Você está na página 1de 21

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PERSALINAN NORMAL
1. PENGERTIAN
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan
janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan
kejadian fisiologi yang normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2010).
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal,
namun apabila tidak dikelolah dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal
(Mufdillah & Hidayat, 2008).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
placenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri) (Reeder, Martin, Koniak-griffin 2013).
Persalinan adalah fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini produksi
konesepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dilepaskan dan
dikeluarkan dari uterus melalui vagina kedunia luar (Oxorn, 2003).
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plesenta, dan
membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2005).
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
aterm (bukan prematur atau postmatur), mempunyai omset yang spontan
(tidak di induksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat
awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama ), mempunyai
janin (tunggal) dengan persentasi verteks (puncak kepala ) dan oksiput
pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti
forseps), tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat),
mencakup kelahiran plasenta yang normal (Farrer, 2001).
2. ETIOLOGI
Sebab terjadinya persalinan merupakan teori-teori yang kompleks.
Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi
uterus, pengaruh saraf dan nutrisi. Perubahan – perubahan dalam biokimia
dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya
persalinan yaitu : a). penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron
yang dapat mengakibatkan peregangan dari otot-otot uterus, b).
meningkatnya kadar prostaglandin, c). keadaan uterus yang terus membesar
dan menjadi tegang mengakibatkan iskemika otot-otot uterus, d).
berkurangnya nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan, e). tekanan pada ganglion servikale yang terletak di belakang
serviks yang tertekan yang merupakan penyebab peningkatan kontraksi
uterus (Reeder, Martin, Koniak-griffin 2013).

3. JENIS-JENIS PERSALINAN NORMAL


a. Persalinan spontan
Persalinan (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,
tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang lebih 24 jam melalui jalan lahir.
b. Persalinan Buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan rangsangan.

4. TANDA-TANDA PERSALINAN
Tanda persalinan sudah dekat
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan :
1) Kontraksi Braxton hicks
2) Ketegangan dinding perut
3) Ketegangan ligamentum rotundum
4) Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah

Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil :


1) Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
2) Dibagian bawah terasa sesak
3) Terjadi kesulitan saat berjalan
4) Sering miksi ( beser kencing )

Terjadinya His permulaan


Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks
dikemukakan sebagi keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu
terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesterone, dan
memberikan kesempatan rangsangan oksitosin.
Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesterone makin
berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih
sering sebagai his palsu.

Sifat his permulaan ( palsu )


a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b) Datangnya tidak teratur
c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
d) Durasinya pendek
e) Tidak bertambah bila beraktifitas

Tanda Persalinan
Terjadinya His persalinan , His persalinan mempunyai sifat :
1) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
2) Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin
besar
3) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
4) Makin beraktifitas (jalan) kekuatan makin bertambah
5) Pengeluaran Lendir dan darah (pembawa tanda), Dengan his
persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan :
a) Pendarahan dan pembukaan
b) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas
c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
d) Pengeluaran Cairan
e) Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan . Sebagian ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

5. TAHAP-TAHAP PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat Kala, yaitu :
a. Kala I
Merupakan stadium dilatasi serviks, kala berlangsung mulai dari onset
persalinan hingga dilatasi serviks yang lengkap (Farrer 2001). Kala I
dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap ( 10 cm )
proses ini terbagi dalam dua fase yeitu :
1) Fase laten (20 jam) serviks membuka sampai 3 cm (Bobak and
Jensen, 1996)
2) Fase aktif serviks membuka dari 3 sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat
dan sering selama fase aktif. Kecepatan pembuakaannya 1,2-1,5
cm/jam (Bobak and Jensen, 1996)
b. Kala II
Merupakan stadium ekspulsi, kala 2 berlangsung mulai dari dilatasi
lengkap serviks hingga kelahiran bayi (Farrer 2001).Kala I dimulai dari
pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1,5 jam pada multi (Feriedman, 1978).
c. Kala III
Merupakan stadium pelepasan dan pelahiran plasenta, kala tiga
berlangsung dari saat setelah bayi lahir hingga pelepasan plasenta
(Farrer,2001). Kala tiga dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta yang berlangsung 6 – 15 menit (Feriedman, 1978).
d. Kala IV : dimulai saat lahirnya plasenta sampai dua jam pertama
postpartum (Feriedman, 1978).

