Você está na página 1de 10

Simki-Techsain Vol. 01 No.

04 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

ARTIKEL

ANALISA KEKUATAN TARIK (TENSILE) SAMBUNGAN LAS JENIS


LAP JOINT DAN BUTT JOINT PLUS PADA BAJA ST 51 DENGAN
MENGGUNAKAN LAS SMAW ELEKTRODA E6013

ANALYSIS OF TENSILE STRENGTH CONNECTION TYPE


WELDING LAP JOINT AND BUTT JOINT PLUS AT ST 51
USING SMAW ELECTRODE E6013 WELDING

Oleh:
ARIS GUSTIAN WIDIANTO
13.1.03.01.0159

Dibimbing oleh :
1. FATKUR RHOHMAN, M.Pd.
2. M. MUSLIMIN ILHAM, M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2017
Simki-Techsain Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Aris Gustian Widianto | 13.1.03.01.0159 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 1||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

ANALISA KEKUATAN TARIK (TENSILE) SAMBUNGAN LAS JENIS


LAP JOINT DAN BUTT JOINT PLUS PADA BAJA ST 51 DENGAN
MENGGUNAKAN LAS SMAW ELEKTRODA E6013
ARIS GUSTIAN WIDIANTO
13.1.03.01.0159
Fakultas Teknik – Prodi Teknik Mesin
Email: arisgustian7@gmail.com
Fatkur Rhohman, M.Pd1 dan M. Muslimin Ilham, M.T2

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

Abstrak

Teknologi pengelasan memegang peranan penting dalam proses


penyambungan, dan hal ini tidak terlepas dari jenis sambungan dan arus listrik
yang berperan penting dalam proses penyambungan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh bentuk sambungan dan variasi arus pengelasan
SMAW terhadap kekuatan tarik sambungan lap joint dan butt joint plus pada
baja St 51. Metode dalam penelitian ini menggunakan pengolahan data hasil
analisis varians (ANAVA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis sambungan dan arus pengelasan
memiliki pengaruh terhadap kekuatan tarik sambungan. Kekuatan tarik rata-
rata sambungan lap joint arus 60 A sebesar 475 Mpa dan butt joint plus sebesar
271,6 Mpa. Selanjutnya pada arus 80 A kekuatan tarik rata-rata sambungan lap
joint sebesar 388,3 Mpa dan sambungan butt joint plus sebesar 175 Mpa.
Kekuatan tarik sambungan tertinggi yakni 475 Mpa pada sambungan lap joint
arus 60 A, sedangkan kekuatan tarik terendah 175 Mpa pada sambungan butt
joint plus arus 80 A. Hasil uji ANAVA untuk faktor (A) ada pengaruh
sambungan terhadap kekuatan tarik. Untuk faktor (B) ada pengaruh arus
pengelasan terhadap kekuatan tarik.

Kata kunci : kekuatan tarik (tensile), lap joint, butt joint plus, baja st 51, las
smaw, elektroda e6013

Aris Gustian Widianto | 13.1.03.01.0159 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 2||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

