Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Technical Report:
report-4
Penulis:
Nanang Rohadi
February 8, 2018
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
Contents
1 Pendahuluan 4
5 Kesimpulan 24
1
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
List of Figures
1 Tipe komponen penggerak motor listrik . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2 Perkiraan pangsa pasar motor LV global tahun 2018 [7] . . . . . . . . 6
3 Algoritma untuk metoda pengujian efisiensi [7] . . . . . . . . . . . . . 9
4 Klas efisiensi untuk 4-pole, 50 Hz motor induksi [ABB] . . . . . . . . 11
5 Tingkat ambang motor kelas efisiensi [ABB] . . . . . . . . . . . . . . 11
6 Kompatibiliats standar efisiensi [ABB] . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
7 Usia motor dalam populasi 4142 unit motor [17] . . . . . . . . . . . . 13
8 Motor MTBF fungsi dari bearing dan winding . . . . . . . . . . . . . 15
9 Kenaikan temperatur pada kumparan stator untuk klas efisiensi yang
berbeda pada motor dengan 7.5 kW, 4-pole: (kiri) pergerakan suhu
terhadap waktu pada beban penuh mulai pada suhu dingin; (kanan)
suhu seimbang pada percobaan beban 100%, 75%, 50%, . . . . . . . 16
10 Estimasi penguatan pada SCIM untuk klas efisiensi yang berbeda:
(kiri) lifetime gain untuk isolasi kumparan pada temp.ruang kon-
stan dan pada rugi-rugi nominal; (tengah) margin temperatur untuk
rugi-rugi dan lifetime yang konstan; (kanan) kenaikan loses tambahan
(tambahan rugi-rugi nominal) untuk temperatur ruang dan lifetime
konstan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
11 (a) Estimasi harapan kenaikan temperatur motor relatif (ref. IE2) . . 18
12 (b) Estimasi harapan output power motor relatif (ref. IE2) . . . . . 18
13 (c) Estimasi harapan lifetime motor relatif (ref. IE2) . . . . . . . . . 19
14 Daftar harga motor[20] . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
15 Percobaan pada 7.5 kW, 4-pool rugi-rugi total pada beban penuh dan
tanpa beban dengan dan tanpa VSD, two level VSI (voltage source
inverter), 4-kHz), berdasarkan IEC 60043-2-4 . . . . . . . . . . . . . . 20
16 Kurva percobaan kemampuan speed-torque untuk motor 7.5 kW, 4-
pole, berpendingin kipas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
17 Estimasi pengaruh SF terhadap IE3 motor . . . . . . . . . . . . . . . 22
18 Estimasi perubahan kecepatan (%) ketika merubah klas efisiensi IE2
dari motor induksi ke IE3 dan IE4, untuk motor 4-pole, 50 Hz (asumsi
torsi beban konstan) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
19 Momen indersia SCIMs pada klas efisiensi yang berbeda . . . . . . . 23
20 Hubungan antara kenaikan rating daya dan rating efisiensi untuk
SCIM,4-pole,50Hz untuk masing-masing klas efisiensi . . . . . . . . . 24
2
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
List of Tables
1 Tingkat faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian [7] . . . . . 7
2 Data kegagalan SCIM dari berbagai sumber[19] . . . . . . . . . . . . 14
3
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
Abstract
Motor listrik dan penggeraknya adalah peralatan listrik yang sangat diper-
lukan dalam industri. Terbukti bahwa sekitar 30%-40% dari total energi global
yang dibangkitkan dikonsumsi oleh industri dengan 70% diantaranya di kon-
sumsi oleh motor listrik sebagai peralatan listrik utamanya (mayoritas). Pada
saat ini isu efisiensi untuk motor listrik adalah hal yang sangat penting, karena
bukan hanya untuk menghemat biaya penggunaan tenaga listrik terhadap
kerja motor tetapi juga bermaksud untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
(emission of greengouse gases). Oleh karena itu, sejumlah negara (seperti:
Eropa, Amerika) telah mulai memperhatikan faktor efisiensi terhadap kerja
motor (tidak terkecuali dengan Indonesia) yaitu dengan mulai menetapkan
standarisasi efisiensi pada aplikasi motor yang digunakan. Saat ini tidak ada
metoda tunggal yang digunakan untuk menetapkan standar efisiensi terhadap
kerja motor, semua masih dalam tahap pengembangan. Kebijakan peraturan
diseluruh dunia sedang diadopsi untuk mempercepat transformasi pasar motor
menuju kelas efisiensi Premimium (IE3) dan Super Premium (IE4). Berkaitan
dengan penerapan efisiensi motor, isu lain yang juga perlu diperhatikan dalam
lingkup industri modern, diantaranya: keandalan motor (reliability), proteksi,
perawatan, daya reaktif, kecepatan operasi, torsi awal, dan torsi kecepatan.
