Você está na página 1de 34

DAFATAR ISI

DAFATAR ISI ......................................................................................................... i


BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Pengertian Manajemen Belajar dan Pembelajaran ....................................... 3
B. Fungsi Manajemen Pembelajaran ................................................................ 4
2. Pengorganisasian ( Organizing ) .............................................................. 6
3. Pengarahan ( Directing ) ........................................................................... 7
4. Pengevaluasian ( Evaluating ) .................................................................. 7
C. Komponen Pembelajaran ............................................................................. 9
1. Guru ......................................................................................................... 9
2. Kewajiban Guru ..................................................................................... 12
3. Hak Guru ................................................................................................ 14
4. Kesalahan yang dilakukan oleh Guru .................................................... 16
5. Persyaratan Guru Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 .... 24
BAB III ................................................................................................................. 32
PENUTUP ............................................................................................................. 32
A. Simpulan .................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33
LAMPIRAN ..........................................................................................................34

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Di tengah era globalisasi dan otonomi daerah, tuntutan perbaikan
pembelajaran disekolah semakin mengemuka, dimana orientasi pembelajaran
mengalami perubahan dari kegiatan belajar berpusat kepada guru sekarang
menjadi pembelajaran yang berpusat pada murid. Itu berarti reformasi
sekolah, khususnya pembelajaran merupakan hal yang mendesak untuk
dirancang dan dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, dibutuhkannya
suatu manajemen pembelajaran agar dapat mengetahui cara mengorganisir
pembelajaran disekolah.
Manajemen pembelajaran adalah segala usaha pengaturan proses
belajar mengajar, dalam rangka tercapainya proses belajar mengajar yang
efektif dan efisien. Pada dasarnya, manajemen pembelajaran merupakan
pengaturan semua kegiatan pembelajaran, baik kegiatan pembelajaran yang
dikategorikan dalam kurikulum inti maupun penunjang.
Dalam manajemen pembelajaran, yang bertindak sebagai manajer
adalah guru atau pendidik. Dengan demikian, pendidik memiliki wewenang
dan tanggung jawab untuk melakukan beberapa langkah kegiatan manajemen
yang meliputi merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran,
mengendalikan (mengarahkan) serta mengevaluasi pembelajaran yang
dilakukan.
Pada kegiatan merencanakan pembelajaran, pendidik menentukan
tujuan pembelajaran, yakni tujuan yang ingin dicapai setelah terjadinya
proses-kegiatan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang
terdiri dari aspek, yaitu apa yang dilakukan peserta didik dan apa yang
dilakukan pendidik. Oleh karena itulah, untuk mendapatkan proses
pembelajaran yang berkualitas dan maksimal, maka dibutuhkan adanya
perencanaan.

1
Pada hakikatnya manajemen pembelajaran merupakan bagian penting
dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Sehingga dalam manajemen
pembelajaran pun memiliki beberapa kegiatan dan hal-hal penting untuk
diperhatikan. Beberapa bagian terpenting dalam manajemen pembelajaran
tersebut antara lain: penciptaan lingkungan belajar, mengajar dan melatihkan
harapan kepada peserta didik, meningkatkan aktivitas belajar, dan
meningkatkan kedisiplinan peserta didik. Disamping itu, dalam penyusunan
materi diperlukan juga rancangan tugas ajar dalam ranah psikomotorik, dan
rancangan tugas ajar dalam ranah afektif, selain rancangan tugas ajar dalam
ranah kognitif tentunya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen belajar dan pembelajaran?
2. Apa saja fungsi manajemen belajar dan pembelajaran?
3. Apa saja yang berkaitan dengan seorang pendidik dalam manajemen
pembelajara.

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen belajar dan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi manajemen belajar dan pembelajaran.
3. Untuk mengetahui yang berkaitan dengan seorang pendidik dalam
manajemen pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Belajar dan Pembelajaran


Manajemen belajar dan pembelajaran terdiri dari dua kata,
yaitu manajemen, belajar dan pembelajaran. Secara bahasa
(etimologi) manajemen berasal dari kata kerja “to manage” yang berarti
mengatur.
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno “ménagement”,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum
memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker
Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti
bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien
berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal.
Adapun menurut istilah (terminologi) terdapat banyak pendapat
mengenai pengertian manajemen salah satunya menurut George R. Terry
Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian
untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan SDM dan
sumber daya lainnya.
Sedangkan menurut Hanry L. Sisk mendefinisikan Management is the
coordination of all resources through the processes of planning, organizing,
directing and controlling in order to attain stted objectivies.

3
Artinya manajemen adalah Pengkoordinasian untuk semua sumber- sumber
melalui proses-proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengawasan di dalam ketertiban untuk tujuan.
Menurut Ibrahim Bafadhal, manajemen pembelajaran adalah segala
usaha pengaturan proses belajar mengajar dalam rangka tercapainya proses
belajar mengajar yang efektif dan efisien. Manajemen program pembelajaran
sering disebut dengan manajemen kurikulum dan pembelajaran.
Selanjutnya, mengenai pembelajaran berasal dari kata “instruction”
yang berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses
interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak
dengan pendidik. Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaktif peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dengan berpijak dari pernyataan-pernyataan terkait definisi
manajemen pembelajaran tersebut, maka dapat dibedakan antara pengertian
manajemen pembelajaran dalam arti luas dan manajemen pembelajaran dalam
arti sempit.
Dalam arti luas, Manajemen pembelajaran adalah serangkaian proses
kegiatan mengelola bagaimana membelajarkan pembelajar peserta didik
dengan diawali dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
atau pengendalian, dan penilaian. Sedangkan Manajemen pembelajaran dalam
arti sempit diartikan sebagai kegiatan yang perlu dikelola pendidik selama
terjadinya interaksi dengan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa Manajemen
Belajar dan Pembelajaran merupakan usaha untuk mengelola pembelajaran
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran serta
pengawasan guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.

