Você está na página 1de 15

Idea Nursing Journal Asniar

ISSN : 2087 - 2879

PENGEMBANGAN SIKAP ”CARING” PADA ANAK USIA SEKOLAH


SEBAGAI UPAYA PROMOSI KESEHATAN

The Development of Caring on School Age Children as Health Promotion

Asniar
1
Bagian Keilmuan Keperawatan Jiwa dan Komunitas, Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
1
Mental Health and Community Health Nursing Department, School of Nursing, Faculty of Medicine,
Syiah Kuala University, Banda Aceh.
Email: asniar_isfani@yahoo.com

ABSTRAK
Patient Safety didefinisikan sebagai “freedom from accidental injury” yang berfokus pada pencegahan hasil
pelayanan kesehatan yang merugikan pasien atau yang tidak diinginkan. Khusus di negara berkembang dan
negara transisi/konflik, ada kemungkinan bahwa jutaan pasien seluruh dunia menderita cacat, cedera atau
meninggal setiap tahun karena pelayanan kesehatan yang tidak aman. Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep Patient Safety secara lebih baik dan memahami
upaya yang dapat dilakukan tenaga kesehatan khususnya perawat dalam menurunkan insiden yang tidak
perlu. Makalah ini di tulis dengan pendekatan artikel non penelitian dalam bentuk studi kepustakaan.

Kata kunci: patient safety.

ABSTRACT
Patient Safety is defined as “freedom from accidental injury” that focuses on the prevention of the patient
damaged or unwanted health service results. Especially in developing and transition/conflict countries, there
are possibilities that million patients worldwide handicapped, injury, or die each year due to unsafe health
services. The objective of this paper is to improve the understanding about the better Patient Safety concept
and to understand the effort that can be conducted by health providers especially nurses in decreasing
unnecessary incidents. This paper is written by non research approach in literature review.

Keywords: patient safety.

PENDAHULUAN pada masa ini anak mengalami banyak


Kualitas sumber daya manusia (SDM) kemajuan perkembangan secara
merupakan faktor utama yang diperlukan keseluruhan, dari seorang pra sekolah yang
untuk melaksanakan pembangunan. Untuk belum matang ke masa remaja. Kemampuan
mencapai SDM yang berkualitas, diperlukan kognitif anak meningkat secara dramatis,
generasi penerus yang sehat, serta memiliki didukung dengan adanya keinginan untuk
kecerdasan intelektualitas dan moral. Salah menguasai tugas-tugas dan kemampuan
satu upaya untuk dapat meningkatkan untuk mengembangkan penilaian moral.
kualitas SDM adalah dengan melakukan Dunia anak juga berkembang pesat di luar
promosi kesehatan. Strategi promosi keluarga ketika sekolah dan teman sebaya
kesehatan diyakini memiliki potensi mulai memberikan pengaruh yang besar
meningkatkan kualitas hidup manusia dari (Edelman and Mandle, 1994).
lahir sampai meninggal (Edelman and Berdasarkan hasil susenas tahun 2006
Mandle, 1994). menyebutkan bahwa anak usia sekolah
Usia Sekolah Dasar (SD) merupakan sebanyak 86,65 juta orang atau 38,29% dari
usia yang sangat potensial untuk melakukan seluruh penduduk Indonesia (BPS, 2006). Di
upaya promosi kesehatan agar anak dapat kelurahan Pancoran Mas, anak usia sekolah
mengadopsi kebiasaan sehat dan karakter berjumlah 4071 orang atau 8,5% dari total
yang kuat untuk memenangkan tantangan jumlah penduduk (Depdagri, 2005). Jumlah
dan persaingan hidup di masa depan karena usia sekolah dasar yang cukup besar

32
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

merupakan suatu kesempatan untuk juga diarahkan bukan hanya pada masalah
mengembangkan strategi promosi kesehatan. pencegahan penyakit atau kelemahan fisik,
Promosi kesehatan adalah ilmu dan tapi juga diarahkan pada kesejahteraan
seni dalam membantu orang merubah gaya mental dan sosial yang menyeluruh. Untuk
hidup agar dapat ditingkatkan kepada suatu mendapatkan generasi yang berkarakter
kondisi kesehatan yang optimal (O’Donnel, baik, perlu juga dilakukan pembinaan
1987 dalam Edelman and Mandle, 1994). kesadaran sosial, terutama berhubungan
Sementara Kreuter and Dwore (1980, dalam dengan kesadaran tentang keadaan orang
Edelman and Mandle, 1994) mendefinisikan lain, pemahaman akan perasaaan dan pikiran
bahwa promosi kesehatan adalah proses orang lain, serta pemahaman terhadap situasi
yang mendukung kesehatan untuk yang rumit dalam kehidupannya.
meningkatkan kemungkinan dimana Pembinaan kesadaran sosial dapat
dukungan seseorang (individu, keluarga dan dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai
komunitas), pihak swasta (profesional dan luhur Universal. Salah satu dari sembilan
bisnis), dan instisusi publik (pemerintahan nilai luhur universal yang menjadi pilar
federal, negara dan pemerintahan lokal) karakter anak di kemudian hari adalah kasih
terhadap perilaku kesehatan yang positif sayang, kepedulian dan kerjasama (Parent’s
menjadi suatu normal sosial. Promosi guide, 2007). Dengan kasih sayang dan
kesehatan dengan demikian bukan hanya kepedulian (caring), anak-anak dapat
informasi tentang olahraga dan nutrisi, tapi memberikan dukungan sosial yang
merupakan pengambilan keputusan yang dibutuhkan oleh keluarga, teman, dan orang-
proaktif pada semua level perawatan. orang di sekitarnya.
Beberapa strategi yang diidentifikasi dalam Pengembangan dukungan sosial akan
proses pengambilan keputusan ini antara lain sangat berkontribusi positif terhadap
adalah skreening, self-care terhadap pencegahan munculnya efek negatif dari
penyakit minor, kesiapan terhadap bencana, peristiwa hidup yang menimbulkan banyak
managemen penyakit kronik yang sukses, tekanan (Pender, 1996). Nilai kasih sayang
perubahan lingkungan untuk meningkatkan dan kepedulian (caring) akan menjadi bekal
nutritisi yang baik, dan kebijakan anti rokok anak untuk dapat menjalankan perannya
pda suatu setting organisasi. Intervensi secara optimal dalam keluarga dan mampu
keperawatan untuk promosi kesehatan mengatasi beban hidup yang dihadapi
diarahkan pada pengembangan sumberdaya keluarga, baik secara fisik, psikologis dan
untuk mempertahankan atau meningkatkan sosial.
kesejahteraannya (Edelman and Mandle,
1994). TUJUAN
Upaya promosi kesehatan merupakan Tujuan umum dari pengembangan
upaya memberdayakan perorangan, sikap “caring” pada anak usia sekolah
kelompok dan masyarakat agar memelihara, adalah untuk menanamkan kasih sayang,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya kepedulian dan kerjasama agar dapat
melalui peningkatan pengetahuan, kemauan menjalankan perannya secara optimal dalam
dan kemampuan serta pengembangan iklim keluarga dan masyarakat.
yang mendukung. Upaya promosi kesehatan Sedangkan tujuan khusus yang ingin
dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat dicapai antara lain: Meningkatkan kesadaran
sesuai dengan faktor budaya setempat. anak tentang peran yang diharapkan oleh
Tujuan utama yang ingin dicapai melalui keluarga dan masyarakat, Meningkatkan
pendekatan ini adalah meningkatkan kemampuan anak untuk menunjukkan kasih
kesadaran, kemauan dan keterampilan untuk sayang dan kepedulian pada keluarga dan
berperilaku hidup sehat. masyarakat, Meningkatkan kemampuan
Kesehatan adalah suatu keadaan anak untuk bekerjasama dalam lingkup
kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang keluarga dan masyarakat, Meningkatkan
menyeluruh, dan tidak hanya berupa kemampuan anak menghadapi
ketiadaan penyakit atau kelemahan (WHO, meningkatnya beban dalam keluarga yang
1948). Untuk itu upaya promosi kesehatan
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

