Você está na página 1de 15

LAPORAN

“EKONOMI WILAYAH”

DISUSUN OLEH :
Kelompok 8 :

 Rifky Vebrianto T F 231 17 006


 Ayu Nadia Lestari F 231 17 022
 Samuel Jenifer M. F 231 17 131
 Sabdan F 231 15 009
 Faisal F 231 17 099
 Muh. Rosal Yusuf K F 231 17 142
 Ekal F 231 17 121
 Muh.Afik Yusfikar.A F 231 17 096

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan pembangunan ekonomi (bersifat multidimensional) adalah menciptakan
pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau
menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparity), dan pengangguran (Todaro,
2000). Sejalan dengan hal tersebut, maka pembangunan ekonomi daerah menghendaki adanya
kerjasama diantara pemerintah, privat sektor, dan masyarakat dalam mengelola sumber daya
yang dimiliki oleh wilayah tersebut dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
lapangan kerja seluas-luasnya. Indikator keberhasilan pembangunan ditunjukkan oleh
pertumbuhan ekonomi dan berkurangnya ketimpangan baik di dalam distribusi pendapatan
penduduk maupun antar wilayah.

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator dari sebuah proses pembangunan ekonomi


yang dilakukan baik di tingkat nasional maupun regional (daerah).Dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang dilaksanakan melalui efektivitas dan efisiensi pembangunan
ekonomi, maka pelaksanaan pembangunan ekonomi perlu diarahkan pada sektor-sektor yang
mampu memberikan multiplier effect yang besar terhadap sektor-sektor lainnya dan
perekonomian secara keseluruhan. Sektor-sektor yang ada pada Produk Domestik Bruto (PDB)
dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) awalnya sebanyak 9 sektor sekarang berubah
menjadi 17 (tujuh belas) sektor.

Sumbangan nilai tambah masing-masing sektor di suatu daerah (Kabupaten/Propinsi)


terhadap sumbangan nilai tambah sektor tersebut dalam skala yang lebih luas, disebut skala
nasional (Propinsi/Negara) bisa dicari dengan Location Quotient (LQ) [(Budiharsono (2001)
dalam Putra (2011:164)]. Penelitian ini mengambil data tahun 2010 sampai 2014 sesuai dengan
data terakhir untuk dianalisis perubahan struktural (share) suatu sektor ataupun pergeserannya
(shift) di dalam PDRB Papua terhadap sektor yang sama pada tingkat Nasional. Perubahan
struktural ataupun pergeseranakan mudah diamati jika tahun pengamatan berbeda secara
signifikan misalnya lima atau sepuluh tahun. Dari proyeksi PDB Indonesia tersebut nantinya
dapat dicari proyeksi PDRB kabupaten banggai tahun 2018.
Untuk mencapai tingkat kemakmuran suatu Negara dibutuhkan pertumbuhan ekonomi
yang dinamis, yaitu suatau keadaan yang menggambarkan peningkatan Produk Domestik Bruto
dari masyarakat suatu Negara. Suatu perekonomian tidak akan menadapat informasi dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan ekonomi Negara apabila tidak terdapat data
mengenai Produk Nasional Bruto, Produk Domestik Bruto dan komponen-komponen lain dari
konsep produk nasional atau pendapatan nasional. Setiap Negara akan mengumpulkan berbagai
informasi mengenai kegiatan ekonominya agar secara kontinu dapat diperhatikan perubahan-
perubahan tingkat dan corak kegiatan ekonomi yang berlaku. Salah satu informasi penting adalah
data mengenai pendapatan nasionalnya, yaitu nilai barang dan jasa yang diwujudkan pada suatu
tahun tertentu.