Pada laporan ini hanya akan dibahas tentang internasional standar efisiensi
motor induksi berdasarkan standar International Electrotechnical Commission
(IEC) yaitu IEC 60034-30-1 yaitu standar internasional tentang klas efisiensi
pada motor induksi dan juga studi tentang keandalan pada pengoperasian
dari motor dengan efisisensi tinggi, harapan hidup motor (lifetime) terhadap
klas efisiensi yang digunakan, juga dibahas tentang bagaimana pindah klas
efisiensi yang lebih tinggi sehingga dapat menghindari untuk berinvestasi ke
kelas motor dengan daya yang lebih besar (oversizing).
1 Pendahuluan
Sesuai fungsinya, motor listrik digunakan untuk mengubah tenaga listrik menjadi
tenaga mekanik dan merupakan jantung dari power drive system (PDS) dalam sistem
penggerak motor listrik (motor driven systems, MDSs), seperti ditunjukan pada
Gambar 1. PDS dapat atau tidak dilengkapi konverter atau variable-speed drive
(VSD). Jika MDS tidak memiliki VSD, maka kerja motor akan langsung disuplai
energi listrik langsung melalui stop kontak dan selanjutnya akan beroperasi dengan
kecepatan tetap.
MDSs dapat mengkonsumsi energi listrik hampir sekitar 50% [8]dari total energi
yang dibangkitkan, yaitu untuk mengendalikan segala macam aplikasi akhir (jenis
4
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
beban), seperti: pompa, kipas angin, kompresor, ban berjalan, penghancur, peng-
giling, mixer, mesin sentrifugal, pengepres, elevator, penggiling, pengepakan perala-
tan, proses industri, dan seterusnya. Lebih dari 90% motor listrik yang terinstal
adalah berupa motor induksi tiga fasa (squirrel-cage induction motors, SCIMs). Di
industri, SCIMs terkonversi menjadi tenaga mekanik lebih dari 2/3 dari masukan
energi listrik [1]-[6]. Gambar 2 menyajian perkiraan pangsa pasar motor listrik
tegangan rendah (LV) pada tahun 2018 . Saat ini SCIMs sudah tersedia untuk kelas
IE4, selanjutnya fokus pembahasan pada laporan ini adalah tentang klas efisiensi
untuk SCIMs.
Faktor utama yang mempengaruhi keputusan pembelian motor listrik adalah perbe-
daan pada OEM (Original Equipment Manufacturers), distributor dan pengguna
akhir (end user )(seperti yang ditunjukkan pada Tabel I). Dari tabel I dapat dikatakan
bahwa perhatian utama pengguna akhir adalah tentang kualitas produk (product
quality)dan kehandalan (reliability), efisiensi energi, dan stok (ketersediaan). Faktor
pertama dan ketiga berhubungan langsung terhadap (downtime) dari proses indus-
tri, misalnya karena terjadi kegagalan motor. Kualitas layanan dan waktu tunggu
mungkin juga terkait dengan motor pengganti dan ketersediaan suku cadang mo-
tor, serta layanan perbaikan motor. Keandalan dan efisiensi motor ,oleh karena itu,
keduanya sangat penting bagi pengguna akhir.
Dalam kontek aplikasi motor induksi, ada sejumlah standarisasi dalam menentukan
minimum efficiency performance standards (MEPS). Untuk cakupan yang lebih luas
(global), problem utama terhadap penerapan MEPS adalah tidak adanya sinkro-
nisasi (keseragaman) mengenai penilaian terhadap pengukuran standar efisiensi min-
imum. Dimana perbedaannya adalah dari tingkat efisiensi dan standar motor acuan
sebagai cara untuk implementasinya. Berikut adalah sejumlah standar/regulasi yang
digunakan untuk menentukan motor efisiensi, yaitu: NEMA & EPAct, NRCan, CE-
MEP, CPANT, AS/NZS, IEC 60034-2, IEEE 112, CSA 390, etc [9, 10, 11] dan yang
lainnya masih dalam persiapan. Masing-masing standar menawarkan metoda yang
berbeda untuk menentukan kinerja motor listrik, dan hasilnya berbeda. Bebeapa
publikasi internasional menyajikan nilai efisiensi yang berbeda, hal ini menyebabkan
5
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
6
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
Versi terbaru dari metode ini adalah efisiensi dihitung bergantung pada ”penjum-
lahan rugi-rugi” terpisah untuk motor induksi tiga fasa. Untuk menghitung kom-
ponen rugi-rugi: rugi-rugi besi, rugi-rugi windage dan gesekan, rugi-rugi tembaga
7
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
stator dan rotor, dan estimasi kerugian beban tambahan diperhitungkan [12].
