Você está na página 1de 17

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan klinik dengan judul “Penatalaksanaan fisiotrapi pada gangguan aktivitas


fungisional tungkai dextra akibat post operasi amputasi below knee”. Disusun oleh Dwiky ,
NIM : PO. 71.3.241.11.1.060. Telah di setujui untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan praktek klinik di PSBD Wira Jaya Makassar.

Makassar, 08 Januari 2014

Mengetahui,

Pembimbing Klinik 1 Pembimbing Klinik 2

Ilham Hidayat N. S.Ft.Physio M. Mahfud A.Md.Ft


NIP. 19810204 200502 1 004 NIP. 1972121299803 1 012

Pembimbing Akademik
KATA PENGANTAR

Muh. Akraf S.St.Ft. M.Adm. Kes


NIP. 19641511 198803 1 001

Pembimbing Klinik

1
Ilham Hiayat
N.SFt.Physio
NIP. 19810204 200502
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur patut kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga laporan ini dapat terselesai dengan baik. Adapun

laporan klinik ini mengenai Penatalaksanaan fisiotrapi pada gangguan aktivitas

fungisional tungkai dextra akibat post operasi amputasi below knee.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa

adanya dukungan dan bantuan dari berbagi pihak. Untuk itu perkenankan saya

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penyusunan laporan ini.

Penyusun juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang

sifatnya membangun dari berbagai pihak guna perbaikan laporan ini. Penyusun

juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam laporan ini terdapat hal-hal

yang tidak berkenan bagi pembaca. Akhir kata penyusun mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terselesai

laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wasssalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

2
BAB I
PENDAHULUAN

Amputasi adalah penghilangan sebagian atau keseluruhan ekstremitas karena trauma atau

pembedahan. Dalam konteks pembedahan, amputasi bertujuan untuk menyelamatkan hidup.

Secara umum, amputasi merupakan pilihan pembedahan yang terakhir, dimana sedapat mungkin

dilakukan prosedur bedah yang mempertahankan ekstremitas. Namun pada beberapa kondisi,

antara lain pada sarkoma jaringan lunak yang sudah menginfiltrasi semua struktur lokal di

ekstremitas, amputasi merupakan pilihan. Pada sarkoma jaringan lunak ekstremitas bawah dari

tulang, sekitar 20-40% membutuhkan amputasi. Pada ekstremitas bawah, amputasi dapat

dilakukan diatas atau dibawah lutut. Pemilihan jenis amputasi ini tergantung dari lokasi tumor.

Jika tumor berada dekat dengan lutut, maka margin eksisi luas harus mencapai atas lutut,

sehingga dilakukan amputasi diatas lutut. Jika tumor terletak pada ankle atau kaki, dilakukan

amputasi di bawah lutut. (dr. Hendra T Laksman, 2000).

AMPUTASI ada 2 jenis :


a. AMPUTASI terbuka  dilakukan pada luka yang kotor, seperti luka perang atau infeksi
berat antara lain gangren .. dibuat sayatan dikulit secara sirkuler sedangkan otot dipotong sedikit
proximal dari sayatan kulit dan digergaji sedikit proximal dari otot.
b. AMPUTASI tertutup  dibuat flap kulit yang direncanakan luas dan bentuknya secara teliti
untuk memperoleh kulit penutup ujung putung yang baik dengan lokasi bekas pembedahan.

3
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI

Secara anatomis kaki bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu : – kaki bagian belakang

(hindfoot) – kaki bagian tengah (midfoot) – kaki bagian depan (forefoot) 1. Kaki bagian

belakang Persendian yang masuk pada bagian ini adalah: Talocruraljoint (ankle joint) Sendi ini

merupakan modifikasi hinge joint. Dibentuk oleh ujung distal tibia, fibula dan talus (trochlea

tali). Ujung distal tibia dan fibula membentuk bangunan.

Fungsi lutut sendiri bersifat sangat penting pada manajemen rehabilitasi dengan

penggunaan prostetik sehingga setiap usaha selalu dibuat untuk menyelamatkan lutut.Amputasi

bawah lutut merupakan suatu prosedur rekonstruktif yang memerlukan perhatian yang cermat

terhadap detail tekniknya. Level ini dipilih berdasarkan ketersediaan jaringan yang sehat

termasuk pemahaman potensi penyembuhan dari alat gerak yang iskemi. Sisi pemotongan adalah

level dimana terdapat cukup jaringan lunak untuk menghasilkan puntung yang dapat sembuh

dengan baik dan mempunyai toleransi terhadap prostetik. Panjang puntung sebaiknya

dipertahankan setinggi hingga pertemuan 1/3 tengah dan bawah tibia -fibula. Amputasi diantara

bagian ini dan sendi pergelangan kaki dihindari karena adanya kesulitan penutupan jaringan

lunak yang baik. Jika disfungsi lutut yang signifikan timbul, amputasi very short below knee

merupakan kontra indikasi dan lebih di sarankan untuk dilakukan amputasi dengan level knee

disarticulation atau amputasi.

