Você está na página 1de 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia sejak
lahir hingga 8 tahun. Batasan usia 0-8 tahun merupakan batasan usia yang
mengacu pada konsep DAP (Developmentally Aprropriate Practices) yaitu
acuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang diterbitkan oleh asaosiasi
PAUD di Amerika. Dalam DAP sudah dikembangkan kurikulum, kegiatan
pembelajaran, dan assessment atau penilaian yang disesuaikan dengan
perkembangan anak berdasarkan usia dan kebutuhan individunya.
Berdasar pada karakteristik usia tersebut, anak usia dini dibagi menjadi :
1) usia 0-1 tahun merupakan masa bayi, 2) Usia 1-3 tahun merupakan
masa Toddler (BATITA), 3) Usia 6 tahun merupakan masa prasekolah, 4)
usia 6-8 tahun merupakan masa SD kelas awal.
Anak usia dini memiliki proses pertumbuhan dan perkembangan
yang bersifat unik. Secara fisik pertumbuhan anak usia dini sangat pesat,
Tinggi badan dan berat badan anak bertambah cukup pesat, dibanding
dengan pertumbuhan pada usia diatasnya. Begitu pula pertumbuhan otak
anak, otak sebagai pusat koordinasi berbagai kemampuan manusia tumpuh
sangat pesat pada anak usia dini. Pada usia 4 tahun pertumbuhan otak anak
sudah mendekati 80 % sempurna. Pemberian stimulasi pendidikan pada
saat pertumbuhan fisik anak yang pesat dan otak sedang tumbuh dan
mengalami kelenturan atau pada usia kematangannya akan mendapat hasil
yang maksimal dibandingkan pada usia sebelum dan sesudahnya. Dengan
demikian sebagai pendidik perlu memahami kapan munculnya masa peka
atau usia kematangan anak tersebut.
Disamping pertumbuhan, perkembangan anak usia dinipun muncul
dengan pesat. Berbagai macam aspek yang berkembang sering
dikelompokkan sebagai perkembangan fisik (motorik halus dan kasar),
inteligensi (daya pikir dan daya cipta), bahasa (kosa kata, komuikasi),
social-emosional (sikap, kebiasaan, perilaku, moral). Pada usia dini

Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 1


perkembangan masing-masing aspek memiliki karakteistik khusus yang
berbeda pada usia-usia tertentu. Pemberian stimulasi yang sesuai dengan
karakteristik perkembangan anak akan menjadikan berbagai aspek
perkembangan anak berkembang maksimal.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana pengertian Alat Pendidikan Edukatif, Kreatif dan Inovatif di


TK ?
2. Bagaimana pentingnya penggunaan Alat Pendidikan Edukatif, Kreatif dan
Inovatif di TK ?

3. Bagaimana cara Pengembangan Alat Pendidikan Edukatif, Kreatif dan


Inovatif di TK ?

4. Bagaimana cara Pembuatan Alat Pendidikan Edukatif, Kreatif dan Inovatif


di TK ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Alat Pendidikan Edukatif, Kreatif dan
Inovatif di TK.
2. Untuk mengetahui pentingnya penggunaan Alat Pendidikan Edukatif,
Kreatif dan Inovatif di TK.

3. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan dan pengembangan alat


pendidikan edukatif, kreatif dan inovatif di Taman Kanak-Kanak.

4. Untuk menjadi mendorong guru untuk lebih inovatif dan kreatif dalam
membuat dan mengembangkan alat pendidikan edukatif, kreatif dan
inovatif di Taman Kanak-Kanak.

Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. BERMAIN
a. Pengertian Bermain
Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja
kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal
dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti hanya makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 1995). Tentang
bermain, Hurlock (1999) menyatakan setiap kegiatan yang dilakukan
untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Kategori bermain dibagi menjadi dua yaitu bermain aktif dan pasif
(Hurlock,1999):
 Bermain aktif
Dalam bermain aktif, anak memperoleh kesenangan dari apa yang
dilakukannya. Misalnya berlari atau membuat sesuatu dari lilin.
 Bermain pasif
Kesenangan yang diperoleh anak dalam bermain egosentris.
Sedikit demi sedikit anak akan dilatih untuk mempertimbangkan perasaan
orang lain, bekerja sama, saling membagi dan menghargai. Melalui
bermain anak dilatih bersabar, menunggu giliran dan terkadang bisa
kecewa karena in pasif berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh orang
lain. Misalnya menikmati temannya bermain, melihat hewan. Bermain
jenis ini membutuhkan sedikit energi dibandingkan bermain aktif.
b. Manfaat bermain
Beberapa manfaat yang bisa diperoleh seorang anak melalui
bermainantara lain (Zaviera, 2008):
 Aspek fisik, dengan mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang
banyak melibatkan gerakan – gerakan tubuh, akan membuat tubuh anak
menjadi sehat.
 Aspek perkembangan motor kasar dan halus, hal ini untuk meningkatkan
ketrampilan anak.

Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 3


 Aspek sosial, anak belajar berpisah dengan ibu dan pengasuh. Anak belajar
menjalin hubungan dengan teman sebaya, belajar berbagi hak,
mempertahankan hubungan, perkembangan bahasa, dan bermain peran
sosial.
 Aspek bahasa, anak akan memperoleh kesempatan yang luas untuk berani
bicara. Hal ini penting bagi kemampuan anak dalam berkomunikasi dan
memperluas pergaulannya.
 Aspek emosi dan kepribadian. Melalui bermain, anak dapat melepaskan
ketegangan yang dialaminya. Dengan bermain berkelompok, anak akan
mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimiliki
sehingga dapat membantu perbentukan konsep diri yang positif,
mempunyai rasa percaya diri dan harga diri.
 Aspek kognisi. Pengetahuan yang didapat akan bertambah luas dan daya
nalar juga bertambah luas, dengan mempunyai kreativitas, kemampuan
berbahasa, dan peningkatan daya ingat anak.
 Aspek ketajaman panca indra. Dengan bermain, anak dapat lebih peka
pada hal – hal yang berlangsung dilingkungan sekitarnya.
 Aspek perkembangan kreativitas. kegiatan ini menyangkut kemampuan
melihat sebanyak mungkin alternatif jawaban. Kemampuan divergen ini
yang mendasari kemampuan kreativitas seseorang.
 Terapi. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengubah emosi negative
menjadi positif dan lebih menyenangkan.
c. Jenis permainan
Menurut Suherman (2000) yang dikutip dari Hetzer macam-macam
permainan anak dapat dibedakan menjadi lima macam yaitu:
 Permainan fungsi
Permainan dengan menggunakan gerakan-gerakan tubuh atau
anggota tubuh.
 Permainan konstruktif
Membuat suatu permainan, contohnya membuat kereta.
 Permainan reseptif
Sambil mendengarkan cerita atau membaca buku cerita anak
berfantasi dan menerima kesan-kesan yang membuat jiwanya aktif.
 Permainan peranan

Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 4


Dalam permainan ini akan bermain peran, sebagai contoh berperan
sebagai guru.
 Permainan sukses
Yang diutamakan dalam permainan ini adalah prestasi sehingga
diperlukan keberanian.

d. Faktor - faktor yang mempengaruhi permainan anak (Hurlock,1999):


 Kesehatan
Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain
aktif, seperti permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih
menyukai hiburan.
 Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik.
Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada
perkembangan motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik
memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
 Intelegensi
Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang
kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan.
Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukan perhatian dalam
permaian kecerdasan, dramatik, konstruksi, dan membaca. Anak yang
pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar.,
termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.
 Jenis kelamin
Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan
lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis
permainan yang lain. pada awal kanak-kanak, anak laki-;aki menunjukan
perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang
anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak.
 Lingkungan
Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak
lainnya disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan,

Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 5


dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain
ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena
kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas. Ibu
yang mempunyai pengetahuan yang baik akan lebih cenderung
memperhatikan kebutuhan bermain bagi anak. Dan akan memfasilitasi
anak dalam bermain karena dengan bermain secara psikologis kepuasan
fisik, emosi, sosial dan perkembangan mental anak terpenuhi sehingga
anak dapat mengekspresikan perasaannya dan menunjukan kreativitasnya
(Suherman, 2000).
 Status sosioekonomi
Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih
menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda,
sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak
mahal sepertu bermain bola dan berenang. Kelas sosial mempengaruhi
buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi
yang dimilikinya dan supervisi terhadap mereka.
 Jumlah waktu bebas
Jumlah waktu bermain terutama tergantung pada ststus ekonomi
keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu
luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang
membutukan tenaga yang lebih.
 Peralatan
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi
permainannya. Misalnya dominasi boneka dan binatang buatan
mendukung permainan purapura, banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin
mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.
e. Tujuan permainan yaitu (Soetjiningsih, 1995) :
Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan,
mengembangkan kemampuan berbahasa, mengembangkan pengertian
tentang berhitung, menambah, mengurangi, merangsang daya imajinasi
dengan berbagai cara bermain pura-pura (Sandiwara), membedakan benda
dengan perabaan, menumbuhkan sportivitas, mengembangkan

Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 6


kepercayaan diri, mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak
dan orang dirumahnya.
f. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas bermain
Soetjiningsih,1995):
 Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan ekstra energi. Bemain memerlukan
energi yang cukup, sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai.
Anak yang sehat memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi, baik
bermain aktif maupun bermain pasif, untuk menghindari rasa bosan atau
jenih. (Nursalam, dkk, 2005).
 Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai
kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.
(Nursalam, dkk, 2005).
 Alat permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan
umur dan perkembangann anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal
ini, sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa alat permainan tersebut harus aman
dan mempunyai unsure edukatif bagi anak. (Nursalam, dkk, 2005)
 Ruangan untuk bermain
Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus
untuk bermain. Anak bisa bermain di ruang tamu, halaman, bahkan di
ruang tidurnya.
 Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru
temantemannya atau diberitahu caranya oleh orang tuanya . cara yang
terakhir adalah yang terbaik, karena anak tidak terbatas pengetahuannya
dalam menggunakan alat permainannya dan anak-anak akan mendapat
keuntungan lebih banyak.
 teman bermain

Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 7


Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain
kalau ia memerlukan, apakah itu saudaranya, orang tuannya atau
temannya. Karena kalau anak bermain sendiri, maka akan kehilangan
kesempatan belajar dari teman-temannya. Sebaliknya kalau terlalu banyak
bermain dengan anak lain, maka dapat mengakibatkan anak tidak
mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan
menemukan kebutuhannya sendiri. Bila kegiatan bermain dilakukan
bersama orang tuanya, maka hubungan orang tua dengan anak menjadi
akrab, dan ibu/ayah akan segera mengetahui setiap kelainan yang terjadi
pada anak mereka secara dini.

2.2 ALAT PERMAINAN EDUKATIF


Alat permainan edukatif ( APE ) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangannya dan yang berguna untuk perkembangan aspek fisik,
bahasa, kognitif, dan social anak (soetjningsih, 1995)
Agar orang tua dapat memberikan alat permainan yang edukatif pada
anaknya, syarat – syarat berikut ini yang perlu diperhatikan adalah :

a. Keamanan
Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya tidak
terlalu kecil, cat tidak beracun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak
mudah pecah, karena pada usia ini anak kadang – kadang suka
memasukkan benda kedalam mulut.

b. Ukuran dan berat


Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan usia
anak. Apabila mainan terlalu besar atau berat, anak akan sukar menjangkau
atau memindahkannya. Sebaliknya, bila terlalu kecil, mainan akan mudah
tertelan.

c. Desain
Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 8
APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal
ukuran, susunan, ukuran dan warna serta jelas maksud dan tujuannya.
Selain itu, APE hendaknya tidak terlalu rumit untuk menghindari
kebingungan anak.