ditimbulkan oleh peristiwa hidup yang menyukai kualitas personal dan berespon
penuh tekanan. terhadap keinginan dan kebutuhan satu sama
lain. Bagi anak usia sekolah, persahabatan
Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah didasarkan atas upaya kebaikan yang
Stadium psikosexual Freud menandakan bahwa seseorang dapat
menempatkan anak usia sekolah (6 - 11 diandalkan atau dapat dipercaya untuk
tahun) pada stadium latency, yaitu fase mendukung orang lain. Karena sifat ini,
dimana sexual instict yang muncul pada persahabatan anak pada usia sekolah
stadium phallic menghilang dan superego menjadi lebih selektif (Berk, 2001).
berkembang lebih jauh. Anak mendapatkan Melalui persahabatan anak juga
nilai-nilai sosial baru dari orang dewasa di belajar pentingnya komitmen emosional.
luar keluarga dan dari bermain dengan Namun tingkatan dimana persabahat anak
teman sebaya yang berjenis kelamin sama. dapat memberikan kontribusi positif bagi
Sedangkan menurut teori psikososial perkembangannya tergantung pada
Erikson, anak usia sekolah berada pada bagaimana pertemanan yang mereka
stadium industry versus inferiority bangun. Anak yang mengedepankan kebaika
confussion. Pada stadium ini, anak dan kasih sayang pada temannya menjad
mengembangkan kapasitas untuk bekerja lebih prososial terhadap orang lain pada
dan bekerjasama dengan orang lain. umumnya. Sebaliknya, persahabatan pada
Inferiority berkembang ketika pengalaman anak yang agresif sering mengedepankan
negatif di rumah, di sekolah, atau dengan tindakan antisosial (Berk, 2001).
teman sebaya menyebabkan perasaan Pemahaman anak tentang peran
incompetence dan inferiority (Berk, 2001). gender juga makin luas pada usia sekolah.
Bila pada usia pra sekolah anak Anak usia sekolah cenderung
mengadopsi perilaku bermoral melalui mengembangkan gender-stereotyped belief
modelling dan reinforcement, maka pada yang mereka dapat pada usia pra sekolah.
usia sekolah anak memiliki waktu untuk Mereka sering melabel beberapa sifat
merefleksikan pada pengalaman tersbut dan sebagai sifat yang lebih mencerminkan suatu
menginternalisasikan peraturan-peraturan gender dibandingkan gender yang lain.
untuk perilaku baik, seperti “membantu Misalnya mereka menganggap sifat “kasar”,
orang lain merupakan perilaku yang baik” agreif, rasional dan dominan sebagai
atau “kita tidak boleh mengambil milik maskulin, sedangkan sifat gentle, simpatik,
orang lain”. Perubahan ini membuat anak dan bergantung pada orang lain sebagai sifat
lebih mandiri dan dapat dipercaya. feminin. Anak-anak dapat menganut
Perkembangan ini tentunya dapat dicapai perbedaan tersebut dengan mengamati
hanya jika anak mendapatkan banyak perbedaan gender dari perilaku orang
bimbingan yang konsisten dan contoh dari dewasa. Misalnya orang tua menggunakan
orang dewasa (Berk, 2001). lebih banyak kata2 direktif (menyuruh anak
Pada usia sekolah, kelompok teman melakukan sesuatu) pada anak perempuan,
sebaya menjadi konteks yang sangat penting lebih jarang mendorong anak perempuan
bagi perkembangan anak. Kontak dengan untuk membuat keputusan mereka sendiri
teman sebaya memainkan peranan yang dan jarang memberikan pujian pada anak
penting dalam persepsi dan pemahaman perempuan terhadap prestasi atau
tentang dirinya dan orang lain. Jika peer kemampuannya. Perbedaan juga sering
group memberikan anak wawasan dalam terjadi dalam toleransi terhadap peran yang
struktur sosial yang lebih luas, persahabatan tidak sesuai dengan gender. Misalnya orang
orang per orang berkontribusi terhadap sering mengaggap tidak apa-apa jika anak
perkembangan rasa percaya dan sensitifitas perempuan melakukan hal yang diluar peran
(Berk, 2001). gendernya, namun orang cenderung
Pada anak usia sekolah, persahabatan menganggap anak laki-laki yang melakukan
bukan hanya karena terlibat dalam aktifitas hal yang tidak sesuai dengan peran
yang sama, tetapi lebih kepada hubungan gendernya sebagai pelanggaran nilai moral.
yang disepakati satu sama lain, dimana anak
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

