Você está na página 1de 2

Algoritma Diagnosis Deep Vein Thrombosis (DVT)

Di antara pasien dengan keluhan nyeri serta pembengkakan tungkai, mungkin saja
ada yang memiliki risiko DVT. Adanya riwayat edema tungkai unilateral dan nyeri pada
tungkai atas atau tungkai bawah tanpa penjelasan yang jelas dari trauma sendi atau tulang
patut dicurigai mengalami DVT (Jorgenson, 1993).

Faktor risiko berikut yang perlu diperhatikan :


 Pasien dengan riwayat adanya venous thromboembolism (VTE), riwayat keluarga
dari VTE.
 Kehamilan, post partum, atau riwayat penggunaan estrogen.
 Riwayat pembedahan atau trauma.
 Immobilisasi.
 Riwayat kanker atau sedang mengidap kanker.
 Varikositis.
 Mengalami riwayat penerbangan lama diatas 8 jam.
Hasil pemeriksaan melingkupi eritema, rasa hangat dan trombo plebitis superfisial
dengan teraba vena superfisial yang lembut.

Setelah menentukan pasien - pasien yang berisiko mengalami DVT, maka para klinisi
sebaiknya melakukan sebuah protokol formal untuk menentukan clinical pretest
probability (CPTP), yaitu dengan menggunakan Well’s Score. Pasien dengan nilai skoring
yang rendah, dapat dilakukan pemeriksaan D-dimer. Jika D-dimer negatif, ultra sound
duplex dapat dilakukan. Ultra sound duplex merupakan pemeriksaan diagnostik primer
untuk mengevaluasi DVT.
Apabila diagnosis DVT telah ditegakkan, maka selanjutnya adalah menentukan
terapi DVT dengan penggunaan anti koagulan. Trombosis proksimal ( pada vena
popliteal atau di atasnya) harus di terapi dengan anti koagulan terkecuali pasien tersebut
memiliki kontra indikasi terhadap penggunaan anti koagulan. Sedangkan trombosis pada
betis (di bawah vena popliteal) diterapi dengan menggunakan anti koagulan atau diikuti
dengan pemeriksaan ultra sound duplex serial.
Algoritma Penatalaksanaan Venous Thromboembolism (VTE)

Kontra indikasi Anti koagulan


Kontraindikasi absolut untuk pemberian anti koagulan adalah perdarahan masif
dan aktif serta perdarahan intrakranial. Kontraindikasi relatif adalah riwayat
pembedahan, trauma, anemia (hematokrit kurang dari 30%), penyakit ginjal, riwayat
perdarahan gastri intestinal, ulkus gaster yang aktif, dan penyakit hepar. Pasien -
pasien dengan penyulit seperti ini apabila tidak diterapi dengan anti koagulan, dapat
dilakukan pemeriksaan duplex serial.

Anti koagulan
 Pasien dengan DVT sebaiknya diterapi dengan low-molecular-weight heparin
(LMWH) atau fondaparinux.

Você também pode gostar