6. LANGKAH-LANGKAH PERSALINAN NORMAL


a. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning
sebesar 5 sampai 6 cm peritoneum tipis pada primi atau multi dengan
perineum yang kaku dapat dilakukan episiotomi median, mediolateral
atau lateral
b. Episotomi dilakukan pada saat his dan, mengejan untuk mengurangi
sakit, tujuan episiotomi adalah untuk menjamin agar luka teratur sehingga
mudah mengait dan melakukan adaptasi
c. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum sehingga
tidak terjadi robekan baru sedangkan tangan kiri menahan kepala untuk
mengendalikan ekspulsi
d. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka dan
hidung dibersihkan dari lender, kepala dibiarkan untuk melakukan putar
paksi dalam guna menyesuaikan os aksiput ke arah punggung. Periksa tali
pusat, jika tali pusat melilit leher, coba untuk melepaskan lilitan tesebut
melalui kepala janin.
e. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik curam
kebawah untuk melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk melahirkan
bahu belakang setelah kedua bahu lahir ketiak dikait untuk melahirkan
sisa badan bayi
f. Setelah bayi lahir seluruhnya, angkat kepala bayi dan punggungnya pada
satu tangan dan tangan lainnya mengangkat bokong. Rendahkan posisi
kepala bayi agar cairan / mukus dapat keluar. Jalan nafas dibersihkan
dengan menghisap lendir sehingga bayi dapat bernafas dan menangis
dengan nyaring pertanda jalan nafas bebas dari hambatan
g. Keringkan bayi untuk mencegah hipotermi, letakkan bayi diatas perut
ibunya, selimuti bayi dan biarkan ibu memeluk bayinya
h. Klem tali pusat dengan menggunakan dua buah klem steril, jepitkan klem
yang satu kurang lebih 3 cm dari ujung tali pusat pada bayi dan klem
yang lain sekitar 2 cm diatas klem yang pertama
i. Gunting tali pusat dilokasi antara klem yang pertama dengan klem yang
kedua. Biarkan klem yang kedua tetap pada tempatnya. Ikat tali pusat
dengan benang steril dibawah klem yang pertama.
j. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan :
1) Setelah bayi menagis dengan nyaring artinya paru-paru bayi telah
berkembang dengan sempurna
2) Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan pada bayi
yang aterm sehingga peningkatan jumlah darah sekitar 50 cc
3) Pada bayi premature pemotongan tali pusat dilakukan segera sehingga
darah yang masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu besar untuk
mengurangi terjadi ikterus hemolitik dan kern ikterus
k. Bayi diserahkan kepada petugas untuk dirawat sebagaimana mestinya
l. Tunggu hingga plasenta terlepas dan jangan menarik tali pusat. Anjurkan
ibu untuk meneran untuk melahirkan plasenta. Secara perlahan keluarkan
membran plasenta dengan menggunakan gerakan hingga plasenta
terlepas. Letakkan plasenta pada baki kemudian periksa keutuhan
membran plasenta.
m. Ukur jumlah perdarahan di tahap II
n. periksa keadaan uterus, secara perlahan lakukan pemijatan uterus dan
peragakan pada ibu cara untuk melakukan pemijatan uterus sendiri
o. Menjahit luka spontan atau luka episiotomi
p. bersihkan area perineum dan gunakan pembalut.
7. FAKTOR PENTING DALAM PERSALINAN
Menurut Manuaba, (1998) dan Farrer (2001) faktor-faktor penting dalam
persalinan antara lain:
a. Power,kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot
volunteer dari ibu,yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu
mengejan.
b. His (kontraksi otot rahim)
c. Kontraksi otot dinding perut,
d. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan,
e. Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum
f. Passanger, terutama janin secara khusus bagian kepala janin,, plasenta,
selaput dan cairan ketuban)
g. Passage, bagian tulang panggul, serviks, vagina dan dasar
panggul(displacement)

