Você está na página 1de 22

Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH

PAPER

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Mental Health Nursing II

Oleh:
KELOMPOK III

Elvanda M. R.
Jolnia Otnel
Anita Bura Kaka
Nobertus Mila Mesa

PROGRAM STUDI S 1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2014
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Daftar isi

1.1 Diagnosis keperawatan


1.2 Tinjauan teori
1.2.1 Pengertian
1.2.2 Rentang respon
1.2.3 Perilaku yang berhubungan dengan Harga Diri Rendah
1.2.4 Faktor predisposisi dan faktor presipitasi
1.3 Patofisiologi (Clinical Pathway) : patofisiologi, situasional, maturasional
1.4 Data yang perlu dikaji
1.5 Penentuan Diagnosis Keperawatan
1.5.1 Perumusan diagnosis keperawatan (multiaksis 1 s.d 7)
1.5.2 Batasan karakteristik (NANDA)
1.5.3 Tanda mayor (Linda Jual Carpenito)
1.5.4 Tanda Minor (Linda Jual Carpenito)
1.6 Rencana Tindakan Keperawatan
1.6.1 Tujuan Keperawatan pada Pasien
1.6.2 Tindakan Keperawatan pada Pasien
1.6.3 Tujuan Keperawatan pada keluarga
1.6.4 Tindakan Keperawatan pada keluarga (buat SAP)
1.6.5 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
1.7 Daftar Pustaka
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka
disfungsional.

1.2 TINJAUAN TEORI


1.2.1 Pengertian
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang
lama (NANDA, 2005).
Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa
lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).
Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negative dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
(Towsend, 1998).

1.2.2 Rentang Respon


Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995).
Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari.

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


Diri positif rendah identitas
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1. Respon adaftif
Adalah pernyataan dimana klien jika menghadapi suatu masalah
akan dapat memecahkan masalah tersebut.
a. Aktualisasi diri
Adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman yang sukses dan dapat diterima
b. Konsep diri positf
Adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun
yang negative dari dirinya

2. Respon maladaftif
Adalah keadaan klien dalam menghadapi suatu masalah tidak dapat
memecahkan masalah tersebut.
a. Harga Diri Rendah
Adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan
merasa lebih rendah dari orang lain
b. Identitas Kacau
Adalah kegagalan individu untuk mengintegritas aspek-aspek
dintitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial
keperibadian masa dewasa yang harmonis.
c. Depersonallisasi
Adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
membedakan dirinya dengan orang lain.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.2.3 Perilaku Pasien dengan Harga Diri Rendah


Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri
rendah (Stuart dan Sundeen, 1995)
1 Mengejek dan mengkritik diri sendiri
2 Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri
3 Rasa bersalah atau khawatir
4 Manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan
penyalahgunaan zat.
5 Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan
6 Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan sosial
7 Menarik diri dari realitas
8 Merusak diri
9 Merusak atau melukai orang lain
10 Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri

1.2.4 Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi

1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor presipitasi
Factor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan
konsep diri : harga diri rendah kronis ini dapat terjadi secara
situasional maupun kronik.

1.3 PATOFISIOLOGI (Clinical Pathway)


Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Patofisiologi
Berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat :
Kehilangan bagian tubuh
Kehilangan fungsi tubuh
Bentuk badan berubah (trauma, pembedahan, cacat lahir)

Situasional
Berhubungan dengan tidak terpenuhinya ketergantungan kebutuhan
Berhubungan dengan kurangnya umpan balik positif
Berhubungan dengan perasaan diabaikan sekunder akibat : kematian
orang terdekat , abduksi terbunuhnya anak, perpisahan dari orang
terdekat.
Berhubungan dengan perasaan kegagalan sekunder akibat :
Tidak bekerja
Masalah finansial
Kehilangan pekerjaan
Masalah hubungan rumah tangga
Berhubungan dengan kegagalan di sekolah
Berhubungan dengan riwayat ketidak efektifan hubungan dengan orang
tua sendiri (HDRK)
Berhubungan dengan riwayat penyalahgunaan hubungan
Berhubungan dengan penolakan orang tua
Berhubungan dengan riwayat berbagai kegagalan
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Maturasional
Bayi/usia bermain/prasekolah
Berhubungan dengan kurangnya stimulasi atau kedekatan
Berhubungan dengan perpisahan dari orang tua/orang terdekat
Berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mempercayai orang
terdekat
Usia sekolah
Berhubungan dengan kegagalan mencapai tingkat peringkat
Berhubungan dengan kehilangan kelompok sebaya
Berhubungan dengan umpan balik negatif berulang
Remaja
Berhubungan dengan gangguan hubungan teman sebaya
Berhubungan dengan perubahan dan penampilan
Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat
Usia baya
Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan penuaan
Lansia
Berhubungan dengan kehilangan (orang, fungsi, finansial, pensiun)

Menurut Keliat (1999) pohon masalah pada kasus harga diri rendah

adalah sebagai berikut:

Resiko perilaku kekerasan Akibat

Core problem
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif. Penyebab

Gambar 1: pohon masalah harga diri rendah (Keliat, 1999)

1.4 DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Isolasi sosial: menarik diri

Data Obyektif :

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar,


banyak diam.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Data Subyektif :

Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan tidak
jelas.