B. Fungsi Manajemen Pembelajaran


Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada
dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh
manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Manajemen
pembelajaran merupakan suatu proses. Pengertian proses mengacu kepada

4
serangkaian kegiatan yang dimulai dari penentuan sasaran (tujuan) sampai
berakhirnya sasaran/tercapainya tujuan.
Fungsi manajemen dapat dikatakan sebagai tugas-tugas yang harus
dilakukan oleh seorang manajer. Fungsi manajemen pertama kali
diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada
awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu
merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan.
Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu
perencanaan, pengorganisasian,pengarahan, dan pengevaluasian.
1. Perencanaan ( Planning )
Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan
sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan
perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu.
Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil
tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan
dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
Berdasarkan kajian konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa
perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan
manajemen. Tidak heran jika para ahli manajemen menyepakati bahwa
perencanan ini sebagai fungsi awal dari manajemen. Tanpa perencanaan,
pelaksanaan suatu aktivitas akan mengalami hambatan-hambatan bahkan
kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Tidak ada kegiatan yang
tidak diawali dengan perencanaan, walaupun kegiatan tersebut memiliki
ruang lingkup yang sangat sempit. Perencanaan juga dikategorikan sebagai
suatu proses, yaitu proses pemikiran dan penentuan segala sesuatu yang
akan dilakukan dan digunakan di masa yang akan datang.
Perencanaan yang sempurna dapat dihasilkan jika penyususnannya
didasarkan pada prinsip-prinsip tetentu. Prinsip-prinsip merupakan syarat
mutlak dalam setiap membuat perencanaan.
Persyaratan yang dimaksud terdiri dari:

5
a. Harus didasarkan pada tujuan yang jelas, maksudnya semua komponen
perencanaan dikembangkan dengan berorientasi pada tujuan yang jelas.
b. Bersifat sederhana, realistis, dan praktis, maksudnya perencanaan yang
dibuat tidak bersifat muluk-muluk, tidak dikarang-karang. Perencanaan
harus didasarkan pada realistas yang ada, dan dapat dilaksanakan.
c. Terperinci, maksudnya harus memuat segala uraian dan klasifikasi
kegiatan dan rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan sehingga
mudah dipedomani dan dijalankan.
d. Memiliki fleksibilitas, artinya perencanaan yang dibuat tersebut tidak
besifat kaku, melainkan mudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi,
serta kebutuhan sewaktu-waktu.

2. Pengorganisasian ( Organizing )
Fungsi kedua adalah pengorganisasian atau organizing.
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagi tugas-tugas pada
orang yang terlibat dalam kerja sama. Karena tugas-tugas ini demikian
banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, tugas-tugas ini
dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing unit organisasi.
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-
hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka
dapat bekerja sama dengan efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi
dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan
tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tetentu.
Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan
besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-
bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan
tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya,
bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung
jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.

6
3. Pengarahan ( Directing )
Pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai
sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.
Jadi directing artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja
dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Artinya semua yang
telah direncakan sebelumnya hendaknya dapat direalisasikan sebagaimana
seharusnya.
Dalam pelaksanaannya pengarahan ini seringkali dilakukan
bersamaan dengan pengawasan. Sambil mengawasi, manajer seringkali
member petunjuk atau bimbingan bagaimana seharusnya pekerjaan
dikerjakan. Pengarahan harus dilakukan secara berkesinambungan agar
tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikan atau
menghambat kelancaran jalannya organisasi.
Hasil pekerjaan staf yang dapat dinampakkan selama melaksanakan
aktivitasnya dapat dipengaruhi oleh bagaimana cara manajer memberikan
pengarahan itu sendiri. Jika pengarahan yang disampaikan manajer sesuai
dengan kemauan dan kemampuan dari staf, maka staf pun akan termotivasi
untuk memberdayakan potensinya dalam melaksanakan kegiatannya.
Itulah sebabnya maka untuk dapat melaksanakan pengarahan dengan baik,
seorang manajer diharapkan mampu menguasai teknik-teknik
berkomunikasi yang efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah
kepemimpinan (leadership).

4. Pengevaluasian ( Evaluating )
Pengevaluasian atau evaluating dalah proses pengawasan dan
pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya
perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer
dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional
perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi
semakin besar. Belajar menurut Gagne dalam Dahar (1989) dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah

7
perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Belajar pada hakekatnya
adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada
diri individu yang sedang belajar (Diknas, 2004) Dari konsep belajar
muncul istilah pembelajaran. Degeng dalam Wena (2009) mengartikan
pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Gagne dan Briggs
mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kondisi,
peristiwa, kejadian, dsb ) yang secara sengaja dirancang untuk
mempengaruhi pembelajar, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung
mudah (Diknas, 2004).
Apa yang harus dikerjakan oleh manajer pembelajaran dalam
kaitannya dengan pengembangan manajemen pembelajaran? Sebuah
pertanyaan yang tidak bisa dijawab secara ringkas, singkat dan cepat.
Sedikitnya diperlukan lima langkah besar dalam rangka pemenuhan
target kegiatan tersebut, antara lain:
a. Manajemen atmosfir pembelajaran.
b. Manajemen tugas ajar.
c. Manajemen tugas ajar dalam domain kognitif dan afektif.
d. Manajemen penyajian bahan pembelajaran.
e. Manajemen lingkungan pembelajaran.
Beberapa bagian terpenting dari manajemen pembelajaran tersebut
antara lain:
a. Penciptaan lingkungan belajar.
b. Mengajar dan melatihkan harapan kepada siswa.
c. Meningkatkan aktivitas belajar.
d. Meningkatkan disiplin siswa.
Dalam suatu pembelajaran seorang manejer pembelajaran ( guru )
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat rencana program pembelajaran.
b. Kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran.
c. Mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik.
d. Mampu menjawab soal/pertanyaan dari siswa.
e. Mampu membangkitkan motivasi kepada siswa.