8. DIAGNOSIS DAN PENANGANAN PERSALINAN


Kala I
a. Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang
dari 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10
menit selama 40 detik.
b. Penanganan
1) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan
dan kesakitan
2) Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat
diberikan; lakukan perubahan posisi, sarankan ia untuk berjalan,
dll.
3) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
4) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi
serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil
pemeriksaan
5) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar
kemaluannya setelah buang air besar/kecil.
6) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi
berikan cukup minum
7) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
c. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I
pada persalinan dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan
temuan-temuan yang ada pada partogram. Pada setiap pemeriksaan
dalam catatlah hal-hal sebagai berikut :
1) Warna cairan amnion
2) Dilatasi serviks
3) Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan
pemeriksaan luar)
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama
mungkin diagnosis in partu belum dapat ditegakkan . Jika
terdapat kontraksi yang menetap periksa ulang wanita tsb
setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks. Pada
tahap ini jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita
tersebut dalam keadaan in partu jika tidak terdapat perubahan
maka diagnosanya adalah persalinan palsu.
d. Kemajuan Persalinan dalam Kala I
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada
persalinan Kala I :
1) Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekwensi
dan durasi
2) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam
selama persalinan
3) Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada
persalinan kala I :
1) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
2) Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam
selama persalinan fase aktif
3) Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
4) Kemajuan pada kondisi janin
5) Jika didapati denyut jantung janin tidak normal ( kurang dari
100 atau lebih dari 180 denyut permenit ) curigai adanya gawat
janin
6) Posisi atau presentasi selain aksiput anterior dengan verteks
fleksi sempurna digolongkan kedalam malposisi atau
malpresentasi
7) Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya
persalinan lama tangani penyebab tersebut.
8) Kemajuan pada kondisi Ibu. Lakukan penilaian tanda-tanda
kegawatan pada Ibu :
a) Jika denyut ibu meningkat mungkin ia sedang dalam
keadaan dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang
cukup melalui oral atau I.V. dan berikan anlgesia
secukupnya.
b) Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan
c) Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan
nutrisi yang kurang segera berikan dektrose IV.
Kala II
a. Diagnosis
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala
janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
b. Penanganan
1) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan :
mendampingi ibu agar merasa nyaman,menawarkan minum,
mengipasi dan memijat ibu
2) Menjaga kebersihan diri
3) Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
4) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan
atau ketakutan ibu
5) Mengatur posisi ibu
6) Menjaga kandung kemih tetap kosong
7) Memberikan cukup minum
c. Posisi saat meneran
1) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
2) Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan kepada
ibu untuk mengambil nafas
3) Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi
untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi ( < 120 )
d. Kemajuan persalinan dalam Kala II
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada
persalinan kala II:
1) Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir
2) Dimulainya fase pengeluaran
Temuan berikut menunjukkan yang kurang baik pada saat
persalinan tahap kedua
1) Tidak turunnya janin dijalan lahir
2) Gagalnya pengeluaran pada fase akhir
e. Kelahiran kepala Bayi
1) Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan
saat kepala bayi lahir
2) Letakkan satu tangan kekepala bayi agar defleksi tidak terlalu
cepat
3) Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika
diperlukan
4) Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran
lendir/darah
Periksa tali pusat:
a) Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar
selipkan tali pusat melalui kepala bayi
b) Jika lilitan pusat terlalu ketat tali pusat diklem pada dua
tempat kemudian digunting diantara kedua klem tersebut
sambil melindungi leher bayi.
f. Kelahiran Bahu dan anggota seluruhnya
1) Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
2) Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
3) Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu
depan
4) Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu
belakang
5) Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang
bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan
lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi
seluruhnya
6) Letakkan bayi tsb diatas perut ibunya
7) Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan
nilai pernafasan bayi , Jika bayi menangis atau bernafas ( dada
bayi terlihat naik turun paling sedikit 30x/m ) tinggalkan bayi
tsb bersama ibunya
8) Jika bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik mintalah
bantuan dan segera mulai resusitasi bayi
9) Klem dan pototng tali pusat
10) Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit
dengan kulit dada siibu.
11) Bungkus dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan
selimut dan pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk
menghindari hilangnya panas tubuh.
Kala III
a. Manajemen Aktif Kala III
1) Pemberian oksitosin dengan segera
2) Pengendalian tarikan tali pusat
3) Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
b. Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang
juga mempercepat pelepasan plasenta :
1) Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran
bayi
2) Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau
susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau
memberikan ergometrin 0,2 mg. IM.
3) Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara :
a) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas
simpisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus
uteri dengan gerakan dorso kranial – kearah belakang dan
kearah kepala ibu.
b) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm
didepan vulva.
c) Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya
kontraksi kuat ( 2-3 menit )
d) Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat
yang terus-menerus dalam tegangan yang sama dengan
tangan ke uterus.
e) PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi
f) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan
menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati
plasenta lepas, keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke
atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat
memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah
jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
g) Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya dikeluarkan
masase fundus agar menimbulkan kontraksi.
h) Jika menggunkan manajemen aktif dan plasenta belum juga
lahir dalam waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit Im.
Dosis kedua dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian
oksitosin dosis pertama.
i) Periksa wanita tsb secara seksama dan jahit semua robekan
pada serviks atau vagina atau perbaiki episotomi.
Kala IV
a. Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis
bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik
yang luar biasa – sio ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi
sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar.
b. Penanganan
1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap
20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat
masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus
berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk
menghentikan perdarahan .
2) Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan
setiap 15 menit pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II
3) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.
Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya.
4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih
dan kering
5) Biarkan ibu beristirahat
6) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan
ibu dan bayi
7) Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
8) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu
dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah
persalinan
9) Ajari ibu atau keluarga tentang :
a) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan
kontraksi
b) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kala I :
a. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian
presentasi, dilatasi/regangan, tegangan emosional,
b. Cemas berhubungan dengan krisis situasional: Kemajuan persalinan,
nyeri persalinan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah, pemeriksaan
dalam berulang.