Dalam IEC 60034-30-1, klas efisiensi didefinisikan untuk motor induksi adalah :
• IE1 (Standard Efficiency)
• IE2 (High Efficiency)
• IE3 (Premium Efficiency)
• IE4 (Super Premium Efficiency)
• IE5 (Limit Efficiency)
8
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
(1) yang ditentukan oleh penjumlahan total kerugian pada (2) adalah diberikan sbb.
[12]:
PT = Pf e + Pf w + Pf θ + Prθ + PLL (1)
P1,θ + PT
η= (2)
P1,θ
Standar baru dapat mencakup skop produk yang lebih luas. Rentang daya telah
diperluas untuk mencakup motor dari daya 120 W sampai 1000 kW. Semua kon-
struksi teknik dari motor listrik adalah dicakup sepanjang motor berada dalam
rentang untuk beroperasi secara langsung. Cakupan untuk standar baru meliputi:
• Motor dengan kecepatan tunggal ( satu dan tiga fase ), frekuensi 50, 60 Hz;
9
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
Ketidak sinkoran berbagai standar efisiensi untuk motor masih terjadi. IEC stan-
dar melakukan penyelarasan global (masih berlangsung) terhadap sejumlah standar
10
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
11
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
efisiensi yang saat ini berbeda, sehingga membuat perbandingan menjadi lebih mu-
dah.
Gambar 6 adalah gambar tabel yang menunjukkan perbandingan kasar antara IEC
60034-30-1 dengan skema MEPS. IEC haya mendefinisikan persyaratan untuk klas
efisiensi dan bertujuan untuk menciptakan dasar secara internasional, tidak menen-
tukan motor mana harus diberikan tingkat efisiensi. Hal ini masih membiarkan
(menghormati) aturan masing-masing negara. Masing-masing negara disarankan
untuk menerapkan tingkat efisiensi minimum yang kompetibel sebagai cara untuk
meyakinan tersedianya motor yang paling efisien bagi pengguna.
12
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
melebihi batas lifetime-nya (lebih dari 20 tahun), seperti ditunjukkan pada gambar
7. Setelah melebihi batas siklus hidupnya, maka motor biasanya dikirim ketempat
barang rongsokan untuk didaur ulang.
Statistik menunjukkan bahwa ”downtime” tahunan sekitar 0.5% – 4% diharapkan
pada motor listrik [18]. Frekuensi kerusakan motor berbeda-beda tergantung pada
kondisi spesifik operasinya. Sebagian besar kerusakan terjadi karena beban lebih
(overload). Kegagalan pada isolasi lilitan stator, sehingga menyebabkan gangguan
hubung singkat ke tanah (phase to ground fault), yang bisa diakibatkan karena
kelebihan tegangan (over voltage) atau karena kontaminasi, misal: kelembaban
minyak, lemak, debu, atau bahan kimia liannya [18]. Oleh karena itu pemilihan
motor yang benar untuk setiap aplikasi, pemasangan yang benar, perawatan rutin,
dan peralatan proteksi motor yang memadai merupakan poin penting untuk mem-
perhitungan operasi motor bebas dari gangguan.
Aturan umum yang berlaku dinegara maju, SCIM dengan daya kecil (<37 kW)
jarang diperbaiki kalau terjadi kerusakan berat atau kerusakan yang berkelanju-
tan pada inti stator atau rotor, maka selanjutnya akan diganti baru. Pada era
terkini, pendekatan pemeliharaan/perbaikan secara bertahap berevolusi dari reaktif
dan preventif (terjadwal) hingga diagnoss dan prediktif (berdasarkan kondisi), bila
dibenarkan secara teknik dan ekonomis, maka penting untuk melakukan analisis ter-
hadap penyebab kegagalan, Jika tidak, maka motor sering kali berulang terjadi kega-
galan operasi. Sejumlah mekanisme kegagalan dapat menyebabkan motor yang sama
13
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
Karena MTBF bearing, pada umumnya, adalah lebih rendah dari winding, maka
investasi pada bearing yang lebih handal akan memiliki dampak signifikan pada
motor MTBF, lihat gambar 8.