8
f. Mampu memberikan apersepsi kepada siswa.
g. Mampu menggunakan metode mangajar yang bervariasi.
h. Mampu menggunakan alat bantu pengajaran.
i. Mampu mengatur dan mengubah suasana kelas.
j. Mampu memberikan teguran bagi siswa.
k. Mampu mengatur murid.
l. Mampu memberi reward dan sanksi pada siswa.
m. Mampu memberi pujian kepada siswa

C. Komponen Pemeblajaran

1. Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru bermakna orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya) adalah mendidik dan mengajar.
Sedangkan menurut Ondi Saondi, M. Pd, dan Drs. Aris Suherman, M. Pd
dalam bukunya Etika Profesi Keguruan mendefinisikan profesi sebagi
pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah
hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Pendidik merupakan salah satu faktor urgen dan juga penentu dalam
pendidikan, karena pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar dalam
membentuk watak, perangai, tingkah laku, dan kepribadian peserta didik.
Sedangkan menurut istilah yang lazim dipergunakan bagi pendidik adalah
guru.
Guru sering diidentifikasikan kepada pengertian pendidik. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman A.M, bahwa guru
memang pendidik, sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar
seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatih beberapa
keterampilan dan terutama sikap mental peserta didik.1
Kedua istilah tersebut (pendidik dan guru) mempunyai kesesuaian,
artinya perbedaannya adalah istilah guru yang sering kali dipakai di
lingkungan pendidikan formal, sedangkan pendidik dipakai di lingkungan

1 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakata: Raja Grafindo, 1990),
h. 135

9
formal, non formal maupun informal. Untuk mengetahui pengertian guru,
penulis akan mengemukakan pendapat dari para ahli pendidikan, di
antaranya:
a. Menurut A. Muri Yusuf berpendapat, guru adalah individu yang mampu
melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Individu yang mampu tersebut adalah orang
dewasa yang bertanggung jawab, orang yang sehat jasmani dan rohani
dan individu yang mampu berdiri sendiri serta mampu menerima resiko
dari segala perbuatannya.2
b. Menurut Basyiruddin Usman guru adalah seseorang yang bertindak
sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, fasilitas belajar mengajar
dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar yang efektif.3
c. Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya ilmu pendidikan teoritis dan
praktis mengemukakan bahwa guru adalah semua orang yang telah
memberikan suatu ilmu tertentu atau kepandaian kepada seseorang atau
sekelompok orang.4
Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat dipahami bahwa
guru atau pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab, sehat
jasmani dan rohani, dengan sengaja memberikan pertolongan kepada
peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohani sehingga anak
mampu hidup mandiri dan bertanggung jawab.
Pemberian pertolongan bukan berarti bahwa peserta didik makhluk
yang lemah tanpa memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum
mencapai tingkat optimal. Karena itulah perlunya bimbingan dari guru.
Dalam pasal 39 Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan

2 A. Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Jakarta: Ghalia Indonesia,


1986), Cet. Ke 2, h. 53

3 Basyiruddin Usman, Strategi Belajar Mengajar dan Media Pendidikan, (Jakarta: Quatum
Press, 2002), h. 2
4 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda karya,
1994), h. 126

10
pendidik atau guru adalah Tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, sehingga melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik di
perguruan Tinggi.5
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir yang dikemukan oleh Sulistiyorini di
dalam bukunya, pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi
kognitif, maupun potensi pikomotorik.
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi anak didik yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu pembinaan akhlak mulia, dan
meluruskannya. Oleh karena itu, pendidik mempunyai kedudukan yang tinggi
sebagaimana yang dilukiskan dalam hadits Nabi Muhammad saw. bahwa :
“Tinta seorang ilmuwan (ulama) lebih berharga ketimbang darah seorang
syuhada”
Dari pengertian ini terlihat bahwa pengertian pendidik lebih dititik
beratkan kepada tugas pendidik yang harus dilaksanakan secara operasional
dalam pembelajaran, yaitu merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran
dan menilai hasil pembelajaran. Selain itu pendidik juga bertugas membimbing
dan melatih peserta didik menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri,
keluarga, masyarakat, bangsa serta melakukan penelitian dan pengabdian
terhadap masyarakat.
Berdasarkan berbagai pengertian pendidik atau guru di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pendidik atau guru adalah orang dewasa yang bertanggung
jawab untuk mendidik, melatih, membimbing dan mengarahkan pertumbuhan
dan perkembangan jasmani maupun rohani peserta didik secara optimal.
Dengan tujuan agar peserta didik mampu menjalankan tugas-tugasnya di masa
akan datang, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.
HAK DAN KEWAJIBAN GURU

5 Undang-Udang Sistem Pendidikan Nasional 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003),


hal. 5

11
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen &
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru

2. Kewajiban Guru
Kewajiban sebagai pendidik (guru) antara lain : Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan. Harus
memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, Menciptakan suasana
pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis,
Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi,
dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
 Memiliki Kualifikasi Akademik yang berlaku (S1 atau D IV)
 Memiliki Kompetensi Pedagogik, yang meliputi :
 pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
 pemahaman terhadap peserta didik;
 pengembangan kurikulum atau silabus;
 perancangan pembelajaran;
 pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
 pemanfaatan teknologi pembelajaran;
 evaluasi hasil belajar; dan
 pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
 Memiliki Kompetensi Kepriadian, yang meliputi :
 Beriman dan bertakwa
 berakhlak mulia
 arif dan bijaksana;
 demokratis.
 mantap.
 berwibawa.

12
 stabil.
 Dewasa.
 jujur
 sportif.
 menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
 secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri.
 mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
 Memiliki Kompetensi Sosial, yang meliputi :
 berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun
 menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional.
 bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau
wali peserta didik.
 bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku.
 menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaan.
 Memiliki Kompetensi Profesional, yang meliputi :
 mampu menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam
sesuai dengan standar isi program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran
yang akan diampu; dan
 mampu menguasai konsep dan metode disiplin keilmuan,
teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual
menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.

 Memiliki Sertifikat Pendidik


 Sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

13
 Melaporkan pelanggaran terhadap peraturan satuan pendidikan
yang dilakukan oleh peserta didik kepada pemimpin satuan
pendidikan.
 Mentaati peraturan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan,
penyelenggara pendidikan, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah.
 Melaksanakan melaksanakan pembelajaran yang mencakup
kegiatan pokok :
 merencanakan pembelajaran
 melaksanakan pembelajaran;
 menilai hasil pembelajaran;
 membimbing dan melatih peserta didik; dan
 melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan
kegiatan pokok.

