Você está na página 1de 40

AKUNTANSI INDUSTRI KESEHATAN MASYARAKAT DI RUMAH SAKIT

Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas Akuntansi Sektor Publik

Oleh :

Rohmat Hidayat (5552160070)

5 B – S1 Akuntansi

Dosen Pengampu : Dr. Dadan Ramdhani, S.E.,M.Si.,Akt.,CA.

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2018
TAHUN AJARAN 2017/2018

AKUNTANSI INDUSTRI KESEHATAN MASYARAKAT DI RUMAH SAKIT

Rohmat Hidayat
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ABSTRAK
Artikel ini menjelaskan mengenai penerapan akuntansi di Rumah Sakit Pemerintah. Secara
operasional manajemen keuangan di Rumah Sakit harus dapat menghasilkan data, informasi dan
petunjuk untuk membantu pimpinan Rumah Sakit dalam merencanakan, mengendalikan dan
mengawasi seluruh kegiatan agar mutu pelayanan dapat dipertahankan/ditingkatkan pada tingkat
pembiayaan yang wajar. Rumah Sakit Pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi Pemerintah yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Permasalahan yang selalu timbul
adalah sulitnya meramalkan kebutuhan pelayanan yang diperlukan masyarakat maupun kebutuhan
sumber daya untuk mendukungnya. Di lain pihak Rumah Sakit harus siap setiap saat dengan sarana,
prasarana tenaga maupun dana yang dibutuhkan untuk mendukung pelayanan tersebut. Di samping
itu Rumah Sakit sebagai unit sosial dihadapkan pada semakin langkanya sumber dana untuk
membiayai kebutuhannya, padahal di lain pihak Rumah Sakit diharapkan dapat bekerja dengan tarip
yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas. Artikel ini juga membahas masalah pengukuran dalam
akuntansi Rumah Sakit.
Kata Kunci : Akuntansi, Rumah Sakit

2
A. PENDAHULUAN

Akuntansi Rumah Sakit yang merupakan salah satu kegiatan dari manajemen keuangan
adalah salah satu sasaran pertama yang harus diperbaiki agar dapat memberikan data dan informasi
yang akan mendukung para manajer Rumah Sakit dalam pengambilan keputusan maupun
pengamatan serta pengendalian kegiatan Rumah Sakit. Yang menjadi kendala pada Rumah Sakit
Swadana dan belum terpecahkan sampai saat ini adalah Rumah Sakit melakukan dua sistem
pencatatan dan pelaporan yaitu yang berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim (Accrual Basis) dan
Basis Kas (Cash Basis). Rumah Sakit mengharapkan ketentuan yang berlaku dapat berjalan secara
paralel, independen dan tercipta mekanisme saling kontrol di antaranya (kontrol internal), namun
dirasakan menjadi beban petugas Rumah Sakit.

Secara operasional manajemen keuangan di Rumah Sakit harus dapat menghasilkan data,
informasi dan petunjuk untuk membantu pimpinan Rumah Sakit dalam merencanakan,
mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan agar mutu pelayanan dapat
dipertahankan/ditingkatkan pada tingkat pembiayaan yang wajar.

Definisi rumah sakit menurut WHO sebagaimana yang termuat dalam WHO Technical Report
Series No. 122/1957 yang berbunyi :”Rumah sakit adalah bagian integral dari satu organisasi sosial
dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna, kuratif, dan preventif
kepada masyarakat, serta pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau keluarga di
rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat
penelitian bio-medik”.

Kewajiban setiap insan kesehatan adalah mensosialisasikan pengertian rumah sakit sebagai
“unit Sosio-Ekonomi”, sehingga persepsi masyarakat bisa berubah. Sosialisasi dikalangan insan
kesehatan sendiri dan para insan rumah sakit sangat diperlukan. Sebagai contoh, para dokter dan
para perawat tidak boleh menganggap rumah sakit sebagai lahan untuk mencari nafkah semata,
apalagi rumah sakit dianggap sebagai tambang emas untuk menghimpun kekayaan. Rumah sakit
sebagai lahan pengabdian profesinya masing-masing merupakan pengabdian yang sepantasnya bagi
setiap insan kesehatan atau insan rumah sakit.

Fungsi utama rumah sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan maupun bagian mata
rantai rujukan pelayanan kesehatan. Berdasarkan pengalaman sampai saat ini, pengaduan mengenai
pelanggaran etik maupun malpraktek yang dilakukan oleh dokter tidak kurang 80% terjadi di rumah
sakit. Lagi pula, segala prinsip yang berlaku di rumah sakit secar proporsional dapat juga diberlakukan
di saran pelayanan kesehatan lainnya.

3
Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu serta teknologi kedokteran, rumah sakit
telah berkembang dari suatu lembaga kemanusiaan, keagamaan, dan sosial yang murni, menjadi
suatu lembaga yang lebih mengarah dan lebih berorientasi kepada “bisnis”, terlebih setelah para
pemodal diperbolehkan untuk mendirikan rumah sakit dibawah badan hukum yang bertujuan mencari
profit. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang padat modal, padat karya, dan padat ilmu serta
teknologi, dimana untuk mencapai efisiensi dan efektivitas yang tinggi, diperlukan profesionalisme
yang andal dalam hal pengelolaan lembaga bisnis yang modern.

Berikut ini ditampilkan sistem pengelompokan rumah sakit yang paling umum digunakan saat
ini :

1. Sistem pengelompokan yang paling dirasa bermanfaat dan bertahan lama digunakan oleh
Asosiasi Rumah Sakit Amerika (AHA), dimana klasifikasi rumah sakit terbagi menjadi rumah
sakit pemerintah (komunitas) dan nonpemerintah (nonkominitas) sesuai dengan tingkat akses
pemerintah pada rumah sakit itu.
2. Jenis pengelompokan lain adalah berdasarkan kepemilikan atau kontrol atas kebijakan dan
cara operasi rumah sakit. Rumah sakit dibawah kepemilikan kelembagaan atau institusi dibagi
dalam 4 kelompok : pemerintah nonfederal, non pemerintah nirlaba, rumah sakit yang dimiliki
investor, dan rumah sakit milik pemerintah daerah.
3. Berdasarkan rata –rata lam tinggal, rumah sakit sakit dikelompokkan menjadi rumah sakit
jangka pendek dan jangka panjang. Menginap dirumah sakit dikatakan singkat apabila rata –
rata tinggal kurang dari 30 hari; sementara rata-rata nasional berda dibawah tujuh hari.
Sedangkan dikatakan lama bila tinggal lebih dari 30 hari.
4. Rumah sakit dikelompokkan menurut jumlah tempat tidur : 6-24 tempat tidur, 25 -49, 50-99,
100-199, 200-299, dan 300 atau lebih.
5. Berdasar akreditasi dan yang bukan.
6. Pendidikan dan non pendidikan.
7. Berdasar integral vertikal atau konsep regionalisasi, yaitu rumah sakit dibagi menjadi pusat
layanan utama, layanan kedua, dan layanan ketiga.

