Você está na página 1de 14

BIOLOGI LINGKUNGAN

AGENDA 21 LINGKUNGAN HIDUP

Dosen Pembimbing: Dra. Rohil, M.S

Oleh

Arum Setyaningsih (13 222 009)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan Berkelanjutan selama ini dibicarakan dan dilakukan oleh
masyarakat Indonesia Dunia sebagai metode untuk menciptakan suatu
keseimbangan. Keseimbangan yang diperoleh adalah pada aspek sosial, ekonomi,
dan lingkungan. Proses pencapaiannya pun tidak semudah dengan apa yang
tertulis. Hanya beberapa saja yang berhasil melakukannya. Salah satunya adalah
Simbiosis Industri yang berada di Kahlundborg, Denmark. Simbiosis Industri di
Kahlundborg terlihat sangat efisien dalam pemanfaatan bahan dari berbagai
industri. Baik itu dari bahan baku maupun bahan limbah buangan industri. Bahan-
bahan tersebut tidak ada yang terbuang ke lingkungan, dan menghasilkan Zero
Waste. Bahan-bahan tersebut digunakan untuk kebutuhan masyarakat di
Kahlundborg, baik itu dari segi ekonomi maupun lingkungan.
Hanya, pembangunan berkelanjutan tidak hanya pada sektor industri, tetapi
dari sektor lain. Seperti pada sektor pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan harus
dapat diperoleh oleh semua kalangan, baik kalangan bawah maupun kalangan
atas. Kondisi yang terjadi sekarang adalah pendidikan semakin lama semakin
berkualitas dan hanya orang-orang tertentu saja yang dapat merasakannya. Tidak
dengan masyarakat yang mempunyai ekonomi lemah. Pembangunan
berkelanjutan ingin mewujudkan bahwa pendidikan harus melingkupi semua
kalangan. Begitu pula pekerjaan, kenaikan jumlah penduduk di Indonesia tidak
sebanding dengan meningkatnya jumlah lapangan pekerjaan. Ketimpangan
tersebut akhirnya memicu meningkatnya angka kemiskinan dan kriminalitas.
Akibat yang diperoleh adalah masyarakat melakukan tindakan kriminal
(perampokan, pencurian, dan lain sebagainya). Masalah-masalah seperti ini harus
segera diatasi agar tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai. Tujuan
pembangunan berkelanjutan dapat tercapai jika semua masyarakat dapat bekerja
sama untuk mewujudkannya.
Pembangunan berkelanjutan yang diketahui selama ini terdiri dari tiga
aspek, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Perlu pemahaman lebih dalam
mengenai pembangunan berkelanjutan dari tiga aspek tersebut. Berikut penjelasan
mengenai pembangunan berkelanjutan dan penjelasan lengkap mengenai
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi yang membahas mengenai pembangunan
berkelanjutan secara global.

B. Tujuan
Adapun tujuan di tulisnya makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu agenda 21 lingkungan hidup.
2. Mengetahui mengapa dibentuknya agenda 21 Lingkungan Hidup.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembangunan Berkelanjutan
Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang harus dipenuhi menurut
Djajadiningrat dan Famiola (2004):
1. Pembangunan Berkelanjutan Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial.
Strategi pembangunan harus dilandasi “premis” pada hal seperti: lebih
meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi, lebih meratanya peran
dan kesempatan, dan pada pemerataan ekonomi yang dicapai harus ada
keseimbangan distribusi kesejahteraan. Berarti, pembangunan generasi masa
kini harus selalu mengindahkan generasi masa depan untuk mencapai
kebutuhannya.
2. Pembangunan Berkelanjutan Menghargai Keanekaragaman.
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah persyaratan untuk
memastikan bahwa sumberdaya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk
masa kini dan masa datang.
3. Pembangunan Berkelanjutan Menggunakan Pendekatan Integratif.
Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia
dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau
merusak.
4. Pembangunan Berkelanjutan Meminta Perspektif Jangka Panjang.1