3. Hak Guru

Hak pendidik (guru) antara lain : Penghasilan dan jaminan


kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai, Penghargaan sesuai dengan
tugas dan prestasi kerja, Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga
kependidikan dilakukan berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman,
kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan. Berhak
mendapatkan sertifikasi pendidik, Perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual dan Kesempatan untuk
menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh Sertifikat Pendidik bagi guru


yang telah memiliki Kualifikasi Akademik S-1 atau D-IV
5. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial.
6. Mendapat tunjangan profesi, tunjangan fungsional dan subsidi tunjangan
fungsional bagi guru yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

14
 memiliki satu atau lebih Sertifikat Pendidik yang telah diberi satu
nomor registrasi Guru oleh Departemen
 memenuhi beban kerja sebagai Guru;
 mengajar sebagai Guru mata pelajaran dan/atau Guru kelas pada satuan
pendidikan yang sesuai dengan peruntukan Sertifikat Pendidik yang
dimilikinya.
 terdaftar pada Departemen sebagai Guru Tetap;
 berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun.
 tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi selain satuan
pendidikan tempat bertugas.
 Mendapat Masalahat Tambahan dalam bentuk:
 tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, atau
penghargaan bagi Guru.
 kemudahan memperoleh pendidikan bagi putra dan/atau putri Guru,
pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.
 Mendapat penghargaan dalam bentuk tanda jasa, kenaikan pangkat prestasi
kerja luar biasa baiknya, kenaikan jabatan, uang atau barang, piagam,
dan/atau bentuk penghargaan lain.
 Mendapat tambahan angka kredit setara untuk kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi 1 (satu) kali bagi guru yang bertugas di Daerah Khusus.
 Mendapatkan penghargaan bagi Guru yang gugur dalam melaksanakan
tugas pendidikan.
 Mendapatkan promosi sesuai dengan tugas dan prestasi kerja dalam bentuk
kenaikan pangkat dan/atau kenaikan jenjang jabatan fungsional.
 Memberikan penilaian hasil belajar dan menentukan kelulusan kepada
peserta didik.
 Memberikan penghargaan kepada peserta didik yang terkait dengan
prestasi akademik dan/atau prestasi non-akademik.
 Memberikan sanksi kepada peserta didik yang melanggar aturan.
 Mendapat perlindungan dalam melaksanakan tugas dalam bentuk rasa
aman dan jaminan keselamatan.

15
 Mendapatkan perlindungan hukum dari tindak kekerasan, ancaman,
perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil.
 Mendapatkan perlindungan profesi terhadap :
 pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 pemberian imbalan yang tidak wajar
 pembatasan dalam menyampaikan pandangan, pelecehan terhadap
profesi.
 pembatasan atau pelarangan lain yang dapat menghambat Guru dalam
melaksanakan tugas.
 Mendapatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja dari satuan
pendidikan dan penyelenggara satuan pendidikan terhadap:
a. resiko gangguan keamanan kerja
b. kecelakaan kerja
c. kebakaran pada waktu kerja
d. bencana alam
e. kesehatan lingkungan kerja dan/atau
f. resiko lain.
 Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan hak atas kekayaan
intelektual sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Memperoleh akses memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran.
 Berserikat dalam Organisasi Profesi Guru.
 Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.
 Kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan Kualifikasi
Akademik dan kompetensinya, serta untuk memperoleh pelatihan dan
pengembangan profesi dalam bidangnya.
 Berhak memperoleh cuti studi.

4. Kesalahan yang dilakukan oleh Guru

a. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran

16
Tugas guru yang paling utama adalah mengajar, dalam pengertian
menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik.
Berbagai kasus menunjukkan bahwa diantara guru banyak yang merasa
dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat
menunjukkan alasan yang mendasari asumsi itu. Asumsi keliru tersebut
seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehingga banyak
guru yang mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam
perenanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
Guru harus menyadari bahwa mengajar memiliki sifat yang
sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis dan
diktatis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan
bahwa mengajar disekolah berlangsung dalam suatu lingkungan
pendidikan, kare na itu guru harus mendampingi peserta didik menuju
kesuksesan belajar atau kedewasaan. Aspek psikologis menunjuk pada
kenyataan bahwa peserta didik yang belajar pada umumnya memiliki
taraf perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga
menuntut materi yang berbeda pula. Demikian halnya kondisi peserta
didik, kompetensi, dan tujuan yang harus mereka capai juga berbeda.
Selain itu, aspek psikologis menunjuk bahwa proses belajar itu sendiri
mengandung variasi, seperti belajar menghafal, belajar keterampilan
motorik, belajar konsep,belajar sikap.
Perbedaan tersebut menuntut model mengajar yang berbeda,
sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung. Asspek didaktis
menunjuk pada pengaturan belajar peserta didik oleh para guru yang
menuntut prosedur didaktis, berbagai cara mengelompokkan peserta
didik, dan beraneka ragam media pembelajaran. Oleh karena itu, guru
harus menentukan secara tepat jenis belajar yang paling berperan dalam
proses pembelajaran tertentu, dengan mengingat kompetensi dasar yang
harus dicapai. Kondisi eksternal yang harus diiptakan oleh guru
menunjuk variasi juga dan tidak sama antara jenis belajar yang satu
dengan yang lain, meskipun ada pula kondisi yang paling dominan
dalam segala jenis belajar. Dengan demikian, guru harus memiliki

17
pengetahuan yang cukup luas mengenai jenis-jenis belajar yang ada dan
kondisi-kondisi internal peserta didik, serta kondisi eksternal yang
mempengaruhinya.
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian
informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman,
guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik
dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam
menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu, guru dituntut memahami
berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing
peserta didik secara optimal.
Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru dituntut untuk
membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Namun dalam
kenyataannya, dengan berbagai alasan banyak guru yang mengambil
jalan pintas dengan tidak membuat persiapan ketika mau melakukan
pembelajaran, sehingga guru mengajar tanpa persiapan. Mengajar tanpa
persiapan disamping merugikan guru sebagai tenaga profesional juga
akan sangat mengganggu perkembangan peserta didik. Banyak perilaku
guru yang negatif dan menghambat perkembangan peserta didik yang
diakibatkan oleh perilaku guru yang suka mengambil jalan pintas dalam
pembelajaran.
Sebenarnya para guru menyadari bahwa persiapan memiliki peran
penting dalam pembelanjaran, namun banyak guru sering tidak
membuat persiapan mengajar, khususnya persiapan tertulis. Adakalanya
guru membuat persiapan mengajar tertulis hanya untuk memenuhi
tuntutan administratif, atau disuruh oleh kepala sekolah karena mau ada
pengawasan kesekolahnya. Mungkin anda pernah mendengar ucapan
kepala sekolah yang menyerukan agar guru-guru membuat persiapan
mengajar karena mau ada pengawas, atau mau ada penilaian
disekolahnya. Sungguh suatu kekeliruan besar, karena persiapan
mengajar adalah suatu persiapan yang harus dibuat guru untuk
melakukan pembelajaran, bukan untuk disuguhkan kepada pengawas.