Data sepenuhnya bisa dilihat pada sajian tabel berikut: Tabel 1 PDB Indonesia, PDRB kabupaten
banggai Harga Konstan Tahun 2010-2015

KABUPATEN BANGGAI
TAHUN
Lapangan usaha
2010 2011 2012 2013 2014

A Pertanian, kehutanan, dan perikanan 2.643.633 3.038.788 3.482.806 3.940.092 4.441.746


B Pertambangan dan penggalian 323.146 492.590 682.636 874.766 755.285
C Industri Pengolahan 791.018 883.358 966.667 1.072.096 1.210.552
D Pengadaan Listrik dan gas 1.682 1.896 2.077 2.335 2.731
Pengadaan air, pengelolaan sampah,
E 6.172 6.757 7.429 7.800 8.703
limbah dan daur ulang
F Konstruksi 511.143 699.103 911.000 1.121.713 1.401.927
I Perdagangan Besar dan Eceran 452.128 528.834 617.162 682.126 798.557
H Transportasi dan pergudangan 248.891 295.591 346.355 409.922 491.132
Penyediaan akomodasi dan makan
I 30.497 35.338 41.406 49.037 58.285
minum
J Informasi dan Komunikasi 172.767 209.819 253.115 298.496 339.526
K Jasa keuangan dan asuransi 138.074 180.991 220.490 273.823 299.453
L Real Estat 146.521 175.885 204.170 232.359 276.559
Jasa Perusahaan administrasi
M,N 6.876 8.008 9.458 11.620 13.685
pemerintahan
O Pertahanan, dan jaminan sosial wajib 264.528 315.144 373.784 439.391 513.419
P Jasa Pendidikan 224.992 266.484 312.142 371.594 440.039
Q Jasa Kesehatan dan kegiatan sosial 56.094 65.805 75.795 88.702 102.256
R,S,T,U Jasa lainnya 43.738 51.460 60.649 66.185 76.694
Produk regional domestik bruto 6.061.906 7.255.857 8.567.126 9.942.065 11.230.557
Sumber : (BPS kabupaten banggai )

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat di rumusan permasalahan penelitian sebagai
berikut:

1. Sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Banggai ?


2. Bagaimana struktur ekonomi Di Kabupaten Banggai ?
3. Seberapa besar Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten banggai selama 5 tahun?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di
Kabupaten Banggai.
2. Menganalisis struktur ekonomi Kabupaten Banggai.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi
penduduk suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth). Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi dalam
kehidupan masyarakat. Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan
sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.

Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat


kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang
dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan
produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input
pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Di sini terdapat tiga elemen
penting yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi.

 Pembangunan sebagai suatu Proses


Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwa pembangunan merupakan suatu tahap
yang harus dijalani olehsetiap masyarakat atau bangsa. Sebagai contoh, manusia mulai
lahir, tidak langsung menjadi dewasa, tetapi untuk menjadi dewasa harus melalui
tahapan-tahapan pertumbuhan. Demikian pula, setiap bangsa harus menjalani tahap-tahap
perkembangan untuk menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.
 Pembangunan sebagai suatu Usaha untuk Meningkatkan Pendapatan Perkapita
Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh
suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan demikian,
sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemerintah, dan semua elemen yang terdapat
dalam suatu negara untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Hal ini
dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan dalam
kesejahteraan masyarakat.
 Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang
Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan
perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak berarti bahwa
pendapatan perkapita harus mengalami kenaikanterus menerus. Misalnya, suatu negara
terjadi musibah bencana alam ataupunkekacauan politik, maka mengakibatkan
perekonomian negara tersebut mengalami kemunduran. Namun, kondisi tersebut
hanyalah bersifat sementara yang terpenting bagi negara tersebut kegiatan ekonominya
secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.

2.2 Teori Economic Base


Teori tentang The Economic Base dikemukakan oleh seorang Belanda Pieter De la Court
(1618-1685) pada tahun 1659 dengan pendapatnya bahwa kekayaan Leiden merupakan hasil
langsung industri yang berorientasi ekspor dari kota tersebut; Universitas Leiden dan industri
manufacturing. Kemudian De la Court menyatakan bahwa mengalirnya sumberdaya financial
dari luar negeri ke kota tersebut meningkatkan aktivitas ekonomi secara keseluruhan (Wang dan
Hofe, 2007:136). Homer Hoyt dan Arthur Weimer di dalam textbooknya yang berjudul
Principles of Urban Real Estate yang terbit tahun 1939 menyatakan teori the economic base
sebagai pendekatan metodologi untuk menerangkan base employment dan menghitung rasio
antara basic dengan services employment (Wang dan Hofe, 2007:136).