Menurut Emil Salim (2003), hakekat pembangunan ke depan adalah


mengupayakan sustainabilitas. Untuk keberlanjutan kehidupan ini, menurutnya,
pembangunan berkelanjutan memiliki beberapa prasyarat. Pertama, menjangkau
perspektif jangka panjang melebihi satu-dua generasi sehingga kegiatan
pembangunan perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang. Kedua,
menyadari berlakunya hubungan keterkaitan (interdependency) antar pelaku-
pelaku alam, sosial dan buatan manusia. Pelaku alam terdapat dalam ekosistem,

1
Djajadiningrat, S. T., & Famiola, M. (2004). Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Bandung:
Rekayasa Sains Bandung.
pelaku sosial terdapat dalam sistem sosial, dan pelaku buatan manusia dalam
sistem ekonomi. Ketiga, memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat masa kini
tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang memenuhi
kebutuhannya. Keempat, pembangunan dilaksanakan dengan menggunakan
sumber daya alam sehemat mungkin, limbah-polusi serendah mungkin, ruang-
space sesempit mungkin, energi diperbarui semaksimal mungkin, energi tidak-
diperbarui sebersih mungkin, serta dengan manfaat lingkungan, sosial, budaya-
politik dan ekonomi seoptimal mungkin. Kelima, pembangunan diarahkan pada
pemberantasan kemiskinan, perimbangan ekuitas sosial yang adil serta kualitas
hidup sosial, lingkungan, dan ekonomi yang tinggi.2
Sekretaris Eksekutif Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB,
Prastowo, menilai bahwa wacana mengenai pembangunan berkelanjutan di
Indonesia tidak lepas dari kesadaran global mengenai pentingnya pelestarian
lingkungan hidup. Berbagai even internasional telah banyak digelar untuk
mewujudkan komitmen ini. Menurut catatan Kementerian Lingkungan Hidup
(KLH), masyarakat dunia mulai menyadari issu kerusakan dan kemerosotan
lingkungan hidup dalam United Nation Conference on The Human Environment
di Stockholm (1972). Dua puluh tahun berikutnya, dunia mengakui bahwa
kemerosotan kualitas lingkungan hidup itu berkaitan erat dengan kegiatan
pembangunan yang tidak berkelanjutan. Oleh karena itu issu lingkungan menjadi
issu sentral dalam Earth Summit di Rio de Janeiro tahun 1992 yang kemudian
melahirkan Agenda 21. Sepuluh tahun sesudah Rio de Janeiro (Rio + 10), wakil-
wakil masyarakat dunia bertemu kembali di Johannesburg pada pertemuan World
Summit on Sustainable Development (WSSD) tahun 2002 untuk mengkaji ulang
pelaksanaan Agenda 21.3
Di sisi lain, pembangunan berkelanjutan masih dianggap banyak pihak
sebagai suatu konsep elitis dan kurang mengakomodasi harapan publik. Ini
disebabkan karena proses penggodokannya tidak banyak melibatkan partisipasi
warga secara terbuka sehingga melahirkan sejumlah paradoks dan kepentingan

2
Emil Salim (2003) “Membangun Paradigma Pembangunan” dalam makalah Peluncuran Buku dan
forum Diskusi Mengenai Hasil-Hasil dan Tindak Lanjut KTT Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta: 11
April 2003.
3
KLH (2004) Kesepakatan Nasional dan Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan, Kementerian
Lingkungan Hidup-Republik Indonesia, Jakarta.
yang berbeda dalam implementasinya. Contoh, keluarnya izin penambangan di
kawasan konservasi yang memunculkan kepentingan berbeda diantara beberapa
departemen. Paradoks yang terjadi di kabinet itu akhirnya diselesaikan oleh
Presiden Megawati yang ternyata antilingkungan, maka keluarlah Perpu
No.1/2004 tentang Perubahan Undang-Undang No.41/1999 tentang Kehutanan
yang justru mendorong ‘penambangan berkelanjutan’ di kawasan hutan lindung.
Ironisnya lagi, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang diharapkan sebagai
“benteng terakhir” untuk memperjuangkan harapan publik malah turut
melegitimasi kepentingan pemodal dengan menyetujui Perpu No.1/2004 tersebut.4