18
Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam
pembelajaran, guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu
sistem yang jika salah satu komponennya terganggu maka akan
mengganggu seluruh sistem tersebut, sebagai contoh, guru harus selalu
membuat dan melihat persiapan setiap mau melakukan pembelajaran
serta merevisi sesuai dengan keutuhan peserta didik dan perkembangan
zaman. Harus selalu diingat, mengajar tanpa persiapan merupakan jalan
pintas dan tindakan yang berbahaya yang dapat merugikan
perkembangan peserta didik dan mengancam kenyamanan guru.
b. Menunggu peserta didik berperilaku negative
Dalam pembelajaran dikelas, guru berhadapan dengan sejumlah
peserta didik yang semuanya ingin diperhatikan. Peserta didik akan
berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang positif,
sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat perkembangan
peserta didik. Mereka senang jika mendapat pujian dari guru, dan
merasa kecewa jika kurang diperhatikan atau diabaikan.
Namun sayang, kebanyakan guru terperangkap dengan
pemahaman yang keliru tentang mengajar, mereka menganggap
mengajar adalah menyampaikan materi kepada peserta didik, mereka
juga menganggap mengajar adalah memberikan sejumlah pengetahuan
kepada peserta didik. Tidak sedikit guru yang sering mengabaikan
perkembangan kepribadian peserta didik serta lupa memberikan pujian
kepada mereka yang berbuat baik dan tidak membuat masalah.
Biasanya guru baru memberikan perhatian kepada peserta didik ketika
ribut, tidak memperhatikan atau mengantuk dikelas sehingga menunggu
peserta didik berperilaku buruk

c. Menunggu destructive discipline


Akhir-akhir ini banyak perilaku negatif yang dilakukan oleh para
peserta didik, bahkan melampaui batas kewajaran karena telah
menjurus pada tindakan melawan hukum, melanggar tata tertib,
melanggar moral agama, kriminal dan telah membawa akibat yang

19
sangat merugikan masyarakat. Demikian halnya pembelajaran guru
akan menghadapi situasi-situasi yang menuntut mereka harus
melakukan tindakan disiplin.
Seperti alat pendidikan lain, jika guru tidak memiliki rencana
tindakan yang benar, maka dapat melakukan kesalahan yang tidak
perlu. Seringkali guru memberihakn hukuman kepada peserta didik
tanpa melihat latar belakang kesalahan yang dilakukannya, tidak jarang
guru yang memberikan hukuman melampaui batas kewajaran
pendidikan dan banyak guru yang memberikan hukuman kepada
peserta didik tidak sesuai dengan jenis kesalahan.
Dalam hal itu, seringkali guru memberikan tugas-tugas yang
harus dikerjakan peserta didik diluar kelas, namun jarang sekali guru
yang mengoreksi pekerjaan peserta didik dan mengembalikannya
dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk memajukan peserta
didik.
Yang sering dialami peserta didik adalah bahwa guru sering
memberikan tugas, tetapi tidak pernah memberika umpa balik terhadap
tugas-tugas yang dikerjakan. Tindakan tersebut merupakan upaya
pembelajaran dan penegakan hukum yang destruktif, yang sanagat
merugikan peserta didik. Bahkan tidak jarang tindakan destructive
discipline yang dilakukan oleh guru menimbulkan masalah yang sangat
fatal, yang tidak saja mengancam perkembangan peserta didik, tetapi
juga mengancam keselamatan guru.
Agar tidak melakukan kesalahan-kesalahan dalam melakukan
disiplin, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Disiplinkan peserta didik ketika anda dalam keadaan tenang
b. Gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran
c. Hindari menghina dan mengejek peserta didik
d. Pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan secara tepat
e. Gunakan disiplin sebagai alat pembelajaran
d. Mengabaikan perbedaan peserta didik

20
Kesalahan berikutnya yang sering dilakukan guru dalam
pembelajaran adala mengabaikan perbedaan individu peserta didik. Kita
tahu bahwa setiap peserta didik memiliki perbedaan individual sangat
mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Peserta didik
memiliki emosi yang sangat bervariasi dan sering memperlihatkan
sejumlah perilaku yang tampak aneh. Pada umumnya perlikau-perilaku
tersebut relatif normal dan cukup bisa ditangani dengan menciptakan
iklim pembelajaran yang kondusif. Akan tetapi, guru disekolah
dihadapkan pada sejumlah peserta didik, guru seringkali kesulitan untuk
mengetahui mana perilaku yang normal dan wajar serta mana perilkau
indisiplin yang perlu mendapat penangan khusus.
Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka
memiliki kekuatan, kelemahan, minat dan perhatian yang berbeda-beda.
Latar belakang keluarga, sosial ekonomi dan lingkungan membuat
peserta didik berbeda dalam aktivitas, kreatifitas,intelegensi dan
kompetensinya. Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan
individual peserta didik dan menetapkan karakteristik umum yang
menjadi ciri kelasnya dan ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik
umumlah seharusnya memulai pembelajaran. Dalam hal ini, guru juga
harus memahami ciri-ciri peserta didik yang harus dikembangkan dan
yang harus diarahkan kembali.
Sehubungan dengan uraian diatas, aspek-aspek peserta didik yang
perlu dipahami antara lain kemampuan, potensi, minat, kebiasaa, hobi,
sikap, kepribadian, hasil belajar, catatan kesehatan, latar belakang
keluarga dan kegiatannya disekolah. Aspek-aspek tersebut dapat
dipelajari dari laporan dan catatan sekolah, informasi dari peserta didik
lain, observasi langsung dalam situasi kelas dan dalam berbagai kegiatan
lain diluar kelas serta informasi dari peserta didik itu sendiri berdasrakan
wawancara,percakapan dan autobiograpi.
e. Merasa paling pandai
Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para
peserta didik disekolah usianya ralatif lebih muda dari gurunya, sehingga