4
B. TINJAUAN TEORI

Akuntansi Rumah Sakit

Secara operasional manajemen keuangan di Rumah Sakit harus dapat menghasilkan data,
informasi dan petunjuk untuk membantu pimpinan Rumah Sakit dalam merencanakan,
mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan agar mutu pelayanan dapat
dipertahankan/ditingkatkan pada tingkat pembiayaan yang wajar.

Akuntansi ialah suatu sistem yang merupakan salah satu pokok kegiatan dalam manajemen
keuangan yang terdiri dari kegiatan mencatat, mengklasifikasikan dan menyimpulkan semua transaksi
dan kejadian kejadian dalam suatu organisasi yang menyangkut keuangan, sehingga didapatkan
suatu data atau informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan.

Hasil akhir dari akuntansi adalah laporan keuangan yang berbentuk :

a. Neraca (Balance sheet)


b. Laporan keuangan (Income statement)
c. Laporan perubahan keuangan.

Ditinjau dari segi pembukuan, akuntansi dibagi menjadi 2 sistem yang sangat penting yaitu :

a. Sistem Cash Basis atau Kas Stelsel

Yang telah dipakai oleh pemerintah kita termasuk RS Pemerintah. Dalam sistem ini hanya
dicatat "penerimaan" dari pengeluaran uang, sehingga sebetulnya sistem ini sangat
sederhana, mudah dikerjakan dan tidak memerlukan keahlian tinggi. Di samping itu
pengawasan menjadi lebih mudah. Penerimaan akan dicatat jika telah diterima uang dan
pengeluaran dalam satu tahun anggaran yang ditentukan.

b. Accrual Basis

Pada sistem ini transaksi dan peristiwa diakui pada saat kejadian, bukan pada saat hak
diterima atau dibayar, dan dicatat serta dilaporkan pada periode yang bersangkutan. Dengan
kata lain penghasilan diakui pada saat penyerahan barang/jasa, bukan pada saat kas
diterima; dan biaya diakui pada saat terjadinya, buka pada saat kas dibayarkan. Dengan
metode aktual, harta diakui pada saat diperoleh kepemilikannya.

Karakteristik Kualitas Informasi

a. Kualitas informasi akuntansi

5
Laporan keuangan ditujukan agar dapat bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Hal ini
menunjukkan adanya tuntutan kualitas informasi tertentu yang bersifat :

 Dapat dipahami
 Relevan yaitu bermanfaat bagi peramalan dan penegasan keputusan
 Serta evaluasi masa lalu
 Handal (reliable) yaitu penyajian jujur, substansi mengungguli
 Bentuk, netralitas, pertimbangan sehat dan lengkap.
 Berdaya banding (comparability)

Oleh karena itu kebijakan akuntansi yang dianut harus konsisten, namun bila ada alternatif
lain yang lebih relevan dan andal konsistensi ini tidak perlu dipertahankan. Hanya perubahan tersebut
perlu diberitahukan kepada pembaca laporan keuangan.

b. Kendala terhadap terpenuhinya kualitas umum dari informasi di atas antara lain :
1. Ketepatan waktu;

Laporan yang tertunda dapat menghasilkan informasi yang kurang relevan. Sebaliknya
untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu seringkali mengurangi keandalan informasi.
Untuk mengimbangkan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan
merupakan pertimbangan yang menentukan.

2. Keseimbangan biaya dan manfaat;

Biaya membuat informasi jelas harus lebih rendah dari manfaatnya. Pertimbangan ini
jelas berdampak pada cara pencatatan dan penyajian laporan akuntansi yang dipilih.

c. Asumsi Akuntansi
 Dasar akrual
 Kesinambungan (going concern)
 Kesatuan ekonomi.

Dalam akuntansi, organisasi usaha dipandang sebagai kesatuan ekonomi yang terpisah
dari pemilih/pendiri dan unit organisasi lainnya.

 Transaksi bebas

6
Transaksi akuntansi lebih diasumsikan selalu terjadi di antara pihak - pihak yang bebas
yang sanggup melindungi kepentingan. Dengan demikian, harga yang terjadi dari
transaksi tersebut adalah harga yang objektif.

 Pengukuran dalam nilai uang

Akuntansi menggunakan uang sebagai denominator umum. Akibatnya hanya


faktor/transaksi yang dapat dianjurkan dalam nilai uang yang dicatat dan dilaporkan
dalam akutansi. Selain itu, dalam akuntansi uang diasumsikan merupakan ukuran yang
stabil, sehingga perubahan nilai beli dari uang diabaikan.

d. Standar Akuntansi Keuangan

Merupakan pedoman/acuan dalam penyusunan laporan keuangan yang disusun oleh Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) 1994.

e. Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip dasar-dasar, konvensi, peraturan dan


prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Dalam
Rumah Sakit Swadana telah berlaku kebijakan akuntansi Rumah Sakit dengan menggunakan cash
basis dan accrual basis yang sementara berjalan paralel.

Dalam mengatur rumah sakit dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Rumah Sakit yang Dikelola Pihak Swasta (Private Hospital)

Dalam hal ini, pelaksanaan akuntansi yang dikembangkan oleh Financial Accounting Standards Board
– FASB (Dewan Standar Akuntansi Keuangan).

2. Rumah Sakit yang Dikelola Pihak Pemerintah (Public Hospital)

Dalam hal ini, pelaksanaan akuntansi dilaksanakan berdasarkan standar akuntansi yang
dikembangkan oleh Govermenttal Accounting Standards Board – GASB (Dewan Standar Akuntansi
Pemerintah).

Akuntansi Dana di Rumah Sakit

Dalam akuntansi dana untuk rumah sakit, penyajian laporan informasi keuangan mengharuskan
pembentukan dana (fund) yang dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Dana Tidak Terikat (Unrestricted Fund)

7
Yaitu dana yang tidak dibatasi penggunaannya pada suatu tujuan tertentu. Dana ini seperti
halnya dana umum dipemerintahan atau dana lancar tidak terikat dalam akuntansi universitas, yang
di bentuk untuk menjalankan operasi organisasi sehari-hari.

2. Dana Terikat (Restricted Fund)

Yaitu dana yang dibatasi penggunaannya pada suatu tujuan tertentu yang biasanya muncul
karena permintaan dari pihak eksternal yang memberikan sumbangan. Terikat tidaknya aktiva
tergantung pada ketentuan pihak lain (donor) yang memberikan sumber keuangan.

Tidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah sakit. PSAK yang
paling “cocok” untuk sementara waktu digunakan adalah PSAK 45 tentang organisasi nirlaba.

Berdasarkan PSAK 45, akuntansi RS tidak berdasarkan sistem dana, hanya dana tunggal.
Namun aktiva bersih RS dikategori berdasarkan tiga jenis:

1. Dana tidak terikat

2. Dana terikat sementara

3. Dana terikat permanen

8
C. PEMBAHASAN

Pelaporan Keuangan Akuntansi

Rumah Sakit Umum khususnya milik pemerintah merupakan organisasi nirlaba, dimana
pelaporan akuntansinya diatur oleh PSAK no. 45. Adapun penjabaran dari laporan akuntansi Rumah
Sakit sesuai dengan PSAK No. 45 adalah sebagai berikut :

Laporan Keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode
pelaporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas
laporan keuangan.