Misalnya anak laki-laki bermain dengan Menurut Kozier et al. (2004), caring
boneka atau mengenakan gaun (Berk, 2001). dapat meningkatkan aktualisasi diri,
Anak laki-laki dan perempuan sering meningkatkan pertumbuhan individual,
mengalami perbedaan perkembangan mempertahankan harga diri dan martabat,
identitas peran gender pada usia sekolah. meningkatkan penyembuhan, dan
Dari kelas 3 sampai kelas 6, anak laki-laki menurunkan stres. Perilaku caring mungkin
memperkuat identitas mereka dengan sifat tidak dapat memperlihatkan hasil secara
kepribadian maskulin, sementara anak langsung, namun manfaat caring sering
perempuan mengalami penurunan ditemukan dalam proses itu sendiri, berupa
identifikasi sifat-sifat kefemininannya. keterlibatan dan keterkaitan.
Walaupun anak perempuan masih memiliki Bagi anak usia sekolah, caring dapat
sisi feminin, mereka mulai menggambarkan ditanamkan dengan membangun kecerdasan
dirinya memiliki beberapa karakteristik dari moral mereka. Menurut Borba (2001),
gender laki-laki. Perbedaan ini dapat dilihat kecerdasan moral adalah kemampuan
pada aktifitas anak. Anak laki-laki memahami hal yang benar dan yang salah,
cenderung tetap dengan sifat-sifat dalam hal ini memiliki keyakinan etika yang
maskulinnya, sementara anak perempuan kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan
merasa leluasa bereksperimen dengan tersebut, sehingga orang bersikap benar dan
banyak pilihan. Disamping memasak, terhormat. Kecerdasan yang sangat penting
menjahit dan mengasuh anak, mereka juga ini mencakup karakter-karakter utama
bergabung dalam tim olah raga, melakukan seperti kemampuan untuk memahami
projek penelitian, dan buil forts in the penderitaan orang lain dan tidak bertindak
backyard. Pada tahap ini, orang tua dan jahat, mampu mengendalikan dorongan dan
kelompok teman sebaya cenderung lebih menunda pemuasan, mendengarkan dari
menaruh perhatian pada peran gender laki- berbagai pihak sebelum memberikan
laki. Anak perempuan tidak mendapat penilaian, menerima dan menghargai
masalah bila melakukan aktifitas anak laki- perbedaan, bisa memahami pilihan yang
laki tanpa kehilangan statusnya dengan tidak etis, dapat berempati, memperjuangkan
kelompok teman wanita. Tetapi anak laki- keadilan, dan menunjakkan kasih sayang
laki akan dianggap aneh dan ditolak bila dan rasa hormat terhadap orang lain. Ini
bergaul dengan anak perempuan. Mungkin merupakan sifat-sifat utama yang akan
anak perempuan merasa peran gender laki- membentuk anak menjadi baik hati,
laki lebih dihargai, sehingga mereka berkarakter kuat, dan menjadi warga negara
cenderung ingin mencoba aktifitas dan yang baik.
perilaku yang terkait dengan peran gender Kecerdasan moral terbangun dari
yang lebih dihargai tersebut (Berk, 2001). tujuh kebajikan utama, yaitu empati, hati
nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan
Konsep Caring Bagi Anak Sekolah hati, toleransi, dan keadilan. Tujuh
Caring merupakan hal yang esensial kebajikan ini akan membantu anak
bagi pertumbuhan, perkembangan dan menghadapi tantangan dan tekanan etika
keberlanjutan hidup manusia. Caring yang tidak dapat dihindarkan dalam
merupakan perilaku yang assistif, supportif, kehidupannya kelak. Tujuh kebajikan ini
dan fasilitatif terhadap atau bagi orang atau juga akan melindungi anak agar tetap berada
kelompok lain dengan kebutuhan tertentu di jalan yang benar dan membantunya agar
(Leininger, 1984 dalam Kozier et al., 2004). selalu bermoral dalam bertindak. Semua
Caring dapat didemonstrasikan dan kebajikan tersebut dapat diajarkan,
dipraktekkan dengan efektif hanya secara dicontohkan, disadarkan serta didorong
interpersonal. Caring yang efektif dapat sehingga dapat dicapai anak (Borba, 2001).
meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan Kebajikan yang pertama, empati,
individu dan keluarga. Respon caring merupakan inti emosi moral yang membantu
menerima seseorang tidak hanya sebagai dia anak memahami perasaan orang lain.
saat ini, tetapi juga menerima akan jadi apa Kebajikan ni membuatnya menjadi peka
dia kemudian (Watson, 2004). terhadap kebutuhan dan perasan orang lain,
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

mendorongnya menolong orang yang sebagai tindakan yang benar. Kebaikan hati
kesusahan atau kesakitan, serta menuntutnya membuat anak lebih banyak memikirkan
memperlakukan orang dengan kasih sayang. kebutuhan orang lain, menunjukka
Emosi moral yang kuat mendorong anak kepedulian, memberi bantuan kepada yang
bertindak benar karena ia bisa melihat memerlukan, serta melindungi mereka yang
kesusahan oranglain sehingga mencegahnya kesulitan atau kesakitan.
melakukan tindakan yang dapat melukai Kebajikan keenam, toleransi,
orang lain. membuat anak mampu menghargai
Kebajikan yang kedua, hati nurani, perbedaan kualitas dalam diri orang lain,
adalah suara hati yang membatu anak membuka diri terhadap pandangan dan
memilih jalan yang benar daripada jalan yan keyakinan baru, dan menghargai orang lain
salah serta teapt berada di jalur yang tanpa membedakan suku, gender,
bermoral, membuat dirinya merasa bersalah penampilan, budaya, kepercayaan,
ketka menyimpang dari jalur yang kemampuan atau orientasi seksual.
semestinya. Kebajikan ini membentengi Kebajikan ini membuat anak
anak dari pengaruh buruk dan membantunya memperlakukan orang lain dengan baik dan
mampu bertindak benar meski tergoda untuk penuh pengertian, menentang permusuhanm
melakukan hal yang sebaliknya. Kebajikan kekejaman, kefanatikan, serta menghargai
ini merupakan fondasi bagi perkembangan orang-orang berdasarkan karakter mereka.
sifat jujur, tanggung jawab dan integritas diri Kebajikan ketujuh, keadilan,
yang tinggi. menuntut anak agar memperlakukan orang
Kebajikan ketiga, kontrol diri, lain dengan baik, tidak memihak, dan adil,
membantu anak menahan dorongan dari sehingga ia mematuhi aturan, mau bergiliran
dalam dirinya dan berpikir ebelum dan berbagi, serta mendengar semua pihak
bertindak, sehingga ia melakukan hal yang secara terbuka sebelum memberi penilaian
benar, dan kecil kemungkinan melakukan apapun. Karena kebajikan ini meningkatkan
tindakan yang akan menimbulkan akibat kepekaan moral anak, ia pun akan terdorong
buruk. Kebajikan ini membantu anak membela pihak yang diperlakukan secara
menjadi mandiri karena ia tahu bahwa tidak adil dan menuntut agar semua orang
dirinya bisa mengendalikan tindakannya diperlakukan setara, tanpa memandang suku,
sendiri. Sifat ini membangkitkan sikap bangsa, budaya, status ekonomi,
murah dn baik hati karena anak mampu kemampuan, atau keyakinan.
menyingkirkan keinginan memuaskan diri
serta merangsang kesadaran mementingkan Teori Adaptasi Roy
keperluan orang lain. Model Adaptasi Roy dikembangkan
Kebajikan ke-empat, rasa hormat, dengan berdasarkan pada asusmsi scientifik
mendorong anak bersikap baik dan dari the Von Bertalanffy general system
menghormati orang lain. Kebajikan ini theory dan Helson’s adaptation-level theory.
mengarahkan anak memperlakukan orang Sedangkan dasar asumsi filosofis model ini
lain sebagaimana orang lain memperlakukan didasarkan pada filosofi humanism dan
dirinya, sehingga mencegah anak bertindak veritivity (Roy & Andrews, 1991;
kasar, tidak adil, dan bersikap memusuhi. Christensen & Kenney, 1995).
Jika anak terbiasa bersikap hormat pada Fokus dari model Roy adalah
orang lain, ia akan memperhatikan hak-hak serangkaian proses dimana seseorang
serta perasaan orang lain. Akibatnya, ia juga beradaptasi terhadap stressor lingkungan.
akan menghormati dirinya sendiri. Setiap orang merupakan suatu sistem
Kebajikan kelima, kebaikan hati, biopsikososial dalam interaksi konstan
membantu anak mempu menunjukkan dengan suatu lingkungan yang terus
kepeduliannya terhadap kesejahteraan dan berubah. Ketika tuntutan stimulus
perasaan orang lain. Dengan lingkungan sangat besar atau mekanisme
mengembangkan kebajikan ini, anak lebih adaptif eseorang teralu rendah, maka respon
belas kasih dan tidak terlalu memikirkan diri perilaku menjadi tidak efektif sebagai
sendiri, serta menyadari perbuatan baik
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