I. PENDAHULUAN bejana tekan, sarana transportasi, rel, pipa


Seiring dengan perkembangan saluran dan lain sebagainya. Sambungan las
teknologi di bidang konstruksi, pengelasan adalah sambungan antara dua logam dengan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan cara pemanasan atau logam pengisi.
dari pertumbuhan dan peningkatan industri, Sambungan terjadi pada kondisi logam
karena mempunyai peranan yang sangat dalam keadaan plastis atau leleh.
penting dalam rekayasa dan reparasi produk Sambungan las banyak digunakan pada
logam. Hampir pada setiap pembangunan konstruksi baja. Penyambungan dua
suatu konstruksi dengan logam melibatkan buah logam menjadi satu dilakukan dengan
pekerjaan pengelasan. Shielded Metal Arc jalan pemanasan atau pelumeran, dimana
Welding (SMAW) atau las elektroda kedua ujung logam yang akan disambung
terbungkus merupakan proses pengelasan dibuat lumer atau dilelehkan dengan busur
yang paling banyak digunakan nyala atau panas yang didapat dari busur
(Wiryosuwarto dan Okumura; 2004). nyala listrik sehingga kedua ujung bidang
Faktor yang mempengaruhi las adalah logam merupakan bidang yang kuat dan
prosedur pengelasan yaitu suatu tidak mudah dipisahkan (Arifin,1997).
perencanaan untuk pelaksanaan penelitian Dalam konstruksi pengelasan ada
yang meliputi cara pembuatan konstruksi beberapa jenis sambungan yang digunakan
las yang sesuai rencana dan spesifikasi untuk menyambung antara logam satu
dengan menentukan semua hal yang dengan yang lain. Sambungan ini
diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. diperlukan untuk meneruskan beban atau
Faktor produksi pengelasan adalah jadwal tegangan diantara bagian-bagian yang
pembuatan, proses pembuatan, alat atau disambung, agar hasil dari pengelasan
bahan yang diperlukan, urutan pelaksanaan menjadi lebih kuat.
dan persiapan pengelasan. Antara lain Kekuatan hasil lasan dipengaruhi oleh
meliputi pemilihan mesin las, penunjukan besar arus, kecepatan pengelasan, besarnya
juru las, pemilihan elektroda, penggunaan penembusan dan polaritas listrik. Penentuan
jenis sambungan dan jenis kampuh. besarnya arus dalam penyambungan logam
Lingkup penggunaan teknik ditentukan diameter elektroda, pengelasan
pengelasan dalam konstruksi sangat luas ini menggunakan elektroda E6013 dengan
meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, diameter 2,6 mm. Penentuan besar arus
Aris Gustian Widianto | 13.1.03.01.0159 simki.unpkediri.ac.id
FT – Teknik Mesin || 3||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

dalam pengelasan ini mengambil arus 60 Tabel 2.1 Rancangan penelitian data
amper dan 80 amper dengan menggunakan kekuatan tarik
sambungan lap joint dan butt joint plus.
Jenis Arus Tipe Keku Rata-
Sambungan Elektroda atan Rata
Tarik Kekuatan
II. METODE PENELITIAN (Mpa) Tarik

Variabel penelitian yang digunakan


adalah sebagai berikut: (1) Variabel Bebas
adalah arus 60 amper dan 80 amper. (2)
Variabel Terikat adalah sambungan lap
60 A E6013
joint dan butt joint plus. (3) Variabel
Kontrol adalah elektroda tipe E6013
berdiameter 2,6 mm dan baja ST 51.
Lap Joint
Tahap pelaksanaan penelitian diawali
dengan study literatur untuk mendapatkan
80 A E6013
informasi, data, dan teori yang berkaitan
dengan obyek penelitian.
Kemudian dilanjutkan prosedur
penelitian (1) persiapan bahan pengujian
yaitu spesimen sambungan lap joint dan
butt joint plus (2) alat pengujian yaitu 60 A E6013