Topik the Economic Base theory terbaru ditulis oleh Charles Tiebout (19241968) pada
tahun 1962 dengan pernyataannya bahwa kredibilitas dari teori economic base ditunjukkan oleh
bukti matematika (mathematical proof) bahwa the economic base multiplier adalah equivalen
dengan Keynesian multiplier yang digunakan oleh ilmu ekonomi. (Wang dan Hofe, 2007;136-
137).
2.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa
yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di seluruh daerah dalam tahun tertentu atau
periode tertentu dan biasanya satu tahun. Menurut Robinson Tarigan (2009;18), Produk domestik
regional bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang
timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah
bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Nilai
tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa
tanah dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tidak langsung neto. Jadi, dengan menghitung
nilai tambah bruto dari masing-masing sector dan menjumlahkannya, akan menghasilkan produk
domestic regional bruto atas dasar harga pasar.

2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi dan pembangunan ekonomi


Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian.
Pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat, berupa alat
pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) atau di tingkat
regional disebut dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu jumlah barang atau jasa
yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam
harga pasar. Berikut ini adalah teori pertumbuhan ekonomi menurut beberapa para ahli:

1. Menurut ekonomk klasik, Smith, pertumbuhan ekonomi secara klasik dipengaruhi oleh
dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektor-sektor dalam
menggunakan faktor-faktor produksinya. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui
berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik (Sukirno, 2008)
2. Menurut teori pertumbuhan neo klasik tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber
dari satu atau lebih dari tiga faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja,
penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi (Todaro dan
Smith, 2008)
3. Mankiw, Romer dan Weil (MRW) melakukan modifikasi terhadap model pertumbuhan
neo klasik dimana mereka mengusulkan pemakaian variabel akumulasi modal manusia
(human capital). Sumber pertumbuhan ekonomi dengan demikian berasal dari
pertumbuhan kapital, tenaga kerja dan modal manusia. Hasil estimasi yang dihasilkan
dari model MRW ternyata lebih baik dibandingkan dengan model neo klasik (Mankiw,
2006)

Teori pertumbuhan baru memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan


yang bersifat endogen. Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem ekonomi.
Kemajuan teknologi merupakan hal yang endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari
keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal lebih
besar dari hanya sekedar bagian dari pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan hanya modal
fisik saja tapi menyangkut modal manusia. Akumulasi modal merupakan sumber utama
pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2006).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
2.4 Objek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten
Banggai memiliki 13 (tiga belas) Kecamatan.

Gambar Peta Kabupaten Banggai

2.5 Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian analisis pertumbuhan ekonomi didaerah
Kecamatan Banggai adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh
peneliti dari berbagai sumber terkait dalam kurun waktu tertentu. Lembaga pengumpul data
dalam penelitian ini adalah :
1. Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Banggai
2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kecamatan Banggai
3. Informasi yang tertulis yang berasal dari instansi terkait maupun internet dimana
berhubungan langsung dengan penelitian untuk mendapatkan data sekunder.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder, yaitu
melakukan studi kepustakaan dari publikasi data statistik oleh Badan Pusat Statistik (BPS),
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA), instansi lain yang terkait. Serta data
sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber penelitian terdahulu yang memiliki relevansi
dengan penelitian yang dilakukan.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder tahunan dari tahun 2010-2014.