Pada proses industri, MDS (motor drive system) memegang peranan yang sangat
penting. Dalam beberapa kasus, kegagalan pada motor akan berakibat fatal untuk
proses industri. Oleh karena itu tingkat kegagalan dari sebuah kesalahan dari se-
buah kerja motor perlu diberikan, sehingga pencegahan yang sesuai dapat dilakukan.
14
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
15
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
Figure 9: Kenaikan temperatur pada kumparan stator untuk klas efisiensi yang
berbeda pada motor dengan 7.5 kW, 4-pole: (kiri) pergerakan suhu terhadap waktu
pada beban penuh mulai pada suhu dingin; (kanan) suhu seimbang pada percobaan
beban 100%, 75%, 50%,
1. menghasilakan MTBF kumparan yang lebih lama untuk suhu ruang yang
sama;
2. menahan suhu lingkungan yang lebih tinggi, untuk MTBF kumparan yang
sama;
3. menahan kerugian tambahan yang lebih tinggi karena kualitas daya yang ren-
dah, untuk suhu ruang dan MTBF kumparan yang sama;
4. menahan daya keluaran yang tinggi, untuk temperatur ruang dan MTBF
kumparan yang sama;
5. kombinasi dari tiga kondisi sebelumnya
Gambar 10 menampilkan estimasi penguatan untuk lifetime (untuk temperatur ru-
ang dan rugi-rugi nominal konstan), estimasi penguatan untuk temperatur ruang
(untuk lifetime dan rugi-rugi konstan), dan estimasi tambahan rugi-rugi (untuk life-
time dan temperatur ruang adalah konstan).
Lebih jauh tentang aplikasi klas efisiensi dari motor adalah seperti ditunjukkan pada
gambar 11. Menampilkan ekpektasi dari perhitungan terhadap umur motor, suhu
relatif dan derivasi dari daya keluaran untuk klas efisiensi IE2, IE3, dan IE4, dapat
dilihat bahwa dengan mengasumsi konstan rugi-rugi sebesar 25% yang bergantung
16
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
Figure 10: Estimasi penguatan pada SCIM untuk klas efisiensi yang berbeda: (kiri)
lifetime gain untuk isolasi kumparan pada temp.ruang konstan dan pada rugi-rugi
nominal; (tengah) margin temperatur untuk rugi-rugi dan lifetime yang konstan;
(kanan) kenaikan loses tambahan (tambahan rugi-rugi nominal) untuk temperatur
ruang dan lifetime konstan
pada rugi-rugi pada beban dan yang kedua proporsional terhadap kuadrat dari be-
ban sama untuk semua motor, dan motor dengan IE2 sebagai referensi. Kurva
ini membuktikan keuntungan dari motor dengan efisiensi tinggi dalam hal masa
pakai dan toleransi yang didapatkan pada kondisi tegangan tidak seimbang (voltage
unbalance, VU). Oleh karena itu, motor dengan klas efisiensi yang tinggi meru-
pakan alternatif yang menarik untuk pengurangan daya motor (kebesaran motor),
menawarkan keuntungan ekstra dari efisiensi mininal yang lebih tinggi ( mengarah
ke efisiensi rata-rata dan Power Factor yang lebih baik selama operasi). Tetapi,
biaya yang terkait dengan setiap opsi (lihat gambar 14) juga harus dipertimbangkan
saat mengevaluasi solusi biaya yang paling efektif.
Adanya distorsi harmonisa tegangan pada sumber tegangan menyebabkan penamba-
gan rugi-rugi harmonisa, pengurangan torsi motor, meningkatkan slip pada motor,
dan menimbulkan getaran (vibrasi) pada motor, semuanya akan berkontibusi pada
kenaikan temperatur internal motor, khususnya pada kumparan dan inti dari motor.
Pada sumber tegangan untuk SCIMs, harmonisa yang paling berpengaruh adalah
harmonisa 5th , 7th , dan 11th (terutama pada urutan negatif dari harmonisa 5th ),
akan sangat mempengaruhi kerugian pada stator dan rotor, bergantung pada nilai
amplitudonya [14, 21].
