Você está na página 1de 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia merupakan mkhluk social yang memerlukan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan kehidupan. Salah satunya dengan bergaul. Pergaulan
adalah hal yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan
jasmani maupun rohani. Pergaulan adalah salah satu cara seseorang untuk
bersosialisasi dengan lingkungannya.
Ditengah era globalisasi ini banyak kebudayaan asing yang masuk dan
mencoba menjajah remaja muslim. Mkalah ini membahas pergaulan remaja
yang diperbolehkan dalam islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian pergaulan ?
2. Landasan perlunya pergaulan ?
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pergaulan ?

1.3 Tujuan Dan Manfaat


1. Untuk mengetahui pengertian pergaulan
2. Untuk mengetahui landasan perlunya pergaulan
3. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pergaulan

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Pergaulan

Pergaulan adalah suatu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan


lingkungannya. bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat
mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup”
didunia ini. Sungguh menjadi suatuyang aneh atau bahkan sangat langkah, jika ada
orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitula fitrah manusia.

Munculnya istilah pergaulan bebas seiring dengan perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi dalam peradapan umat manusia, kita patut bersyukur
dan bangga terhadap hasil ciptaan manusia, karena dapat membawa perubahan yang
positif bagi perkembangan atau kemajuan industri masyarakat.

Dilihat dari segi katanya dapat ditafsirkan dan dimengerti apa maksut dari
istilah pergaulan bebas. Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedang
kan bebas artinya terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses bergaul
dengan orang lain terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan. Islam telah
mengatur bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis. Hal ini telah tercantum
dalam An-Nur ayat 30-31. Telah sijelaskan bshwa hendaknya kita menjaga
pandangan mata dalam bergaul. Lalu bagaimana hal yang terjadi dalam pergaulan
bebas? Tentunya banyak hal yang bertolak belakang dengan aturan-aturan yang
telah Allah tetapkan dalam etika pergaulan. Karena dalam pergaulan bebas itu tidak
dapat menjamin kesucian seseorang.

2.2 Landasan Perlunya Pergaulan

Tidak ada makhluk yang sama seratus persen didunia ini. Semuannya
diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda.
Begitu halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia didunia ini memiliki
ciri, sifat, karakter, dan betuk yang khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat

2
wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak
perbedaan sifat , karakter, maupun tingkah laku. Allah menciptakan kita dengan
segala perbedaanya sebagai wujud keagungan dan kekuasaan-Nya.

Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul
atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Perbedaa bangsa, suku, bahasa,
adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika alllah menciptakan manusia,
sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi tidak ada
yang dapat membedakan kecuali ketaqwaannya.

2.3 Faktor Utama Dalam Pergaulan

1. Ta’aruf
Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah
mereka akan saling menyapa? Mungkinkah mereka akan saling menolong,
membantu, atau memperhatikan? Atau mungkinkan uhkwuah islamiyah
akan dapat terwujud? Itulah , ternyata ta’aruf atau saling mengenal menjadi
suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk
bersosialisasidengan orang lain. Dengan ta’aruf kita dapat membedakan
sifat, kesukuan, agama kegemaran, karakter,dan semua ciri khas pada diri
seseorang.
2. Tafahum
Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lalukan ketika
kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan
kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian
terpenting dalam pergaulan. Dengan memahani kita dapat pemilah dan
memilih siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus
kita jauhi, karena mungkin sifatnya yang kurang baik. Sebab, agama kita
akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat,
“bergaulan dengan orang saleh ibarat berbaur sengan penjual minyak
wangi,yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersamanya”.
Sedangkan bergaul dengan orang yang kurang baik ibarat bergaul dengan
tukang pandai besi yang akn memberikan bau asap. Tak dapt dipungkiri,

3
ketika kita bergaul bersama orang – orang shaleh akan banyak sedikit
membawa kita ke jalan kebaikan. Dan begitu pula sebaliknya.
3. Ta’awun
Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum
tumbuh sikap ta’awun (saling menolong). Karna inilah sesungguhnya yang
akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada diri kita. Bahkan
islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk saling menolong dalam
kebaikan dan taqwa. Rasullalah SAW telah mengatakan bahwa bukan
termasuk umat orang yang tidak perduli dengan urusan umat islam yang
lain.
Ta’aruf, tafahum, dan ta’awun telah menjadi bagian penting yang harus kita
lakukan. Tapi, semua itu tidak ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena
allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita
mengenal, memahami, dan saling menolong.