B. Konferensi Dunia
Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992
menghasilkan konsep pembangunan berkelanjutan yang dapat memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kebutuhan masa depan. Ada dua isu utama
pada konferensi tersebut yaitu masalah lingkungan hidup dan masalah
pembangunan. Lingkungan hidup masuk ke dalam Agenda 21 Dunia menjadi
tonggak kebangkitan manusia untuk pembangunan berkelanjutan.
Agenda 21 merupakan produk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bui di Rio
de Janeiro, Brazil, pada tanggal 3 Juni sampai dengan 14 Juni 1992. Konferensi
tersebut dihadiri oleh Kepala Negara dan Pejabat Tinggi dari 179 Negara. Ribuan
pejabat organisasi PPB, pemerintah kota, tokoh-tokoh non pemerintah (LSM) dan
kelompok-kelompok lain ikut serta dalam pertemuan tersebut.
Konferensi internasional tentang lingkungan hidup dan pembangunan di Rio
de Janeiro Brasil mengeluarkan beberapa hal penting di antaranya adalah:
Deklarasi Rio, Konvensi Perubahan Iklim, Konvensi Keanekaragaman Hayati,
Agenda 21, dan Prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan. Di dalam Deklarasi Rio
tentang lingkungan hidup terdapat 27 prinsip yang menekankan pada pola
pembangunan berwawasan lingkungan. Deklarasi Rio memberikan gambaran
betapa sulitnya pembangunan lingkungan di masa yang akan datang jika Negara-
negara maju mengkonsumsi sumber daya tersebut.

4
Belakangan terungkap bahwa proses legislasi untuk menggolkan Perpu No.1/2004 itu sarat dengan
money politics antara kalangan pengusaha dengan pemerintah, baik di legislatif maupun di eksekutif.
Berikut asas-asas yang menetapkan hak-hak manusia atas pembangunan dan
tanggung jawab manusia terhadap pelestarian lingkungan:
a. Manusia berhak atas kehidupan yang sehat dan produktif untuk menciptakan
keselarasan dengan alam.
b. Pembangunan yang tidak merugikan masa yang akan datang.
c. Bangsa-bangsa memiliki hak untuk memanfaatkan sumber dayanya sendiri
tanpa merusak lingkungan alam.
d. Bangsa-bangsa perlu menciptakan UU Internasional yang menjamin pemberian
ganti rugi atas kerusakan yang ditimbulkan pada daerah di luar perbatasannya.
e. Bangsa-bangsa perlu mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi
lingkungan jika terdapat ancaman kerusakan yang parah.
f. Perlindungan lingkungan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan harus
menjadi bagian integral dari proses pembangunan dan tidak dapat dipisahkan
dari proses pembangunan tersebut.
g. Mengentaskan kemiskinan dan memperkecil kesenjangan dalam taraf
kehidupan di berbagai pelosok dunia merupakan keharusan dalam mencapai
pembangunan berkelanjutan.
h. Perlu adanya kerja sama antar bangsa-bangsa untuk melestarikan, melindungi
dan memulihkan kesehatan dan keutuhan ekosistem bumi.
i. Bangsa-bangsa perlu mengurangi dan menghapuskan pola produksi dan
konsumsi yang tidak berkelanjutan dan perlu mencanangkan kebijakan-
kebijakan demografi yang layak.
j. Partisipasi semua warga Negara untuk menangani masalah lingkungan.
k. Perlu membangkitkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dengan
menyediakan informasi mengenai lingkungan di setiap bangsa-bangsa.
l. Perlu melaksanakan undang-undang tentang lingkungan yang efektif dan
menciptakan undang-undang nasional tentang jaminan bagi korban
pencemaran dan kerusakan lingkungan.
m. Perlu menegakkan suatu sistem ekonomi internasional yang terbuka dan akan
membawa pertumbuhan ekonomi serta pembangunan yang berkelanjutan di
semua Negara.
n. Pihak pencemar menanggung akibat pencemaran.
o. Saling mengingatkan antar bangsa-bangsa akan adanya bencana alam atau
kegiatan yang dapat menimbulkkan negatif di luar batas Negara masing-
masing.
p. Pemahaman ilmiah yang lebih baik mengenai masalah-masalah yang ada
menjadi penting bagi pembangunan berkelanjutan.
q. Memerlukan partisipasi penuh para perempuan untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan, serta kreativitas semangat dankeberania kaum muda dan
pengetahuan penduduk asli.
r. Perang membawa kehancuran pada pembangunan berkelanjutan dan bangsa-
bangsa perlu menghormati hukum-hukum internasional yang melindungi
lingkungan di masa-masa konflik bersenjata dan harus bekerja sama dalam
menegakkan hukum tersebut.
s. Perdamaian, pembangunan dan perlindungan adalah hal-hal saling berkaitan
dan tidak terpisahkan.5

