Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
1
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
sistem informasi kesehatan (SIK) yang berkesinambungan agar diperoleh data dan informasi yang
akurat, tepat dan cepat.
Salah satu Salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah dokumen
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang yang merupakan gambaran situasi kesehatan di wilayah
Kabupaten Semarang dan diterbitkan setiap tahun. Setiap edisi memuat berbagai data dan
informasi tentang kesehatan dan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan seperti
data kependudukan, pendidikan, fasilitas kesehatan, pencapaian program-program kesehatan dan
keluarga berencana. Data yang ada ditampilkan secara sederhana dalam bentuk tabel dan grafik,
dimana data yang disajikan mengacu pada Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang
ditetapkan dalam Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2016.
Sumber data dalam penyusunan Profil Kesehatan ini berasal dari berbagai program di
lingkungan Dinas Kesehatan maupun lintas sektoral terkait yaitu Dispendukcapil, RSUD
Ungaran, RSUD Ambarawa, RS Bina Kasih dan RS Ken Saras serta UPTD Puskesmas.
2
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
Tujuan :
1) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia kesehatan
2) Mendayagunakan sumber daya manusia kesehatan
Sasaran :
1) Meningkatnya sumber daya manusia kesehatan yang mengikuti pendidikan dan pelatihan
2) Meratanya penempatan tenaga kesehatan
3. Misi III : Menyelenggarakan Pembangunan Kesehatan melalui peran serta
masyarakat dan pemangku kepentingan
Tujuan : Meningkatkan pendekatan (advokasi) dan dukungan sosial (social support)
pemangku kepentingan
Sasaran :
1) Meningkatnya peran Pemerintah Kabupaten Semarang dalam pembangunan
kesehatan
2) Meningkatnya peran dunia usaha dalam pembangunan kesehatan
3) Meningkatnya peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan
4. Misi IV : Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang Bermutu
Tujuan :
1) Meningkatnya pelayanan administrasi di bidang kesehatan
2) Meningkatnya pelayanan informasi di bidang kesehatan
Sasaran :
1) Meningkatnya penerbitan ijin dan registrasi sumber daya kesehatan
2)Meningkatnya tata kelola kepegawaian, aset, keuangan, perencanaan dan evaluasi
pembangunan kesehatan
3)Meningkatnya tata kelola administrasi perkantoran
3
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
1.3 TUJUAN
Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2017 adalah tersedianya data dan
informasi yang berkualitas, relevan, akurat, tepat dan cepat sehingga dapat dipergunakan dalam
proses perencanaan, pemantauan dan evaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten
Semarang tahun 2017 serta dalam pengambilan keputusan para pemangku kebijakan.
4
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh
Kabupaten Semarang.
Lampiran
Pada lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian Kabupaten Semarang dan 92
tabel data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender.
5
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN SEMARANG
Kabupaten Semarang adalah salah satu Kabupaten otonom di Propinsi Jawa Tengah
secara geografis terletak pada posisi 110º 14’ 54,75” - 110º 39” 3” Bujur Timur dan 7º 3 ’57 “ -
7º 30 ’0 “ Lintang Selatan, dengan batas-batas administratif sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kota Semarang dan Kabupaten Demak
6
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga / Kepala Keluarga dan Kepadatan Penduduk Kabupaten
Semarang Tahun 2013 - 2017
7
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
8
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
A. ANGKA KEMATIAN
1). Angka Kematian Neonatal
Kematian Neonatal adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 0 – 28 hari.
Angka Kematian Neonatal di Kabupaten Semarang tahun 2017 sebesar 5.44 per 1.000 KH
(73 kasus), dengan penyebab tertinggi adalah kelahiran dengan Berat Bayi Lahir
Rendah/BBLR (27), asfiksia (18), kelainan kongenital (7) dan penyebab lainnya antara lain
Penyakit jantung bawaan, sepsis dan lain-lain sebanyak (21).
Angka Kematian Neonatal tahun 2017 lebih rendah dibandingkan tahun 2016.
Penurunan Angka Kematian Neonatal dikarenakan sudah optimalnya upaya yang dilakukan
antara lain adanya orientasi petugas penggunaan MTBM dalam kunjungan neonatal, yang
dilanjutkan dengan implementasi kunjungan neonatal bagi bidan, sosialisasi tata laksana
neonatal bagi dokter serta sosialisasi tata laksana asfiksia dan BBLR.
9
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
Diare 4 1 9 11 4
Ileus 6 5 5 13 3
TN 3 3 1 1 1
Gizi buruk 0 0 1 0 0
Kelainan jantung 0 0 1 0 0
Lain2 0 0 3 6 11
28 23 26 21 19
Jumlah Total 169 142 158 151 102
TAHUN AKB
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan Angka Kematian Bayi (AKB)
antara lain dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada ibu hamil Kurang Energi
Kronik (KEK) agar tidak terlahir bayi dengan kondisi BBLR. Selain itu juga dilaksanakan
sosialisasi tentang cara perawatan bayi, sosialisasi konselor menyusui bagi dokter dan bidan,
survei ASI eksklusif, sosialisasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam tata laksana BBLR dan asfiksia serta pelatihan
tata laksana neonatal bagi dokter, bidan dan perawat. Disamping kegiatan diatas, juga
dibentuk Satgas Penurunan AKI AKB, mengoptimalkan jejaring ibu dan bayi dan nomor
telepon Call Center untuk rujukan dalam penanganan kasus kelahiran.