Kala II :
a. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada presentasi,
dialatasi/peregangan jaringan, kompresi syaraf, pola kontraksi
semakin intensif
b. Risiko kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
pencetusan persalinan, pola kontraksi hipertonik, pemakaian forcep.

Kala III :
a. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia uteri,laserasi jalan
lahir,tertahannya fragmen plasenta
b. Nyeri (akut) berhubungan trauma jaringan, respons fisiologis setelah
melahirkan
c. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir (luka
episiotomi).

Kala IV :
a. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan efek2 obat-obatan , trauma
mekanis/ jaringan, edema jaringan, kelemahan fisik dan psikologis,
ansietas.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, prosedur
invasive.
c. Kurang perawatan diri: makan/minum/mandi/hygiene, toileting,
berpakaian berhubungan dengan kelemahan fisik

10. INTERVENSI KEPERAWATAN


Kala I :
a. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian
presentasi, dilatasi/regangan, tegangan emosional
Intervensi :
1) kaji skala nyeri klien
2) ajarkan teknik relaksasi napas dalam
3) ajarkan teknik distraksi
4) berikan ruangan yang kondusif saat nyeri timbul
b. Cemas berhubungan dengan krisis situasional: Kemajuan
persalinan, nyeri persalinan
Intervensi :
1) kaji tingkat kecemasan klien
2) berikan ruangan kondusif
3) berikan penguatan positif
4) anjurkan keluarga untuk tetap berada disamping klien
c. Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah, pemeriksaan
dalam berulang.
1) Kaji tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, fungsi laesa)
2) Observasi tanda-tanda vital
3) Kaji dan observasi angka yang timbul saat pemeriksaan
hematologi
4) Berikan antibiotik sesuai indikasi

Kala II :
a. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada presentasi,
dialatasi/peregangan jaringan, kompresi syaraf, pola kontraksi
semakin intensif
Intervensi :
1) Kaji skala nyeri yang dirasakan klien
2) Observasi kemampuan klien terhadap ambang nyeri
3) Observasi tanda-tanda vital
4) Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
5) Ajarkan teknik distraksi
6) Berikan ruangan kondusif
7) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
b. Risiko kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
pencetusan persalinan, pola kontraksi hipertonik, pemakaian
forcep.
Intervensi :
1) kaji hidrasi kulit
2) kaji turgor kulit klien
3) observasi adanya lesi dan keparahannya
4) lakukan perawatan luka bila terdapat lesi
5) ajarkan keluarga untuk melakukan perawatan luka bila ada