2.4 Pergaulan Remaja Secara agama

Pergaulan remaja secara agama adalah remaja yang sopan terhadap sesama
manusia baik dalam tertingkah laku, berkata yang lembut dan berbusana sopan dan
tertutup. Memang remaja ini jika menurut menurut zamzn sekarang adalah zaman
kuno, akan tetapi menurut ajaran islam adalah wanita harus memutup aurat dan
dilarang memperlihatkan anggota tubuhnya yang seksi itu. Karea aurat wanita itu
sangat mahal harga dan remaja ini sangat kuper. Remaja seperti inni biasanya jarang
suka bergabung dengan teman - temannya yang lain. Karena dia lebih suka
mengurung diri, dia sering sholat dan mengaji dan lain – lain.

Ketika seseorang menjadi remaja, maka dia dibesarkan untuk menjalankan


kewajiban agama, sebagai mana yang diwajibkan kepada orang dewasa. Sudah
bertanggung jawab kepada allah SWT. Atas yang segala yang dilakukan setiap yang
dilakukan akan di catat sebagai dosa dan setiap perbuatan baik akan dicatat sebagai
amalan sholeh yang akan mendapat pahala.

2.5 Etika Bergaul Dalam Agama Islam

4
Ada beberapa etika yang harus di perhatikan dalam bergaul menurut agama
islam :

1. Menjaga pandangan.
2. Menutup auratnya secara sempurna.
3. Bagi wanita diperintahkan untuk tidak melembut – lembutkan suarahnya
ketika berbicara terhadap laki – laki.
4. Dilarang bagi wanita berpergian sendirian tanpa mahramnya sejauh
perjalanan satu hari.
5. Dilarang berkhalwat (berdua-duaan antara pria dan wanita di tempat yang
sepi)
6. Laki – laki dilarang berhias menyerupai perempuan begitupun sebaliknya.
7. Islam menganjurkan menikah dalam usia mudah bagi yang mampu dan
puasa bagi seseorang yan belum mampu.

2.6 Cara Bergaulan yang baik menurut ajaran islam

Seorang mukmin dalam menjalankan kehidupan tidak hanya menjalin


hubungan dengan allah semata (habbuminallah),akan tetapi menjalin hubungan
dengan manusia (habluminnas). Saling kasih salang dan saling menghargai
haruslah diutamakan,supaya terjalin hubungan yang harmonis, rasullulhah SWA
bersabda “tidak dikatakan beriman seorang diantara-mu, sehingga kamu
menyayangi saudara musebagaimana kamu – menyayangi dirimu sendiri”.(HR.
Bukhari Muslim). Beberapa tata acara bergaul yang harus kita terapkan antara lain
– lain :

1. Tata cara bergaul dengan orang tua dan guru


Islam merupakan agama yang sangat memperhatiakan keluhuran budi
pekerti dan akhlak mulia. Segala sesuatu yang semestinya dilakukan dan
segala sesuatu yang semestinya ditinggalkan diatur dengan sangat rinci
dalam ajaran islam, sehingga semakin banyak orang mengakui (termasuk
non-muslim) bahwa islam merupakan ajaran agama yang sangat lengkap
dan sempurna serta tidak ada yang terlewatkan sedikit pun.