Tabel 5. Jumlah Kematian Bayi (AKB) di Puskesmas se Kabupaten Semarang Tahun 2013 - 2017
10
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
10 TUNTANG 9 2 11 11 8
11 GEDANGAN 1 3 6 5 3
12 BANYUBIRU 5 8 9 3 5
13 JAMBU 5 10 6 6 2
14 SUMOWONO 15 15 11 2 1
15 AMBARAWA 10 8 5 5 4
16 DUREN 11 3 8 11 3
17 JIMBARAN 10 15 8 13 5
18 BAWEN 7 6 9 8 7
19 BRINGIN 13 9 9 11 9
20 BANCAK 5 3 6 6 6
21 BERGAS 8 7 8 8 1
22 PRINGAPUS 3 4 11 8 4
23 UNGARAN 2 4 0 4 3
24 LEREP 2 0 3 1 0
25 LEYANGAN 0 1 1 0 1
26 KALONGAN 9 5 2 2 6
JUMLAH 169 142 158 151 102
Sumber : Seksi Kesga Gizi
11
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
12
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
Jumlah kasus
Penyakit Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
ISPA / Pneumonia 1 0 3 3 1
Diare 1 1 1 3
Thalasemia 1 0 0 0
HIV / AIDS 1 0 0 0 1
Penyakit jantung bawaan 1 2 2 0 2
Muntah + kejang 1 0 0 1
Gibur + Down Syndrom 1 1 0 0
Leukemia 1 1 0 0
Kejang demam 1 1 2 0
Tenggelam 2 0 0 1
Kanker mata 1 0 0 1
Gibur + Pneumonia 1 0 0 0
Meningitis 3 0 4 0 2
Kanker testis 1 0 0 0
Aspirasi 1 0 0 2 2
Lactose intolerance 1 0 0 0
Tumor otak 0 0 0 0
Haemathomega enchepalitis 0 0 0 0
Kelainan aesophagus 0 0 0 0
Febris 0 0 0 0
Kejang 0 0 0 0
Atresia bilier 0 0 0 0
Kecelakaan 0 0 0 0
Gizi buruk 0 1 0 0 2
Kecelakaan lalu lintas 0 1 0 0
Kanker lidah 0 1 0 0
Colelitiasis 2 0 0 0
Neoblastioma 0 0 1 0
KEP 0 0 1 0
Gagal ginjal 0 0 1 1
Ilius 0 0 1 1
Infeksi 0 0 1 0 1
Combustio 0 0 1 4
Hidrocephalus 2
NHL/Kelenjar getah bening 1
Abses Selaput otak 1
Jumlah Total 18 21 9 18 16
13
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
14
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
15
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Perdarahan 3 8 4 3 6
Pre-eklampsi / Eklampsi 9 0 5 5 5
Emboli ketuban 3 2 0 0
CRF / gagal ginjal 1 0 0 1 1
Penyakit jantung 1 1 3 0
Hipertensi 0 5 0 1
Enchepalitis 0 1 0 0
Cardiomiopathy post 0 1 0 1
partum
Sepsis 0 1 0 0
Infeksi 0 1 1 0
Kanker 0 0 2 0
TB Paru & diare kronis 0 0 1 1
Emboli Pulmonal 0 0 1 0
Meningitis 1 2
Asma 1
Tidak dapat disimpulkan 1
1
Jumlah Total 17 20 17 14 15
Sumber : Seksi Kesga Gizi
Kematian ibu terbesar terjadi pada ibu dengan tingkat pendidikan SMA (8 kasus)
dan a terjadi pada ibu dengan usia 31 – 35 tahun (5 kasus). Upaya yang telah dilakukan
untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI) anatara lain dengan melaksanakan Program
Maternal and Infant Mortality Meeting (M3) dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten,
meningkatkan jejaring ibu bayi selamat dengan memperbaiki sistem rujukan, upaya deteksi
dini ibu hamil dengan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
dan Antenatal Care (ANC) terintegrasi, serta peningkatan ketrampilan dan pengetahuan
petugas dengan berbagai pelatihan termasuk Asuhan Persalinan Normal (APN) dan
Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetric dan Neonatus (PPGDON) serta
optimalisasi Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetric dan Neonatal Emergency Dasar).
Selain itu juga dibentuk Satgas Penurunan AKI, mengoptimalkan jejaring dan nomor telepon
Call Center untuk penanganan kasus obstetric dan neonatal. Upaya lainnya Penyeliaan
fasilitatif terhadap bidan, Monev Tim Gadar RS ke puskesmas PONED, On Job training Tim
Puskesmas Rawat Inap ke RS PONEK,koordinasi Lintas Program Lintas Sektor dalam
peningkatan Kesehatan keluarga, RTK JAmpersal, WA Gateway untuk komunikasi rujukan
obstetric neonatal dan juga kegiatan konsultasi ahli.
Sebagai bahan pembanding, pada tabel berikut dapat dilihat AKI di Kabupaten
Semarang sejak tahun 2013 – 2017.
Tabel 10. Angka Kematian Ibu Kabupaten Semarang Tahun 2013 - 2017
TAHUN AKI
16
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
17
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
18
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
B. ANGKA KESAKITAN
1). Penemuan dan Angka Kesembuhan Tuberculosis (TB)
Kesuksesan dalam penanggulangan TB adalah dengan menemukan penderita
dan mengobati penderita sampai sembuh. WHO menetapkan target global Case
Detection Rate (CDR) atau penemuan kasus TB sebesar 70% dan Cure Rate (CR) atau
angka kesembuhan pengobatan sebesar 85%. Angka kesembuhan menunjukkan
persentasi pasien TB paru BTA (+) yang sembuh setelah selesai masa pengobatan
diantara pasien TB paru BTA (+) yang tercatat (Kemenkes RI, 2011).