2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Data Subyektif :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri

Data Obyektif

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

3. Gangguan citra tubuh

Data subyektif

Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, mengungkapkan sedih karena


keadaan tubuhnya, klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang
lain, karena keadaan tubuhnya yang cacat.

Data obyektif

Ekspresi wajah sedih, tidak ada kontak mata ketika diajak bicara,
suara pelan dan tidak jelas, tampak menangis.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.5 PENENTUAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1.5.1 Perumusan diagnosa keperawatan (multiaksis 1s/d 7)

1. Axis 1 : Dx : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri

Rendah

2. Axis 2 : Subjek Dx : Individu

3. Axis 3 : Deskripsi : Menurunnya Harga Diri Px

4. Axis 4 : Lokasi : Gangguan area Cerebral

5. Axis 5 : Umur : Batasan usia Dewasa awal s/d

akhir

6. Axis 6 : Status Px : Beresiko mencederai diri

7. Axis 7 : Waktu : Tergantung keadaan psikologis

px

1.5.2 Batasan Karakteristik :

 Menjauhi rasionalisasi/menolak umpan balik positif dan


membesarkan umpan balik negatif mengenai diri (terjadi lama
atau kronis)
 Pengungkapan diri yang negatif (terjadi lama atau kronis)
 Ragu untuk mencoba hal-hal/situasi (terjadi lama atau kronis)
 Evaluasi diri karena tidak dapat menangani kejadian (terjadi lama
atau kronis)
 Kurang kontak
 Tidak asertif/pasif
 Sering kurang berhasil dalam kerja atau kejadiann hidup lainnya
 Terlalu mencari penentramana jiwa
 Penyesuaian diri berlebihan tergantung pada pendapat orang lain
 Bimbang/ragu-ragu
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.5.3 Tanda Mayor


Mayor (80%-100%)
Jangka panjang atau kronis
Pengungkapan diori yang negatif
Ekspresi rasa bersalah dan malu
Evaluasi diri karena tidak dapat menangani kejadian
Menjauhi rasionalisasi/menolak umpan balik
Ragu untuk mencoba hal-hal/situasi baru

1.5.4 Tanda Minor


Minor (50%-79%)
- Sering kurang berhasil dalam bekerja atau kejadian hidup lainya
- Penyelesaian diri berlebihan, bergantung pada pendapat orang lain
- Buruknya penampilan tubuh (kontak mata, gerakan)
- Tidak asertif/Pasif
- Keragu-raguan
- Mencari jaminan secara berlebihan

1.6 Rencana Tindakan Keperawatan


1.6.1 Tujuan Keperawatan pada Pasien
a. Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat
Tindakan:
1.1.Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Perkenalan diri
- Jelaskan tujuan inteniksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik
pembicaraan).

1.2. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.


1.3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.4. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang


berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya
sendiri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki.
Tindakan:
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis.
2.3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.


Tindakan:
3.1. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat
digunakan.
3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah.

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai


kemampuan yang dimiliki.
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
5.2. Beri pujian atas keberhasilan
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.


Tindakan:
6.1.Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien.
6.2.Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
6.4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

1.6.2 Tindakan Keperawatan pada Pasien

1) Bina hubungan saling percaya


2) Beri salam setiap berinteraksi
3) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat

berkenalan
4) Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien
5) Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
6) Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapinya
7) Buat kontrak interaksi yang jelas
8) Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan pasien.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.6.3 Tujuan Keperawatan pada Keluarga


1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
masalah harga diri rendah langsung kepada pasien
2. Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala
harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat
3. Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.6.4 Tindakan Keperawatan pada Keluarga

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Topik/materi : Mengatasi Gangguan Harga Diri Rendah pada Keluarga


Sasaran : Keluarga px Gangguan Jiwa
Waktu : 09.00. – 10.00 WIB
Hari/Tgl : Sabtu, 22 Maret 2014
Tempat: Rumah Ibu Kustiyah Desa Mojolangu, Malang.
Pemateri : Kelompok III

A. Latar Belakang

Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang


yang dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan
tersebut sangat memengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya
sehingga mengganggu harga diri seseorang.
Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian
yang buruk dalam hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan
kepercayaan dirinya. Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-
apa lagi, semua yang telah dikerjakannya salah, merasa dirinya tidak berguna,
dan masih banyak prasangka-prasangka negative seorang individu kepada
dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu dapat muncul kembali.
Termasuk bantuan dari seorang perawat. Perawat harus dapat menangani
pasien yang mengalami diagnosis keperawatan harga diri rendah, baik
menggunakan pendekatan secara individual maupun kelompok.