3.4 Metode Analisis


1. Analisi Perkembangan Ekonomi Wilayah
Tipologi Klassen merupakan alat analisis ekonomi regional yang digunakan untuk
mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Tipologi daerah ini pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator, yaitu
pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Tujuan penelitian adalah
untukmelihat pola perkembangan keterkaitan antara tingkat pertumbuhan ekonomi
dengan tingkat kesenjangan pendapatan masyarakat dalam periode tertentu.
2. Analisis Sektor Unggulan Wilayah
Basis ekonomi suatu wilayah dapat diketahui dengan menggunakan alat analisis Location
Quotient(LQ). Alat analisis ini merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan (leading sector) serta
mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah dengan peranan
industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional (Murdiono, 2014).
3. Analisis Shift-share
Analisis shift share umumnya dipakai untuk menganalisis peranan suatu sektor ataupun
pergeseran suatu sektor di daerah terhadap sektor yang sama dalam perekonomian
nasional. Data yang sering dianalisis adalah data yang terkait kegiatan ekonomi ataupun
ketenagakerjaan (Putra, 2011: 165). Mirip dengan penjelasan tersebut, analisis shift-share
untuk membandingkan perbedaan laju pertumbuhan sektor (industri) di wilayah yang
sempit disebut daerah dengan wilayah yang lebih luas disebut nasional (Tarigan, 2005:
85). Suatu daerah yang memiliki banyak sektor yang tingkat pertumbuhannya lamban
maka sektor tersebut pertumbuhannya secara nasional juga akan lamban. Hal ini terjadi
karena daerah-daerah lain tumbuh lebih cepat (Putra, 20,11: 165). Analisis shift share
memiliki tiga komponen (Tarigan, 2005: 87-89; Putra, 2011: 165-166) yaitu:
 National share untuk mengetahui pergeseran struktur perekonomian suatu daerah
yang dipengaruhi oleh pergeseran perekonomian nasional.
 Proportional shift adalah pertumbuhan nilai tambah bruto suatu sector
dibandingkan total sektor di tingkat nasional.
 Differential shift atau competitive position adalah perbedaan pertumbuhan
perekonomian satu daerah dengan nilai tambah bruto sektor yang sama ditingkat
nasional.

4. Analisis Sektor Ungguan /Location Quotient (LQ)


Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau perkembangan
bagi sektor-sektor lainnya, baik sektor yang mensuplai inputnya maupun sektor yang
memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Tri Widodo, 2006).
Sektor unggulan sebagai sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu
wilayah tidak hanya mengacu pada lokasi secara geografis saja melainkan merupakan
suatu sektor yang menyebar dalam berbagai saluran ekonomi sehingga mampu
menggerakkan ekonomi secara keseluruhan. Sambodo (dalam Firman, 2007), ciri-ciri
sektor yang memiliki keunggulan adalah sebagai berikut:
 Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
 Sektor tersebut memiliki angka penyebaran yang relatif besar.
 Sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik keterkaitan
depan ataupun kebelakang.
 Sektor tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi. Location Quotient
(LQ) adalah perbandingan peran sektor/industridi suatu daerah terhadap besarnya
peran sektor/industritersebut secara nasional (Tarigan, 2014: 82). Sektor industri
yang diperbandingkan di daerah harus sama dengan sektor pertambangan dan
penggalian secara nasional dan waktu perbandingan juga harus sama. Misalnya:
sektor industri tahun 2014 di Papua harus diperbandingkan dengan sektor industri
Nasional tahun 2014 juga. Analisis Location Quotient (LQ) umumnya dipakai
untuk melihat perbandingan regional dengan nasional.Regional adalah daerah
yang lebih sempit, sementara itu Nasional adalah daerah yang lebih luas.
Misalnya: Regional (Kab. Banggai) dengan Nasional (Propinsi Sulteng).

a) LQ > 1, artinya peranan sektor tersebut lebih besar di daerah daripada

nasional, sehingga merupakan sektor unggulan

b) LQ < 1, artinya peranan sektor tersebut lebih kecil di daerah daripada nasional, sehinga bukan
merupakan sektor unggulan

c) LQ= 1, artinya peranan sektor tersebut sama baik di daerah ataupun secara

nasional, sehingga hanya cukup untuk melayani daerahnya sendiri.


BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


BAB V
PENUTUP
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Você também pode gostar