5
Hal pertama yang semestinya dilakukan setiap muslim dalam
pergaulan sehari-hari adalah memahami dan menerapkan etika atau tat acara
bergaul dengan orang tuanya. Adapun yang dimaksud dengan orang tua,
dapat dipahami dalam tiga bagian yaitu:
1. orang tua kandung, yakni orang yang telah melahirkan dan
memngurus serta membesarkan kita (ibu bapak).
2. Orang tua yang telah menikahkan anaknya dan menyerahkan
anak yang telah diurus dan dibesarkannya untuk diserahkan
kepada seseorang yang menjadi pilihan anaknya dan
disetujuinya. Orang tua ini, lazim disebut dengan “mertua”
3. Orang tua yang telah menganjurkan suatu ilmu, sehingga kita
mengerti, dan memahami pengetahuan, mengenal Allah, dan
memmahamiarti hidup, dialah “guru” kita.

Dalam Al-quran maupun hadis, dapat ditemukan banyak sekali


keterangan yang memerintahkan untuk berbuat baik kepada oaring tua.
Sekalipun demikian, Islam tidak menyebutkan jenis-jenis perbuatan baik
kepada kedua orang tua secara rinci, sebeb berbuat baik kepada kedua orang
tua bukan merupan perbuatan yang dibatasi bergatung pada situasi dan
kondis, kemampuan, keperluan, perasaa manusiawi, dan adat istiadat setiap
masyarakat.

Berbuat baik kepada kedua orang tua dalam berbagai bentuknya,


disebut dengan “biruul walidain”. Di antara ayat yang menerangkan tentang
hal ini adalah kisah Nabi Zakaria bin Nabi Yahya dengan sifat-sifatnya yang
mulia, sebagaimana digambarkan dalam Al-qur’an surat Maryam ayat 14,
Allah SWT. Berfirman : “Dan seorang yang berbakti kepada kedua
orangtuannya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka”.
(QS.Maryam:14).

2. Tata cara bergaul dengan yang lebih tua


Pergaulan yang baik dalah pergaulan yang didasari pada nilai-
nilai keikhlasan, kebersamaan, saling menguntungkan, sesuai
dengan norma-norma kemasyarakatan dan tidak bertentangan

6
dengan hukun syara’, Agama Islam mengajarkan kaum muslimin
untuk melakukan pergaulan dan komunikasi dengan sesame
manusia, baik bersifat pribadi, maupun social.
Tujuan dan pergaulan social adalah untuk mencapai kondisi
masyarakat sejahtera. Muslihat, berprilaku adil dengan mnjujung
tinggi nilai-nillai persamaan. Persatuan, dan akhlakul karimah.
Dalam pergaulan social, kita dituntut untuk menjunjung tinggi hak
dan kewajiban masing-masing, termasuk dalam pergaulan dengan
orang yang lebih tinggi atau lebih tua dari kita. Orang yang lebih
tinggi dari kita, dapat di katagorikan menjadikan 3 (tiga) bagian,
yaitu:
a) Orang yang umurnya lebih tua atau sudah tua.
b) Orang yang ilmu, wawasan, dan pemikirannya lebih tinggi,
sekali pun bisa jadi umumnya lebih mudah,
c) Oran yang harta dan kedudukannya lebh tinggi dan lebih
banyak.
3. Tata cara bergaul dengan yang lebih muda
Dalam menjalankan pergaulan social, Islam melarang umatnya
untuk membedakan-bedakan manusia Karena hal – hal yang
bersifat duniawi , seperti harta, tahta, umur, dan status social
lainnya. Akan tetapi yang terbaik dalah bersikap wajar
sebagaimana mestinya sesuai dengan tuntutan ajaran islam dan idak
bertentangan dengan norma – norma kehidupan.
Kita diperintahkan untuk selalu berusaha menyayangi orang
umurnya lebih muda dari kita. Bahkan Rasulullah saw menyatakan
dalam suatu hadisnya bahwa bukan termasuk golongan umatku,
mereka yang tidak menyayangi yang lebih mudah. Beliau bersabda:
“bukan termasuk golongan umatku, orang yang tidak menyayangi
yang lebih kecil (lebih mudah), dan tidak memahami hak-hak orang
yang lebih besar (tinggi/dewasa)”. (HR. thabrani)
Seseorang yang usianya lebih mudah bisa saja amal
perbuatannya dan akhlaknya lebih baik dibandingkan dengan orang