Kala III :
a. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia
uteri,laserasi jalan lahir,tertahannya fragmen plasenta
Intervensi :
1) Pantau hidrasi kulit
2) Pantau turgor kulit klien
3) Observasi tanda-tanda vital
4) Anjurkan klien untuk banyak meminum air
5) Kolaborasi pemberian cairan parenteral melalui intravena
b. Nyeri (akut) berhubungan trauma jaringan, respons fisiologis
setelah melahirkan
Intervensi :
1) Kaji skala nyeri yang dirasakan klien
2) Observasi kemampuan klien terhadap ambang nyeri
3) Observasi tanda-tanda vital
4) Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
5) Ajarkan teknik distraksi
6) Berikan ruangan kondusif
7) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
c. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir (luka
episiotomi).
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, fungsi laesa)
2) Observasi tanda-tanda vital
3) Kaji dan observasi angka yang timbul saat pemeriksaan
hematologi
4) Lakukan perawatan luka dengan teknik steril
5) Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan klien
6) Anjurkan klien dan keluarga untuk menjaga personal hygiene
dengan baik
7) Berikan antibiotik sesuai indikasi

Kala IV :
a. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan efek2 obat-obatan , trauma
mekanis/ jaringan, edema jaringan, kelemahan fisik dan psikologis,
ansietas.
Intervensi :
1) Kaji skala nyeri yang dirasakan klien
2) Observasi kemampuan klien terhadap ambang nyeri
3) Observasi tanda-tanda vital
4) Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
5) Ajarkan teknik distraksi
6) Berikan ruangan kondusif
7) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, prosedur
invasive.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, fungsi laesa)
2) Observasi tanda-tanda vital
3) Kaji dan observasi angka yang timbul saat pemeriksaan
hematologi
4) Lakukan perawatan luka dengan teknik steril
5) Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan klien
6) Anjurkan klien dan keluarga untuk menjaga personal hygiene
dengan baik
7) Berikan antibiotik sesuai indikasi
c. Kurang perawatan diri: makan/minum/mandi/hygiene, toileting,
berpakaian berhubungan dengan kelemahan fisik
Intervensi :
1) kaji tingkat keterbatasan klien dalam melakukan personal
hygiene
2) bantu klien dalam melakukan personal hygien/makan bila
perlu
3) anjurkan kepada keluarga untuk tetap mendampingi klien
4) letakkan barang-barang penting disamping tempat tidur klien
B. HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
1. Pengertian
Hipertensi adalah komplikasi medis yang paling sering dalam masa
hamil. Hipertensi yang diinduksi kehamilan lebih sering daripada
hipertensi menahun dalam masa hamil dan mempengaruhi sampai 10%
dari seluruh kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan
sebagai sembarang peningkatan tekanan darah 140/90mmHg atau lebih,
atau sembarang kenaikan tekanan darah sistolik/diastolic lebih dari
30/15 mmhg pada dua pengukuran yang berjarak waktu 6 jam
(Rayburn,2001)
Hipertensi yang disebabkan kehamilan sering bersifat fluktuatif
dan dimulai setelah 20 minggu pertama usia kehamilan. Membedakan
hipertensi yang disebabkan kehamilan dengan preeklamsi ringan tidak
mudah, tetapi preeklamsi harus disangka jika kenaikan berat badan
melebihi 2 pon setiap minggu atau proteinuria melebihi 300mg tetapi
kurang dari 5gr/24 jam yang bersifat persisten (Rayburn,2001)

2. Klasifikasi
Menurut Sarwono tahun 2010, klasifikasi hipertensi pada kehamilan
yang dipakai di Indonesia berdasarkan Report of the National High
Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood
Pressure in Pregnancy tahun 2001 ialah :
a. Hipertensi Kronik
b. Preeklamsia-eklamsia
c. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia
d. Hipertensi gestasional

Penjelasan pembagian Hipertensi

a. Hipertensi Kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur


kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai
12 minggu pasca persalinan.
b. Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai proteinuria
c. Eklamsia adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang dan
atau koma
d. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia adalah
hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklamsia atau hipertensi
kronik disertai proteinuria
e. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan
tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pasca persalinan
3. Faktor Resiko
Terdapat banyak factor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam
kehamilan yang dapat dikelompokkan dalam factor resiko sebagai berikut
a. Primigravida
b. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa,kehamilan
multiple,diabetes mellitus, hidrops vetalis, bayi besar
c. Umur yang ekstrim
d. Riwayat keluarga pernah pre eklamsia/eklamsia
e. Penyakit-penyakit ginjal atau Hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil
f. Obesitas
4. Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui
dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya
hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada saatupun teori tersebut yang
dianggap mutlak. Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
d. Teori adaptasi kardivaskularori genetic
e. Teori inflamasi

Você também pode gostar