21
guru merasa bahwa peserta didik tersebut lebih bodoh dibanding dirinya.
Perasaan ini sangat menyesatkan, karena dalam kondisi seperti ini peserta
didik dapat belajar melalui internet dan berbagai media massa yang
mungkin guru belum menikmatinya.
Hal ini terjadi terutama dikota-kota, ketika peserta didik datang dari
keluarga kaya yang dirumahnya memiliki berbagai sarana dan prasarana
belajar yang lengkap serta berlangganan koran dan majalah yang
mungkin lebih dari satu edisi, sementara guru belum memilikinya.
Dengan demikian, dalam hal tertentu mungkin saja peserta didik yang
belajar lebih pandai dari pada guru. Jika ini benar terjadi, maka guru
harus demokratis untuk bersedia belajar kembali bahkan belajar dari
peserta didik sekalipun atau saling membelajarkan. Dalam hal ini guru
harus menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang senantiasa
menyesuaikan ilmu pengetahuan yang dimiliknya dengan perkembangan
yang terjadi di masyarakat. Jika tidak, maka akan ketinggalan kereta
bahkan akan disebut guru ortodok
f. Tidak adil (diskriminatif)
Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu
memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik secara adil dan
merata (tidak diskriminatif), sehingga mereka dapat mengembangkan
potensinya sevara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan
kewajiban guru dalam pembelajaran, dan hak peserta didik untuk
memperolehnya. Dalam praktiknya banyak guru yang tidak adil sehingga
merugikan perkembangan peserta didik dan ini merupakan kesalahan
yang sering dilakukan guru terutama dalam penilaian. Penilaian
merupakan upaya untuk memberikan penghargaan kepada peserta didiks
esuai dengan usaha yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Oleh
karena itu, dalam memberikan penilaian harus dilakukan secara adil dan
benar-benar merupakan cermin dari perilaku peserta didik. Namun
demikian, dalam pelaksanaannya tidak sedikit guru yang
menyalahgunakan penilaian. Sebagai guru, tentu harus mampu

22
menghindarkan hal-hal yang dapat merugikan perkembangan peserta
didik.
Tidak ada yang melarang seorang guru mencintai peserta didiknya,
tetapi bagaimana menempatkan cintanya secara proporsional dan jangan
mencampuradukkan antara urusan pribadi dengan urusan profesional. Ini
biasa dilakukan oleh guru terutama guru muda.
g. Memaksa hak peserta didik
Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering
dilakukan guru, sebagai akibat dari kebiasaan guru berbisnis dalam
pembelajaran sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
keuntungan.
Guru boleh saja memiliki pekerjaan sampingan untuk memperoleh
penghasilan tambahan dan itu menjadi haknya, tetapi tindakan memaksa
bahkan mewajibkan peserta didik untuk membeli buku tertentu sangat
fatal serta kurang bisa digugu dan ditiru. Sebatas menawarkan boleh saja,
tetapi kalau memaksa kasihan bagi orang tua yang tidak mampu. Kondisi
semacam ini seringkali membuat prustasi peserta didik.

23
5. Persyaratan Guru Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
Selain persyaratan sebagai PNS, seperti tersebut di atas, jabatan guru
juga memiliki persyaratan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8. Pasal ini menyatakan bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat
jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
1) Persyaratan Kualifikasi Akademik.
Mencermati pasal 9 undang-undang ini, tersirat adanya persyaratan
untuk menjadi guru minimal berijazah sarjana (S1) atau diploma empat
(D4), dengan tidak membedakan apakah itu guru SD, guru SMP atau guru
pada jenjang pendidikan menengah.
Berdasarkan pengalaman, persyaratan ini memiliki sifat dinamis
dalam arti dalam dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni. Mungkin untuk saat ini (tahun 2007)
persyaratan di atas dianggap memadai, tetapi 10 tahun atau 20 tahun yang
akan datang belum tentu persyaratan tersebut dianggap layak. Sekarang ini
di masyarakat sedang berkembang wacana kualifikasi akademik untuk
jabatan presiden.
Ada gagasan bahwa kualifikasi akademik minimal untuk jabatan
presiden adalah sarjana (S1). Gagasan ini telah menimbulkan pro dan
kontra di masyarakat. Untuk yang pro mengemukakan berbagai alasan
untuk mendukung kesetujuannya itu, sebaliknya bagi yang kontra juga
mengutarakan berbagai argument untuk memperkuat ketidaksetujuannya.
Sekarang Anda bagaimana? Pro dan kontra, mungkin diantara Anda ada
yang pro dengan alasan “guru SD saja yang hanya mengurus peserta didik
1 kelas dituntut persyaratan minimal S1, apa logis jabatan presiden
dibebaskan dari persyaratan kualifikasi akademik’’.
Sebagai pendidik murni tak perlu terjebak dalam hal-hal sepertu itu.
Kita harus bias memilah-milah mana yang esensi dan mana yang bukan.
Saya bertanya kepada Anda, apakah persyratan kualifikasi akademik
(ijazah) merupakan substansi untuk jabatan guru? Jika mengalami

24
kesulitan menemukan jawaban pertanyaan itu,diskusikan dengan teman-
teman Anda.
2) Persyaratan Kompetensi.
Kompetensi yang wajib dimilik guru disebutkan dalam pasal 10
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social
dan kompetensi profesional. Untuk mendapatkan gambaran masing-
masing kompetensi, Anda dipersilakan mempelajari unit 3.
3) Persyaratan Sertifikat Pendidik.
Pada tahun 70-an, pengangkatan menjadi guru rujukan utamanya
adalahijazah keguruan. Awal tahun 80-an Lembaga Pendidikan Tenaga
Keguruan (LPTK) membuka program baru, yaitu program diploma (D1,
D2, D3) dan program strata satu (S1). Lulusan program ini selain ijazah
juga mendapatkan sertifikat akta.
Persyaratan untuk menjadi guru berubah, selain ijazah akta mengajar
merupakam rujukan pokok lulusan perguruan tinggi non guru yang ingin
menjadi guru harus memiliki akta mengajar, baru bisa diangkat menjadi
guru. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005.
Program akta selain ini telah berjalan, nampaknya akan berganti nama
menjadi program sertifikasi. Program ini akan memberikan sertifikat
pendidik kepada calon guru dan guru yang lulus uji kompetensi.
4) Persyaratan Kesehatan.
Persyaratan ini meliputi kesehatan jasmani dan rohani. Guru harus
sehat jasmani, tidak berpenyakit terutama penyakit menular. Hal ini
penting karena pekerja guru sehari-hari berinteraksi dengan peserta didik.
Pernah terjadi kasus, seorang guru SD X terkena penyakit menular, guru
tersebut tidak diperkenankan mengajar dan diberikan tugas-tugas
administrasi.
Selain tidak berpenyakit, guru juga tidak cacat fisik (pincang
misalnya) yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas.
Termasuk ke dalam persyaratan kesehatan jasmani adalah buta warna.
Guru seharusnya tidak buta warna, mengapa? Anda pasti sudah tahu
jawabannya. Guru juga harus sehat rohani (mental), tidak terganggu