Target Program nasional Penanggulangan TB sesuai dengan target eliminasi
global adalah Eliminasi TB pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050.
Eliminasi kasus TB adalah kasus TB kurang dari 1 per 100.000 penduduk. Jumlah
keseluruhan kasus TB (Case Notification Rate/CNR) di Kabupaten Semarang sudah diatas
50 %. Namun demikian untuk penemuan kasus baru TB BTA + masih dibawah target
nasional sebesar 70 %. Informasi terakhir dari Kementerian Kesehatan, untuk target
penemuan kasus baru TB BTA + tidak dapat dijadikan target pencapaian oleh Kabupaten /
Kota. Target yang harus dicapai oleh Kabupaten / Kota dalam kasus penemuan TB adalah
CNR diatas 50 %.
Masih rendahnya penemuan kasus baru TB BTA + disebabkan antara lain
karena : (1) masih adanya stigma di masyarakat bahwa penyakit TB adalah penyakit
kutukan, sehingga masyarakat malu ketika nanti ditemukan penyakitnya, (2) keterampilan
petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan, pemeriksaan dan perawatan belum
optimal, (3) jejaring penemuan kasus TB, baik internal kesehatan maupun eksternal belum
optimal.
Kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka mengatasi masalah diatas adalah
antara lain dengan : (1) melakukan penyuluhan kepada masyarakat bahwa penyakit TB
bukanlah penyakit kutukan dan bisa disembuhkan dengan pengbatan teratur dan
berkesinambungan, (2) melakukan pembinaan teknis kepada petugas kesehatan untuk
meningkatkan keterampilan, baik dalam hal penyuluhan, pemeriksaan maupun perawatan
pasien TB, (3) melakukan koordinasi untuk membentuk jejaring internal dan mengusulkan
19
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
kepada Kementerian Kesehatan untuk bisa mendapatkan bantuan dukungan dari LSM
sebagai mitra dalam pengendalian kasus TB.
Angka kesembuhan (cure rate) di Kabupaten Semarang sebesar 96,30%, angka
ini sudah memenuhi target nasional yang harus dicapai yaitu minimal 85%. Hal ini terkait
adanya peningkatan kesadaran pasien penderita TB untuk periksa dan menjalani pengobatan
sampai dengan tuntas, karena bila pengobatan TB tidak dilakukan secara tuntas nantinya
kuman akan kebal terhadap dosis obat TB yang telah diberikan sehingga pengobatannya
dibutuhkan waktu yang lebih lama dengan dosis obat yang lebih tinggi dan efek samping
obat yang keras. Petugas memberikan arahan kepada penderita TB bahwa mereka harus
disiplin dalam minum obat dan periksa agar tidak menularkan penyakitnya kepada anggota
keluarga yang lain juga masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
120
100 96,3
100 85 87,5 90,00
80,67
80
60
40
20
0
Cure Rate TB BTA +
20
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
30
25,4826,3226,2124,42 24,9523,62
25 22,17
20 17,87 CDR BTA +
15,44
15 Linear (CDR
10 BTA +)
5
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Target CDR Kabupaten Semarang ada 30% dan capaian pada tahun 2017 adalah 68,51%.
Penemuan kasus TB pada tahun 2017 tidak hanya pada kasus TB BTA + tetapi penemuan
kasus keseluruhan. Bila dibandingkan dengan target maka capaian penemuan kasus TB di
Kabupaten Semarang sudah memenuhi target.
2). Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani
Cakupan penemuan kasus pneumonia di tahun 2017 adalah mengalami
penurunan yang signifikan dibandingkan tahun 2016 yaitu 78,75% pada tahun 2016 menjadi
51,06% pada tahun 2017. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2017 jumlah penderita yang
ditemukan dan ditangani jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan tahun 2016. Dan
dari penemuan tersebut semua kasus sudah tertangani 100%.
Kondisi ini terjadi karena penemuan kasus pneumonia dalam pemeriksaan
klinisnya butuh waktu lebih lama bila dilaksanakan sesuai dengan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS), yaitu pemeriksaan satu pasien butuh waktu sekitar 45 menit, sehngga
sering mendapatkan keluhan dari masyarakat akibat lamanya waktu pemeriksaan. Untuk
menangani kondisi diatas, petugas sudah sering melakukan penyuluhan kepada masyarakat
bahwa dalam pemeriksaan pneumonia masyarakat harus lebih sabar karena pemeriksaannya
harus dilakukan sesuai dengan standar. Selain itu, petugas juga diberikan tambahan
keterampilan melalui bimbingan teknis tentang penemuan dan penanganan pneumonia.
21
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
90
80 78,8
70
60
50 51,06
Series1
40
32,9
27,5
30
20 17,29 27,6
23,6
10 15,5 13,56
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
22
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
reaktif akan dikucilkan oleh keluarga dan masyarakat, hal tersebut disebabkan adanya
stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV-AIDS.
Terhadap mereka yang sudah positif menderita HIV / AIDS juga tetap dilakukan
penyuluhan dan pendampingan agar mereka teratur minum obat seumur hidup. Sedangkan
bagi mereka dengan perilaku yang beresiko tertular HIV / AIDS juga dilakukan penyuluhan
agar menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan mau memeriksakan diri ke
klinik VCT terdekat.
Syphilis merupakan salah satu jenis penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS).