1. Laporan Posisi Keuangan


a. Klasifikasi Aktiva Dan Kewajiban

Informasi likuiditas diberikan dengan cara sebagai berikut :

(1) menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuiditas, dan kewajiban.


(2) berdasarkan tanggal jatuh tempo.
(3) mengelompokan aktiva ke dalam lancar dan tidak lancar, dan kewajiban ke dalam
jangka pendek dan jangka panjang.
(4) mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aktiva atau saat jatuh temponya
kewajiban termasuk pembatasan penggunaan aktiva, pada catatan atas laporan
keuangan.
b. Klasifikasi Aktiva Bersih Terikat Atau Tidak Terikat
(1) Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva bersih
berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu: terikat secara
permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat.
(2) Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen atau temporer
diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau
dalam catatan atas laporan keuangan.
2. Laporan Aktivitas
a. Tujuan Dan Fokus Laporan Aktivitas

Laporan aktivitas difokuskan pada organisasi secara keseluruhan dan menyajikan


perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu periode. Perubahan aktiva bersih dalam
laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas dalam laporan posisi
keuangan.

9
b. Perubahan Kelompok Aktiva Bersih

Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat
temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.

3. Klasifikasi Pendapatan, Beban, Keuntungan dan Kerugian


a. Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat,
kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai
pengurang aktiva bersih tidak terikat.
b. Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat permanen,
atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam hal sumbangan
terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan
sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan
sebagai kebijakan akuntansi.
c. Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan
aktiva lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih tidak
terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi.
d. Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun
demikian pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat beban-beban
terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.
e. Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi
mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program jasa
utama dan aktivitas pendukung.
4. Laporan Arus Kas
a. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode.
b. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus kas dengan tambahan
berikut ini :
(1) Aktivitas Pendanaan :
a) Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka
panjang.

10
b) Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya
dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aktiva tetap, atau
peningkatan dana abadi (endowment).
c) Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
(2) Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas :
sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi.

Akuntansi dan Masalah Pengukuran

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (KMK) Nomor 1981 / MENKES / SK / XII /
2010 tentang Pedoman Akuntansi Badan Layanan Umum Rumah Sakit dapat mengatur masalah
pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan dari suatu transaksi atau peristiwa, agar
laporan keuangan yang disajikan memuat informasi yang relevan dengan kebutuhan para pengguna
laporan. Pengukuran (measurement) yang terdapat dalam Akuntansi Rumah Sakit, yaitu :

1. AKUNTANSI ASET
(1) Aset Lancar
(1) Kas dan Setara Kas

Pengukuran (Measurement)

a) Kas dan setara kas dicatat sebesar nilai nominal.


b) Kas dan setara kas diukur sebesar nilai nominal pada saat diterima.
(2) Investasi Lancar/Investasi Jangka Pendek

Pengukuran (Measurement)

a) Penempatan dana di bank diukur pada nilai nominalnya.


(3) Piutang

Pengukuran (Measurement)

a) Piutang diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value)
setelah memperhitungkan nilai penyisihan piutang tak tertagih.
b) Penyisihan kerugian piutang tak tertagih dibentuk sebesar nilai piutang yang
diperkirakan tidak dapat ditagih berdasarkan daftar umur piutang atau prosentase
dari pendapatan.
c) Penyisihan kerugian piutang dibentuk sebesar nilai piutang yang diperkirakan
tidak dapat ditagih berdasarkan data historis masing-masing BLU rumah sakit.

11
d) Penyisihan kerugian piutang ini tidak menggugurkan kewajiban BLU rumah sakit
untuk memproses penagihan piutang dan pengajuan usulan penghapusan
piutang ke Kementerian Keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e) Piutang pelayanan yang tidak terbayar atas permintaan penjamin (diskon atau
potongan tarif) menjadi beban subsidi pasien.
f) Piutang berkurang pada saat pembayaran diterima atau dihapuskan.
g) Piutang yang tidak tertagih dihapusbukukan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
h) Apabila piutang yang dihapuskan lebih besar dari penyisihan kerugian piutang
yang dicadangkan maka selisihnya diakui sebagai beban penyisihan kerugian
pada periode yang bersangkutan.
i) Apabila terjadi pembayaran setelah piutang dihapuskan maka diakui sebagai
pendapatan lain-lain.
(4) Persediaan

Pengukuran (Measurement)

a) Persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih
rendah (the lower of cost and net realizable value).
b) Biaya perolehan persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan
semua biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk digunakan atau dijual (present location and condition).
c) Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak
lainnya, dan biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya secara langsung
dapat didistribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang
(trade discount) , rabat, dan pos lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan
biaya pembelian.
d) Biaya perolehan persediaan tidak termasuk :
(a) Jumlah pemborosan bahan, upah, atau biaya produksi lainnya yang tidak
normal.
(b) Biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi
sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya.
(c) Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan sumbangan untuk
membuat persediaan berada dalam alokasi dan kondisi sekarang.
(d) Biaya penjualan.

12
e) Penurunan nilai persediaan pada periode pelaporan di bawah biaya perolehannya
diakui sebagai biaya pada periode berjalan.
f) Persediaan perlengkapan (supplies) habis pakai yang tidak dapat dikaitkan
langsung dengan kegiatan operasional BLU dinilai sebesar harga perolehannya.
g) Biaya persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapt diganti dengan barang
lain (not ordinary interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan
dipisahkan untuk proyek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi
khusus terhadap biaya masing-masing.
h) Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam huruf (g), dapat dihitung dengan
menggunakan rumus biaya ratarata tertimbang (weighted average cost method).
i) Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus
diakui sebagai biaya pada periode di mana pendapatan atas penjualan tersebut
diakui. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi
neto dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai biaya pada periode
terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali
penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto, harus
diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah biaya persediaan pada periode
terjadinya pemulihan tersebut.
(5) Uang Muka

Pengukuran (Measurement)

a) Uang muka diakui sebesar jumlah yang dibayarkan.


b) Pada akhir periode pelaporan, uang muka diakui sebesar nilai
barang/jasa/manfaat atau setaranya yang belum diakui/dibebankan pada periode
berjalan.
(6) Biaya Dibayar Di Muka

Pengukuran (Measurement)

a) Biaya dibayar dimuka dicatat sebesar jumlah yang dibayarkan.


b) Pada akhir periode pelaporan, biaya dibayar di muka dicatat sebesar nilai
barang/jasa/manfaat atau setaranya yang belum diakui/dibebankan pada periode
berjalan.