17
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
Figure 11: (a) Estimasi harapan kenaikan temperatur motor relatif (ref. IE2)
Figure 12: (b) Estimasi harapan output power motor relatif (ref. IE2)
18
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
Figure 13: (c) Estimasi harapan lifetime motor relatif (ref. IE2)
19
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
Figure 15: Percobaan pada 7.5 kW, 4-pool rugi-rugi total pada beban penuh dan
tanpa beban dengan dan tanpa VSD, two level VSI (voltage source inverter), 4-kHz),
berdasarkan IEC 60043-2-4
Untuk sumber daya dengan menggunakan variable speed drive (VSD), spektrum
harmonisa didorong ke orde yang lebih tinggi (kelipatan dari frekuensi switching
PWM, jika tidak ada overmodulasi yang digunakan), menyebabkan kerugian har-
monisa tambahan yang terkonsentrasi pada gulungan dan inti stator. IEC 60034-2-3
[22] menentukan metoda pengujian untuk mengevalausi kerugian harmonis SCIM
tambahan terhadap suplai daya dengan VSD, yang menambah kerugian mendasar.
Saat ini motor yang dijual sudah dilengkapi dengan ”tugas inverter”, yaitu dapat
menahan kenaikan suhu tambahan 10-15 K tanpa dampak besar pada masa pakai
motor (lifetime).
Pada [21], ditunjukkan bahwa IE2 SCIMs menghadirkan harmonisa yang lebih ren-
dah dibandingkan dengan IE3 SCIMs untuk jenis harmonisa ”low-order” yang sama.
Hal ini juga membuktikan bahwa kerugian harmonis hampir tidak bergantung pada
rasio beban motor. Pada gambar 15 menampilkan percobaan rugi-rugi harmonisa
dengan VSD yang berbeda, dijelaskan bahwa hubungan dengan IE2 SCIMs, IE3
SCIMs menyebabkan berkurangnya rugi-rugi harmonisa absolut (yaitu sekitar 33%
lebih rendah dari resistan kumparan dari motor IE3), tetapi presentasi kenaikan
untuk seluruh kerugian kemungkinan lebih tinggi karena kerugian mendasar (fun-
damental losses) lebih rendah. Pada akhirnya, karena toleransi yang dimiliki lebih
tinggi terhadap kenaikan suhu tambahan, maka motor dengan efisiensi tinggi pada
umumnya kurang rentan terhadap distorsi tegangan harmonik.
Gambar 16 menampilkan kurva torsi fungsi dari kecepatan untuk klas efisiensi IE2,
IE3, dan IE4. Karena ada limitasi torsi untk kecepatan yang lebih tinggi diband-
20
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
Figure 16: Kurva percobaan kemampuan speed-torque untuk motor 7.5 kW, 4-pole,
berpendingin kipas
ingkan dengan kecepatan nominal adalah terutama terkait dengan limitasi dari
tegangan dan arus pada keluaran VSD (bahkan jika menggunakan teknik ovemodu-
lasi dengan injeksi yang mengandung harmonik triple-n) dan untuk mengakomodasi
slip motor mendekati maksimum (mendekapi titik torsi maksimum), motor dengan
efisiensi tinggi tidak memberikan keuntungan dalam area operasi daya konstan.
Batas daya motor SCIMs harus ditentukan untuk menjamin faktor pelayanan (ser-
vice factor, SF) dan siklus tugas (duti cycle, S1,S2, S3, ...). SF mendefinisikan
sebagai pengali (multiplier) yang bila diaplikasikan pada daya kuda (horse-power),
mengindikasikan terhadap pembebanan yang diijinkan pada nilai suplai daya dan
kondisi ambien, tanpa menimbulkan pemanasan yang berlebihan. Faktor ini juga
merupakan aspek penting yang mempengaruhi masa pakai motor. Motor dengan
SF=1.15 diharapkan memiliki kemampuan menahan beban jauh lebih besar diband-
ingkan dengan motor dengan SF=1.0 atau, sebagai alternatif dapat mempunyai
masa pakai yang lebih lama, seperti terlihat pada gambat 17[23]. Jika SCIM memi-
liki SF=1.15, berarti bahwa motor dapat untuk beroperasi sebanyak mungkin dalam
beban 75% - 100%, dan dapat menampung 15% kelebihan beban tanpa degradasi
dalam kinerjanya. Untuk kasus lain, jika SCIMs mempunyai SF=1.0 tetapi karena
kenaikan temperatur ekstra margin, maka SCMs dengan klas efisiensi IE2, IE3,
dan IE4 dapat mengggunakan SF ≥1.15, jika lifetime SCIM dengan klas efisiensi
21
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
22