Pada tahun 2017, tidak ditemukan kasus Syphilis di Kabupaten Semarang. Namun hal ini
bukan berarti tidak ada kasus Syphilis di masyarakat, hal ini mungkin terjadi karena tidak
adanya pasien dengan keluhan yang datang berobat di fasilitas kesehatan atau periksa ke
fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kabupaten Semarang.
800
600
HIV
400 AIDS
Total
200
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
HIV 53 94 118 151 181 201 216 238 301 381 463 537
AIDS 14 16 18 22 25 38 54 71 90 116 145 166
Total 67 110 136 173 206 239 270 309 391 497 608 703
Jumlah penderita HIV / AIDS dalam 5 (lima) tahun terakhir dari tahun 2013 – 2016
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12. Jumlah Penderita HIV / AIDS di Kabupaten Semarang Tahun 2013-2017
TAHUN HIV AIDS
2013 22 17
2014 63 19
2015 80 26
2016 82 29
2017 74 21
23
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
24
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
6). Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita penyakit “Acute Flaccid Paralysis”
(AFP) per 100.000 penduduk < 15 Tahun
Jumlah penemuan kasus AFP (non folio) pada tahun 2017 sebanyak 5 kasus.
Jumlah ini telah mencapai target yang telah ditentukan untuk tahun 2016 yaitu 5 kasus.
Tercapainya terget penemuan kasus AFP ini didukung oleh surveilans aktif yang dilakukan
di Rumah Sakit dan Puskesmas.
Gambar 5. Jumlah Kasus AFP pada Anak Usia < 15 Tahun Tahun 2013-2017
7
6 6 6
6
5 5
5 2013
2014
4 3,46
2,68 2,66 2015
3 2,25 2,27 2016
2
2017
1
0
Kasus AFP AFP Rate
8). Angka Kesakitan dan Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000
penduduk
Angka Kesakitan (Incidence Rate/IR) Demam Berdarah Dengue (DBD) per
100.000 penduduk di Kabupaten Semarang pada tahun 2017 mengalami penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya. IR DBD tahun 2016 sebesar 98,7 per 100.000 penduduk
dari 993 kasus ditemukan dan ditangani. Sedangkan IR DBD tahun 2017 sebesar 24,3 per
100.000 penduduk dari 246 kasus ditemukan dan ditangani.
Hal ini disebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga lingkungan agar terbebas dari penyakit terutama penyakit DBD. Kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
gerakan 3M plus. Program PSN 3M Plus, yaitu: 1) Menguras, adalah membersihkan tempat
yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat
penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain 2) Menutup, yaitu menutup
rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain
sebagainya; dan 3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki
potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.Plus
pemakaian Repelant yaitu obat atau bahan yang mampu mengusir nyamuk.
Angka Kematian (Case Fatality Rate/CFR) DBD di Kabupaten Semarang tahun
2016 sebesar 0,70 % (7 kasus), mengalami penurunan pada tahun 2017 yang sebesar 0,4 %
(2 kasus). Penurunan kasus kematian ini tejadi akibat adanya kewaspadaan dini terhadap
penyakit DBD dari masyaraakt dan fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Untuk mengubah pola pikir tersebut telah dilakukan penyuluhan mencegah
penularan DBD dengan PSN dan pentingnya periksa sesegera mungkin ke fasilitas
pelayanan kesehatan apabila mendapati tanda-tanda terserang DBD.
26
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
120
2016; 98,7
100
2013; 30,1
80
2015; 50,6
2014; 34,1
60
40
2017; 24,3
Target; 20
20
0
Incident Rate DBD
27
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
28
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
Pada tahun 2017 Data hasil pengukuran tekanan darah diperoleh dari Puskesmas
dan jaringannya seperti Pustu dan Posbindu. Berdasarkan data pengukuran tekanan darah
didapatkan hasil 64,43% dari jumlah penduduk usia ≥ 18 tahun dilakukan pengukuran
darah Adapun hasil pengukuran tekanan darah tinggi pada laki-laki sebanyak 10,18 %,
sedangkan pada perempuan sebanyak 11.54 %. Dan hasil pengukuran tekanan darah
tinggi laki dan perempuan sebesar 11,02%.
Apabila faktor resiko PTM tersebut terpantau secara dini / rutin, maka dapat
diupayakan menjaga kondisi normal, atau jika berada dalam kondisi buruk faktor resiko
tersebut dikendalikan supaya kembali pada kondisi normal, sehingga angka kesakitan dan
kematian akibat hipertensi dapat dikendalikan.
b. Pemeriksaan obesitas
Untuk tahun 2017, data hasil pemeriksaan diperoleh dari Puskesmas dan
jaringannya.Pemeriksaan obesitas dilakukan dengan mengukur berat badan dan tinggi
badan untuk kemudian ditentukan besar nilai IMT (indeks Massa Tubuh). Dikategorikan
obesitas apabila nilai IMT lebih dari 27. Berdasarkan hasil pemeriksaan obesitas, sebesar
100% dari jumlah pengunjung Puskesmas dan jaringannya yang berusia ≥ 15 tahun
dilakukan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan tersebut diperoleh angka obesitas sebesar
6,68%.
c. Pemeriksaan IVA+ dan CBE
Untuk tahun 2017, Jumlah wanita usia 30-49 tahun yang dilakukan pemeriksaan
IVA sebanyak 1584 orang. Dari Jumlah tersebut, sebanyak 127 orang memberikan hasil
positif (terdapat lesi). Sedangkan untuk deteksi dini kanker payudara dari 1584 orang
wanita usia 30-49 tahun yang dilakukan CBE, sebanyak 4 orang memberikan hasil positif
(terdapat benjolan).
