Você está na página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia
maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira pathogen dan digolongkan
sebagi zoonosis yaitu penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia. Gejala
klinis leptopirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya seperti influenza,
meningitis, hepatitis, demam dengue demam berdarah dan demam virus lainnya.
Sehingga seringkali tidak terdiagnosis . Leptospira berbentuk spiral yang
menyerang hewan dan manusia dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1
bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan
cepat mati. Leptospira bisa terdapat pada hewan piaraan maupun hewan liar.
Leptospirosis dapat berjangkit pada laki-laki maupun wanita semua umur tetapi
kebanyakan mengenai laki-lakidewasa muda (50% kasus umumnya berusia antara
10-39 tahun diantaranya 80% laki-laki). Angka kematian akibat penyakit yang
disebabkan bakteri lepstopira tergolong cukup tinggi bahkan untuk penderita yang
berusia lebih dari 50 tahun malah kematiannya bisa mencapai 56% (Masniari
poengan, peneliti dari Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor 2007)

Di Amerika Serikat tercatat sebanyak 50-150 kasus leptospirosis setiap


tahun sebagian besar atau sekitar 50% terjadi di Hawai Salah satu daerah di
Indonesia merupakan daerah endemik Leptospirosis yaitu di Guilan Provinsi di
utara di Iran. Karena diagnosa Leptospirosis berdasarkan gejala klinis sangat sulit
karena kurangnya karakteristik pathogonomic, dukungan laboratorium diperlukan.
Angka kejadian penyakit leptospirosis di Provinsi Guilan Iran Utara cukup tinggi
terutama pada daerah Rasht. Pada daerah tersebut terdapat 233 kasus
Leptospirosis dari keseluruhan kasus yang berjumlah 769.

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 1


2. Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam
pembahasan makalah ini adalah:
1. Apa Definisi leptospirosis?
2. Bagaimana Etiologi lephospirosis?
3. Bagaimana Cara penularan leptospiros?
4. Bagaimana Manisfestasi klinik leptopirosis?
5. Apa Komplikasi lepthopirosis?
6. Bagaimana Pencegahan leptopirosis?
7. Bagaimana Pengobatan leptopirosis?

3. Tujuan
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan
tujuan inipun dirumuskan guna memperoleh suatu deskripsi
tentang:

1. Definisi leptospirosis
2. Etiologi lephospirosis
3. Cara penularan leptospiros
4. Manisfestasi klinik
5. Komplikasi lepthopirosis
6. Pencegahan leptopirosis
7.Pengobatan leptopirosis

4. Manfaat
Dalam penyusunan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :

1. Berfungsi sebagai literatur-literatur bagi pelajar yang ingin memperdalam


wawasan tentang masalah kesehatan Khususnya tentang penyakit
leptospirosis
2. Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang penyakit leptospirosis

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Leptospirosis adalah suatu zoonosis yang disebabkan suatu
mikroorganisme yaitu leptospira tanpa memandang bentuk serotipenya.
Penyakit ini juga dikenal dengan nama seperti mud fever, slim fever,
swamp fever, autumnal fever, infectoius jaundice, field fever, cane cutler
fever (Sukamto 2000).

Leptospirosis atau penyakit kuning adalah penyakit


penting pada manusia, tikus, anjing, babi dan sapi. Penyakit ini
disebabkan oleh spirochaeta leptospira icterohaemorrhagiae yang hidup
pada ginjal dan urine tikus (Swastiko, 2009).

Di beberapa Negara leptospirosis dikenal dengan nama demam


icterohemoragic, demam lumpur, penyakit swineherd, demam rawa,
penyakit weil, demam calicola. Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman leptospira pathogen (Saroso 2003).

Kesimpulan : Leptospirosis adalah penyakit infeksi oleh bakteri


spirochaeta leptospira icterohaemorrhagiae yang hidup pada ginjal dan
urine tikus yang lalu ditularkan ke hewan lain dan manusia sehingga
menyebabkan demam.

2. Etiologi
Penyakit yang terdapat di semua negara dan terbanyak
ditemukan di negara beriklim tropis ini, disebabkan oleh Leptospira
interrogansdengan berbagai subgrup yang masing-masing terbagi lagi
atas serotipe bisa terdapat pada ginjal atau air kemih binatang
piaraan seperti anjing, lembu, babi, kerbau dan lain-lain, maupun
binatang liar seperti tikus, musang, tupai dan sebagainya. Manusia bisa

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 3


terinfeksi jika terjadi kontak pada kulit atau selaput lendir yang luka atau
erosi dengan air, tanah, lumpur dan sebagainya yang telah terjemar oleh
air kemih binatang yang terinfeksi leptospira (Mansjoer, 2005).