13
(2) Aset Tetap

Pengakuan dan Pengukuran (Recognition and Measurement)

a) Aset tetap dicatat dengan menggunakan model biaya.


b) Pada awalnya perolehan aset berwujud yang memenuhi kualifikasi sebagai aset tetap
diakui berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap, tanah yang
dibangun sendiri merupakan akumulasi seluruh beban perolehan dan
pengembangan tanah, berupa beban pematangan tanah, di luar beban yang
ditangguhkan akibat beban legal pengurusan hak.
c) Biaya perolehan tanah, antara lain, meliputi :
(a) Harga transaksi pembelian tanah termasuk tanaman, prasarana, bangunan di
atasnya yang harus dibeli kemudian dimusnahkan.
(b) Biaya konstruksi atau pengurukan tanah, bila lahan tanah diciptakan.
(c) Biaya ganti rugi penghuni, biaya relokasi.
(d) Biaya komisi perantara jual beli tanah.
(3) Aset Tidak Berwujud

Pengakuan dan Pengukuran (Recognition and Measurement)

a) Aset tidak berwujud diakui pada saat dikeluarkannya dana untuk memperoleh aset
tersebut sebesar biaya perolehannya.
b) Biaya perolehan untuk pengembangan diakui sebagai beban pengembangan yang
ditangguhkan.
c) Aset tidak berwujud berkurang pada saat diamortisasi sebesar jumlah alokasi yang
sistematis.
d) Jumlah alokasi yang sistematis tersebut diakui sebagai beban amortisasi pada saat
terjadinya.
2. AKUNTANSI KEWAJIBAN
(1) Kewajiban Jangka Pendek

Pengukuran (Measurement)

a) Kewajiban lancar berkurang pada saat pembayaran/ pelunasan oleh BLU rumah
sakit.

14
b) Kewajiban lancar dinilai sebesar jumlah rupiah atau nilai tunai sumber daya ekonomi
yang harus diserahkan kepada pihak lain atau sebesar utang lancar baru yang timbul
untuk menyelesaikan kewajiban tersebut.
(2) Kewajiban Jangka Panjang

Pengakuan dan Pengukuran (Recognition and Measurement)

a) Kewajiban jangka panjang diakui pada saat BLU rumah sakit mencairkan dana
kewajiban jangka panjang tersebut dari pihak pemberi pinjaman.
b) Kewajiban jangka panjang diukur sebesar jumlah dana hasil pencairan yang
diperoleh ditambah biaya transaksi.
c) Selisih antara huruf (b) dengan jumlah pokok diamortisasi dengan menggunakan
suku bunga efektif.
d) Amortisasi tersebut diakui sebagai beban bunga.
3. AKUNTANSI EKUITAS

Pengakuan dan Pengukuran (Recognition and Measurement). Ekuitas diakui pada saat
ditetapkannya nilai kekayaan BLU oleh pejabat yang berwenang :

a) Ekuitas diakui pada saat diterimanya bantuan hibah dari pemerintah berupa aset
yang tidak tercantum dan bukan merupakan bagian dalam DIPA BLU rumah sakit.
b) Ekuitas diakui pada saat terjadinya perubahan nilai aset BLU rumah sakit sebagai
akibat revaluasi dan disahkan oleh menteri keuangan, dan menambah nilai ekuitas
awal.
c) Pengurangan ekuitas berasal dari defisit hasil usaha operasional BLU rumah sakit.
4. AKUNTANSI PENDAPATAN

Pengukuran (Measurement)

a) Pendapatan usaha dari jasa layanan dan pendapatan usaha lain dicatat sebesar nilai
wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.
b) Pendapatan dari APBN dicatat sebesar nilai pengeluaran bruto belanja pada SPM.
c) Pendapatan hibah berupa barang dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.
d) Pendapatan hibah berupa uang dicatat sebesar jumlah kas yang diterima oleh BLU
rumah sakit.
e) Pengukuran pendapatan diatas menggunakan azas bruto.

15
5. AKUNTANSI BEBAN

Pengukuran (Measurement)

Beban dan kerugian dicatat sebesar :

a) Jumlah kas yang dibayarkan jika seluruh pengeluaran tersebut dibayar pada periode
berjalan.
b) Jumlah beban periode berjalan yang harus dibayar pada masa yang akan datang.
c) Alokasi sistematis untuk periode berjalan atas beban yang telah dikeluarkan.
d) Jumlah kerugian yang terjadi.

Laporan Keuangan di Rumah Sakit

Akuntansi ialah suatu sistem yang merupakan salah satu pokok kegiatan dalam manajemen
keuangan yang terdiri dari kegiatan mencatat, mengklasifikasikan dan menyimpulkan semua transaksi
dan kejadian-kejadian dalam suatu organisasi yang menyangkut keuangan, sehingga didapatkan
suatu data atau informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan.

Ditinjau dari segi pembukuan, akuntansi dibagi menjadi 2 sistem yang sangat penting yaitu:

1. Sistem Cash Basis atau Kas Stelsel

Dalam sistem ini hanya dicatat "penerimaan" dari pengeluaran uang, sehingga sebetulnya sistem
ini sangat sederhana, mudah dikerjakan dan tidak memerlukan keahlian tinggi. Sistem ini telah dipakai
oleh pemerintah kita termasuk Rumah Sakit Pemerintah.

2. Accrual Basis

Pada sistem ini transaksi dan peristiwa diakui pada saat kejadian, bukan pada saat hak diterima
atau dibayar, dan dicatat serta dilaporkan pada periode yang bersangkutan. Dengan kata lain
penghasilan diakui pada saat penyerahan barang/jasa, bukan pada saat kas diterima; dan biaya diakui
pada saat terjadinya, buka pada saat kas dibayarkan. Dengan metode aktual, harta diakui pada saat
diperoleh kepemilikannya.

Terdapat empat laporan keuangan utama yang dihasilkan oleh proses akuntansi, yaitu :

(1) Neraca

Neraca rumah sakit tidak mempunyai perbedaaan mendasar, baik ini maupun proses
penyusunan, dari sudut pandang ilmu akuntansi dibandingkan dengan neraca perusahaan

16
yang sering kita kenal di sektor komersial. Namun demikian ada beberapa hal yang secara
khusus perlu diperhatikan, antara lain :

a. Kas

Jumlah kas yang tercatat di neraca tidak termasuk jumlah kas pada dana terikat yang
tidak dapat digunakan untuk kegiatan operasi (misalnya, kas yang terdapat pada Dana
Pembangunan dan Dana Abadi)

b. Piutang

Piutang harus dilaporkan pada jumlah yang diperkirakan dapat direalisasi. Denga
demikian, dibuat penyajian tentang “penyisihan piutang tak tertagih.” Rumah sakit biasanya
juga memberikan pelayanan social, yaitu pelayanan kesehatan Cuma-Cuma bagi pasien
yang dapat menunjukkan bahwa ia tidak mampu membayar menurut criteria yang telah
ditetapkan rumah sakit. Dalam kasus ini, layanan yang diberikan tidak memenuhi syarat untuk
diakui baik sebagai piutang maupun pendapatan dalam laporan keuangan rumah sakit.

c. Investasi

Investasi awal dicatat pada harga perolehan pada saat pembelin, atau pada nilai
wajar pada saat penerimaan jika investasi diterima sebagai pemberian. Hasil dari investasi
yang tidak dibatasi (unrestricted) harus diklasifikasikan sebagai perubahan saldo dana pada
laporan operasi rumah sakit.

d. Aktiva Tetap

Aktiva tetap dilaporkan bersama dengan akumulasi depresinya dalam dana umum.
Hal ini berbeda dengan kebanyakan entitas pemerintah yang melakukan pencatatan
aktivanya dalam suatu dana atau kelompok dana tertentu.

e. Aktiva yang disisihkan

Klasifikasi aktiva terikat (restricted assets) hanya diberikan pada dana yang
penggunaannya dibatasi oleh pihak eksternal rumah sakit yang mensponsori dana tersebut.
Jadi, aktiva yang ditetapkan untuk tujuan tertentu oleh pihak internal rumah sakit dan
dikendalikan sendiri tidak diklasifikasikan sebagai aktiva terikat (restricted assets), namun
dianggap sebagai aktiva yang disisihkan (limited assets). Aktiva yang disisihkan ini adalah
sumber daya yang sebelumnya dijelaskan sebagai board designed resources.