7
yang telah berumur dewasa, bahkan telah berusia lanjut. Jadi, umur
seseorang tidak menjamin hidupnya lebih mulia dan berkualitas,
sekalu pn semestinya semakin bertambah umur, harus semakin baik
amalnya, semakin mulia akhlaknya, semakin bijak sikapnya.
4. Tata cara bergaul dengan teman sebaya
Islam adalah agama yang dilandasi persatuan dan kasih saying,
Kecenderungan untuk saling mengenal dan berkomunikasi satu
dengan yang lainnya merupakan suatu hal yang diatur dengan
lengkap dalam ajaran islam. Islam tidak mengajarkan umatnya
untuk hidup menyendiri, termasuk melakukan ibadah ritual
sendirian di tempat tersembunyi sepi, terpencil, dan jauh dari
peradaban manusia. Merupakan suatu hal yang wajar dan diajarkan
oleh islam, jika manusia bergaul dengan sesamanya sebaik
mungkin, dilandasi ketulusan, keikhlasan, kesabaran, dan hnya
mencari keridaan Allah SWT. Rasulullah saw bersabda : “seorang
mukmin yang bergaul dengan sesama manusia serta bersabda
(tanhaji uji) atas segala gangguan, mereka lebih baik dari pada
orang mukmin yang tidak bergaul dengan yang lainnya seta tidak
tahan uji ata gangguan mereka”. (HR. Tirmidi)
5. Tata cara bergaul dengan lawan jenis
Pergaulan yang baik dengan lawan jenis hendaknya, tidak
didasarkan pada nafsu (syahwat) yang dapat menjerumuskan dalam
pergaulan bebas yang dilarang agama.

2.7 Cara Seorang Remaja Agar Tidak Terjerumus Dari Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas bukanlah suatu yang asing lagi ditengah – tengah mereka.
Remaja sekarang tidak memiliki kekasih dianggap tabu ditengah - tengah mereka.
Hubungan yang melampaui batas layaknya suami istri pun sering terjadi. Bahkan
ada sampai putus sekolah Karena masalah ini. Sungguh, inilah tanda semakin
dekatnya hancur dunia. Berbicara remaja selalu mendapat tanggapanyang beraneka
ragam. Sayingny sekarang ini kesan yang ada dibenak masyarakat justru cenderung
kebanyakan negatif. Dimulai dari perkelahian antar pelajar, porno grafi, kebut –

8
kebutan, tindak criminal seperti perampokan dan pencurian barang orang lain,
pengedaran dan pesta obat – obatan terlaran, bahkan yang sekarang bumingnya
terpaan media informasi biabad millenniumini semakin meraba dengan cepat.
Dengan begitu ada batasan dalam pergaulan agar remaja tijak terjerumus kedalam
pergaulan bebas adalah :

1. Rajin menundukkan pandang.


2. Menjahui campur baur lawan jenis dan hanya berduan saja.
3. Wanita hendak nya meningkatkan kesadaran diri untuk tidak perpenampilan
yang menimbulkan sahwat pria.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Etika bergaulan yang baik menurut ajaran agama yaitu menyangkut
larangan – larangan yang harus dijaga oleh manusia sesuai dengan apa
yang telah diungkapkan oleh ajaran agama. Tata cara bergaul yang baik
menurut ajaran agama yaitu, dimana kita dapat menyesuaikan diri dengan
orang yang kita hadapiyang sesuai dengan kaidah – kaidah agama yang
telah ada. Sehingga kita dapat mengetahui batasan – batasan dalam
pergaulan sesuai dengan tingkat usia.
B. SARAN
Agar kita dapat senantiasa mengetahui bagaimana menjadi seorang
remaja yang yang bisa bergaul dengan baik sesuai dengan tingkat usia dan
bis bergaul dengan baik menurut pandangan agama.

10
DAFTAR PUSTAKA

Http://www.scribd.com-doc-pandangan-agama-tentang-pergaulan-remaja

11

Você também pode gostar