29
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
30
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. PELAYANAN KESEHATAN
1). Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 dan K-4
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali
mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja, yang digunakan
untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat.
Bila pada tahun 2017 persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-1 di Kabupaten
Semarang sebesar 100 %, maka persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-1 pada tahun
2016 sama yaitu 100 %.
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi
waktu satu kali pada trimester 1, satu kali pada trimester 2 dan dua kali pada trimester 3,
yang digunakan untuk mengetahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap sesuai
standar yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil serta menggambarkan
kemampuan manajemen serta kelangsungan program Kesehatan Ibu dan Anak.
Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-4 di Kabupaten Semarang tahun 2016
sebesar 89,5 %, sedikit mengalami penurunan pada tahun 2017 sebesar 88,4 %. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya pemantauan kesehatan ibu
hamil pada trimester 3. Pada kehamilan di trimester 3 biasanya keluhan mual dan lemas
yang dialami oleh ibu hamil sudah terlewati sehingga terkadang ibu hamil merasa tidak
perlu lagi rutin memeriksakan kehamilannya. Selain itu, penyebab masih kurangnya cakupan
kunjungan K-4 antara lain adalah tingginya mobilisasi ibu hamil di daerah industri. Sering
kali terjadi ibu hamil trimester 3 pulang kampung untuk melahirkan di daerah asalnya dan
juga ada ibu hamil yang baru memeriksakan kehamilan ketika di Trimester II. Sistem
pencatatan dan pelaporan (kohort) ibu hamil di desa juga masih perlu lebih dioptimalkan.
Tabel 17. K1 & K4 Ibu Hamil di Kab. Semarang Tahun 2013 - 2017
TAHUN K1 K4 Target K4 SPM
31
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
Tabel 18. Persalinan oleh Nakes di Kab. Semarang Tahun 2013– 2017
3). Cakupan Pelayanan Nifas dan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu mulai 6 jam
– 42 hari setelah melahirkan. Kunjungan nifas (KF) minimal dilakukan sebanyak 3 kali
dengan ketentuan waktu kunjungan nifas pertama (KF-1) pada masa 6 jam – 3 hari pasca
persalinan, kunjungan nifas kedua (KF-2) dalam waktu 2 minggu (8-14 hari) setelah
persalinan dan kunjungan nifas ketiga (KF-3) dalam waktu 6 minggu (36-42 hari) setelah
persalinan.
Cakupan pelayanan nifas tahun 2016 sebesar 93,6 %, sama dengan cakupan
pelayanan nifas tahun 2017 sebesar 93,6 %. Sedangkan cakupan pemberian Vitamin A pada
ibu nifas tahun 2017 sebesar 98,39 %, menurun namun tidak signifikan bila dibandingkan
tahun 2016 sebesar 99,4 %
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan capaian kunjungan nifas antara
lain dengan penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan
kesehatan setelah melahirkan dan pelayanan nifas melalui kunjungan rumah, walaupun
belum dapat merubah stigma bahwa setelah melahirkan ibu belum boleh keluar rumah
32
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
sebelum 40 hari. Selain itu juga dilakukan pembinaan kepada bidan desa dalam rangka
mengoptimalkan pencatatan dan pelaporan (kohort) ibu hamil dan bidan desa bertanggung
jawab melakukan kunjungan rumah pada ibu nifas.
pada tahun 2017 yaitu 87,42% (Fe1) dan 86,00% (Fe3). Hal tersebut disebabkan karena ibu
hamil trimester pertama masih enggan meminum tablet besi karena baunya yang amis.
34
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
peserta KB aktif sejumlah 164.522 orang (%). Data cakupan peserta KB baru dan peserta
KB aktif ini diperoleh Badan KB dan PP Kabupaten Semarang.
Bila dibandingkan cakupan tahun 2016, cakupan tahun 2017mengalami pada
persentase peserta KB baru, dan peserta KB aktif tidak menunjukan perubahan persentase.
35
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
2013 95,49%
2014 94,32%
2015 95,60%
2016 96,49 %
2017 96,40 %
Sumber : Seksi Kesga Gizi
36
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
5 Tahun 2014, serta adanya pemantauan dan pembinaan ke tempat penyelenggaraan kerja
tentang Upaya Kesehatan Kerja / UKK.
2013 84,33%
2014 93,78%
2015 83,7 %
2016 106,17 % 100 %
2017 113, 9 %
Sumber : Seksi Kesga Gizi
kunjungan rumah untuk melengkapi status imunisasinya sehingga mengurangi angka Drop
Out (DO). Juga dilakukan monitoring evaluasi pencatatan / pelaporan secara berkala, dan
manajemen logistik imunisasi sehingga cakupan pelayanan dan penggunaan vaksinnya dapat
tercukupi dan terpantau.
Tabel 27. Cakupan Imunisasi Bayi Kabupaten Semarang tahun 2016 - 2017
2016
Antigen Realisasi 2016
Target Realisasi
BCG 104,45 % 98,10 % 99,08%
rutin setiap bulan Februari dan Agustus, melalui posyandu dan jaringan puskesmas lainnya.
Vitamin A kapsul biru diberikan pada bayi usia 6 - 11 bulan, sedangkan Vitamin A kapsul
merah diberikan pada anak balita (12 – 59 bulan).