17
f. Utang jangka panjang

Utang jangka panjang dilaporkanpada neraca. Hal ini berbeda dengan kebanyakan
entitas pemerintah yang melakukan pencatatan utang jangka panjangnya dalam suatu dana
atau kelompok dana tertentu.

g. Saldo dana

Sesuai dengan kaidah pembagian dana yang telah dijelaskan, saldo dana yang
dimiliki oleh rumah sakit dipisahkan menjadi (1) terikat, yang dapat digunakan dengan bebas
seusai kebijakan rumah sakit, (2) terikat sementara waktu, yang baru dapat digunakan ketika
kriteria tertentu dari phak sponsor terpenuhi, dan (3) terikat permanen, yang dikelola dan
hanya dapat digunakan hasilnya saja.

(2) Laporan Operasi

Untuk rumah sakit, hasil dari kegiatan operasinya dilaporkan dalam Laporan Operasi.
Laporan ini mencakup pendapatan, beban, untung dan rugi, serta transaksi lainnya yang
mempengaruhi saldo dana selama periode berjalan. Dalam laporan operasi harus dinyatakan
suatu indicator kinerja seperti halnya laba bersih dalam perusahaan, yang melaporkan hasil
kegiatan operasi rumah sakit selama periode berjalan. Indikator kinerja ini harus mencakup
baik laba/rugi operasi selama periode berjalan maupun laba lain yang diperoleh selama
operasi berjalan. Contoh laba lian yang dimaksud adalah pendapatan investasi (baik yang
telah direalisasikan mapun belum direalisasi). Judul dari indikator ini misalnya “Surplus
Pendapata dan Sumbangan Lainnya atas Belanja.”

Perubahan lainnya dalam saldo dana selama periode berjalan harus dilaporkan
setelah indikator kinerja, misalnya transfer-transfer yang terjadi secara internal antar dana
yang ada.

Berikut adalaha pos-pos lain yang juga perlu menjadi perhatian.

a. Pendapatan jasa pasien

Pendapatan dari pasien dihitung pada jumlah bruto dengan menggunakan tarif
standar. Jumlah tersebut kemudian dikurangi dengan penyesuaian kontraktual menjadi
pendapatan bersih jasa pasien.

18
b. Penyesuaian kontraktual

Penyesuaian kontraktual berasal dari keterlibatan pihak ketiga dalam proses


penggantian pembayaran medis. Perusahaan asuransi biasanya mengganti kurang dari
jumlah tariff standar penuh untuk jasa medis yang disediakan bagi pasien yang menjadi
tanggungan asuransi. Meskipun rumah sakit memiliki tarif standar untuk jasa-jasa yang
diberikannya namun rumah sakit bisa saja menjalin kontrak dengan pembayar pihak ketiga di
mana rumah sakit menerima jumlah pembayran yang lebih rendah untuk jasa-jasa tersebut.
Dalam hal ini, rumah sakit membuat penyesuaian kontraktual dari tarif jasa normalnya.

c. Pendapatan dari kegiatan lainnya

Pendapatan dari kegiatan lainnya mencerminkan pendapatan dari sumber-sumber


bukan pasien, seperti kantin dan sewa parkir. Pendapatan tersebut biasanya mencerminkan
jumlah bersih dari operasinya, jadi bukan jumlah brutonya.

d. Transfer antardana

Tidaklah tepat untuk tetap mengelola aktiva dalam dana terikat ketika persyaratan
yang ditetapkan oleh pihak sponsor/donor sudah terpenuhi. Dalam hal ini, aktiva tersebut
harus ditransfer dari dana terikat ke dana tidak terikat. Untuk tujuan pelaporan keuangan,
transfer antardana ini dilaporkan dalam laporan operasi sebagai “Pelepasan Saldo Dana” dan
ditunjukkan sebagai penambahan atas Dana tidak terikat.

e. Beban dana umum

Beban-beban dalam dana umum diakui secara akurat, seperti halnya pada entitas
komersial.

f. Sumbangan

Sumbangan (donasi) dibagi menjadi donasi yang berbentuk jasa dan


berbentukaktiva. Karena sering kali sulit untuk menetapkan nilai dari donasi yang berbentuk
jasa, maka nilai dari donasi ini biasanya tidak dicatat. Namun, jika terdapat kebutuhan untuk
melakukan pencatatan, maka perkiaraan nilai dari donasi jasa dicatat sebagai sumbangan
yang langsung diikuti dengan beban dalam jumlah yang sama. Sedangkan donasi yang
berbentuk aktiva dilaporkan pada nilai wajar pada tanggal diterimanya sebagai sumbangan.
Jika donasi aktiva ini penggunaannya dibatasi oleh pihak sponsor/donor maka dilaporkan

19
dalam dana terikat sementara atau dana terikat permanen. Ketika pembatasanya sudah tidak
berlaku lagi, maka dilakukan transfer dari dana terikat ke dana umum.

3. Laporan Perubahan Aktiva Bersih

Laporan ini menyajikan perubahan dalam ketiga kategori aktiva bersih, yaitu tidak terikat,
terikat sementara, dan terikat permanen.

4. Laporan Arus Kas

Format dari laporan ini serupa dengan yang digunakan untuk entitas komersial.

20
D. PENUTUP

Tidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah sakit. PSAK yang
paling “cocok” untuk sementara waktu digunakan adalah PSAK 45 tentang organisasi nirlaba.
Berdasarkan PSAK 45, akuntansi RS tidak berdasarkan sistem dana, hanya dana tunggal. Namun
aktiva bersih RS dikategori berdasarkan tiga jenis:

1. Dana tidak terikat


2. Dana terikat sementara
3. Dana terikat permanen

Terikat tidaknya aktiva tergantung pada ketentuan pihak lain (donor) yang memberikan
sumber keuangan.