25
mentalnya (neurose) dan sakit jiwanya (psycose). Tugas guru tidak
mungkin dilaksanakan oleh orang-orang yang mengidap neurose dan
psycose.
5) Persyaratan Kemampuan Untuk Mewujudkan Tujuan Pendidikan
Nasional.
Persyaratan ini lebih mengarah pada tugas guru sebagai pengajar.
Guru haru mampu mengutarakan peserta didiknya mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan berpegang pada herarki tijuan
pendidikan, tercapainya tujuan pembelajaran mengandung arti tercapainya
tujuan kurikuler. Tercapainya tujuan kurikuler mengandung arti
tercapainya tujuan lembaga dan tercapainya tujuan lembaga memiliki
makna tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Persyaratan khusus
a. Memiliki akhlak mulia
Guru adalah panutan peserta didik. Peserta didik dibekali dengan
dorongan untuk meniru prbuatan yang buruk. Bagi peserta didik sd, lebih
mudah meniru apa yang dilakukan gurunya dari pada menerima penjelasan
penjelasan verbal dari gurunya. Agar peserta didik itu meniru hal hal yang
baik maka guru wajib memiliki akhlak yang terpiji.
b. Memiliki kewibawaan
Perbuatan mendiddik tidak dapat dilakukan atau akan sia-sia
seandainya peserta didik tidak mengetahui kewibawaan pendidik. Tanpa
kewibawaan, peserta didik akan berbuat sesukanya tanpa menghiraukan
kehadiran si pendidik.kewibawaan muncul terutama karena kemampuan
yang tercermin dari kepribadian seseorang. Kepribadian memancarkan
kesediaan, kesanggupan, keterampilan, ketegasan, kejujuran, kesupelan,
tanggug jawab dan kerendah hati merupakan sumber munculnya
kewibawaan. Kewibawaan itu muncul berakarkan kepercayaan, yaitu
kepercayaan yang timbal balik. Kepercayaan ini menimbulkan keyakinan
pada masing-masing pihak sehingga muncullah kesediaan menerima dan
mematuhi pada satu pihak, dan kesediaan menjalankan tugas dengan
penuh tanggung jawab pada pihak yang lain. Dalam kewibawaan harus ada

26
kekuasaan. Pada kewibawaan kepenurutan peserta didik atas dasar
kesediaan dan kerelaan mematuhi si pendidik / guru, tetapi kekuasaan atas
dasar rasa takut.
c. Memiliki kesabaran dan ketekunan
Pekerjaan guru membutuhkan kesabaran dan ketekunan karena
peserta didik yang dihadapi memiliki latar belakang yang berbeda-beda,
baik latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, budaya maupun
kemampuan. Pribadi-pribadi dengan temperamen dingin lebih cocok untuk
jabatan guru daripada individu-individu bertemperamen panas.
d. Mencintai peserta didik
Apapun yang dilakukan guru semata-mata didasarkan atas
kecintaannya kepada peserta didik. Pemberian perintah, larangan,
ganjaran, hukuman, semua itu dilandasi rasa cinta kepada peserta didik
agar peserta didik menjadi orang yang berguna bagi orang tua, masyarakat
dan negara.\
Tenaga Fungsional
Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan fungsional
yaitu jabatan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mengandalkan keahlian
akademis kependidikan. Yang termasuk di dalamnya adalah guru.
Guru merupakan tombak dalam proses pendidikan. Proses pendidikan
tidak akan berhasil dengan baik tanpa peran guru. Secara institusional,
kemajuan suatu lembaga pendidikan lebih ditentukan oleh pimpinan lembaga
tersebut daripada pihak lain. Akan tetapi, dalam proses pembelajaran, guru
berperan paling menentukan melebihi metode atau materi.
Urgensi guru dalam proses pembelajaran ini terlukis dalam ungkapan
berbahasa Arab yang pernah disampaikan A. Malik Fajar, “al-thoriqoh
ahammu min al-maddah walakinna al muddaris ahammu mi al-thoriqoh
(metode lebih penting daripada materi, tetapi guru lebih penting daripada
metode)”
Dalam proses pembelajaran, guru memegang peran yang sangat
menentukan,sehingga diperlukan langkah-langkah khusus dalam

27
merencanakan pengajaran. Ibrahim Bafadal sebagaimana dikutip oleh
Sulistiyorini, ada 10 langkah yang harus ditempuh di antaranya:
a) Mengenali tujuan pengajaran
b) Melakukan analisis pengajaran
c) Mengenali tingkah laku dan karakteristik murid
d) Merumuskan tujuan performansi
e) Menegmbangkan butir-butir tes acuan patokan
f) Mengembangkan siasat pengajaran
g) Mengembangkan dan memilih materi pelajaran
h) Merancang dan melakukan penilaian formatif
i) Merevisi pengajaran
j) Melakukan penilaian sumatif.
Selain hal di atas, guru dituntut memiliki sikap ideal. Dengan julukan
tugas guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar maka mereka mempunyai
fungsi sebagai berikut:
a) Guru sebagai pengelola proses pembelajaran
b) Guru sebagai moderator
c) Guru sebagai motivator
d) Guru sebagai fasilitator
e) Guru sebagai evaluator.
Menurut Ramayulis ada enam syarat yang harus dipenuhi oleh
seorang guru agama. antara lain sebagai berikut:
1. Syarat Fisik.
Seorang guru harus berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh yang
mungkin mengganggu pekerjaannya, dan tidak memiliki gejala-gejala
penyakit yang menular. Dalam persyaratan fisik ini juga menyangkut
kerapian, kebersihan dan keindahan.
2. Syarat Psikis.
Seorang guru harus sehat rohaninya, tidak mengalami gangguan jiwa,
stabil emosinya, sabar, ramah, mempunyai jiwa pengabdian, bertanggung
jawab dan memiliki sifat-sifat positif lainnya.
3. Syarat Keagamaan