koping individu tersebut (Christensen & Roy menggambarkan dua proses


Kenney, 1995). internal dasar yang digunakan dalam
adaptasi, regulator subsystem dan cognator
subsystem. Regulator subsystem menerima
dan memproses dan perubahan stimulus dari
lingkungan eksternal dan diri internal
melalui nerual-chemical-endocrine channels.
Sementara cognator subsystem menerima
berbagai stimulus eksternal dan internal
yang melibatkan faktor-faktor psikologis
dan sosial. Subsistem regulator dan kognator
menghasilkan respon perilaku dalam empat
cara efektor, yaitu fisiologikal, konsep diri,
fungsi peran, dan interdependensi. Respon
perilaku dalam empat cara tersebut
menentukan apakah adaptasi merupakan
suatu respon yang efektif atau inefektif
Skema 2.4 Interpretasi proses adaptasi stres menurut Roy terhadap stimuli. Bila yang muncul adalah
(Sumber: Christensen & Kenney, 1995)
respon adaptif, maka akan meningkatkan
integritas individu dengan menghemat
Roy (1984 dalam Christensen & energi dan meningkatkan kelangsungan
Kenney, 1995) memandang sesorang hidup, pertumbuhan, reproduksi, dan
sebagai suatu sistem adaptif yang berfungsi penguasaan sistem manusia (Roy &
sebagai suatu keseluruhan melalui Andrews, 1991; Christensen & Kenney,
interdependensi dari bagian-bagiannya. 1995).
Sistem tersebut terdiri dari input, proses Dalam proses keperawatan, model
control, output dan feedback. Input adalah Roy memiliki 2 level pengkajian. Pada level
stimulus dari lingkungan eksternal dan pengkajian pertama, perawat mengkaji
interna diri. Termasuk informasi (stimuli) perilaku adaptif dan inefektif dari setiap
dari mekanisme cognator dan regulator. bentuk adaptasi, baik fisiologikal maupun
Proses kontrol tersebut meliputi mekanisme psikososial. Bentuk fisiologikal terdiri dari
koping biologikal dan psikologikal dari oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktifitas dan
seseorang, begitu juga respon cognator dan istirahat, integritas kulit, panca indera,
regulator. Output adalah respon perilaku cairan dan elektrolit, serta fungsi enurologis
adaptif dan inefektif individu. Sedangkan dan endokrin. Sedangkan bentuk adaptasi
feedback merupakan informasi yang psikososial terdiri dari konsep diri, fungsi
berkaitan dengan respon perilaku yang peran dan interdependence. Terkait dengan
disampaikan sebagai input dalam sistem. masalah risiko caregiver role strain pada
Untuk lebih jelasnya, uraian di atas dapat keluarga yang merawat klien paska stroke di
dilihat pada skema berikut ini: rumah, penulis hanya akan menganalisa
Setiap orang dipengaruhi oleh stressor bentuk adaptasi fungsi peran. Bentuk
yang disebut dengan stimuli. Focal stimuli adaptasi fungsi peran ini meliputi peran,
adalah suatu perubahan yang sedang posisi, penampilan peran, penguasaan peran,
dihadapi oleh seseorang. Sementara integritas sosial, peran primer, peran
contextual stimuli (seluruh stimuli lain yang sekunder, peran tertier, dan perilaku
ada dalam diri seseorang dan lingkungan) intstrumental dan ekspresif (Roy &
dan residual stimuli (kepercayaan, sikap atau Andrews, 1991; Christensen & Kenney,
sifat yang mempengaruhi situasi individu 1995).
pada saat ini) menjadi mediasi dan
berkontribusi terhadap efek dari focal Health Promotion Model
stimuli/stressor dan menentukan level stress Health Promotion Model (HPM)
atau adaptasi (Christense & Kenney, 1995). pertama sekali dimunculkan pada tahun
1980-an sebagai suatu kerangka kerja untuk
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