4
BAB II
PATOLOGI TERAPAN

DEFINISI
Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat menetap. bedah amputasi
merupakan suatu titik awal kehidupan baru yang lebih bermutu. Amputasi atas indikasi tepat
tidak usah disesalkan oleh dokter atau penderita, yang harus disesalkan ialah pembedahan yang
tidak sesuai, puntung yang kurang baik, dan revalidasi tanpa pertolongan dan bimbingan.

ETIOLOGI
Penyebab AMPUTASI ialah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit DM, Gangren,
cedera, dan tumor ganas. AMPUTASI jarang dilakukan karena infeksi, kelainan bawaan, atau
kelainan neurologik seperti paralysis dan anesthesia, penyebab lain adalah gangguan congenital,
penyakit kusta, juga kelainan bawaan.

PATOFISIOLOGI
AMPUTASI terjadi karena kelainan extremitas yang disebabkan penyakit pembuluh darah,
cedera dan tumor oleh karena penyebab di atas, AMPUTASI harus dilakukan karena dapat
mengancam jiwa manusia.

TEMPAT ATAU LOKASI


 Ada 2 kelompok yaitu :
a. Ekstremitas atas, terdiri dari : telapak, pergelangan tangan, lengan bawah, siku dan lengan
atas.
b. Ekstremitas bawah terdiri dari : jari kaki dan kaki, proksimal sendi pergelangan kaki,
tungkai bawah, tungkai atas, sendi panggul, lutut, hemipeivektomi.

 AMPUTASI ada 2 jenis :

5
a. AMPUTASI terbuka  dilakukan pada luka yang kotor, seperti luka perang atau infeksi
berat antara lain gangren .. dibuat sayatan dikulit secara sirkuler sedangkan otot dipotong sedikit
proximal dari sayatan kulit dan digergaji sedikit proximal dari otot.
b. AMPUTASI tertutup  dibuat flap kulit yang direncanakan luas dan bentuknya secara
teliti untuk memperoleh kulit penutup ujung putung yang baik dengan lokasi bekas pembedahan.

TANDA DAN GEJALA


- Nekrosis jaringan
- Fraktur tulang yang tidak dapat tertolong lagi
- Pertumbuhan sel yang abnormal (hiperplasia jaringan)

6
BAB III
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

1. Pemeriksaan Fisioterapi
a. Tanggal pemeriksaan : 04 Januari 2014
b. Vital Sign :
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Denyut nadi : 64x/menit
 Pernapasan : 17x/menit
 Suhu : 36 ° C

A. Anamnesis
o Anamnesis Umum
Nama : Tn. Y
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Asal daerah : Bima

o Anamnesis Khusus
Keluhan utama : Gangguan fungsional berjalan menggunakan protesa
Lokasi keluhan : Above knee
Sifat keluhan : Terlokalisir
Kapan terjadi : + 7 tahun yang lalu
Penyebab : trauma langsung
RPP : pada tahun 2007 klien mengalami kecelakaan yang
mengakibatkan tungkai kanannya terputus diatas lutut
kanan dan langsung di bawa ke RS Bima untuk
mendapatkan penanganan pertama dan akhirnya doker

7
memutuskan untuk melakukan amputasi pada tungkai
klien.

B. Inspeksi
 Statis
- Tampak artropi pada otot-otot bagian paha
- Jenis amputasi long stump
- Tidak ada oedema
- Warna kulit normal

 Dinamis
- Pasien menggunakan cruck saat berjalan
- Pasien dapat menggerakan persendian hip joint

C. Pemeriksaan Fungsi Dasar

 Pemeriksaan Fungsi Dasar


Aktif : untuk mengetahui kekuatan otot, gerakan aktif, nyeri, ROM, koordinasi
gerakan, dan krepitasi.
Pasif : untuk mengetahui luas ROM, Nyeri, End feel.
TIMT : untuk mengetahui kualitas saraf dan kekuatan otot
a. Hip joint dextra :