d. Fungsi yang jelas


APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli
perkembangan anak.

e. Variasi APE
APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat dibongkar
pasang), namun tidak terlalu sulit agar anak tidak frustasi dan tidak terlalu
mudah, karena anak akan cepat bosan.

f. Universal
APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya
dan bangsa. Jadi, dalam menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang
bisa dimengerti oleh semua orang.

g. Tidak mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh masyarakat


luas
Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak,
maka setiap lapisan masyarakat, baik yang dengan tingkat social ekonomi
tinggi maupun rendah, hendaknya dapat menyediakannya. APE bias
didesain sendiri asal memenuhi persyaratan.

2.3 Pengembangan Alat Permainan Edukatif (APE)

Pada saat ini terdapat berbagai jenis APE untuk anak TK yang telah
dikembangkan yakni:

1. Boneka Tangan untuk kemampuan berbahasa Peabody yang


dikembangkan oleh Elizabeth Peabody.
2. Puzzle geometri ciptaan Dr. Maria Montessori.

Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 9


3. Balok Cruissenaire ciptaan George Cruissenaire.

4. Balok Blocdoss ciptaan Froebel.

5. Boneka Jari

6. Legpuzzle atau teka-teki.

7. Kotak Alfabet.

8. Kartu Lambang Bilangan.

9. Kartu Pasangan.

10. Puzzle Jam.

11. Loto warna dan bentuk.

Dikarenakan sudah banyak APE yang telah dikembangkan maka tentu saja
para guru TK dengan mudah bisa memilih jenis-jenis APE yang sesuai dengan
kebutuhan anak dan aspek perkembangan anak. Namun para guru TK juga harus
bisa merancang dan membuat APE dengan menggunakan kreasi dan inovasi
sendiri.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya maka Alat Pendidikan Edukatif,


Kreatif dan Inovatif yang dirancang dan dibuat penulis ini merupakan sebuah alat
permainan edukatif yang diberi nama “Tracker” yang berarti “Pencari Jejak”.
Konsep permainan ini dikembangkan dari permainan Maze (Mencari Jejak).

Pembuatan alat “Tracker” ini mengikuti langkah-langkah dalam


merancang APE menurut Badru Zaman (2007: 6.25) yakni:

1. Menganalisis kurikulum, aspek pengembangan anak TK.


2. Menginventarisasi APE yang ada dan mengidentifikasi kebutuhan.

3. Menyimpulkan APE yang dibutuhkan.

4. Merencanakan pengadaan dengan cara membuat.

Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 10


5. Merencanakan pembuatan rancangan.

6. Menyiapkan bahan, alat dan desain.

Perancangan dan pembuatan Alat “Tracker” ini berdasarkan Kompetensi


Dasar pembelajaran adalah bertujuan agar anak mampu memahami konsep
sederhana, memecahkan masalah sederhana dalam kidupan sehari-hari.
Sedangkan hasil belajar adalah anak dapat memecahkan masalah sederhana. Dan
indikator adalah mengerjakan “Maze” (mencari jejak) yang lebih kompleks (3-4)
jalan. Anak akan menjadi seorang “Tracker” yang berarti “Pencari Jejak”. Bidang
Alat ini untuk mengembangkan aspek kemampuan dasar anak dari aspek kognitif
nya.

2.4 HAMBATAN PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF


1. Guru malas menyediakan alat peraga (biasanya dengan alasan: tidak punya
waktu/dana, sudah memiliki perlengkapannya, dll.)
2. Guru beralasan "saya tidak bisa/tidak berpengalaman/saya tidak pandai
membuat alat peraga", dan sebagainya.
3. Alasan guru "Begini saja 'kan cukup ... mau apa lagi?" (hal ini biasanya
diucapkan guru yang merasa pandai berbicara).
4. Keterbatasan dana.
Mengingat sangat pentingnya alat peraga dalam kelas Sekolah, hal berikut
dapat dilakukan, yaitu:
 Membuat tim kreatif, agar guru- guru merasa tidak sendiri dalam
mempersiapkan alat peraga. Alat peraga dipersiapkan bersama-sama
sehingga dapat disimpan sebagai koleksi Sekolah. Membuat alat peraga
yang murah namun menarik, misalnya memanfaatkan koran/majalah
bekas.