mengntegrasikan perspektif ilmu dan pengalaman individual meliputi variabel


keperawatan da perilaku pada faktor-faktor perlaku terkait sebelumnya dan faktor
yang mempengaruhi perilaku kesehtan. personal (biologikal psikologikal,
Kerangka kerja tersebut merupakan suatu sosiokultural). Kategori behavior-spesific
panduan untuk mengeksporasi proses cognitions and affect meliputi: manfaat yang
biopsikososial yang memotivasi indivisu dipersepsikan dari tindakan, hambatan yang
untuk melakukan perilaku yang mengarah dipersepsikan dari tindakan, self-efficacy
pada peningkatan kesehatan (Pender, 1996). yang dipersepsikan, afek yang terkait
HPM merupakan suatu model yang dengan aktifitas, pengaruh interpersonal dan
berorientasi pada kompetensi atau pengaruh situasional. Sedangkan kategori
pendekatan. Tidak seperti Health Belief behavioral outcome meliputi komitmen
Model dan Protection Motivation Theory, terhadap rencana suatu tindakan, tuntutan
HPM tidak memasukkan “rasa takut” atau dan pilihan yang muncul, serta perilaku
“ancaman” sebagai sumber motivasi promosi kesehatan.
terhadap perilaku kesehatan, karena
ancaman atau rasa takut dianggap akan Pengkajian
menurunkan kekuatan motivasi di kemudia Pengkajian dilakukan dengan metode
hari. Karena HPM tidak bergantung pada wawancara dan penyebaran kuesioner pada
“ancaman personal” sebagai sumber utama 30 orang siswa kelas III dan IV SD
motivasi kesehatan, model ini sangat Pancoran Mas VI (kuesioner terlampir).
potensial untuk diaplikasikan pada semua Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan
usia (Pender, 1996). guru UKS antara lain: Jumlah siswa 352
HPM mengambarkan sifar orang, Jumlah guru 12 orang, Fungsi guru
multidimensional manusia yang berinteraksi BP merangkap wali kelas.
dengan lingkungannya pada saat berusaha Pihak sekolah merasa agak sulit
mencapai kesehatan. Model ini berkomunikasi dengan orang tua murid.
mengintegrasikan sejumlah konstruk dari Orang tua murid umumnya kurang
teori ecpectancy-value dan teori social memperhatikan perkembangan belajar anak
learning dalam suatu perspektif keperawatan di sekolah dan jarang memonitor tugas-tugas
dari fungsi manusia yang holistik. HPM anak. Mungkin hanya 15-20% orang tua saja
telah digunakan sebagai kerangka kerja pada yang memperhatikan pendidikan anaknya.
penelitian yang ditujukan untuk Komite sekolah sejauh ini berjalan
memprediksikan gaya hidup yang dengan baik dan cukup peduli dengan
menigkatkan status kesehatan secara masalah kesehatan di sekolah, misalnya
keseluruhan, begitu juga untuk perilaku- merencanakan foging saat ada kasus DBD
perilaku spesifik, seperti latihan fisik dan Jumlah anak yang bekerja setelah
penggunaan alat pelindung pendengaran pulang sekolah hanya sedikit, tidak
(Pender, 1996). HPM menekankan peran sebanyak di SD Pancoran Mas III.
aktif klien dalam membentuk dan Sejauh ini belum pernah ada kasus
mempertahankan perilaku kesehatan dan dimana siswa yang lebih tua mengintimidasi
dalam memodifikasi konteks lingkungan siswa yang lebih muda (bulling), namun
untuk perilaku kesehatan. kasus perkelahian antara siswa kadang
Dalam perkembangannya model terjadi, tapi belum pernah sampai tawuran
promosi kesehatan in mengalami banyak yang besar antar siswa di satu sekolah
revisi. Model promosi kesehatan yang telah maupun dengan sekolah tetangga.
direvisi oleh Pender (1996) dapat dilihat Karena dalam satu kawasan yang
pada grafik dibawah ini: ditempati SD Pancoran Mas VI ada 3 SD
Variabel-vaiabel yang terdapat pada lainnya, maka kadangkala ada selisih
Model Promosi Kesehatan yang telah pendapat antar sekolah, tapi bisa
direvisi dikategorikan menjadi karakteristik diselesaikan dengan baik.
dan pengalaman individual; behavior- Karena keterbatasan ruangan kelas
spesific cognitions and affect; dan yang ada, maka 4 kelas dijadwalkan belajar
behavioral outcome. Kategori karakteristik
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

pagi hari (kelas 1, 2, 5, 6) dan 2 kelas (tinggi: nilai>mean), 53,3% siswa memiliki
dijadwalkan belajar sore hari (3 dan 4). tingkat hati nurani tinggi, 53,3% siswa
Sebelumnya SD Pancoran Mas VII memiliki tingkat kontrol diri tinggi, 50%
dan V belajar di sore hari, sementara SD siswa memiliki tingkat rasa hormat tinggi,
Pancoran Mas III dan VI belajar di pagi hari. 56,7% siswa memiliki tingkat kebaikan hati
Setelah dilakukan musyawarah antar kepala tinggi, 56,7% siswa memiliki tingkat
sekolah, maka diputuskan SD Pancoran Mas kebaikan hati tinggi, 53,3% siswa memiliki
V dapat menggunakan beberapa ruang kelas tingkat keadilan tinggi, 56,7% siswa
SD Pancoran Mas VI, sehingga sekarang memiliki sikap caring tinggi.
hanya SD Pancoran Mas VII yang Dari hasil pengkajian di atas
bersekolah di sore hari saja sedangkan SD- menunjukkan bahwa siswa SD Pancoran
SD yang lain bersekolah pada pagi dan sore Mas VI sudah memiliki sikap caring yang
hari. tinggi (x > Mean).
Bangunan sekolah ini sudah berusia
31 tahun (berdiri tahun 1977). Rencananya Perencanaan
akan direnovasi tahun 2007, namun belum Diagnosa Keperawatan Komunitas:
terealisasikan karena keterbatasan dana. Potensial peningkatan sikap caring pada
Permohonan bantuan sudah pernah diajukan, siswa SD Pancoran Mas VI. Tujuan Umum:
tapi sampai saat ini belum ada tindak lanjut. meningkatkan sikap caring pada siswa SD
Prestasi belajar siswa berada pada Pancoran Mas VI.
tingkat sedang sampai rendah. Prestasi yang Tujuan Khusus: Setelah 5 kali pertemuan,
pernah diraih sekolah antara lain para siswa dapat: Meningkatkan
lombamatematika tingkat kecamatan. pengetahuan tentang sikap caring,
Belum pernah dilakukan penyuluhan Meningkatkan tingkat empati,
kesehatan. Meningkatkan tingkat hati nurani,
Kebijakan sekolah terkait kesehatan: Meningkatkan tingkat kontrol diri,
piket kebersihan baik dari siswa maupun Meningkatkan tingkat rasa hormat,
guru; pemeriksaan kebersihan diri (kuku dan Meningkatkan tingkat kebaikan hati,
gigi) setiap sebelum masuk kelas. Meningkatkan tingkat toleransi,
Ruang UKS berada pada ruang yang Meningkatkan tingkat keadilan,
sama dengan ruang guru dan kepala sekolah.
Program UKS yang sudah pernah Rencana Kegiatan
dijalankan antara lain KMS anak sekolah; Rencana kegiatan dapat dilihat pada
pemeriksaan gigi dari puskesmas; dokter tabel di bawah ini:
kecil; dan BIAS dari puskesmas.
Program dokter kecil tidak ada
kelanjutannnya lagi berupa supervisi,
pembinaan atau pelatihan lanjutan dari dinas
kesehatan maupun puskesmas. Dokter kecil
yang sudah pernah dilatih 10 orang.
Dokter kecil juga bertugas sebagai tim
kesehatan pada upacara bendera setiap hari
senin.
Setiap anak yang sakit langsung
dibawa ke puskesmas dengan menyertakan
buku berobat.
Penyakit yang paling sering diderita
anak misalnya pusing, batuk pilek, dan sakit
perut.
Sementara hasil survey dengan
menggunakan kuesioner untuk menilai sikap
“caring” pada anak (n = 30) menunjukkan:
60% siswa memiliki tingkat empati tinggi
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

Skema 2.2 Health Promotion Model (Pender, 1996)