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
Figure 18: Estimasi perubahan kecepatan (%) ketika merubah klas efisiensi IE2
dari motor induksi ke IE3 dan IE4, untuk motor 4-pole, 50 Hz (asumsi torsi beban
konstan)
Figure 19: Momen indersia SCIMs pada klas efisiensi yang berbeda
23
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
Figure 20: Hubungan antara kenaikan rating daya dan rating efisiensi untuk SCIM,4-
pole,50Hz untuk masing-masing klas efisiensi
daya keluaran (daya mekanik) untuk beban lebih rendah dari 60% dan untuk rating
tegangan, efisiensi puncak terjadi antara 60% dan 100% dari beban, tergantung pada
rating daya, klas efisiensi, brand/manufacturer. Oleh karena itu, lompat dari satu
rating daya komersial ke rating daya lain yang lebih tinggi menyebabkan kenaikan
dalam rating efisiensi, tetapi pada tingkat beban yang lebih rendah, maka dapat
menyebabkan efisiensi yang lebih rendah dari efisiensi nominal. Selanjutnya, bahkan
ketika tingkat efisiensi diperoleh dengan menaikan kapasitas motor, PF pada bagian
beban tertentu menjadi buruk terhadap motor yang oversized, sebab ini menurunkan
secara tajam beban motor. Semakin tinggi kelas efisiensi dan daya motor, semakin
rendah manfaat yang terkait dengan oversizing dikarenakan pengurangan efisiensi,
seperti dapat dilihat pada gambar 20.
5 Kesimpulan
Laporan teknik ini membahas tinjauan dan membandingkan standar baru IEC 60034-
30-1 untuk aplikasi SCIM (squirrel-cage induction motors).
Memilih SCIM baru dengan efisien tinggi yang tepat hanyalah bagian dari optimasi
MDS ( motor driven system), memerlukan konsen pada sejumlah masalah tambahan.
Pada laporan ini, gambaran umum tentang keandalan dan operasi motor dengan
24
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
efisiensi tinggi telah disajikan dengan fokus pada dampak klas efisiensi terhadap
lifetime motor pada kondisi tegangan unstable dan terjadi distorsi harmonik, serta
kemampuan pada overload termal.
Hubungan yang erat antara efisiensi dan keandalan motor, dimana klas efisiensi
tinggi dapat mengurangi kenaikan suhu sehingga dapat meningkatkan lifetime dari
motor. Klas efisiensi yang tinggi juga akan mempunyai toleransi yang tinggi ter-
hadap VU, penyinpangan amplitudo dan harmonisa, temperatur ambien yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan keandalan dan mengurangi kebutuhan pemeliharaan
motor.
Motor dengan kelas efisiensi yang lebih tinggi (IE4/IE3 versus IE2) atau dengan
faktor servis SF=1.15 versus SF=1.0 merupakan pilihan yang baik, karena motor
dengan efisiensi yang tinggi memiliki keuntungan ekstra dan faktor beban opera-
sional yang lebih tinggi yang pada akhirnya membawa efisiensi rata-rata dan PF
yang lebih baik.
References
[1] A. de Almeida et al..”Improving the penetration of energy efficient motors
and drives,” ISR-University of Coimbra, Rep. prepared for the Directorate
General of Transport and Energy, SAVE II Progr. EC, Brussels, Belgium,
2000.
[2] F. J. T. E. Ferreira,”Strategies to improve the performance of three-phase
induction motor driven systems,” Ph.D. dissertation, Dept. Elect. Comput.
Eng., Univ. Coimbra, Coimbra, Portugal, 2008.
[3] A. de Almeida, F. Ferreira, J. Fong, and P. Fonseca,”Ecodesign assessment
of energy-using products?euP Lot 11 Motors,” Final Rep. European Comm.,
Inst. of Systems and Robotics, Univ. of Coimbra, Coimbra, Portugal, Apr.
28, 2008.
[4] A. de Almeida, H. Falkner, J. Fong, and F. Ferreira,”Ecodesign of electric
motors and drives?The EuP Lot 30 preparatory study,” in Proc. 8th Energy
Eff. Motor Driven Syst., Rio de Janeiro, Brazil, 2013.
[5] A. de Almeida, F. J. T. E. Ferreira, and A. Duarte,”Technical and economical
considerations on super high-efficiency three-phase motors,” IEEE Trans.
Ind. Appl., vol. 50, no. 2, pp. 1274?1285, Mar./Apr. 2014.
25
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
26
A Review on Energy Efficiency of Induction Motor Nanang Rohadi
27