28
Seorang guru harus seorang yang beragama dan mengamalkan agamanya.
Di samping itu ia menjadi sumber norma dari segala norma agama yang
ada.
4. Syarat Teknis
Seorang guru harus memiliki ijazah pendidikan guru, seperti ijazah
Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Tarbiyah atau ijazah keguruan lainnya.
Ijazah tersebut harus disesuaikan dengan tingkatan lembaga pendidikan
tempat ia mengajar.
5. Syarat Paedagogis
Seorang guru harus menguasai metode mengajar, menguasai materi yang
akan diajarkan dan ilmu-ilmu lain yang ada hubungannya dengan ilmu
yang ia ajarkan. Ia juga harus mengetahui psikologi, terutama psikologi
anak dan psikologi pendidikan agar ia dapat menempatkan diri dalam
kehidupan anak dan memberikan bimbingan sesuai dengan perkembangan
anak.
6. Syarat Administratif
Seorang guru harus diangkat oleh pemerintah yayasan atau lembaga lain
yang berwenang mengangkat guru, sehingga ia diberi tugas untuk
mendidik dan mengajar.6
Dari pendapat di atas, dapat penulis pahami bahwa selain harus
sehat jasmani dan rohani, guru juga harus memiliki ijazah keguruan dan
harus menguasai metode mengajar, menguasai materi yang akan diajarkan
dan harus mengetahui psikologi, terutama psikologi anak dan psikologi
pendidikan supaya bisa memberikan pelajaran dan bimbingan sesuai
dengan perkembangan peserta didik.
Jadi, untuk menjadi seorang guru agama Islam itu tidaklah mudah,
berbagai syarat yang harus dipenuhi supaya proses pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Apabila seorang guru agama Islam tidak memenuhi persyaratan tersebut
maka tujuan yang ditetapkan tidak akan tercapai dengan baik.

6 Ramayulis, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Padang: The Minangkabau Foundation press,


2004), h. 41

29
Sebagai guru, termasuk orang tua bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan jiwa anak didiknya. Guru mempunyai wewenang
mengarahkan perilaku anak, memupuk bakat , dan kreativitas anak
berdasarkan sunah rasul dan kitabullah. Selama anak di rumah , orang tua
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan fisik dan mental anak, tetapi
jika berada di tempat belajar, guru bertugas merangsang dan membina
perkembangan intelektual anak serta membina pertumbuhan sikap dan
nilai - nilai dalam diri anak. Oleh karena itu, di dalam memupuk bakat
anak dan kreativitas umat, setiap guru sudah barang tentu memiliki tiga
persyaratn guru yang kreatif, Ketiga persyaratan itu adalah :
1. Professional dalam Mengajar ( At Taubah 122, Ali Imran 187, Al Baqarah
146, 147,151, An Nahl 125).
2. Berkepribadian Baik ( An Nahl 30, 90, Fusshilat 35, Al Baqarah 148,195,
Al Mukminun 96).
3. Memiliki Hubungan Sosial yang Tepat ( Al Haji 34-35, Al A'raf 199, Al
Hujurat 11-12, Ali Imran 103)

Professional dalam Mengajar maksudnya adalah :

 Berpengalaman mengajar
 Menguasai berbagai teknik dan model proses belajar mengajar
 Bijaksana dan kreatif mencari berabgai cara
 Mengutamakan standard prestasi yang tepat dalam setiap kesempatan
 Menguasai berbagai teknik dan model penilaian

Berkepribadian baik dalam Mengajar maksudnya adalah :

 Bersikap terbuka terhadap hal - hal yang baru


 Peka terhadap perkembangan murid
 Penuh pengertian
 Mempunyai sifat toleransi
 Mempunyai kreativitas tinggi
 Bersikap ingin tahu

30
Memiliki hubungan sosial dalam Mengajar maksudnya adalah :

 Suka dan Pandai bergaul dengan murid


 Dapat Menyesuaikan diri
 Mampu memahami dengan cepat tingkah laku murid

Perkembangan bakat dan kreativitas yang ditanamkan oleh guru yang


memiliki 3 persyaratan di atas akan mempengaruhi tingkat keimanan
seseorang. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang , maka peluang untuk
melakukan hal - hal negatif semakin kecil dan begitu pula sebaliknya. Dengan
demikian umat islam yang memiliki bakat, kreativitas, dan iman yang kuat
berpeluang besar bermanfaat bagi nusa, bangsa, dunia, dan agama.
Apabila semua umat islam di Indonesia berkualitas seperti ini, termasuk
gurunya , maka cita - cita negara ini segera terwujud menjadi negar yang aman,
tenteram, sentosa, sejahtera, dan damai. (Al a'raf ayat 96 dan As Saba 15-16)

31
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar ,membimbing,mengarahkan,melatih,menilai dan mengawasi, serta guru
juga mempunyai tanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan amalannya
dalam rangka membina dan membimbing anak didik.
Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya
tergantung kepada kita sendiri. Sedangkan Kewajiban adalah Sesuatu yang harus
dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Kedua harus menyatu dan
seimbang

32
DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Mu’mur Jamal. 2013. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Dan
Inovatif. Diva Press. Jogjakarta.
E. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya
Ramayulis.2004. Pengantar Ilmu Pendidikan, (Padang: The Minangkabau
Foundation press.
Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga
Kependidikan. Bandung: Ikapi
Satori Djaman, Dkk. 2010. Profesi keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka
Saondi, Ondi. Suherman, Aris. 2010. Etika Profesi Keguruan. Ikapi. Bandung.
Syaifurahman. 2013. Manajemen dalam Pembelajaran. Bandung : Pustaka Surya
Uzer Usman, Moh. 2011. Menjadi Guru Profesional. Ikapi. Bandung
Undang-Udang Sistem Pendidikan Nasional 2003, (Jakarta: Sinar Grafika,
2003).
http://kang93.blogspot.com/2013/03/kesalahan-yang-sering-dilakukan-
guru.html
http://bambangdssmagasolo.blogspot.com/2010/05/manajemen-pembelajaran.html

http://intanghina.wordpress.com/2009/01/13/bimbingan-profesional-guru-dan-
motivasi-mengajar-guru-terhadap-manajemen-pembelajaran/

www.id.wikipedia.org/wiki/manajemen

33

Você também pode gostar