mesin uji tarik (3) pengambilan data


kekuatan tarik (Mpa).
Butt Joint
Plus

80 A E6013

Aris Gustian Widianto | 13.1.03.01.0159 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 4||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Kemudian untuk teknik analisis data Tabel 3.1 Data rata-rata kekuatan tarik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sambungan lap joint dan butt joint plus
metode statistik Analisa Varians No Jenis Arus Kekuatan Tarik
Sambungan Pengelasan
(ANAVA). Persyaratan uji Anava adalah 1 Lap Joint 60 A 475 Mpa
2 Butt Joint 60 A 271,6 Mpa
data yang dianalisis harus terlebih dahulu Plus
3 Lap Joint 80 A 388,3 Mpa
dilakukan uji normalitas dan uji 4 Butt Joint 80 A 175 Mpa
Plus
homogenitas. ANAVA menggunakan taraf
signifikan 0,05 (Montgomery, 2009) atau Pada tabel diatas menunjukkan bahwa
5% artinya hipotesis yang diterima sebesar rata-rata kekuatan tarik yang dihasilkan
95% untuk software yang digunakan adalah dengan menggunakan sambungan lap joint
Minitab 16. lebih tinggi dibanding sambungan butt joint
plus.
III. HASIL PENELITIAN Grafik rata-rata kekuatan tarik (Mpa)
Pada penelitian ini adalah pada sambungan lap joint dan butt joint
pengambilan data kekuatan tarik plus
sambungan las jenis lap joint dan butt joint 475388.3
600
plus pada baja ST 51. Serta satuan kekuatan 400 271.6
175
200 60 A
tarik dinyatakan dalam Mpa (megapascal). 0
Lap Joint Butt Joint 80 A
1. Deskripsi Data Plus
Hasil Penelitian kekuatan tarik
sambungan las jenis lap joint dan butt joint Gambar 3.1 Grafik rata-rata kekuatan tarik
plus pada baja ST 51 menggunakan arus 60 2. Analisa Data
amper dan 80 amper dengan pengulangan Prosedur analisa data, dalam prosedur
sebanyak 3 kali menggunakan mesin uji analisa data terlebih dahulu perlu diuji
tarik. dengan uji metode normalitas dan
homogenitas untuk mengetahui apakah data
variabel dalam keadaan baik atau tidak.
Serta sebagai syarat dari ANAVA terhadap
data yang didapatkan selama eksperimen.

Aris Gustian Widianto | 13.1.03.01.0159 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 5||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Pertama Uji kenormalan residual Jika nilai P-value F-test > 0.05 (taraf
dilakukan dengan menggunakan Uji signifikan) maka jenis sambungan memiliki
Anderson-Darling yang terdapat pada variansi yang sama. Gambar 3.3
program minitab 16. menunjukkan p-value F-test sebesar 0.931
Probability Plot of kekuatan tarik sehingga dapat diartikan hasil jenis
Normal
99
Mean
StDev
327,5
131,4
sambungan terhadap kekuatan tarik
95 N 4
AD 0,173
90

80
P-Value 0,807 homogen.
70
Test for Equal Variances for kekuatan tarik
Percent

60
50
F-Test
40
Test Statistic 0,91
30 60 P-Value 0,970
20

arus
10
80
5

0 2000 4000 6000 8000 10000


1 95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
0 100 200 300 400 500 600 700
kekuatan tarik

60
arus

Gambar 3.2 Plot uji distribusi normalitas 80

200 250 300 350 400 450 500

H0 ditolak jika p-value lebih kecil dari k ek uatan tarik

pada α = 0.05. Gambar 3.2 menunjukan


Gambar 3.4 Plot residual arus pengelasan
bahwa dengan uji Anderson-Darling
terhadap kekuatan tarik
diperoleh P-Value sebesar 0.807 yang
Jika nilai P-value F-test > 0.05 (taraf
berarti lebih besar dari α = 0.05
signifikan) maka arus pengelasan memiliki
(Montgomery, 2009). Oleh karena itu dapat
variansi yang sama. Gambar 3.4
disimpulkan bahwa H0 merupakan residual
menunjukkan p-value F-test sebesar 0.970
berdistribusi normal.
sehingga dapat diartikan varians arus
Pada Uji Homogenitas digunakan
pengelasan terhadap kekuatan tarik
untuk melihat adanya perbedaan varians
homogen.
dari masing-masing data kekuatan tarik.
Test for Equal Variances for kekuatan tarik
3. Hasil Analisa Data
F-Test
Test Statistic 1,24
Analisa data menggunakan Analisis
jenis sambungan

butt joint plus P-Value 0,931

lap joint
Varians (ANAVA). Dari hasil analisa
0 1000 2000 3000 4000 5000
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

didapat tabel dibawah ini :


