat untuk beroperasi sebanyak mungkin dalam
beban 75% - 100%, dan dapat menampung 15% kelebihan beban tanpa degradasi
dalam kinerjanya. Untuk kasus lain, jika SCIMs mempunyai SF=1.0 tetapi karena
kenaikan temperatur ekstra margin, maka SCMs dengan klas efisiensi IE2, IE3,
dan IE4 dapat mengggunakan SF ≥1.15, jika lifetime SCIM dengan klas efisiensi

21
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 17: Estimasi pengaruh SF terhadap IE3 motor

IE1dijadikan sebagai referensi.


Sudah diketahui bahwa, secara umum, menaikan (oversizing) SCIMs harus dihindari.
Tetapi mengingat perancangan sistem dilakukan secara konservatif, faktor keamanan
yang berlebihan, kenaikan daya dilakukan secara bertahap, kondisi beban yang tidak
pasti (uncertain), maka kebanyakan SCIMs terjadi ”oversized”. Disamping investasi
model ekstra, penguatan (oversizing) SCIMs dapat menyebabkan efisiensi yang sig-
nifikan dan mengurangi PF (faktor daya). Lebih jauh, untuk motor tanpa kecepatan,
slip yang lebih rendah terkait dengan oversizing (yaitu pada beban rendah dan rat-
ing daya yang tinggi, lihat gambar 18) dapat menyebabkan peningkatan keluaran
pada poros (daya mekanik), dan meningkatkan konsumsi energi listrik.
Selain itu inersia rotor yang lebih tinggi, lihat gambar 19, menyebabkan perioda
starting yang lebih lama, sehingga akan menyebabkan rugi-rugi starting yang besar
(ini sangat penting untuk aplikasi dengan motor dengan perioda star dan stop yang
terlalu sering). Namun rating nominal efisiensi meningkat bersamaan dengan rating
daya motor dan daya yang lebih tinggi menjadikan kurva efisiensi menjadi datar
(flat). Selain itu motor dengan daya besar akan beroperasi dengan temperatur
lebih dingin, lifetime lebih panjang dan toleransi yang lebih besar terhadap VU dan
distorsi.
Pada satu sisi rating efisiensi SCMs akan naik dengan kenaikan rating power, lihat
gambar 20. Tetapi pada sisi lain, efisiensi SCIMs turun secara signifikan ketika

22
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 18: Estimasi perubahan kecepatan (%) ketika merubah klas efisiensi IE2
dari motor induksi ke IE3 dan IE4, untuk motor 4-pole, 50 Hz (asumsi torsi beban
konstan)

Figure 19: Momen indersia SCIMs pada klas efisiensi yang berbeda

23
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

Figure 20: Hubungan antara kenaikan rating daya dan rating efisiensi untuk SCIM,4-
pole,50Hz untuk masing-masing klas efisiensi

daya keluaran (daya mekanik) untuk beban lebih rendah dari 60% dan untuk rating
tegangan, efisiensi puncak terjadi antara 60% dan 100% dari beban, tergantung pada
rating daya, klas efisiensi, brand/manufacturer. Oleh karena itu, lompat dari satu
rating daya komersial ke rating daya lain yang lebih tinggi menyebabkan kenaikan
dalam rating efisiensi, tetapi pada tingkat beban yang lebih rendah, maka dapat
menyebabkan efisiensi yang lebih rendah dari efisiensi nominal. Selanjutnya, bahkan
ketika tingkat efisiensi diperoleh dengan menaikan kapasitas motor, PF pada bagian
beban tertentu menjadi buruk terhadap motor yang oversized, sebab ini menurunkan
secara tajam beban motor. Semakin tinggi kelas efisiensi dan daya motor, semakin
rendah manfaat yang terkait dengan oversizing dikarenakan pengurangan efisiensi,
seperti dapat dilihat pada gambar 20.

5 Kesimpulan
Laporan teknik ini membahas tinjauan dan membandingkan standar baru IEC 60034-
30-1 untuk aplikasi SCIM (squirrel-cage induction motors).
Memilih SCIM baru dengan efisien tinggi yang tepat hanyalah bagian dari optimasi
MDS ( motor driven system), memerlukan konsen pada sejumlah masalah tambahan.
Pada laporan ini, gambaran umum tentang keandalan dan operasi motor dengan

24
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

efisiensi tinggi telah disajikan dengan fokus pada dampak klas efisiensi terhadap
lifetime motor pada kondisi tegangan unstable dan terjadi distorsi harmonik, serta
kemampuan pada overload termal.
Hubungan yang erat antara efisiensi dan keandalan motor, dimana klas efisiensi
tinggi dapat mengurangi kenaikan suhu sehingga dapat meningkatkan lifetime dari
motor. Klas efisiensi yang tinggi juga akan mempunyai toleransi yang tinggi ter-
hadap VU, penyinpangan amplitudo dan harmonisa, temperatur ambien yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan keandalan dan mengurangi kebutuhan pemeliharaan
motor.
Motor dengan kelas efisiensi yang lebih tinggi (IE4/IE3 versus IE2) atau dengan
faktor servis SF=1.15 versus SF=1.0 merupakan pilihan yang baik, karena motor
dengan efisiensi yang tinggi memiliki keuntungan ekstra dan faktor beban opera-
sional yang lebih tinggi yang pada akhirnya membawa efisiensi rata-rata dan PF
yang lebih baik.