Cakupan pemberian Vitamin A pada bayi dan anak balita di Kabupaten
Semarang tahun 2017 sudah cukup tinggi. Target Kabupaten untuk usia 6 – 11 bulan adalah
99,8 % dan untuk usia 12 – 59 bulan adalah 99,4 %. Dari 7.459 bayi usia 6 – 11 bulan,
seluruhnya (100 %) sudah mendapatkan Vitamin A. Sedangkan untuk anak balita, dari
58.672 anak balita seluruhnya juga sudah mendapatkan Vitamin A. Secara keseluruhan,
bayi dan anak balita yang mendapat Vitamin A di Kabupaten Semarang sebanyak 66.131
anak (usia 6 – 59 bulan) atau 100 %.
Keberhasilan dalam pencapaian target ini tidak lepas dari adanya kerjasama yang
baik dan berkesinambungan antara tenaga kesehatan dengan masyarakat. Peningkatan
kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian vitamin A pada anak sangat menentukan
keberhasilan program. Selain itu, tenaga kesehatan juga melakukan kunjungan ke rumah
bayi dan balita yang belum mendapatkan kapsul vitamin A.
39
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
Cakupan balita yang ditimbang pada tahun 2017 sebesar 87,0 %. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada tahun 2017, cakupan balita ditimbang sudah dapat mencapai
target yang diharapkan walaupun mengalami penurunan bila dibandingkan dengan cakupan
tahun 2016 sebesar 87,56 %. Keberhasilan ini merupakan hasil dari kerjasama lintas
program dan lintas sektor terkait yang saling mendukung kegiatan tersebut.
19). Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Jumlah balita gizi buruk ditemukan dan ditangani pada tahun 2017 sebanyak 61
anak. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan tahun 2016 sebanyak 66anak. Seluruh jumlah
balita gizi buruk tadi dapat tertangani / mendapatkan perawatan sehingga kondisi gizi
buruknya tidak berlarut-larut yang dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan balita.
Dari tabel dibawah dapat dilihat bahwa dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2017, jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Semarang semakin berkurang. Hal ini
menunjukkan sebuah pola yang positif dalam upaya menurunkan jumlah balita gizi buruk di
Kabupaten Semarang.
2013 85
2014 64
2015 60
2016 66
2017 61
Sumber : Seksi Kesga Gizi
40
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat pada tahun 2017 sebesar
99,95 % atau sebanyak 16.942 siswa dari total siswa 16.950 . Cakupan ini meningkat bila
dibandingkan cakupan tahun 2016 yang dapat mencapai 99,46 %.
21). Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat di Kabupaten
Semarang khususnya untuk pelayanan tumpatan / pencabutan pada tahun 2017mengalami
sedikit penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 rasio tumpatan /
pencabutan sebesar 2,3 sedangkan pada tahun 2017 sebesar 1,8.
Kegiatan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) secara keseluruhan sudah
berjalan dengan baik. Pada tahun 2017, dari 96.451 siswa, baru 71.547 siswa (74,2%) yang
diperiksa. Dari jumlah itu, 13.725 siswa perlu perawatan dan 55,4 % (13.725 siswa)
mendapat perawatan,
41
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
2015 70,76 %
2016 98,67%
2017 70,39 %
Sumber : Seksi Kesga Gizi
23). Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Pelayanan
Kesehatan (RS) di Kabupaten / Kota
Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat
diakses masyarakat meliputi Rumah Sakit Umum baik milik pemerintah maupun swasta,
Puskesmas dan Balai Pengobatan. Kemampuan GADAR menurut Definisi Operasional
Standar Pelayanan Minimal adalah upaya cepat dan tepat untuk segera mengatasi puncak
kegawatan yaitu henti jantung dengan resusitas jantung paru otak (Cardio-Pulmonary-
Cerebral-Resucitation) agar kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekan
sampai minimal dengan menggunakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) dan
Bantuan Hidup Lanjut (ALS).
Rumah Sakit di Kabupaten Semarang, baik milik pemerintah maupun swasta
sudah memiliki kemampuan melakukan Pelayanan Gawat Darurat Level 1.
42
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
634.101 orang atau 63% dari jumlah penduduk. Diharapkan tahun 2019 seluruh penduduk
(100%) telah tercover dalam JKN (universal coverage).
2). Cakupan Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Gangguan Jiwa di Sarana
Pelayanan Kesehatan
Cakupan kunjungan rawat jalan di Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar
(Puskesmas) dan Pelayanan Kesehatan Rujukan (Rumah Sakit) di Kabupaten Semarang
mengalami kenaikan dari tahun 2016 sebesar 38,52 % menjadi 61,9 % di tahun 2017.
Peningkatan jumlah kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit terutama di RSUD Ambarawa
dan Rumah Sakit Ken Saras, hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah rujukan ke rumah
sakit dan menunjukan bahwa masyarakat banyak yang membutuhkan perawatan tingkat
lanjutan baik itu perawatan rawat jalan maupun rawat inap.
Untuk cakupan rawat inap di puskesmas rawat inap Kabupaten Semarang dari
tahun ke tahun mengalami kenaikan, namun pada tahun 2017 cakupan kunjungan rawat inap
menurun walaupun tidak signifikan yaitu sebesar 4,56 % dibandingkan dengan tahun 2016
sebanyak 4,57 %. Hal ini disebabkan antara lain oleh sistem rujukan berjenjang yang sudah
mulai berjalan dengan baik, dimulai dari PPK I (puskesmas, klinik, dokter keluarga) yang
apabila tidak bisa menangani sesuai dengan ketentuan / kewenangannya (155 diagnosa
penyakit) akan dirujuk ke PPK II (rumah sakit tipe C) dan seterusnya berjenjang sampai
dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan Nasional. Selain itu upaya promotif dan preventif di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sudah berjalan dengan baik dan penanganan
43
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
pasien di FKTP juga sudah baik sehingga pasien tidak perlu dirujuk ke fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjut (FKTL) yang dalam hal ini adalah Rumah Sakit serta kesadaran masyarakat
dalam pola hidup sehat juga meningkat
Untuk penyakit gangguan jiwa juga dapat dilakukan pemeriksaan di Puskesmas.