2.5 BERMAIN UNTUK ANAK DI RUMAH SAKIT

Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 11


Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh
dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah,
menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan
penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik rumah
sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih
petugas kesehatan maupun lingkungan social, seperti sesama pasien anak,
ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti
takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan
lainnya, sering kali dialami anak. Untuk itu, anak memerlukan media yang
dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan
petugas kesehatan selama dalam perawatan.media yang paling efektif
adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik didasari
oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat
dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan
memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan
pikiran anak, mengalihkan parasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan
demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dan pelayanan
kesehatan anak dirumah sakit (Brennan, 1994).

Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah


sakit akan memberikan keuntungan sebagai berikut :
1) Meningkatkan hubungan antara klien ( anak keluaarga ) dan perawat
karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai
kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan menyenangkan
dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan alat komunikasi
yang elektif antara perawat dank klien.
2) Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan
perasaan mandiri pada anak
.
3) Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan

Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 12


perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri. Pada
beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan dan
pikiran secara verbal dan/ atau pada anak yang kurang dapat
mengekspresikannya, permainan menggambar, mewarnai, atau melukis
akan membantunya mengekspresikan perasaan tersebut.
4) Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak
untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
5) Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk
berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada
anak dan keluarganya.

Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 13


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya setiap permainan dapat mengembangkan nilai moral
dan agama pada anak, meskipun kita tidak dapat melihat efeknya secara
langsung. Melalui permainan anak-anak sedikit demi sedikit belajar
memahami nilai-nilai moral dan agama yang ada dilingkungannya dengan
pengawasan dan bimbingan yang mendukung dari orang dewasa yang ada
di lingkungan bermain anak. Nilai moral seperti kejujuran, toleransi,
empati, hati nurani yang mengacu kepada pengaturan internal standar
benar dan salah di dapat anak melalui interaksi dengan teman sebaya pada
saat bermain.
3.2.1 SARAN

1. Alat Pendidikan Edukatif, Kreatif dan Inovatif adalah merupakan alat-alat


permainan yang dirancang dan dibuat untuk menjadi sumber belajar anak-
anak TK agar mereka mendapatkan pengalaman belajar. Pengalaman ini
akan berguna untuk meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak TK
seperti aspek fisik/motorik, emosi, sosial, bahasa, kognitif dan moral.

2. Alat Pendidikan Edukatif, Kreatif dan Inovatif memiliki fungsi yang


multiguna untuk memberi kesempatan pada anak TK memperoleh
pengetahuan baru dan memperkaya pengalamannya dengan berbagai alat
permainan.

3. Tahap – tahap pembuatan Alat Pendidikan Edukatif, Kreatif dan Inovatif


untuk anak TK yakni menyiapkan bahan, menyiapkan alat, membuat
desain dan melaksanakan pembuatan.

4. Para guru TK juga bisa merancang dan membuat Alat Pendidikan


Edukatif, Kreatif dan Inovatif dengan menggunakan kreasi dan inovasi
sendiri.

Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 14


DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E. B., 1999. Perkembangan Anak Jilid 2 (Edisi 6). Penerbit Erlangga :
Jakarta
Mayke S. Tedjasaputra, 2001. Bermain, Mianan dan Permaianan. Jakarta : PT.
Gramedia Widiasrana indobesia.
Munandar. S.C.U., 1995 Perkembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka
Cipta kejasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta
Santrock, Jhon W, 2011. Masa Perkembangan Anak. Salemba Humanika : Jakarta
Sumintarsih, 2008. Permainan Tradisional Jawa. Penerbit kepel press :
Yogyakarta
www.digilib.unimus.ac.id-bab2

Makalah Permainan Edukatif Anak Usia Toodler | Pediatric Nursing 15

Você também pode gostar