C. Agenda 21 Lingkungan Hidup


Intinya adalah kesejahteraan akan lingkungan, ekonomi dan masyarakat.
Masyarakat pada umumnya cenderung berusaha untuk melanggar apa yang harus
ditaati pada asas-asas tersebut. Seharusnya perlu ada pengontrolan setelah asas-
asas tersebut dilakukan. Apa saja sanksi yang harus diterima bagi pelanggar di
setiap Negara. Kondisi perilaku masyarakat dengan menaati peraturan cenderung
rendah. Masyarakat berusaha mencari celah untuk melancarkan kegiatannya yang
bernilai ekonomis. Seperti contohnya masyarakat di Indonesia. Beberapa lahan di
beberapa daerah Indonesia semakin lama semakin terkikis akan kepentingan
ekonomi dari pihak pasar atau korporasi. Contohnya adalah kondisi Danau Situ di
daerah Ciputat, Tangerang Selatan. Fungsi Danau Situ sudah tidak berfungsi
sebagaimana mestinya yaitu sebagai daerah resapan air. Danau Situ semakin lama
tereksploitasi dengan adanya pengambilan lahan untuk kegiatan ekonomi, seperti
kontrakan, warung makan, warung internet, dan lain sebagainya.

5
Sutamihardja, R. (2009). Perubahan Lingkungan Global, Sebuah Antologi Tentang Bumi Kita. Bogor:
yayasan Pasir Luhur.
Setelah menyebutkan asas-asas tersebut, terdapat Agenda 21 yang berusaha
melengkapi dan mengatasi masalah lingkungan secara global. Agenda 21 tersebut
dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu: Bagian Pertama, Dimensi Sosial
Ekonomi. Bagian ini membahas mengenai masalah pembangunan yang
menitikberatkan pada segi manusia berkaitan dengan dampak aktivitas manusia
terhadap lingkungan, kerusakan lingkungan dan manusia. Bagian Kedua,
konservasi dan pengelolaan sumber daya alam dan pembangunan. Terfokus pada
pengelolaan dan konservasi sumber daya alam, ekosistem, dan isu-isu lainnya.
Bagian Ketiga, peranan kelompok utama. Membahas isu kemitraan antar
pengelola lingkungan yang perlu dikembangkan. Bagian Keempat, Sarana
Pelaksaan ini. Penerapan dari Agenda 21 melalui pengkajian dan analisis. Bagian
ini menilai sumberdaya yang dapat digunakan untuk pembangunan berkelanjutan.
Agenda 21 tersebut menjelaskan bagaimana pengelolaan sumber daya alam
yang mempunyai sifat berkelanjutan. Serta pada Agenda 21 ini menitikberatkan
pada manusia, karena Penulis setuju, manusia merupakan sumber masalah yang
terjadi di Dunia. Sifat manusia yang boros dan serakah, berusaha untuk
memanfaatkan sumber daya untuk kepentingan ekonomi tanpa melihat dampak
negatif lingkungan yang terjadi.
Selain Agenda 21 dan Deklarasi Rio, pada Earth Summit 1992 terdapat pula
hasil-hasil berupa Prinsip-prinsip Kehutanan, Konvensi Perubahan Iklim dan
Konvensi Keanekaragaman Hayati. Prinsip-prinsip Kehutanan dimaksudkan
untuk melakukan penyerapan CO2 dan perlindungan keragaman hayati. Selain
kedua hal tersebut, Prinsip-prinsip Kehutanan ditujukan untuk pengelolaan
Daerah Aliran Sungai (DAS). Konvensi Perubahan Iklim bertujuan untuk
menurunkan emisi karbon dioksida, gas methan, dan gas rumah kaca lainnya yang
terletak di atmosfir. Kemudian Konvensi Keanekaragaman Hayati bertujuan untuk
mencegah kerusakan keanekaragaman hayati serta memperkenalkan standar
pelaksanaan pada kerjasama penelitian, informasi, manfaat serta teknologi bagi
sumberdaya genetik.
Setelah adanya, Earth Summit 1992 dan menuju Earth Summit 2002,
terdapat perubahan yang terjadi sebagai berikut (Friends of the Earth, 2002):
1. Perbedaan yang terjadi adalah Pemerintah tidak menunjukkan kemauan politik
untuk menangani isu-isu besar.
2. Penduduk dunia berjumlah 6 miliar, tetapi jumlah masyarakat miskin hampir
tidak berubah. Lebih dari 1 milyar orang hidup hanya sebesar $1 per hari.
3. Satu dari enam orang dewasa tidak dapat membaca atau menulis; 99 persen
dari orang-orang yang buta huruf ditemukan di Negara-negara berkembang.
4. Pada tahun 2000, 18 persen dari jumlah 11.000 spesies diketahui statusnya
‘terancam punah’ di dalam daftar ‘terancam’.
5. Perubahan iklim terjadi. Catatan suhu secara global menunjukkan tahun 1990-
an sebagai dekade terpanas sejak pengukuran dimulai pada abad ke-19.
6. Di Inggris, menghasilkan 414 juta ton sampah setiap tahunnya. Ini membuat
kita hidup dengan sifat boros.