Laporan keuangan berdasarkan PSAK 45 terdiri atas:

1. Neraca
2. Laporan Operasional
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan Atas Laporan Keuangan

Ditjen Pelayanan Medit Depkes membuat ketentuan akuntansi, khususnya bagi RS yang
sudah menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Pedoman akuntansi RS ini berisi 10 bab:

1. Pendahuluan
2. Laporan Keuangan
3. Akuntansi Aktiva
4. Akuntansi Kewajiban
5. Akuntansi Aktiva Bersih (Ekuitas)
6. Akuntansi Perubahan Aktiva Bersih
7. Laporan Arus Kas
8. Catatan Atas Laporan Keuangan
9. Ilustrasi Laporan Keuangan
10. Rasio Keuangan

Pedoman akuntansi RS BLU ini tidak spesifik berdasarkan satu PSAK,misalnya hanya PSAK
45, melainkan berbagai PSAK yang terkait.

21
PSAK yang terkait aktiva, utang, ekuitas, pendapata, dan biaya yang diterbitkan oleh IAI yang relevan
juga menjadi dasar akuntansi.

Serang, 13 Desember

Rohmat Hidayat
5552160070

22
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/371424472/Makalah-Akuntansi-Rumah-Sakit-Kelompok-
11-ASP-Senin-Siang-Jam-1 (diakses online 12 Desember 2018)

https://dokumen.tips/documents/artikel-akuntansi-sektor-publik.html (diakses online 12


Desember 2018)

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No.17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara

http://www.bpk.go.id/assets/files/storage/2013/12/file_storage_1386152419.pdf (diakses
online 12 Desemeber 2018)

https://datakata.wordpress.com/2013/12/03/akuntansi-rumah-sakit/ (diakses online 12


Desember 2018)

http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6142/2/T1_232007137_Full%20text.pdf
(diakses online 12 Desember 2018)

23
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
LAPORAN OPERASIONAL RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2017

Kenaikan/
NO Uraian REF 2017 2014 AUDITED 2016 %
(Penurunan)

1 2 3 4 5 6 = (4-5) 7

1 PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
2
Pendapatan Pajak - - -
3
Pendapatan Retribusi Daerah - - -
4
Pendapatan Asli Daerah Lainnya - -
5
Lain-Lain PAD yang Sah 40.770.999.636,33 35.775.818.207,00 4.995.181.429
6
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d 40.770.999.636,33 - 35.775.818.207,00 4.995.181.429,33
7 6)

8 PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT- DANA
9 PERIMBANGAN
10 Dana Bagi Hasil Pajak - -
11 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam - -
12 Dana Alokasi Umum - -
13 Dana Alokasi Khusus - -
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat - - - -
14 Dana Perimbangan (10 s.d 13)

15 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT -LAINNYA


16 Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus - -
17 Dana Insentif Daerah - -
Jumlah Transfer Pemerintah Pusat - - - -
18 Lainnya (16 s.d 17)
19 Jumlah Pendapatan Transfer (14 + 18) - - - -
22 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan Hibah dan Hibah Aset - - 15.925.405 (15.925.405)
23
- Hibah Barang/Jasa - 15.925.405 (15.925.405)
Jumlah Lain-Lain Pendapatan yang - - 15.925.405 (15.925.405)
26 Sah (23 s.d 25)

JUMLAH PENDAPATAN (7+19+26) 40.770.999.636,33 - 35.791.743.612,00 4.979.256.024,33


27

BEBAN
28
BEBAN OPERASIONAL
29
Beban Pegawai 36.969.006.470,00 36.969.006.470 36.979.725.283,00 (10.718.813)
30
Beban Barang dan Jasa 33.326.290.272,94 32.578.603.523,94 32.559.863.249,56 766.427.023,39
31
Beban Persediaan 12.283.704.270,61 12.283.704.271 16.579.899.983,89 (4.296.195.713)
-
Beban Jasa 18.406.727.577,33 18.406.727.577 13.058.610.285,67 5.348.117.292
-
Beban Pemeliharaan 1.119.037.716,00 1.119.037.716 899.572.510,00 219.465.206
-
Beban Perjalanan Dinas 769.133.960,00 769.133.960 1.352.154.926,00 (583.020.966)
-
Beban Barang dan Jasa Lainnya 747.686.749,00 669.625.544,00 78.061.205
-
- - -
32 Beban Bunga
- - -
33 Beban Subsidi
- - -
34 Beban Hibah
- - -
35 Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan/Amortisasi 13.443.131.281,63 - 13.343.866.882,73 99.264.399
36
- Beban Penyusutan Aset Tetap 13.223.200.294,59 12.157.154.813,25 1.066.045.481
- Beban Amortisasi 214.136.448,24 135.753.060,28 78.383.388
- Beban Penyusutan Aset lainnya 5.794.538,80 1.050.959.009,20 (1.045.164.470)
Beban Lain-Lain 5.718.626,62 5.718.626,62 13.673.661,34 (7.955.034,72)
37
Beban Penyisihan Piutang 5.718.626,62 5.718.627 13.673.661,34 (7.955.035)
Beban Lain-Lain - -
38 Jumlah Beban Operasional (30 s.d 37) 83.744.146.651,19 69.553.328.620,56 82.897.129.076,63 847.017.574,57

25
39 BEBAN TRANSFER
40 Beban Transfer Bagi Hasil Pajak -
41 Beban Transfer Bagi Hasil Bukan Pajak -
42 Beban Transfer Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota -
43 Beban Transfer Bantuan Keuangan Kepada Desa -
44 Beban Transfer Bantuan Keuangan Kepada Parpol -
45 Beban Transfer Bantuan Keuangan Lainnya -
46 Jumlah Beban Transfer (40 s.d 45) - - - -

47 JUMLAH BEBAN (38+46) 83.744.146.651,19 69.553.328.620,56 82.897.129.076,63 847.017.574,57

SURPLUS/DEFISIT DARI (42.973.147.014,86) (69.553.328.620,56) (47.105.385.464,63) 4.132.238.449,76


54 OPERASIONAL (27-47)

55 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL


56 SURPLUS NON OPERASIONAL
57 Surplus Penjualan Aset Non Lancar - -
58 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - -
59 Defisit Penjualan Aset Non Lancar -
60 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang -
61 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasi Lainnya -
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI - - - -
KEGIATAN NON OPERASIONAL
62 (57 s.d 62)

SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS (42.973.147.014,86) (69.553.328.620,56) (47.105.385.464,63) 4.132.238.449,76