References
[1] A. de Almeida et al..”Improving the penetration of energy efficient motors
and drives,” ISR-University of Coimbra, Rep. prepared for the Directorate
General of Transport and Energy, SAVE II Progr. EC, Brussels, Belgium,
2000.
[2] F. J. T. E. Ferreira,”Strategies to improve the performance of three-phase
induction motor driven systems,” Ph.D. dissertation, Dept. Elect. Comput.
Eng., Univ. Coimbra, Coimbra, Portugal, 2008.
[3] A. de Almeida, F. Ferreira, J. Fong, and P. Fonseca,”Ecodesign assessment
of energy-using products?euP Lot 11 Motors,” Final Rep. European Comm.,
Inst. of Systems and Robotics, Univ. of Coimbra, Coimbra, Portugal, Apr.
28, 2008.
[4] A. de Almeida, H. Falkner, J. Fong, and F. Ferreira,”Ecodesign of electric
motors and drives?The EuP Lot 30 preparatory study,” in Proc. 8th Energy
Eff. Motor Driven Syst., Rio de Janeiro, Brazil, 2013.
[5] A. de Almeida, F. J. T. E. Ferreira, and A. Duarte,”Technical and economical
considerations on super high-efficiency three-phase motors,” IEEE Trans.
Ind. Appl., vol. 50, no. 2, pp. 1274?1285, Mar./Apr. 2014.

25
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

[6] A. T. de Almeida, F. J. T. E. Ferreira, and G. Baoming,”Beyond induction


motors?Technology trends to move up efficiency,” IEEE Trans. Ind. Appl.,
vol. 50, no. 3, pp. 2103?2114, May/Jun. 2014.
[7] Alex Chausovsky,”Motor market update,” Presentation Slides, Motor Sum-
mit, Zurich, Switzerland, Oct. 2014.
[8] P. Waide and C. U. Brunner, ”Energy-efficiency policy opportunities for
electric motor-driven systems,” Int. Energy Agency, France, Tech. Rep., 2011.
[9] Gilbert A. McCoy Todd Litman, John G.Douglass ”Energy-Efficient Electric
Motor Selection Handbook” published by Washington State Energy Office
Olympia, Washington. 1993
[10] Bonnett, A.H., Emerson Electr., Gallatin, MO, Yung,C, ”A construc-
tion,performance and reliability comparison for PRE-EPACT, EPACT and
premiumefficient motors”, IEEE industry applications society 53rd Annual
conference, pp.1-7, 2006.
[11] Ghai, N.K.,” IEC and NEMA standards for large squirrel-cage induction
motors-a comparison”, IEEE Transactions on Energy C
[12] Rotating Electrical Machines?Part 30-1: Efficiency Classes of Line Operated
AC Motors (IE code) Machines, no. Edition 1.0, document IEC 60034-30-1,
Int. Electrotech. Commission, 2014.
[13] ”Commission regulation (EC) 640/2009 implementing directive 2005/32/EC
of the European parliament and of the council with regard to ecodesign
requirements for electric motors,” Off. J. Eur. Union, no. 640, p. L191/26,
2009.
[14] F. J. T. E. Ferreira, G. Baoming, and A. T. de Almeida, ?Reliability and
operation of high-efficiency induction motors,? IEEE Trans. Ind. Appl., vol.
52, no. 6, pp. 4628?4637, Nov./Dec. 2016.
[15] G. K. Esen and E. Ozdemir,”A case study of determining energy efficiency in
squirrel cage induction motor according to IEC 60034-2- 1:2014 standard,”
Renew. Energy Power Quality J., vol. 14, pp. 506?511, 2016.
[16] A. Boglietti, A. Cavagnino, and S. Vaschetto, ”Induction motor EU stan-
dards for efficiency evaluation: The scenario after IEC 60034-2-1,” in Proc.
IECON (Ind. Electron. Conf.), Nov. 2011, pp. 2786?2791
[17] R. Werle, ”Swiss audit program Easy,”Presentation Slides, Motor Summit,
Zurich, Switzerland, Oct. 2014.

26
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi

[18] RockwellAutomation,Basics for Practical Operation?MotorProtection, Pub-


lication WP Protect, EN, Jan. 1998.
[19] F. Ferreira, P. Pereirinha, and A. de Almeida, ”Study on the bearing cur-
rents activity in cage induction motors using finite-element method,” in Proc.
17th Int. Conf. Electr. Mach., Sep. 2006.
[20] WEGeuro - Industria Electrica, S.A. (Portugal), Manager of Marketing &
External Logistics Dept., Jan. 2013.
[21] C. Debruyne,” Impact of voltage distortion on energy efficiency of induction
machines and line start permanent magnet machines,” Ph.D. dissertation,
Dept. Elect. Energy, Syst. Automa., Univ. Gent, Gent, Belgium, 2013.
[22] Specific test methods for determining losses and efficiency of converter- fed
AC induction motors, IEC/TS 60034-2-3: 2013, Edition 1.0, 2013
[23] C. Bussmann. Motor protection-voltage unbalance and single-phasing. Duke
Energy Progress. (2003). [Online]. Available: www.bussmann.com

27

Você também pode gostar