Belum adanya perubahan signifikan yang terjadi setelah adanya Earth


Summit 1992 selama 10 tahun menuju Earth Summit 2002. Maka, pada
Konferensi 10 tahun berikutnya yang diselenggarakan di Johannesburg, Afrika
Selatan, memberikan harapan untuk perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu
tujuan utamanya pembangunan berkelanjutan secara global.6

D. Masalah Mengenai Kondisi Global dan Indonesia


Setelah adanya KTT Bumi, kondisi Dunia dan Kondisi Indonesia perlu
diperhatikan lebih lanjut. Tiga hal yang penulis cantumkan untuk
menggambarkannya adalah pada kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan
kerusakan lingkungan. Laporan Bank Dunia menyebutkan bahwa kemiskinan
secara global terus menurun drastis. Jumlah orang miskin menurun dari 1,94
miliar pada 1981 sampai dengan 1,29 miliar pada tahun 2008.7
kerusakan lingkungan yaitu kerusakan hutan dan kerusakan lingkungan
akibat tambang. Laporan dari State of World Forest dan FAO menyebutkan
bahwa Indonesia menempati urutan kelima dari 10 negara yang memiliki luas

6
Sutamihardja, R. (2009). Perubahan Lingkungan Global, Sebuah Antologi Tentang Bumi Kita. Bogor:
yayasan Pasir Luhur.
7
Werner, S. (2012, Mei 10). JaringNews. Retrieved from Bank Dunia: Angka Kemiskinan Dunia Turun
Drastis: http://jaringnews.com/
hutan terbesar di dunia. Laju kerusakan hutan Indonesia telah mencapai 1,87 juta
hectare dalam kurun waktun tahun 2000 sampai tahun 2005. Ini mengakibatkan
Indonesia menempati peringkat ke-2 dari 10 Negara dengan laju kerusakan
tertinggi di Dunia.
Kerusakan hutan yang terjadi selama ini mengakibatkan bencana banjir dan
kekeringan di beberapa wilayah Indonesia. Kerusakan hutan yang dimaksud
adalah adanya penebangan liar untuk kepentingan ekonomi pada daerah hulu
sungai bahkan pembukaan hutan yang dikonversi dalam bentuk penggunaan lain.
Manfaat Hutan adalah dengan penyerapan air ketika hujan datang. Hutan
berfungsi sebagai pengatur hidrologis bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya.8
Kerusakan lingkungan pun disebabkan karena adanya proses pertambangan.
Pihak perusahaan tambang seringkali menyalahgunakan peraturan pertambangan
yang sudah ada. Sehingga proses tambang dapat dilaksanakan dengan lancar,
tanpa ada hambatan. Kawasan pesisir dan laut tidak luput dari eksploitasi.
Terdapat lebih dari 16 titik reklamasi, penambangan pasir, pasir besi dan menjadi
tempat pembuangan limbah bekas tambang dari Newmon dan Freeport. Hutan
kita pun tidak luput akibat adanya pertambagan. Hutan memiliki keanekaragaman
hayati. Selain hutan, sungai pun menjadi korban pertambangan. Jumlah Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang termasuk kategori rusak berat meningkat dalam 10
tahun terakhir. Daerah Aliran Sungai yang berjumlah 108 dari 4.000 DAS di
Indonesia mengalami kerusakan parah. Tidak adanya kesadaran untuk melakukan
perbaikan dari 108 DAS yang rusak, mengakibatkan kerusakan lahan, kematian
warga dan berubahnya pola ekonomi masyarakat.9