Siklus penularan leptospirosis oleh tikus yang membawa bakteri spirochaeta


leptospira icterohaemorrhagiae

3. Manifestasi klinis
Masa tunas berkisar antara 2-26 hari(kebanyakan 7-13 hari) rata-rata 10
hari.
Pada leptospira ini ditemukan perjalanan klinis :
1. Leptospiremia (berlangsung 4-9 hari)
Timbul demam mendadak, diserta sakit kepala, pada otot akan timbul
keluhan dan nyeri tekan (otot gastronemius, paha pinggang,) dan
diikuti heperestesia kulit. Gejala menggigil dan demam tinggi, mual,
muntah, diare, batuk, sakit dada, penurunan kesadaran, dan injeksi
konjunctiva. Injeksi faringeal, kulit dengan ruam berbentuk
makular/makolupapular/urtikaria seperti biduran yang tersebar pada
badan,.
2. Fase imun (1-3 hari)

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 4


Fase imun yang berkaitan dengan munculnya antibodi IgM sementara
konsentrasi C3, tetap normal. Meningismus, demam jarang melebihi
39oC. Gejala ini yang muncul adalah iridosiklitis, neuritis optik,
mielitis.
3. Fase penyembuhan (minggu ke-2 sampai minggu ke-4)
Dapat ditemukan adanya demam atau nyeri otot yang kemudian
berangsur-angsur hilang.

4. Patofisiologi
Leptospira dapat masuk melalui luka dikulit atau menembus
jaringan mukosa seperti konjungtiva, nasofaring dan vagina. Setelah
menembus kulit atau mukosa, organisme ini ikut aliran darah dan
menyebar keseluruh tubuh. Leptospira juga dapat menembus jaringan
seperti serambi depan mata dan ruang subarahnoid tanpa menimbulkan
reaksi peradangan yang berarti. Faktor yang bertanggung jawab untuk
virulensi leptospira masih belum diketahui. Sebaliknya leptospira yang
virulen dapat bermutasi menjadi tidak virulen. Virulensi tampaknya
berhubungan dengan resistensi terhadap proses pemusnahan didalam
serum oleh neutrofil. Antibodi yang terjadi meningkatkan klirens
leptospira dari darah melalui peningkatan opsonisasi dan dengan
demikian mengaktifkan fagositosis.

Beberapa penelitian mencoba menjelaskan bahwa proses


hemoragik tersebut disebabkan rendahnya protrombin serum dan
trombositopenia. Namun terbukti, walaupun aktivitas protrombin dapat
dikoreksi dengan pemberian vitamin K, beratnya diastesis hemoragik
tidak terpengaruh. Juga trombositopenia tidak selalu ditemukan pada
pasien dengan perdarahan. Jadi, diastesis hemoragik ini merupakan
refleksi dari kerusakan endothelium kapiler yang meluas. Penyebab
kerusakan endotel ini belum jelas, tapi diduga disebabkan oleh toksin.

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 5


Gangguan fungsi jantung seperti miokarditis, perikarditis dan
aritmia dapat menyebabkan hipoperfusi pada leptospirosis. Gangguan
jantung ini terjadi sekunder karena hipotensi, gangguan elektrolit,
hipovolemia atau anemia. Mialgia merupakan keluhan umum pada
leptospirosis, hal ini disebabkan oleh vakuolisasi sitoplasma pada
myofibril. Keadaan lain yang dapat terjadi antara lain pneumonia
hemoragik akut, hemoptisis, meningitis, meningoensefalitis,
ensefalitis, radikulitis, mielitis dan neuritis perifer. Peningkatan titer
antibody didalam serum tidak disertai peningkatan antibody leptospira
(hamper tidak ada) di dalam cairan bola mata, sehingga leptospira masih
dapat bertahan hidup diserambi depan mata selama berbulan-bulan. Hal
ini penting dalam terjadinya uveitis rekurens, kronik atau laten pada
kasus leptospirosis. (Poerwo, 2002).