Jumlah kunjungan gangguan jiwa di puskesmas dan rumah sakit pada tahun 2017 sebanyak
3.349 kunjungan, jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 4.192
kunjungan. Jumlah kunjungan terbanyak adalah Jumlah kunjungan gangguan jiwa juga
mengalami peningkatan di tingat rujukan yaitu pada Rumah Sakit Ungaran sebanyak 1.400
jumlah kunjungan dan 1.159 kunjungan gangguan jiwa di Rumah Sakit Ken Saras.
44
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
di Kabupaten Semarang tahun 2017 adalah sebanyak 64,25 kali, hal ini berarti 1 (satu)
tempat tidur digunakan sebanyak 64 kali dalam 1 (satu) tahun. Idealnya, BTO dalam
kisaran 50 – 65 kali.
Turn Over Interval/TOI adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari
saat terisi ke saat terisi berkutnya. Untuk tahun 2017, TOI rumah sakit di Kabupaten
Semarang adalah 1,7 hari, yang berarti bahwa tempat tidur rumah sakit tidak sampai 2 (dua)
hari sudah terisi kembali setelah pemakaian terakhir.
Average Length Of Stay/ALOS adalah rata-rata lama rawat (dalam satuan hari)
seorang pasien. ALOS rumah sakit di Kabupaten Semarang tahun 2017 sebesar 4,04 hari.
Hal ini dapat diartikan bahwa pasien rata-rata dirawat selama 4 – 5 hari di rumah sakit. Dari
penjelasan diatas secara keseluruhan kinerja pelayanan rumah sakit di Kabupaten Semarang
sudah cukup baik.
D. KEADAAN LINGKUNGAN
1). Persentase Rumah Sehat
Persentase rumah sehat di Kabupaten Semarang tahun 2017 sebesar 85,29 %.
Persentase ini masih jauh dibawah target rumah sehat yaitu 95 %. Namun meningkat bila
dibandingkan persentase rumah sehat tahun 2016 yang sebesar 84,16 %. Belum dapat
tercapainya target disebabkan oleh masih adanya rumah yang belum memiliki jamban,
sarana air bersih dan kebersihan lingkungan pekarangan yang kurang terjaga. Kondisi ini
45
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
sangat erat dengan masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk memiliki sarana sanitasi
dan karena faktor ekonomi. Penyuluhan tentang sanitasi kepada masyarakat adalah sebuah
kebutuhan yang harus dilaksanakan secara terencana, teratur dan berkesinambungan.
2013 77,53 %
2014 77,70 %
2015 83,90 %
2016 84,16%
2017 85,29 %
2). Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak
Persentase penduduk yang memiliki akses air minum yang layak di Kabupaten
Semarang pada tahun 2017 masih kurang dari target. Persentase tahun 2017 sebesar 89,67
%, sedangkan target yang harus dicapai sebesar 92 %, yang artinya baru 86,23 % dari
jumlah penduduk Kabupaten Semarang tahun 2017 yang memiliki akses air minum yang
layak dari yang ditargetkan sebesar 92 %.
Dari 907.097 penduduk yang memiliki akses air minum yang layak, sebagian
besarnya masih menggunakan sumur gali terlindung, seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 34. Akses Air Bersih di Kabupaten Semarang Tahun 2011 -2015
TAHUN Ledeng Sumur Sumur Penampunga Kemasan Mata Air Sumber
Pompa Gali n Air Hujan Lainnya
Tangan (SG)
(SPT)
2011 44,2 % 0,6 % 29,2 % 0,05 % 0,02 % 0,3 % 25,7 %
2012 36,5 % 0,02 % 30,3 % 0,2 % 1,9 % 17,3 % 1,7 %
2013 35,40 % 0,01 % 33,18 % 0% 1,23 % 15,36 % 3,61 %
46
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
47
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
Desa STBM adalah desa yang telah mencapai 100 % penduduk melaksanakan 5
pilar STBM. Sedangkan STBM adalah pendekatan yang dilakukan untuk mengubah
perilaku hygiene dan sanitasi meliputi 5 pilar yaitu tidak buang air besar (BAB) sembangan,
mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola
sampah dengan benar dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Untuk dapat melaksanakan 5 pilar STBM bukanlah hal yang mudah. Pada tahun
2017, di Kabupaten Semarang baru ada 1 desa yang mencapai Desa STBM yaitu di
Kecamatan Tengaran . Sedangkan pada Desa yang lain masih mencapai Pilar I STBM yaitu
Tidak Buang Air Besar sembarangan. Untuk dapat mencapai pilar – pilar yang lain, perlu
adanya pemicuan yang berkelanjutan dan kerja sama lintas program dan lintas sektor.
7). Persentase Tempat Pengelolaan Makanan Memenuhi Syarat, Dibina dan Diuji Petik
Jumlah Tempat Pengelolaan Makanan / TPM di Kabupaten Semarang pada tahun
2016 jumlah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) sebanyak 2.363 TPM dibandingkan
tahun 2017 sejumlah 1.920 TPM. Dari 1.920 TPM, baru 1.654 TPM (86,1 %) yang
memenuhi syarat hygiene sanitasi dalam pengelolaan makanan. Hal ini terjadi disebabkan
oleh kurangnya konsistensi dari pengelola makanan untuk menjaga kebersihan dan kualitas,
baik bahan makanan, hasil olahan maupun tempat kerjanya.