jenis sambungan

butt joint plus

lap joint

200 250 300 350 400 450 500


k ek uatan tarik

Gambar 3.3 Plot residual jenis sambungan


terhadap kekuatan tarik
Aris Gustian Widianto | 13.1.03.01.0159 simki.unpkediri.ac.id
FT – Teknik Mesin || 6||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Tabel 3.2 Analisa Varians variabel proses Pengujian hipotesis dengan cara
terhadap kekuatan tarik kedua berdasarkan P-Value yang
dibandingkan dengan nilai taraf signifikan
5% (  = 0.05), apabila P-Value yang
dihasilkan analisis variansi lebih kecil dari
nilai taraf signifikan 5% (  =0,05) maka
varibel bebas dapat dipastikan memiliki
pengaruh pada hasil kekuatan tarik pada
4. Pengujian Hipotesis penelitian (Montgomery, 2009).
Dalam pengujian hipotesis untuk a. Untuk variabel sambungan P-Value =
menarik kesimpulan sesuai analisa data 0.015 < α = 0.05, maka secara statistik
dapat menggunakan cara membandingkan variabel sambungan memiliki pengaruh
nilai Fhitung yang dihasilkan dari analisis terhadap kekuatan tarik.
varians dan Ftabel dari tabel distribusi F,  b. Untuk variabel arus pengelasan P-Value
(signifikan) 0.05 (Montgomery, 2009). = 0.034 < α = 0.05, maka secara statistik
a. Untuk faktor Sambungan variabel arus pengelasan memiliki
H0 : α1 = α 2 pengaruh terhadap kekuatan tarik.
H1 : α1 ≠ α 2 Pengaruh yang diberikan dari dua
Kesimpulan: F hitung = 1771,64 > F variabel ini mampu terlihat dengan jelas
(0,05 : 2 : 9) = 4,26 maka H0 ditolak, melalui gambar main effect plot untuk
artinya ada pengaruh sambungan kekuatan tarik yang didapat dari uji
terhadap kekuatan tarik (Arikunto, ANAVA pada Software Minitab 16 sebagai
2010). berikut.
b. Untuk faktor Arus Main Effects Plot for kekuatan tarik
Data Means

H0 : β1 = β 2 450
jenis sambungan arus

H1 : β1 ≠ β 2 400

350
Mean

Kesimpulan: F hitung = 342,81 > F


300

(0,05 : 2 : 9) = 4,26 maka H0 ditolak, 250

artinya ada pengaruh arus terhadap 200


butt joint plus lap joint 60 80

kekutan tarik (Arikunto, 2010).