8
Gerakan Aktif Pasif TIMT
D. Tidak nyeri, ROM Pe
me full, koordinasi Tidak nyeri, ROM Tidak nyeri, Kualitas rik
Fleksi
saa gerakan normal,tidak full, elastic end feel saraf baik n
terdapat krepitasi.
Tidak nyeri, ROM
full, koordinasi Tidak nyeri, ROM Tidak nyeri, Kualitas
Ekstesnsi
gerakan normal,tidak full, elastic end feel saraf baik
terdapat krepitasi.
Tidak nyeri, ROM
full, koordinasi Tidak nyeri, ROM Tidak nyeri, Kualitas
Abduksi
gerakan normal,tidak full, elastic end feel saraf baik
terdapat krepitasi.
Tidak nyeri, ROM
full, koordinasi Tidak nyeri, ROM Tidak nyeri, Kualitas
Adduksi
gerakan normal,tidak full, elastic end feel saraf baik
terdapat krepitasi.
Spesifik
1. MMT ( Manual Muscle Test )
Tujuan : Untuk mengatahui nilai otot
Teknik : Pasien posisi berdiri, kemudian fisioterapi meminta pasien
menggerakkan tungkai.
Hasil :
Nama otot Nilai Otot
m.gluteus maximus 4
m.ilipsoas 4

Interpretasi : Sudah mampu melawan tahanan

9
2. Tes sensorik ( area stump )
Tujuan : untuk mengetahui kualitas saraf sensorik pasien
Teknik : Fisioterapi melakukan tes tajam tumpul pada tingkai pasien terutama pada
area stump.
Hasil : Pasien mampu membedakan
Interpretasi : kualitas saraf baik

3. Tes circumverentia
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya artropi pada otot
Teknik : Fisioterapi mengukur lingkar otot dengan menggunakan meteran pada kedua
otot tungkai.
Hasil : Lingkar paha kanan : 33cm
Lingkar paha kiri : 47cm

Interpretasi : Adanya artropi pada tungkai bagian kanan.

4. Tes keseimbangan ( tanpa menggunakan protese )


Tujuan : Mengetahui keseimbangan pada pasien
Teknik : Fisioterapi meminta pasien untuk berdiri tegak dan fisioterapi melakukan
gerakan mendorong pasien kearah depan, belakang, dan samping kiri kanan
Hasil : pasien mampu melawan gerakan fisioterapi
Interpretasi : positif

5. Tes Fungsional ( gait analisis )


Tujuan : Mengetahui keterbatasan pada aktivitas sehari-hari pada pasien ( pola berjalan
menggunakan protese ).
Teknik : Fisioterapi meminta pasien untuk melakukan gerakan berjalan menggunakan
protesa

10
Hasil : fase menumpu tungkai kanan masih belum maksimal pada saat berjalan
menggunakan protese.
Interpretasi : Adanya gangguan ADL

2. Diagnosis Fisioterapi

“Gangguan aktivitas fungisional tungkai dextra akibat post operasi amputasi below
knee”

3. Problematik Fisioterapi
- Artropi otot
- Gangguan ADL – pola berjalan menggunakan protese

4. Tujuan Fisioterapi
- Meningkatkan kekuatan otot
- Mencegah terjadinya kaku sendi
- Mencegah terjadinya kontraktur
- Latihan berjalan menggunakan protese

5. Pelaksanaan Fisioterapi

1. Infra Merah
Tujuan : Untuk melancarkan peredaran darah dan preeliminary exercise.
Dosis
F : 3x seminggu
I : 45cm dari tungkai pasien
T : luminous
T : 10 menit

2. Sthrengthening

11
Tujuan : untuk menghindari artopi otot dan meningkatkan kekuatan otot.
Dosis
F : 6x seminggu
I : 8x hitungan 20x repitisi
T : AR. ROMEX ( Aktif Resisted ROM Excercise )
T : 10 menit

3. Streching
Tujuan : merileksasikan otot
Dosis
F : 6x seminggu
I : 8x hitungan 6x repitisi
T : Contract Relax
T : 5 menit

4. Walking Exercise
Tujuan : Membantu melatih pola jalan pasien
Dosis
F : 6x seminggu
I : 3 Meter
T : Non weigth bearing,
T : 5 menit

6. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Baik
Quo ad Sanam : Baik
Quo ad Fungsional : Kurang Baik
Quo ad Cosmetic : Kurang Baik

12
7. EVALUASI
1. Sesaat
Setelah melakukan terapi, pasien merasa lumayan baik dan mampu mengangkat
tungkainya dan pasien mampu beradaptasi menggunakan protese
2. Berkala
Setelah beberapa kali fisioterapi, pasien mengalami perubahan seperti diantaranya :
a. Terjadi peningkatan kekuatan otot
b. Pasien sudah mulai berjalan menggunakan protese.

8. EDUKASI
1. Mengajarkan kepada pasien pola berjalan yang benar pada saat berjalan.
2. Melatih otot-otot tungkai secara perlahan-lahan dengan cara diangkat menggunakan
pemberat.