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 6


5. Pathway

Etiologi : Organisme
- L. interrograns
- L. icterohaemorhagiae
- L. canicola Kontak pada kulit. Selaput lendir,
- L. Pamona Luka erosi dengan air, tanah, lumpur)
air kemih binatang yang terinfeksi
leptospira endoktoksin

Masuk aliran darah

Leukositosis, Gastro
nuetro-filia (proses intestinal Rekasi kimia Vaskulitis
fagosi-tosis) enzim kinin, difus di
bradikin, kapiler
Hepatomegali, prostag-
splenomegali landin
Miokarditis Hipoperfusi Trombosi
Myalgia topenia
Tek. Intra abdomen
Hipotalamus Turgor kulit
Merespon radang Perdarahan
Nyeri Akut Epitaksis
Gangguan Mual/muntah
Demam sampai Cairan ekstra
mengigil Perfusi jaringan
inefektif seluler
Resiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan Resiko defisit
Hipertermi cairan dan
elektrolit

6. Komplikasi
Pada leptospira, komplikasi yang sering terjadi adalah iridosiklitis, gagal
ginjal, miokarditis, meningitis aseptik dan hepatitis. Perdarahan masih
jarang ditemui dan bila terjadi selalu menyebabkan kematian.

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 7


7. Penatalaksanaan
Berikan kompres dingin untuk mengurangi terjadinya peningkatan
suhu tubuh (Hipertermi), Berikan posisi yang nyaman kapada klien agar
terasa nyaman akibat tekanan peningkatan tekanan intra abdomen yang
menyebabkan timbulnya rasa mual dan ingin muntah, berikan cairan intra
vena untuk mengganti cairan yang hilng akibat perdarahan saat epistaksis
dan berikan obat untuk peningkatan jumlah trombosit dalam darah
sehingga tidak terjadi perdarahan selanjutnya.
Obat antibiotika yang biasa diberikan adalah penisillin,
strptomisin, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin dan siproflokasasin.
Obat pilihan utama adalah penicillin G 1,5 juta unit setiap 6 jam selama 5-
7 hari. Dalam 4-6 jam setelah pemeberian penicilin G terlihat reaksi
Jarisch Hecheimmer yang menunjukkan adanya aktivitas antileptospira >
obat ini efektif pada pemberian 1-3 hari namun kurang bermanfaat bila
diberikan setelah fase imun dan tidak efektif jika terdapat ikterus, gagal
ginjal dan meningitis. Tindakan suporatif diberikan sesuai denan
keparahan penyakit dan komplikasi yang timbul. Ballance caiiran dengan
intake sesuai dengan out put + 500 cc, injeksi cefotaksim 3x1 gram, diit
TKTP, monitor produksi urine.

8. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium yang diperiksa : Verum, kretinin, natrium, kalium,
chlorida, SGOT, GDA, bil direct bilirubin total.
2. Radiologi : Hasil USG
3. Mikrobiologi : (kultur urine)

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 8


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1. Identitis
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status, alamat, MRS,
diagnosa.

2. Keluhan utama
Demam yang mendadak
Timbul gejala demam yang disertai sakit kepala dan nyeri tekan, mata
merah, keluahan gastrointestinal. Demam disertai mual, muntah, diare,
batuk, sakit dada, penurunan kesadaran dan injeksi konjunctiva.
Demam ini berlangsung 1-3 hari.

3. Riwayat keperawatan
1. Riwayat penyakit sebelumnya
Belum pernah menderita serius sehingga perlu opname hanya
batuk, pilek dan panas biasa.
2. Riwayat penyakit sekarang
Mata kuning sejak 1 minggu yang lalu, Px bisa berjalan, kencing
warna seperti teh, BAB lancar, warna kuning, mual dan muntah,
panas dan seluruh badan bintik-bintik merah (biduran).
3. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat keluarga yang menderita penyakit seperti yang
diderita Kx.

4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, penurunan kesadaran, lemah, aktvivitas menurun
Review of sistem :
 Sistem pernafasan
Epitaksis, penumonitis hemoragik di paru, batuk, sakit dada

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 9


 Sistem cardiovaskuler
Perdarahan, anemia, demam, bradikardia.
 Sistem persyrafan
Penuruanan kesadaran, sakit kepala terutama dibagian frontal, mata
merah, injeksi konjunctiva.
 Sistem perkemihan
Oligoria, perdarahan adernal.
 Sistem pencernaan
Hepatomegali, splenomegali, melena
 Sistem muskoloskletal
Kulit dengan ruam berbentuk makular / urtikaria (biduran) yang
teresebar pada badan.

2. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi dari
perjalanan penyakitnya (leptospirosis).
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses perjalanan
penaykitnya.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit
berhubungan dengan kurangnya informasi.
4. Resiko tinggi kurangnya kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan penyakitnya defisit imunologik

3. Perencanaan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi dari perjalanan
penyakitnya (leptospirosis).
Tujuan : Suhu tubuh turun sampai batas normal
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh dalam batas normal 36 – 37 0 C
- Klien bebas demam
- Mukosa mulut basah, mata tidak cekung, istirahat cukup
Intervensi :

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 10


- Bina hubungan baik dengan klien dan keluarga
- Berikan kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai es atau
handuk pada tubuh, khususnya pada aksila atau lipatan paha
- Peningkatan kalori dan beri banyak minuman (cairan)
- Anjurkan memakai baju tipis yang menyerap keringat
- Observasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan
terutama anti piretik, antibiotika
Rasional :
- Dengan hubungan yang baik dapat meningkatkan kerjasama
dengan klien sehingga pengobatan dan perawatan mudah
dilaksanakan.
- Pemberian kompres dingin merangsang penurunan suhu tubuh.
- Air merupakan pangatur suhu tubuh.
- Baju yang tipis akan mudah untuk menyerap keringat yang keluar
- Observasi tanda-tanda vital merupakan deteksi dini untuk
mengetahui komplikasi yang terjadi sehingga cepat mengambil
tindakan
- Pemberian obat-obatan terutama antibiotik akan membunuh kuman
Salmonella typhi sehingga mempercepat proses penyembuhan
sedangkan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh.

2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan


jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, syaraf, inflamasi).
Tujuan :
- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
- Melaporkan nyeri yang dialaminya
- Mengikuti program pengobatan
- Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui
aktivitas yang mungkin

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 11


INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, a. Memberikan informasi yang
durasi dan intensitas diperlukan untuk merencanakan asuhan.
b. Evaluasi therapi: pembedahan, b. Untuk mengetahui terapi yang
radiasi, khemotherapi, biotherapi, dilakukan sesuai atau tidak, atau malah
ajarkan klien dan keluarga tentang menyebabkan komplikasi.
cara menghadapinya
c. Berikan pengalihan seperti c. Untuk meningkatkan kenyamanan
reposisi dan aktivitas menyenangkan dengan mengalihkan perhatian klien dari
seperti mendengarkan musik atau rasa nyeri.
nonton TV (distraksi)
d. Menganjurkan tehnik penanganan
stress (tehnik relaksasi, visualisasi, d. Meningkatkan kontrol diri atas efek
bimbingan), gembira, dan berikan samping dengan menurunkan stress dan
sentuhan therapeutik. ansietas.
e. Evaluasi nyeri, berikan
pengobatan bila perlu.
e. Untuk mengetahui efektifitas
penanganan nyeri, tingkat nyeri dan
sampai sejauhmana klien mampu
f. Diskusikan penanganan nyeri dengan menahannya serta untuk mengetahui
dokter dan juga dengan klien kebutuhan klien akan obat-obatan anti
g. Berikan analgetik sesuai indikasi nyeri.
seperti morfin, methadone, narkotik f. Agar terapi yang diberikan tepat
dll sasaran.

g. Untuk mengatasi nyeri.

3. Pemenuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan intake


kurang.
Tujuan : - Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan
tidak ada tanda malnutrisi
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang
adekuat

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 12


- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan
dengan penyakitnya
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake makanan setiap a. Memberikan informasi tentang status
hari, apakah klien makan sesuai gizi klien.
dengan kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan, b. Memberikan informasi tentang
ukuran triceps serta amati penurunan penambahan dan penurunan berat badan
berat badan. klien.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka
yang lambat dan pembesaran c. Menunjukkan keadaan gizi klien
kelenjar parotis. sangat buruk.
d. Anjurkan klien untuk
mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dengan intake cairan yang d. Kalori merupakan sumber energi.
adekuat. Anjurkan pula makanan
kecil untuk klien.
e. Kontrol faktor lingkungan seperti
bau busuk atau bising. Hindarkan e. Mencegah mual muntah, distensi
makanan yang terlalu manis, berlebihan, dispepsia yang menyebabkan
berlemak dan pedas. penurunan nafsu makan serta mengurangi
stimulus berbahaya yang dapat
f. Ciptakan suasana makan yang meningkatkan ansietas.
menyenangkan misalnya makan f. Agar klien merasa seperti berada
bersama teman atau keluarga. dirumah sendiri.
g. Anjurkan tehnik relaksasi,
visualisasi, latihan moderate g. Untuk menimbulkan perasaan ingin
sebelum makan. makan/membangkitkan selera makan.
h. Anjurkan komunikasi terbuka h. Agar dapat diatasi secara bersama-
tentang problem anoreksia yang sama (dengan ahli gizi, perawat dan
dialami klien. klien).
Kolaboratif
i. Amati studi laboraturium seperti i. Untuk mengetahui/menegakkan
total limposit, serum transferin dan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat
albumin perjalanan penyakit, pengobatan dan
j. Berikan pengobatan sesuai perawatan terhadap klien.
indikasi j. Membantu menghilangkan gejala
Phenotiazine, antidopaminergic, penyakit, efek samping dan meningkatkan
corticosteroids, vitamins khususnya status kesehatan klien.