B. Tujuan :
1. Menjelaskan definisi dari harga diri rendah.
2. Menjelaskan manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah
3. Menjelaskan proses terjadinya masalah
4. Menjelaskan rentang respon klien dengan harga diri rendah
5. Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan harga dirir rendah.
6. Mencontohkan aplikasi komunikasi terapeutik dari SP klien.

C. Garis Besar Materi : Mengatasi Gangguan Harga Diri Rendah pada


Keluarga
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

D. Sub Pokok Bahasan :


1. Pengertian HDR
2. Memahami Penyebab HDR
3. Tips Mengatasi HDR pada Keluarga

E. Metode
Ceramah, Diskusi

F. Media/alat yang digunakan


1. Leaflet
2. Lembar Balik

G. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Nobertus
2. Moderator : Anita Burakaka
3. Penyaji : Elvanda M. R.
4. Fasilitator : Jolnia Otnel

H. Kegiatan Promosi Kesehatan


Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Media dan
Kegiatan Peserta alat
penyuluhan
Pendahuluan 1. Memberikan salam, Memperhatikan. Leafleat dan
(10 menit) memperkenalkan diri, Lembar
dan membuka Balik
penyuluhan.
2. Menjelaskan materi Memperhatikan.
secara umum.
3. Menjelaskan tentang Memperhatikan.
TIU dan TIK.
Penyajian 1. Menjelaskan tentang Memperhatikan. Leaflet dan
(30 menit) pengertian HDR Lembar balik
a. Menanyakan Memberikan
kepada warga pertanyaan.
apabila ada yang
kurang jelas.
b. Menerima dan Memperhatikan.
menjawab
pertanyaan warga.
2. Menjelaskan tentang Memperhatikan
Penyebab HDR
a. Menanyakan Memberikan
kepada warga pertanyaan
apabila ada yang
kurang jelas.
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

b. Menerima dan Memperhatikan


menjawab
pertanyaan warga.

Penutup 1. Memberikan Menjawab


(20 menit) pertanyaan tentang pertanyaan yang
materi yang baru diajukan
dijelaskan. pemateri.
2. Menampung Memperhatikan.
pertanyaan yang
diajukan warga
3. Mendiskusikan Memberikan
bersama jawaban sumbang saran.
warga.
4. Bersama warga Memberikan
menyimpulkan materi sumbang saran.
yang telah dibahas.
5. Menutup pertemuan Memperhatikan
dan memberikan dan membalas
salam. salam.

E. Evaluasi :

1. Apa pengertian HDR?


2. Apa Penyebab HDR?
3. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk bisa mengatasi gangguan jiwa
HDR?
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

1.6.5 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

TAK STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH


Sesi 1 : identifikasi Hal Positif pada Diri

A. Tujuan

1. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan hal


ini dimaksudkan untuk meluapkan emosi klien dan mengungkapkan
pengalaman yang di anggapnya sebagai masalah kehidupannya sehingga
pada saat klien menulis pengalamannya tersebut klien bisa merasa ringan
atas beban yang di fikirkan dan Pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu
dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.
Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan
sesorang dan fungsi positif marah. .

2 . Klien dapat mengidentifikasi halpositif pada dirinya .

B. Setting

1 . Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran .


2 . Ruangan nyaman dan tenang .

C. Alat

1 . Spidol sebanyak klien yang mengikuti TAK .


2 . Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK .

D. Metode

1 . Diskusi
2 . Permainan
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

E. Langkah kegiatan

1 . Persiapan

a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan konsep
diri : harga diri rendah
b. Membuat kontrak dengan klien .

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan .

2 . Orientasi
a . Salam terapiutik
> Salam dan terapis pada klien .
> perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama ) .
> menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama ) .
b . Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini .
c . Kontrak
> Terapis menjalankan tujuan kegiatan ,yaitu bercakap – cakap tentang hal
positif diri sendiri .
> Terapis menjalaskan aturan main berikut .
Jika ada klien yang meninggalkan kelompok,harus meminta izin kepada
terapis .
Lama kegiatan 45 menit .
Setiap kali mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai .

3 . Tahap kerja

a. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta


memakai papan nama .
b. Terapis membagikan kertas dan spidol pada klien .
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

c. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak


menyenangkan

d. Terapis memberi pujian atas peran serta klien

e. Terapis membagikan kertas yang kedua

f. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri :
kemampuan yang dimiliki ,kegiatan yang biasa dilakukan dirumah dan
dirumah sakit

g. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis


secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan bergiliran .

h. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien

4 . Tahap terminasi

a . Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mangikuti TAK


2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b . Tindak lanjut Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum
tertuli
c . Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri yaitu
melatih hal positif diri yang dapat diterapkan dirumah sakit dan dirumah .
2. Menyepakati waktu dan tempat

F. Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

kerja . Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK .

Pemateri

(Kelompok 3)
Daftar Pustaka

Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st


edition. Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia.

Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.

Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th
edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.

Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC:
Jakarta.

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for


Care Plan Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC
Mental Health Nursing II STIKES Widyagama Husada Malang 2014

Lampiran 1. Media (Leaflet)

Você também pode gostar