No. Kegiatan Waktu Jumlah Peserta Tempat


Pemutaran film dan diskusi 12 &13 Maret 2008
15 peserta dari kelas 3
1. tentang “sikap pada orang (Pukul 11.00 - 12.00 Mushola
15 peserta dari kelas 4
tua” (2 sessi) WIB)
2. Pemutaran film tentang “sikap 26 & 27 Maret 2008 15 peserta dari kelas 3
pada sesama” (2 sessi) (Pukul 11.00 - 12.00 Mushola
15 peserta dari kelas 4
WIB)
3. Bermain peran dan diskusi 3 April 2008
kelompok (1 sessi) 15 peserta dari kelas 3
(Pukul 11.00 - 12.00 Mushola
15 peserta dari kelas 4
Ceramah tentang sikap caring WIB)
17 April 2008
pada anak dan penugasan 15 peserta dari kelas 3 &
(Pukul 11.00 - 12.00 Mushola
4. untuk membuat role play (1 15 peserta dari kelas 4
WIB)
sessi)
Role play sesuai penugasan 21 Mei 2008 15 peserta dari kelas 3 & Mushola
5. Evaluasi (1 sessi) (Pukul 11.00 - 12.00 15 peserta dari kelas 4
WIB)
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

ang dipilih adalah kelompok anak kelas Pada pertemuan ke 4 (sesi ke-6),
III dan IV saja karena keterbatasan residen memberikan pendidikan kesehatan
tempat dan waktu yang tersedia. Pihak tentang 7 kebajikan yang mencerminkan
sekolah tidak mengizinkan residen untuk sikap caring, berikut tentang cara
melakukan kegiatan dalam waktu belajar mengekspresikan 7 kebajikan tersebut dalam
ucapan dan perbuatan. Para siswa secara
karena padatnya jadwal belajar sekolah
bergiliran menyebutkan kembali 7 kebajikan
dan terbatasnya ruang kelas yang dan mempraktekkan cara mengekspresikan
tersedia. Karena itu residen hanya masing-masing kebajikan. Selanjutnya
melibatkan anak kelas III dan IV yang residen membagi para siswa dalam 4
masuk sore, dengan menggunakan waktu kelompok (menggabungkan kelas III dan
sebelum mereka masuk kelas. Kegiatan IV) dan memberikan tugas pada siswa untuk
kelompok siswa ini berlangsung pada merancang drama yang menggambarkan 7
pukul 11.00-12.00 WIB. Setiap kegiatan kebajikan tersebut. Para siswa diberikan
dihadiri oleh 12-13 siswa pada setiap waktu lebih kurang 1 bulan untuk berlatih
sessinya dari pertemuan 1 sampai dan sekaligus memberikan waktu untuk
pertemuan 3. Karena keterbatasan menginternalisasikan pendidikan kesehatan
yang telah diberikan.
waktu, pada pertemuan 4 dan 5, siswa
Setelah kurang lebih 1 bulan, para
kelas III dan IV digabung dalam satu siswa diminta menampilkan drama yang
kegiatan, sehingga secara keseluruhan telah mereka rancang. Namun karena
terdapat 7 sessi pertemuan kelompok. banyak siswa kelas III yang tidak hadir,
Semula penggabungan ini dapat berjalan maka hanya 2 kelompok yang menampilkan
baik, namun pada pertemuan ke-5, dramanya. Drama pertama yang ditampilkan
banyak siswa dari kelas III yang tidak bercerita tentang kakak beradik yang berasal
hadir karena beberapa siswa masih ada dari keluarga miskin yang memiliki teman-
yang berlibur dengan keluarganya dan teman yang bersikap baik membantu
beberapa belum mempersiapkan tugas kesulitan mereka. Drama ini
role play untuk ditampilkan pada hari itu menggambarkan empati, hati nurani,
kebaikan hati, dan keadilan. Sementara
karena tidak mau bergabung berlatih
drama kedua menceritakan tentang
dengan anak kelas IV. sekelompok siswa yang mendatangi rumah
Pemutaran film cukup menarik minat temannya yang kurang mampu untuk belajar
para siswa. Setelah pemutara film bersama. Disini terlihat ada teman yang
selesai, residen memfasilitasi para siswa bersikap baik dan bersikap buruk. Drama ini
untuk berdiskusi tentang isi dari film mencerminkan kontrol diri, rasa hormat,
tersebut dan bagaimana sikap yang sama toleransi dan kebaikan hati. Secara umum,
telah mereka terapkan selama ini. para siswa terlihat sudah memahami tentang
Selanjutnya residen memberikan soal cara mengekspresikan sikap caring dalam
cerita yang menanyakan bagaimana drama yang mereka tampilkan. Selanjutnya
seharusnya bersikap pada kondisi yang para siswa diminta untuk mengisi kembali
kuesioner sikap caring seperti yang pernah
diberikan dan meminta beberapa siswa
mereka isi pada tahap pengkajian.
mempraktekkannya. Diharapkan setelah 1 bulan berlalu, mereka
Pada sesi role play, para siswa dibagi mampu menginternalisasikan sikap caring
dalam 4 kelompok yang menggabungkan dalam kehidupan sehari-hari.
siswa kelas 3 dan kelas 4, kemudian para
siswa diberikan tugas untuk memainkan Evaluasi
peran tertentu selama 10 menit, baik yang Karena hanya 13 siswa yang mengisi
mencerminkan sikap caring yang baik kuesioner untuk menilai sikap caring, maka
maupun yang buruk. setelah diberikan waktu hanya nilai sikap caring dari 13 siswa
selama 20 menit untuk berlatih, mereka tersebut yang dapat dibandingkan dengan
dapat memerankannya dengan baik. nilai sikap caring sebelumnya. Perbandingan
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

sikap caring para siswa sebelum dan Tabel 3.4 Distribusi peningkatan rasa
sesudah intervensi dapat dilihat pada tabel hormat pada Siswa SD Pancoran Mas VI
3.1 dampai tabel 3.7 dibawah ini. Masing-
Peningkatan Kontrol Diri
masing komponen sikap caring dianggap
mengalami peningkatan jika nilai paska Valid Cumulative
Frequency Percent
intervensi mengalami peningkatan sama percent percent
dengan atau melebihi nilai rata-rata Valid
tidak 9 69,2 69,2 69,2
ditambah 1 kali standar deviasi (x > nilai meningkat
rata-rata + standar deviasi).
Meningkat 4 30,8 30,8 100,0
Tabel 3.1 Distribusi peningkatan empati
Total 13 100,0 100,0
pada Siswa SD Pancoran Mas VI
Peningkatan Empati