E. Solusi/Kondisi Seharusnya
Beberapa kasus mengenai kerusakan lingkungan telah disebutkan pada
bagian sebelumnya. Indonesia harus segera merapihkan masalah kerusakan
lingkungan satu per satu. Menurut penulis, kondisi yang seharusnya diperbaiki

8
Wijaya, T. (2010, April 27). DetikNews. Retrieved from Kerusakan Hutan di Indonesia Terparah Kedua
di Dunia : http://news.detik.com/
9
Messwati, E. D. (2012, September 28). KOMPAS. Retrieved from 70 Persen Kerusakan Lingkungan
Akibat Operasi Tambang: http://regional.kompas.com/
adalah pada sektor pertambangan. Sektor pertambangan harus dilakukan dengan
prinsip ramah lingkungan dan mensejahterakan masyarakat sekitar. Seringkali
lingkungan menjadi korban utama dengan adanya pertambangan. Tidak adanya
proses pemulihan lahan, membuat masyarakat yang berada di sekitar lokasi
pertambangan menjadi khawatir. Begitu pula kesejahteraan masyarakat dengan
adanya pertambangan. Penyerapan tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan
tambang hanya sebatas buruh, dan diberi upah sangat sedikit.
Kebijakan dan pengontrolan perlu dilakukan agar proses kegiatan tambang
tidak merusak lingkungan dan mensejahterakan masyarakat. Ketika hal-hal
tersebut dipenuhi, pembangunan berkelanjutan dapat berjalan dengan lancar.
Tanpa ada kesalahan-kesalahan yang seringkali terjadi.10

10
Djajadiningrat, S. T., & Famiola, M. (2004). Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Bandung:
Rekayasa Sains Bandung.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu agenda 21 lingkungan hidup
enjelaskan bagaimana pengelolaan sumber daya alam yang mempunyai sifat
berkelanjutan. Serta pada agenda 21 lingkungan hidup ini menitikberatkan pada
manusia, karena manusia merupakan sumber masalah kerusakan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Djajadiningrat, S. T., & Famiola, M. (2004). Kawasan Industri Berwawasan


Lingkungan. Bandung: Rekayasa Sains Bandung.

Emil Salim (2003) “Membangun Paradigma Pembangunan” dalam makalah Peluncuran


Buku dan forum Diskusi Mengenai Hasil-Hasil dan Tindak Lanjut
KTT Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta: 11 April 2003.

KLH (2004) Kesepakatan Nasional dan Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan,


Kementerian Lingkungan Hidup-Republik Indonesia, Jakarta.

Messwati, E. D. (2012, September 28). KOMPAS. Retrieved from 70 Persen Kerusakan


Lingkungan Akibat Operasi Tambang: http://regional.kompas.com/

Sutamihardja, R. (2009). Perubahan Lingkungan Global, Sebuah Antologi Tentang


Bumi Kita. Bogor: yayasan Pasir Luhur.

Werner, S. (2012, Mei 10). JaringNews. Retrieved from Bank Dunia: Angka
Kemiskinan Dunia Turun Drastis: http://jaringnews.com/

Wijaya, T. (2010, April 27). DetikNews. Retrieved from Kerusakan Hutan di Indonesia
Terparah Kedua di Dunia : http://news.detik.com/

Você também pode gostar