Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kata ‘istirahat’ mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan diri, dalam
menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun yang membosankan,
menyulitkan, atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan
keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan beban dari kecemasan (ansietas).
Makna istirahat dan kebutuhan tidur bervariasi pada setiap individu. Istirahat bermakna
ketenangan, relaksasi tanpa stres emosional, dan bebas dari ansietas. Oleh karena itu, istirahat
tidak selalu bermakna tidak beraktivitas; pada kenyataannya, beberapa orang menemukan
ketenangan dari beberapa aktivitas tertentu seperti berjalan di udara segar. Saat istirahat
diprogramkan untuk seorang klien, perawat dan klien harus sama-sama mengetahui apakah klien
tidak boleh beraktivitas dan apakah inaktivitas tersebut melibatkan seluruh tubuh atau bagian
tubuh (misal: sebuah lengan).
Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
1. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya.
2. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di mana pun. Juga
termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain.
3. Mengetahui apa yang terjadi.
4. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan.
5. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya.
1. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya.
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau
rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur
diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan.
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia; tidur merupakan sebuah proses biologis yang
umum pada semua orang. Ditinjau dari sejarahnya, tidur dianggap sebagai keadaan tidak
sadar. Tidur dicirikan dengan aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran bervariasi,
perubahan pada proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal.
Beberapa stimulus lingkungan, seperti sebuah alarm detektor asap, biasanya akan
membangunkan orang yang sedang tidur, sementara suara bising lain tidak akan
membangunkannya. Tampaknya bahwa individu berespons terhadap stimulus bermakna saat
tidur dan mengabaikan stimulus yang tidak bermakna secara selektif.
Seseorangan dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut:
1. Aktivitas fisik minimal.
2. Tingkat kesadaran yang bervariasi.
3. Terjadi perubahan-perubaahan proses fisiologis tubuh, dan
4. Penurunan respons terhadap rangsanan dari luar.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis. Perubahan tersebut,
antara lain:
1. Penurunan tekanan darah, denyut nadi.
2. Dilatasi pembulih darah perifer.
1. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktur gastrointestinal.
2. Relaksasi otot-otot rangka.
3. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.
Pada waktu tidur terjadi perubahan tingkat kesadaran yang berfluktuasi. Tingkat kesadaran
pada organ-organ pengindraan berbeda-beda. Organ pengindraan yang mengalami
penurunan kesadaran yang paling dalam selama tidur adalah indra penciuman. Hal ini dapat
dibuktikan dengan banyaknya kasus kebakaran yang terjadi pada malam hari tanpa disadari
oleh penghuninya yang sedang tidur. Organ pengindraan yang mengalami penurunan tingkat
kesadaran yang paling kecil adalah indra pendengaran dan rasa sakit. Ini menjelaskan
mengapa orang-orang yang sakit dan berada dalam lingkungan yang bising acap kali tidak
dapat tidur.
Tidur tidak dapat diartikan sebagai manifestasi deaktifasi sistem saraf pusat. Sebab pada
orang yang tidur, sistem saraf pusatnya tetap aktif dalam sinkronisasi terhadap neuron-
neuron substansia retikularis dari batang otak. Ini dapat diketahui melalui pemeriksaan
electroenchepalogram (EEG). Alat tersebut dapat memperlihatkan fluktuasi energi
(gelombang otak) pada kertas grafik.
Fisiologi Tidur: Siklus alami tidur diperkirakan dikendalikan oleh pusat yang terletak di
bagian bawah otak. Pusat ini secara aktif menghambat keadaan terjaga, sehhingga
menyebabkan tidur.
2.2 Fungsi Tidur
Tidur memberi pengaruh fisiologis pada sistem saraf dan struktur tubuh lain.
Tidur memulihkan tingkat aktivitas normal dan keseimbangan normal di antara bagian
sistem saraf.
Tidur juga penting untuk sintesis protein, yang memungkinkan terjadinya proses perbaikan.
Peran tidur dalam kesejahteraan psikologis paling terlihat dengan memburuknya fungsi
mental akibat tidak tidur. Individu dengan jumlah tidur yang tidak cukup cenderung menjadi
mudah marah secara emosional, memiliki konsentrasi yang buruk, dan mengalami kesulitan
dalam membuat keputusan.
2.3 Pengaturan Tidur
Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi
aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam sistem saraf
peripheral, endokrin, kardiovaskular pernapasan dan musukular. Tiap rangkaian
diidentifikasi dengan respon fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti
elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral,
elektromiogram (EMG) yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang
mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur
Control dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral
yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengkontrol
tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang lain menyebabkan
tertidur.
Sistem aktivasi retikular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas. SAR dipercayai terdiri
dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima stimulus
sensori visual, auditori, nyeri, dan taktil. Aktivitas korteks serebral (mis. proses emosi atau
pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun merupakan hasil neuron dalam SAR yang
mengeluarkan katekolamin seperti norepinefrin (Sleep Research Society, 1993).
Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam sistem tidur raphe
pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga disebut daerah sinkronisasi
bulbar (bulbar synchroningzing region, BSR). Apakah seseorang tetap terjaga atau tertidur
tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi (mis.
pikiran), reseptor sensori perifer (mis. stimulus bunyi atau cahaya) dan sistem limbic (emosi)
Ketika orang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks.
Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan tetap dan aktivasi SAR selanjutan menururn. Pada
beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang menyebabkan tidur.
2.4 Jenis-Jenis Tidur
Pada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu tidur dengan
gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement – REM), dan tidur dengan gerakan bola mata
lambat (Non-Rapid Eye Movement – NREM).
2.4.1 Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal tersebut berarti
tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya
bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah
bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak-balik), sekresi lambung
meningkat, ereksi penis pada laki-laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung, dan
pernafasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat.
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala-gejala
sebagai berikut:
1. Cenderung hiperaktif.
1. Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil).
2. Nafsu makan bertambah.
3. Bingung dan curiga.
Perbandingan pola tidur normal pada orang dewasa muda dan dewasa lanjut. Orang dewasa
muda memiliki waktu terjaga yang lebih sedikit dan bergerak secara progresif selama tahap-
tahap tidur. Lansia lebih sering terjaga dan lebih banyak waktu yang terpakai dalam tahap
tidur ringan.