63 LUAR BIASA (54+62)

64 POS LUAR BIASA


65 PENDAPATAN LUAR BIASA
66 Pendapatan Luar Biasa - -
67 Beban Luar Biasa -
68 JUMLAH POS LUAR BIASA (66-67) - - - -

SURPLUS/DEFISIT LAPORAN (42.973.147.014,86) (69.553.328.620,56) (47.105.385.464,63) 4.132.238.449,76


69 OPERASIONAL (63+68)

26
Mengetahui,
Direktur RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

dr. Tri Kuncoro, MMR


NIP. 196505261997031006

27
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2017

NO URAIAN 2017 2016

Ekuitas Awal
1 99.676.144.924,69 93.499.838.749,93
Surplus/Defisit-LO
2 (42.973.147.014,86) (47.105.385.464,63)
RK-PPKD
3 31.776.756.829,00 57.231.281.898,00
Dampak Kumulatif
Perubahan 3.549.491.327,01 (3.949.590.258,61)
Kebijakan/Kesalahan
4 Mendasar
Koreksi/Penyesuaian Kas
4.1 3.033.593.236,00 (3.828.201.824,00)
- Koreksi/Penyesuaian Tambah Kas
Bendahara Pengeluaran - -
- Koreksi/Penyesuaian Tambah Kas
Bendahara Penerimaan 8.666.947,00 17.376.398,00
- Koreksi/Penyesuaian Tambah Kas BLUD
3.922.693.972,00 880.391.285,00
- Koreksi/Penyesuaian Tambah Setara kas
- 2.500.000.000,00
- Koreksi/Penyesuaian Kurang Kas
Bendahara Pengeluaran - -
- Koreksi/Penyesuaian Kurang Kas
Bendahara Penerimaan (17.376.398,00) (16.395.577,00)
- Koreksi/Penyesuaian Kurang Kas BLUD
(880.391.285,00) (2.209.573.930,00)
- Koreksi/Penyesuaian Kurang Setara kas
- (5.000.000.000,00)
Koreksi/Penyesuaian Piutang
4.2 (447.100,00) 377.600,00
- Koreksi/Penyesuaian Tambah Piutang
Lainnya - 1.000.000,00
- Koreksi/Penyesuaian Kurang Piutang
Lainnya (447.100,00) (622.400,00)
Koreksi/Penyesuaian Penyisihan Piutang
4.3 2.235,50 (131.532.731,50)
- Koreksi/Penyesuaian Tambah Penyisihan
Piutang - (131.532.731,50)
- Koreksi/Penyesuaian Kurang Penyisihan
Piutang 2.235,50 -
Koreksi/Penyesuaian Persediaan
4.4 456.460.605,00 (38.151.736,91)
- Koreksi/Penyesuaian Tambah Persediaan
512.068.860,00 153.469.617,33
- Koreksi/Penyesuaian Kurang Persediaan
(55.608.255,00) (191.621.354,24)
Koreksi/Penyesuaian Investasi Non
4.5 Permanen - -
Koreksi/Penyesuaian Penyisihan Investasi
4.6 Non Permanen - -
Koreksi/Penyesuaian Aset Tetap
4.7 (553.577.689,00) (492.890.000,00)
- Koreksi/Penyesuaian Tambah Aset Tetap
dari Mutasi Antar SKPD 6.150.311,00
- Koreksi/Penyesuaian Tambah Reklasifikasi
antar Aset Tetap 1.325.800,00

29
- Koreksi/Penyesuaian Tambah Penilaian
Aset Tetap - 14.281.972.848,00
- Koreksi/Penyesuaian Kurang Aset Tetap ke
Aset Ekstrakontable (44.500.000,00) (5.390.000,00)
- Koreksi/Penyesuaian Kurang Aset Tetap
dari Mutasi Antar SKPD (23.228.000,00)
- Koreksi/Penyesuaian Kurang Reklasifikasi
antar Aset Tetap (1.325.800,00)
- Koreksi/Penyesuaian Kurang Penilaian Aset
Tetap (492.000.000,00) (14.769.472.848,00)
Koreksi/Penyesuaian Penyusutan
4.8 121.460.039,43 -
- Koreksi/Penyesuaian Kurang Penyusutan
121.460.039,43
Koreksi/Penyesuaian Aset Lainnya
4.9 492.000.000,00 487.500.000,00
- Koreksi/Penyesuaian Tambah Aset Tak
Berwujud 492.000.000,00 487.500.000,00
Koreksi/Penyesuaian Amortisasi
4.10 0,08 53.308.433,80
- Koreksi/Penyesuaian Kurang Amortisasi
0,08 53.308.433,80
Koreksi/Penyesuaian Penyusutan Aset
4.11 Lainnya - -
Koreksi/Penyesuaian Lain-Lain
4.12 - -
Ekuitas Akhir
5 92.029.246.065,83 99.676.144.924,69

(0,00) 0,16

30
Mengetahui,
Direktur RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

dr. Tri Kuncoro,


MMR
NIP. 196505261997031006

31
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
RSJD DR. RM. SOEDJARWADI
periode 1 Januari s.d 31 Desember 2017

2017 ALASAN
KODE REALISASI 2017
NO URAIAN REALISASI 2016
REKENING ANGGARAN REALISASI % TIDAK
TERSERAP < 95%
4 1 PENDAPATAN
4.1 2
PENDAPATAN ASLI DAERAH 38.000.000.000,00 41.126.207.496,00 108,23 33.412.613.037,00
4.1.1 3
Pajak Daerah - - - -
4.1.2 4
Retribusi Daerah - - - -
4.1.3 5
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan - - - -
4.1.4 6
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 38.000.000.000,00 41.126.207.496,00 108,23 33.412.613.037,00

Pendapatan BLUD 38.000.000.000,00 41.126.207.496,00 108,23 33.412.613.037,00

-
4.2 7
PENDAPATAN TRANSFER - - - -
4.2.1 8
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN - - - -
4.2.2 13
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA - - - -

-
4.3 16
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - - - -

-
19
JUMLAH PENDAPATAN 38.000.000.000,00 41.126.207.496,00 108,23 33.412.613.037,00

32
-
5 20
BELANJA -
5.1 21
BELANJA OPERASI 66.992.320.000,00 65.765.333.337,00 98,17 66.223.751.417,00
5.1.1 22
Belanja Pegawai 38.454.128.000,00 37.270.657.495,00 96,92 36.979.725.283,00

Gaji dan Tunjangan 13.684.685.000,00 13.473.598.350,00 98,46 13.592.254.027,00

Tambahan Penghasilan PNS 16.902.243.000,00 16.695.045.620,00 98,77 17.116.909.496,00

Honorarium Non PNS 367.200.000,00 367.200.000,00 100,00 379.800.000,00


Efisiensi tanpa
mengurangi target
Belanja Pegawai BLUD 7.500.000.000,00 6.734.813.525,00 89,80 5.890.761.760,00 kinerja
5.1.2 23
Belanja Barang dan Jasa 28.538.192.000,00 28.494.675.842,00 99,85 29.244.026.134,00

Belanja Bahan/Material 1.009.753.000,00 1.009.718.619,00 100,00 4.355.741.232,00

Belanja Jasa Kantor 294.227.000,00 283.558.931,00 96,37 182.639.610,00

Belanja Premi Asuransi 11.016.000,00 10.062.000,00 91,34 10.440.000,00


Belanja Cetak dan Penggandaan
Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir
Belanja Sewa Sarana Mobilitas
Belanja Sewa Alat Berat
Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor
Belanja Makanan dan Minuman - - 1.993.792.035,00
Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya
Belanja Pakaian Kerja Lapangan
Belanja Pakaian Kerja
Belanja Pakaian Khusus dan Hari Teretntu
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Beasiswa Pendidikan PNS

Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis PNS 342.804.000,00 337.744.545,00 -

33
Belanja Pemeliharaan

Belanja Jasa Konsultansi -

Belanja Pengadaan Jasa Lainnya -

Belanja Barang dan Jasa BLUD 26.880.392.000,00 26.853.591.747,00 99,90 22.701.413.257,00