48
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
49
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
1). Data Dasar Puskesmas
Puskesmas di Kabupaten Semarang berjumlah 26 Puskesmas yang terdiri dari 12
Puskesmas Rawat Inap dan 14 Puskesmas Rawat Jalan. Puskemas dalam pelaksanaan
tugasnya di bantu dengan adanya Puskesmas pembantu dan Polindes/PKD, dimana jumlah
di Kabupaten Semarang sebagai berikut :
50
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
51
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
B. TENAGA KESEHATAN
1). Sumber Daya Manusia Kesehatan
Jenis ketenagaan di bidang kesehatan dibagi menjadi : tenaga medis meliputi
dokter, dokter gigi, dr/drg spesialis ; tenaga perawat & bidan ; tenaga kefarmasian meliputi
apoteker, asisten apoteker; tenaga gizi ; tenaga teknis medis meliputi analis laboratorium,
TEM dan rontgen, anestesi dan fisioterapis; tenaga sanitasi, tenaga kesehatan masyarakat,
tenaga administrasi umum, baik yang pegawai negeri maupun honorer.
Sesuai Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, jumlah standar
dokter umum di puskesmas rawat jalan kawasan pedesaan dan perkotaan sebanyak 1 orang
begitu juga dengan jumlah minimal dokter gigi yang ada sebanyak 1 orang. Untuk
puskesmas rawat inap kawasan pedesaan dan perkotaan standarnya terdapat 2 orang dokter
umum dan 2 orang dokter gigi..Berikut adalah standard ketenagaan Puskesmas berdasarkan
Permenkes 75 tahun 2014.
Puskesmas
Puskesmas Puskesmas Kawasan terpencil
kawasan perkotaan kawasan pedesaan dan sangat
terpencil
NO Jenis Tenaga
Non Non Non
Rawat Rawat Rawat
Rawat Rawat Rawat
inap inap inap
Inap inap inap
1 Dokter atau 1 2 1 2 1 2
52
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
dokter layanan
primer
2 Dokter gigi 1 1 1 1 1 1
3 Perawat 5 8 5 8 5 8
4 Bidan 4 7 4 7 4 7
5 Tenaga 2 2 1 1 1 1
Kesehatan
masyarakat
6 Tenaga 1 1 1 1 1 1
kesehatan
lingkungan
7 Ahli Teknologi 1 1 1 1 1 1
laboratorium
medik
8 Tenaga Gizi 1 2 1 2 1 2
9 Tenaga 1 2 1 1 1 1
Kefarmasian
10 Tenaga 3 3 2 2 2 2
Administrasi
11 Pekarya 2 2 1 1 1 1
Jumlah 22 31 19 27 19 27
53
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
Sumber : data kepegawaian terdiri dari data Pusk, RS, dan sarana kesehatan lainnya
Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk dari tahun 2013 sampai dengan 2017
tampak seperti tabel di bawah ini :
Tabel 39. Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk tahun 2013-2017
NO Jenis Tenaga Rasio 2013 Rasio 2014 Rasio 2015 Rasio 2016 Rasio 2017
Kesehatan per 100.000 per 100.000 per 100.000 per 100.000 per 100.000
penduduk penduduk penduduk penduduk penduduk
1 Dokter Spesialis 10,98 12,03 11,74 11,63 17,35
2 Dokter 12,40 11,12 10,94 28,14 49,67
3 Apoteker 2,44 1,21 2,3 12,43 16,06
4 Ahli Gizi 4,98 5,46 4,01 3,28 4,66
5 Perawat 62,02 68,02 67,65 80,05 84,47
6 Bidan 37,31 78,81 81,24 61,55 73,27
7 Ahli Kesehatan 2,5 1,01 0,50 1,49 3,27
Masyarakat
8 Ahli Sanitasi 1,9 1,92 0,40 1,59 1,89
9 Tenaga Teknisi 9,5 16,88 16,86 15,41 18,74
Medis
54
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
600
500
2013
400 2014
300 2015
200 2016
100 2017
0
Dokter
Perawat
Perawat
Apoteker
Sanitarian
Gizi
Fisioterapis
Adminkes
Gigi
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
1). Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kabupaten
Total anggaran kesehatan di Dinas Kesehatan dan 2 (dua) rumah sakit
pemerintah baik yang bersumber dari APBD, APBD Provinsi, APBN (Dekonsentrasi, DAK
55
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
dan BOK), BPJS dan sumber pemerintah lainnya tahun 2017 sebesar Rp 311.067.825.894
(belanja langsung dan belanja tidak langsung).
Anggaran Belanja Kabupaten Semarang tahun 2017 sebesar Rp
2.192.710.304.000,- .Persentase Anggaran Belanja Kesehatan terhadap APBD Kabupaten
sebesar 8,22 %, persentase ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar
7,90 %.
56
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
BAB VI
KESIMPULAN
Pencapaian hasil yang optimal tentunya perlu diwujudkan melalui kerjasama yang baik,
di lintas program maupun lintas sektor. Data yang akurat mutlak diperlukan untuk menilai
keberhasilan suatu kegiatan dan sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan kegiatan di masa
yang akan datang. Untuk itu dipandang perlu adanya komitmen untuk mendapatkan pemenuhan
data satu pintu yang akurat dan dapat digunakan tepat waktu.
Semoga Profil kesehatan Kabupaten Semarang Tahun 2017 ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan data tentang capaian indikator kesehatan di Kabupaten
Semarang baik sektor pemerintahan, swasta maupun perorangan.
57
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG 2017
58