Gambar 3.5 Plot efek yang diberikan
variabel bebas terhadap kekuatan tarik
Aris Gustian Widianto | 13.1.03.01.0159 simki.unpkediri.ac.id
FT – Teknik Mesin || 7||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Pada gambar 3.5 dapat dijelaskan joint plus menghasilkan nilai kekuatan tarik
bahwa : Spesimen sambungan lap joint 271,6 Mpa. Dengan menggunakan arus 80
mempunyai kekuatan tarik yang lebih tinggi amper pada sambungan lap joint
dibandingakan sambungan butt joint plus menghasilkan nilai kekuatan tarik 388,3
(nilai Fhitung > Ftabel). Dan Pada variasi arus Mpa dan pada butt joint plus menghasilkan
pengelasan mengalami penurunan dari arus nilai kekuatan tarik 175 Mpa. Dari hal ini
60 amper ke 80 amper (nilai Fhitung > Ftabel). dapat diketahui bahwa sambungan lap joint
5. Pembahasan lebih kuat dari sambungan butt joint plus.
Berdasarkan hasil eksperimen
faktorial serta Analisis Varians (ANAVA) IV. PENUTUP
yang telah dilakukan pada penelitian ini 1. Simpulan
dimana ada pengaruh dari semua varibel Penelitian dapat diambil kesimpulan
(jenis sambungan dan arus). Berdasarkan sebagai berikut :
hasil uji di atas variasi arus berpengaruh a. Dari hasil pengujian tarik menggunakan
terhadap nilai kekuatan tarik sambungan sambungan las jenis lap joint dan butt
lap joint dan butt joint plus pada baja ST joint plus lebih kuat menggunakan
51. Pengaruh variasi arus terhadap kekuatan sambungan lap joint. Data yang
tarik dapat dilihat pada tabel 3.1. Dari hasil diperoleh sambungan lap joint
rata-rata data yang diperoleh dari arus menggunakan arus 60 amper nilai
pengelasan 60 amper dan 80 amper, kekuatan tariknya 475 Mpa dan butt
kekuatan tarik yang dihasilkan mengalami joint plus nilai kekuatan tariknya 271,6
penurunan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Mpa. Sedangkan saat menggunakan arus
penurunan ini diakibatkan oleh retakan 80 amper sambungan lap joint kekuatan
pada spesimen yang menimbulkan tariknya 388,3 Mpa dan butt joint plus
penurunan akibat dari retak panas, hal ini kekuatan tariknya 175 Mpa.
sesuai dengan teori yang dijelaskan b. Dari hasil pengujian tarik menggunakan
(Nurhidayat, 2012 :73). arus 60 amper dan 80 amper lebih kuat
Dari rata-rata hasil penelitian menggunakan arus 60 amper. Data yang
pengujian pada sambungan lap joint dengan diperoleh saat menggunakan arus 60
menggunakan arus 60 amper menghasilkan amper dengan sambungan lap joint nilai
nilai kekuatan tarik 475 Mpa dan pada butt kekuatan tariknya 475 Mpa dan 271,6
Aris Gustian Widianto | 13.1.03.01.0159 simki.unpkediri.ac.id
FT – Teknik Mesin || 8||
Simki-Techsain Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : XXXX-XXXX

Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Mpa pada sambungan butt joint plus. V. DAFTAR PUSTAKA


Sedangkan saat menggunakan arus 80 Arifin, 1997. Las Listrik dan Otogen,
Ghalia Indonesia, Jakarta
amper dengan sambungan lap joint nilai
kekuatan tariknya 388,3 Mpa dan 175 Arikunto, Suharsimi. 2010 Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Mpa pada sambungan butt joint plus.
Jakarta ; PT Rineka Cipta.
c. Dari pengujian tarik sambungan lap joint
Montgomery, D.C, 2009, Design and
dan butt joint plus menggunakan arus 60
Analisys of Experiment 7th ed. John
amper dan 80 amper lebih kuat Wiley & Sons, Inc.
sambungan lap joint memakai arus 60
Nurhidayat, Achmad. 2012. Pengaruh
amper. Dari data hasil penelitian yang Metode Pendinginan pada Perlakuan
Panas Pasca Pengelasan terhadap
diperoleh sambungan lap joint
Karakteristik Sambungan Las Logam
menggunakan arus 60 amper nilai Berbeda antara Baja Karbon Rendah
ASTM A36 dengan Baja Tahan Karat
kekuatan tariknya 475 Mpa.
Austenitik AISI 304.
2. Saran POLITEKNOSAINS. Vol. 11 No. 1.
Universitas Surakarta
Saran yang dapat diberikan pada
penelitian ini adalah : Wiryosumarto, H. dan Okumura,T., 2004,
Teknologi Pengelasan Logam, PT
Untuk mendapatkan hasil sambungan
Pradaya Paramita, Jakarta.
las yang baik perlu dilakukan penelitian
lebih banyak lagi tentang macam-macam
bentuk sambungan las. Karena lingkup
penggunaan teknik pengelasan dalam
konstruksi sangat luas meliputi perkapalan,
jembatan, rangka baja, bejana tekan, sarana
transportasi, rel, pipa saluran dan lain
sebagainya. Disarankan untuk penelitian
selanjutnya agar menguji faktor lain yang
dapat mempengaruhi hasil kekuatan
sambungan las sehingga dapat
memudahkan untuk memilih jenis
sambungan mana yang akan digunakan.

Aris Gustian Widianto | 13.1.03.01.0159 simki.unpkediri.ac.id


FT – Teknik Mesin || 9||

Você também pode gostar