5.1.3 24
Belanja Hibah - - - -
5.1.4 25
Belanja Bantuan Sosial - - - -

-
5.2 26
BELANJA MODAL 9.730.000.000,00 7.137.630.988,00 73,36 24.420.143.518,00
5.2.1 27
Belanja Modal Pengadaan Tanah - - - -

Belanja Modal Pengadaan Peralatan dan Mesin 5.730.000.000,00 4.817.061.848,00 84,07 12.591.255.518,00
Efisiensi tanpa
mengurangi target
kinerja anggaran
Alat-alat Besar 60.000.000,00 52.950.000,00 88,25 2.970.000,00 BLUD

Alat-alat Angkutan 350.530.000,00 350.530.000,00 100,00 663.198.390,00


Efisiensi tanpa
mengurangi target
kinerja anggaran
Alat-alat Bengkel 5.000.000,00 4.009.500,00 80,19 - BLUD

Alat-alat Pertanian / Peternakan 1.000.000,00 990.000,00 99,00 -


Efisiensi tanpa
mengurangi target
kinerja anggaran
Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga 2.430.000.000,00 1.919.662.700,00 79,00 2.116.027.905,00 BLUD
Efisiensi tanpa
mengurangi target
kinerja anggaran
Alat-alat Studio dan Komunikasi 50.000.000,00 37.306.250,00 74,61 48.642.000,00 BLUD

34
Efisiensi tanpa
mengurangi target
kinerja anggaran
Alat-alat Kedokteran 2.813.470.000,00 2.434.433.398,00 86,53 9.221.482.833,00 BLUD
Efisiensi tanpa
mengurangi target
kinerja anggaran
Alat-alat Laboratorium 20.000.000,00 17.180.000,00 85,90 538.934.390,00 BLUD

Belanja Modal Pengadaan Gedung dan Bangunan 4.000.000.000,00 2.320.569.140,00 - 11.828.888.000,00


Efisiensi tanpa
mengurangi target
kinerja anggaran
Bangunan Gedung 4.000.000.000,00 2.320.569.140,00 58,01 11.759.671.000,00 BLUD

Bangunan Monumen - - - 69.217.000,00

Belanja Modal Pengadaan Jalan, Irigasi dan Jaringan - - - -

Instalasi - - -

Jaringan - - -

Belanja Modal Pengadaan Aset Tetap Lainnya - - - -

Buku Perpustakaan -

Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan -

Hewan Ternak dan Tumbuhan -

-
5.3 32
BELANJA TIDAK TERDUGA - - - -

35
5.3.1 33
Belanja Tidak Terduga - - - -

-
5.4 34
BELANJA TRANSFER/BAGI HASIL KABUPATEN/KOTA - - - -
5.4.1 35
Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah kepada Kab/Kota - - - -
5.4.2 36
Belanja Bagi Hasil Retribusi Daerah kepada Kab/Kota - - - -
5.4.3 37
Belanja Bantuan Keuangan kepada Kab/Kota - - - -
5.4.4 38
Belanja Bantuan Keuangan kepada Desa - - - -

-
41
JUMLAH BELANJA 76.722.320.000,00 72.902.964.325,00 95,02 90.643.894.935,00

42
SURPLUS/DEFISIT (38.722.320.000,00) (31.776.756.829,00) 82,06 (57.231.281.898,00)

6 43
PEMBIAYAAN -
6.1 44
Penerimaan Pembiayaan Daerah - - - -

6.2. 49
Pengeluaran Daerah - - - -

-
52
PEMBIAYAAN NETTO - - - -

-
53
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (38.722.320.000,00) (31.776.756.829,00) 82,06 (57.231.281.898,00)

Mengetahui,

36
Direktur RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

dr. Tri Kuncoro, MMR


NIP. 196505261997031006

37
LAPORAN ARUS KAS
RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2017 dan 2016

(Dalam Rupiah)

NO URAIAN 2017 2016

ARUS KAS
DARI
AKTIVITAS
1 OPERASI
2 Arus Kas Masuk

3 Lain-lain PAD yang Sah 41.126.207.496,00 33.412.613.037,00


4 Jumlah Arus Kas Masuk 41.126.207.496,00 33.412.613.037,00
5 Arus Kas Keluar

6 Belanja Pegawai 37.270.657.495,00 36.979.725.283,00

7 Belanja Barang 28.494.675.842,00 29.244.026.134,00


8 Jumlah Arus Kas Keluar 65.765.333.337,00 66.223.751.417,00
9 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (24.639.125.841,00) (32.811.138.380,00)
10 ARUS KAS DARI INVESTASI ASET NON KEUANGAN
11 Arus Kas Masuk
12 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin - -
13 Jumlah Arus Kas Masuk - -
14 Arus Kas Keluar

15 Belanja Peralatan dan Mesin 4.817.061.848,00 12.591.255.518,00

38
16 Belanja Gedung dan Bangunan 2.320.569.140,00 11.828.888.000,00
17 Jumlah Arus Kas Keluar 7.137.630.988,00 24.420.143.518,00
18 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan (33 - 40) (7.137.630.988,00) (24.420.143.518,00)
19 ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN
20 Arus Kas Masuk
21 Pencairan Dana Cadangan - -
22 Jumlah Arus Kas Masuk - -
23 Arus Kas Keluar
24 Pembentukan Dana Cadangan - -
25 Jumlah Arus Kas Keluar - -
26 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan - -
27 ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN
28 Arus Kas Masuk
29 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) - -
30 Setoran Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran Tahun Sebelumnya - -
31 Setoran BLUD Ke Kas daerah - -
32 Jumlah Arus Kas Masuk - -
33 Arus Kas Keluar
34 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) - -
35 Kas Di Bend Pengeluaran - TA Berjalan - -
36 Jumlah Arus Kas Keluar - -
37 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran - -
38 Kenaikan/Penurunan Kas (31.776.756.829,00) (57.231.281.898,00)

39 Kas dari BUD 34.827.726.463,00 53.419.475.651,00


40 Saldo Akhir Kas di BUD - -

41 Saldo Akhir Kas (Kas di BLUD) 3.050.969.634,00 (3.811.806.247,00)

39
42 Saldo Awal Kas BLUD 3.397.767.683,00 7.225.969.507,00
43 Ditangguhkan Tahun Lalu 17.376.398,00 16.395.577,00
44 Total Saldo BLUD 6.431.360.919,00 3.397.767.683,00
45 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran - -
46 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan 8.666.947,00 17.376.398,00

47 Saldo Akhir Kas di Bendahara BLUD 3.922.693.972,00 880.391.285,00

48 Saldo Akhir Setara Kas di BLUD 2.500.000.000,00 2.500.000.000,00


49 Saldo Akhir Kas 6.431.360.919,00 3.397.767.683,00
* Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan secara keseluruhan.

Direktur
RSJD Dr RM Soedjarwadi
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

dr. Tri Kuncoro, MMR


NIP. 196505261997031006

40

Você também pode gostar