Valid Cumulative Tabel 3.5 Distribusi peningkatan kebaikan


Frequency Percent
percent percent hati pada Siswa SD Pancoran Mas VI
Valid
tidak 8 61,5 61,5 61,5 Peningkatan Kebaikan Hati
meningkat
Valid Cumulative
Meningkat 5 38,5 38,5 100,0 Frequency Percent
percent percent
Valid
Total 10 100,0 100,0 tidak 10 76,9 76,9 76,9
meningkat

Meningkat 3 23,1 23,1 100,0


Tabel 3.2 Distribusi peningkatan hati nurani
Total 13 100,0 100,0
pada Siswa SD Pancoran Mas VI
Peningkatan Hati Nurani

Valid Cumulative Tabel 3.6 Distribusi peningkatan toleransi


Frequency Percent
percent percent pada Siswa SD Pancoran Mas VI
Valid
tidak 7 53,8 53,8 53,8 Peningkatan Toleransi
meningkat
Valid Cumulative
Meningkat 6 46,2 46,2 100,0 Frequency Percent
percent percent
Valid
Total 13 100,0 100,0 tidak 7 53,8 53,8 53,8
meningkat

Meningkat 6 46,2 46,2 100,0


Tabel 3.3 Distribusi peningkatan kontrol
Total 13 100,0 100,0
diri pada Siswa SD Pancoran Mas VI
Peningkatan Kontrol Diri

Valid Cumulative Tabel 3.7 Distribusi peningkatan keadilan


Frequency Percent
percent percent pada Siswa SD Pancoran Mas VI
Valid
tidak 7 53,8 53,8 53,8 Peningkatan Keadilan
meningkat
Valid Cumulative
Meningkat 6 46,2 46,2 100,0 Frequency Percent
percent percent
Valid
Total 13 100,0 100,0 tidak 10 76,9 76,9 76,9
meningkat

Meningkat 3 23,1 23,1 100,0

Total 13 100,0 100,0


Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sumberdaya untuk mempertahankan atau
semua komponen sikap caring mengalami meningkatkan kesejahteraannya (Edelman
peningkatan, yaitu empati meningkat sebesar and Mandle, 1994). Intervensi yang dapat
38,5%; hati nurani meningkat sebesar dilakukan untuk promosi kesehatan pada
46,2%; kontrol diri meningkat sebesar anak usia sekolah harus dilakukan dengan
46,2%; rasa hormat meningkat sebesar membperhatikan kebutuhan dan
30,8%; kebaikan hati meningkat sebesar perkembangan anak usia sekolah.
23,1%; toleransi meningkat sebesar 46,2%, Menurut Berk (2001), pada usia
dan keadilan meningkat sebesar 23,1%. sekolah kelompok teman sebaya menjadi
Peningkatan paling tinggi terlihat pada konteks yang sangat penting bagi
komponen hati nurani, kontrol diri dan perkembangan anak dan kontak dengan
toleransi. Berdasarkan hasil evaluasi tersbut, teman sebaya memainkan peranan yang
disimpulkan bahwa tujuan khusus tercapai. penting dalam persepsi dan pemahaman
Secara keseluruhan, perubahan sikap tentang dirinya dan orang lain. Pada usia ini,
caring para siswa dapat dilihat pada tabel peer group dapat memberikan anak wawasan
3.2. Siswa dikatakan mengalami dalam struktur sosial yang lebih luas.
peningkatan sikap caring jika nilai sikap Dengan demikian intervensi promosi
caring setelah intervensi mengalami kesehatan pada anak usia sekolah hendaknya
peningkatan diatas nilai rata-rata dan dilakukan dalam bentuk peer group agar
melebihi 1 kali standar deviasi (meningkat dapat memberikan dampak yang lebih
jika x > nilai rata-rata + standar deviasi) berarti bagi anak. Oleh karena itu kegiatan
penanaman sikap caring yang dilakukan
Tabel 3.2 Distribusi peningkatan sikap oleh residen menggunakan bentuk peer
caring pada Siswa SD Pancoran Mas VI group, dimana siswa di kelompokkan sesuai
dengan usia dan kelasnya.
Peningkatan Sikap Caring Bentuk intervensi peer group untuk
Valid Cumulative menanamkan sikap caring pada siswa SD
Frequency Percent
percent percent Pancoran Mas VI memperlihatkan hasil
Valid yang cukup memuaskan dimana terjadi
tidak 9 69,2 69,2 69,2
meningkat
peningkatan pada setiap komponen sikap
caring dan sikap caring secara keseluruhan
Meningkat 4 30,8 30,8 100,0 walaupun tidak terlalu besar. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kozier et al. (2004) yang
Total 13 100,0 100,0
menyatakan bahwa perilaku caring mungkin
tidak dapat memperlihatkan hasil secara
siswa mengalami peningkatan sikap caring. langsung, namun manfaat caring sering
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ditemukan dalam proses itu sendiri, berupa
tujuan umum intervensi promosi kesehatan keterlibatan dan keterkaitan. Dalam proses
untuk meningkatkan sikap caring tercapai intervensi, para siswa sudah memperlihatkan
seluruhnya. keterlibatan dan keterkaitan dalam setiap
tugas yang diberikan dalam kelompoknya.
Rencana Tindak Lanjut Perkembangan kognitif pada anak
Pihak sekolah dapat melanjutkan usia sekolah merupakan suatu kesempatan
kegiatan promosi kesehatan untuk yang dapat dimanfaatkan untuk promosi
menanamkan sikap caring pada para semua kesehatan. Kemampuan kognitif anak
siswa dengan memasukkan siswa yang telah meningkat yang secara dramatis, didukung
mengikuti kegiatan pengembangan sikap dengan adanya keinginan untuk menguasai
caring dapat menjadi peer educator bagi tugas-tugas dan kemampuan untuk
siswa-siswa yang lain mengembangkan penilaian moral (Edelman
and Mandle, 1994), dapat menjadi suatu hal
PEMBAHASAN yang mendukung keberhasilan pelaksanaan
Intervensi keperawatan untuk promosi kegiatan promosi kesehatan. Meningkatnya
kesehatan diarahkan pada pengembangan perkembangan kognitif anak hendaknya juga
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