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 13


A,D,E dan B6, antacida k. Mempermudah intake makanan dan
k. Pasang pipa nasogastrik untuk minuman dengan hasil yang maksimal
memberikan makanan secara enteral, dan tepat sesuai kebutuhan.
imbangi dengan infus.

4. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak
normal.
Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran
mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output
normal.
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake dan output a. Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat
termasuk keluaran yang tidak menyebabkan hipovolemia.
normal seperti emesis, diare,
drainase luka. Hitung
keseimbangan selama 24 jam. b. Dengan memonitor berat badan dapat
b. Timbang berat badan jika diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan.
diperlukan. c. Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui
dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu
c. Monitor vital signs. Evaluasi tubuh yang meningkat berhubungan dengan
pulse peripheral, capilarry refil. dehidrasi.
d. Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi
dapat mencegah terjadinya hipovolemia.
d. Kaji turgor kulit dan keadaan
membran mukosa. Catat keadaan e. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
kehausan pada klien.
e. Anjurkan intake cairan samapi f. Segera diketahui adanya perubahan
3000 ml per hari sesuai kebutuhan keseimbangan volume cairan.
individu.
f. Observasi kemungkinan
perdarahan seperti perlukaan pada g. Mencegah terjadinya perdarahan.
membran mukosa, luka bedah,
adanya ekimosis dan pethekie. h. Kolaborasi :
g. Hindarkan trauma dan tekanan - Memenuhi kebutuhan cairan yang
yang berlebihan pada luka bedah. kurang.

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 14


h. Kolaboratif - Mencegah/menghilangkan mual muntah.
- Berikan cairan IV bila - Mengetahui perubahan yang terjadi.
diperlukan.
- Berikan therapy antiemetik.
- Monitor hasil laboratorium :
Hb, elektrolit, albumin

4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat
bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu
diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien

5. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini
merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 15


BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia
maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira pathogen dan digolongkan sebagi
zoonosis yaitu penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia. Hewan yang paling
banyak mengandung bakteri leptospira ini (resevoir) adalah hewan pengerat dan tikus.
Penyakit leptospirosis mungkin banyak terdapat di Indonesia terutama di musim
penghujan.
Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi secara langsung ataupun tidak
langsung, sedangkan penularan dari manusia ke manusia sangat jarang. Pengobatan
dengan antibiotik merupakan pilihan terbaik pada fase awal ataupun fase lanjut (fase
imunitas). Selain pengobatan antibiotik, perawatan pasien tidak kalah pentingnya untuk
menurunkan angka kematian. Angka kematian pada pasien leptospirosis menjadi tinggi
terutama pada usia lanjut, pasien dengan ikterus yang parah, gagal ginjal akut, gagal
pernafasan akut.

2. Saran
Pada orang berisiko tinggi terutama yang bepergian ke daerah berawa-rawa
dianjurkan untuk menggunakan profilaksis dengan doxycycline. Masyarakat terutama di
daerah persawahan, atau pada saat banjir mungkin ada baiknya diberi doxycycline untuk
pencegahan. Para klinisi diharapkan memberikan perhatian pada leptospirosis ini
terutama di daerah- daerah yang sering mengalami banjir. Penerangan tentang penyakit
leptospirosis sehingga masyarakat dapat segera menghubungi sarana kesehatan

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 16


DAFTAR PUSTAKA

Donna, D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach
2 nd Edition : WB Sauders.

Carpenito LJ. 2000. Dokumentasi dan Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

FKUA, 1984. Pedoman Diagnosis dan Ilmu Penyakit Dalam. FKUA, Surabaya

Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC :


Jakarta.

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

Sylviana. 1996. Kapita Selekta Kedokteran Buku 1. EGC. JAkarta

Asuhan Keperawatan Leptospirosis | Kelompok 2 Infectious Desease 17

Você também pode gostar