9. HOME PROGRAM
1. Fisioterapi mengajarkan pada pasien untuk lebih sering melatih otot-otot pada tungkai
yang mengalami masalah.
2. Fisioterapi mengajarkan pada pasien latihan-latihan yang bisa dilakukan di asrama
seperti berjalan menggunakan protese.

13
10. FOLLOW UP
NO. HARI/TANGGAL PROBLEMATIK INTERVENSI EVALUASI
1. Senin, 18 November Fraktur post orif  IRR  Nyeri berkurang
2013 collum anatomicum  TENS  VAS :
dextra of femur  Ultrasound Sebelum :
 Massage Nyeri diam 0, Nyeri gerak
3,5, nyeri tekan 7,5.
 Sthrengthening
Sesudah :
 Streching
Nyeri diam 0, Nyeri gerak 3,
 Traksi
nyeri tekan 7.
 Translasi
 Walking Exc.
2. kamis, 21 November Fraktur post orif  IRR  Nyeri berkurang
2013 collum anatomicum  TENS  VAS :
dextra of femur  Ultrasound Sebelum :
 Massage Nyeri diam 0, Nyeri gerak
3,5, nyeri tekan 7,5.
 Sthrengthening
Sesudah :
 Streching
Nyeri diam 0, Nyeri gerak 3,
 Traksi-
nyeri tekan 7.
Translasi
 Walking Exc.

3. Sabtu, 23 November Fraktur post orif  IRR  Nyeri berkurang


collum anatomicum  TENS  VAS :
dextra of femur  Ultrasound Sebelum :
 Massage Nyeri diam 0, Nyeri gerak
3,5, nyeri tekan 7,5.
 Sthrengthening
Sesudah :
 Streching

14
 Traksi- Nyeri diam 0, Nyeri gerak 3,
Translasi nyeri tekan 7.

 Walking Exc.
4. Selasa, 26 Fraktur post orif  IRR  Nyeri berkurang
November 2013 collum anatomicum  TENS  VAS :
dextra of femur  Ultrasound Sebelum :
 Massage Nyeri diam 0, Nyeri gerak
3,5, nyeri tekan 7,5.
 Sthrengthening
Sesudah :
 Streching
Nyeri diam 0, Nyeri gerak 3,
 Traksi-
nyeri tekan 7.
Translasi
Peningkatan kekuatan otot
 Walking Exc.

5. Sabtu, 28 November Fraktur post orif  IRR  Nyeri berkurang


2013 collum anatomicum  TENS  VAS :
dextra of femur  Ultrasound Sebelum :
 Massage Nyeri diam 0, Nyeri gerak
3,5, nyeri tekan 7,5.
 Sthrengthening
Sesudah :
 Streching
Nyeri diam 0, Nyeri gerak 3,
 Traksi-
nyeri tekan 7.
Translasi
Peningkatan kekuatan otot
 Walking Exc.
6. Jum’at, 30 Oktober Fraktur post orif  IRR  Nyeri berkurang
2013 collum anatomicum  TENS  VAS :
dextra of femur  Ultrasound Sebelum :
 Massage Nyeri diam 0, Nyeri gerak
3,5, nyeri tekan 7,5.
 Sthrengthening
Sesudah :
 Streching
Nyeri diam 0, Nyeri gerak 3,
 Traksi-
nyeri tekan 7.
Translasi
Peningkatan kekuatan otot
 Walking Exc.

15
7. Kamis, 5 Desember Fraktur post orif  IRR  Nyeri berkurang
2013 collum anatomicum  TENS  VAS :
dextra of femur  Ultrasound Sebelum :
 Massage Nyeri diam 0, Nyeri gerak
3,5, nyeri tekan 7,5.
 Sthrengthening
Sesudah :
 Streching
Nyeri diam 0, Nyeri gerak 3,
 Traksi-
nyeri tekan 7.
Translasi
Peningkatan kekuatan otot
 Walking Exc.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad Hasnia dkk. 2013. Atlas palpasi otot metode fisioterapi vol. 2. FisioCare Publishing.
Makassar
2. Hariandja Andy Matahan A, Hendrik. 2011. Sumber Fisis 1 Sebagai modalitas Fisioterapi.
POLTEKKES KEMENKES Makassar. Makassar
3. Hariandja Andy Matahan A, Muh. Akraf. 2012. Assesment dan Diagnositik Fisioterapi.
POLTEKKES KEMENKES Makassar. Makassar.
4. Soeharto, Penuntun praktikum Exercise therapy, POLTEKES KEMENKES MAKASSAR,
Makassar.

17

Você também pode gostar