dapat disikapi dengan mengembangkan yang tidak dapat dihindarkan dalam


media yang cukup menarik untuk kehidupannya kelak. Tujuh kebajikan ini
meningkatkan minat dan perhatian anak. juga akan melindungi anak agar tetap berada
Media film animasi yang menarik dan di jalan yang benar dan membantunya agar
disertai lagu-lagu khas anak-anak yang selalu bermoral dalam bertindak. Penerapan
digunakan dalam kegiatan ini terbukti dapat tujuh kebajikan ini juga akan meningkatkan
membuat anak memahami pesan-pesan yang kemampuan anak menghadapi
disampaikan. Pemahaman anak akan pesan meningkatnya beban dalam keluarga yang
yang disampaikan terlihat dari kemampuan ditimbulkan oleh peristiwa hidup yang
anak untuk mengulang informasi yang penuh tekanan. Anak diharapkan dapat
diberikan dan mempraktekkan sikap caring memberikan dukungan sosial bagi
dengan teman-temannya dalam kelompok. keluarganya dengan menerapkan tujuah
Pada anak usia sekolah, persahabatan kebajikan tersebut. Dukungan sosial dapat
bukan hanya karena terlibat dalam aktifitas membantu keluarga dalam menghadapi
yang sama, tetapi lebih kepada hubungan kesulitan dan pengalaman hidup yang penuh
yang disepakati satu sama lain, dimana anak tekanan dan dalam meningkatkan
menyukai kualitas personal dan berespon kesejahteraan emosional dan fisik (Pender,
terhadap keinginan dan kebutuhan satu sama 1996).
lain. Bagi anak usia sekolah, persahabatan Peningkatan penerapan sikap caring
didasarkan atas upaya kebaikan yang pada siswa SD Pancoran Mas merupakan
menandakan bahwa seseorang dapat health promoting behavior yang menjadi
diandalkan atau dapat dipercaya untuk salah satu dari behavioral outcome dari
mendukung orang lain. Karena sifat ini, health promotion model (HPM). Health
persahabatan anak pada usia sekolah promoting behavior merupakan titik akhir
menjadi lebih selektif (Berk, 2001). Ini atau tujuan tindakan dalam HPM yang pada
terlihat ketika kelompok anak kelas III akhirnya diarahkan untuk mencapai positive
digabungkan dengan kelompok anak kelas health outcome. Bila health promoting
IV. Anak kelas III terlihat menjadi kurang behavior diintegrasikan dalam gaya hidup
aktif dan lebih banyak diam. Ketika yang menyatu dalam seluruh aspek
diberikan tugas untuk merancang drama kehidupan, maka dapat menghasilkan suatu
bersama dengan anak kelas IV, anak kelas pengalaman kesehatan yang positif di
III cenderung tidak mau berbaur dengan sepanjang kehidupan manusia (Pender,
anak kelas IV untuk merancang dan berlatih 1996). Dengan demikian bila para siswa
drama. Akibatnya pada pertemuan terakhir, dapat mengintegrasikan sikap caring dalam
hanya anak kelas IV yang dapat seluruh aspek kehidupannya, maka akan
menampilkan drama sesuai dengan tugas dicapai suatu pengalaman hidup yang positif
yang diberikan. Sifat selektifitas terhadap yang dapat meningkatkan kesehatan. Untuk
teman sebaya ini dapat menjadi suatu itu dibutuhkan peran orang tua dan guru
ancama dalam keberhasilan kegiatan untuk dapat mengintegrasian sikap caring
promosi kesehatan. Hal ini menjadi suatu dalam kehidupan siswa sehari-hari dengan
masukan yang berarti dalam implementasi menciptakan suasana yang kondusif agar
kegiatan promosi kesehatan berikutnya. siswa dapat mengekspresikan sikap caring
Pada kegiatan-kegiatan selanjutnya, pada orang-orang di sekitarnya.
hendaknya homogenitas peer group harus
dipertahankan. KESIMPULAN DAN SARAN
Peningkatan penerapan sikap caring Kesimpulannya adalah: (1) Intervensi
yang ditunjukkan oleh siswa SD Pancoran penanaman sikap caring pada anak usia
Mas VI membuktikan pendapat Borba sekolah dalam kelompok teman sebaya
(2001) bahwa semua kebajikan tersebut dapat meningkatkan penerapan sikap caring
dapat diajarkan, dicontohkan, disadarkan anak sehari-hari (30,8%). Hal ini dapat
serta didorong sehingga dapat dicapai anak. dilihat dari peningkatan penerapan
Tujuh kebajikan ini akan membantu anak komponen empati (38,5%), hati nurani
menghadapi tantangan dan tekanan etika (46,2%), konrol diri (46,2%), rasa hormat
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

(30,8%), kebaikan hati (23,1%), toleransi Februari 2003 tentang sistem


(46,2%) dan keadilan (23,1%). (2) pendataan profil desa dan profil
Penanaman sikap caring pada usia sekolah kelurahan. Badan Pemberdayaan
dapat meningkatkan kesadaran anak tentang Masyarakat Daerah, Provinsi Jawa
peran yang diharapkan oleh keluarga dan Barat.
masyarakat. (3) Intervensi pendidikan
kesehatan tentang sikap caring dalam peer Edelman, & Mandle. (1994). Health
group dapat meningkatkan kemampuan anak promotion through the lifespan (3rd
untuk menunjukkan kasih sayang dan Ed.). St. Louis: Mosby-Year Book,
kepedulian pada keluarga dan masyarakat. Inc.
(4) Penanaman sikap caring dapat
meningkatkan kemampuan anak untuk Kozier, et al. (2004). Fundamentals of
bekerjasama dalam lingkup keluarga dan nursing: concepts, process, and
masyarakat pada umumnya dan dalam practice (7th Ed.). Upper Saddle
kelompok teman sebaya pada khususnya. (5) River: Pearson Education, Inc.
Peningkatan sikap caring pada anak usia
sekolah diharapkan dapat meningkatkan Pender, N. J., Murdaugh, C. L., Parsons, M.
kemampuan anak-anak dalam menghadapi A. (2002). Health promotion in
meningkatnya beban dalam keluarga yang nursing practice (4th Ed.). Upper
ditimbulkan oleh peristiwa hidup yang Saddle River, NJ: Prentice Hall.
penuh tekanan.
Sedangkan sarannya adalah: (1) Pihak Roy & Andrews. (1991). The Roy
sekolah hendaknya dapat melanjutkan adaptation model: The definitive
kegiatan penanaman sikap caring, baik statement. East Norwalk: Appleton
dalam kegiatan intra-kulikuler atau ekstra- & Lange.
kulikuler. (2) Pihak sekolah hendaknya
dapat menciptakan suasana yang kondusif
bagi siswa untuk menerapkan sikap caring
di sekolah dan mendorong orang tua untuk
melakukan hal yang sama di rumah. (3)
Untuk meningkatkan penerapan sikap caring
di sekolah, setiap guru memberikan reward/
reinforcement positif bagi siswa yang dapat
mengekspresikan sikap caring dengan tepat
pada teman-temannya.

KEPUSTAKAAN
Badan Pusat Statistik. (2006). Statistik
Indonesia. Jakarta: BPS Indonesia.

Berk, Laura E. (2001).Development through


the lifespan (2nd Ed.). Needham
Heights, MA: Allyn & Bacon

Borba, M. (2008). Membangun kecerdasan


moral: Tujuh kebajikan utama agar
anak bermoral tinggi. Terjemahan.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Depagri. (2005). Surat Mendagri, Nomor:


414.3/316/PMD tanggal 17
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

Você também pode gostar