Você está na página 1de 46

AMDAL PULAU H

OLEH :
M INDRA ATPIANTO
RIKONO
ARDI KRISTANTO
MAHESA
STEVANO VANJAY
Kawasan Pantai Utara Jakarta yang mempunyai panjang
pantai sekitar 32 km merupakan kawasan strategis bagi
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2030 sebagaimana
diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012
telah ditetapkan bahwa Kawasan Pantai Utara Jakarta
sebagai Kawasan Strategis dan juga yang mencakup
konsep reklamasi pulau dan konsep revitalisasi pantai
lama yang dimuat di dalam Keputusan Presiden Nomor
52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Kawasan Pantura
Jakarta telah diakomodasi ke dalam Peraturan Presiden
Nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang.
1. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk
mewujudkan kota Jakarta sebagai kota pelayanan yang
strategis dan mewujudkan keseimbangan kepentingan
kesejahteraan
2. Terselenggarannya pemanfaatan ruang berwawasan
lingkungan dengan memperhatikan pemanfaatan ruang
kawasan lindung dan kawasan budidaya
3. Mengendalikan pertumbuhan kota dan melindungi daerah
resapan air Jakarta ke arah Selatan.
4. Mendukung Pemerintah DKI Jakarta dalam
mengembangkan program penyediaan dan penyiapan
lahan hasil reklamasi
5. Kontribusi dalam rangka perbaikan dan peningkatan
kualitas lingkungan (revitalisasi) sekitar
 Bagi Pemerintah
1. Mendukung program Pemerintah Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
2. Mendorong kemajuan sikap, pengetahuan dan ketrampilan masyarakat;
3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM)
 Bagi Masyarakat
1. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar proyek
2. Memenuhi kebutuhan lahan reklamasi bagi masyarakat yang lebih
berkualitas
3. Memelihara kelestarian lingkungan pantai
 Bagi Perusahaan (Pemrakarsa)
1. Kegiatan reklamasi sebagai lahan yang potensial sebagai sebuah
usaha/investasi (bisnis) jangka panjang;
2. Memberi kontribusi bagi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)
3. Mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi swasta
4. Hasilkan tata ruang terpadu yang berhasil guna dan berdaya guna, serta
meningkatkan fungsi sistem pengendalian banjir.
Nama Pemrakarsa : PT. Taman Harapan Indah
Pelaksana Studi AMDAL : PT. Geo Mitrasamaya

Lokasi Kegiatan Reklamasi Pulau H terletak di perairan


laut dangkal di sisi Utara Kelurahan Pluit, Kecamatan
Penjaringan, Kota Administrasi Jakarta Utara seluas ± 63 Ha,
dengan batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Perairan Pantai Utara Jakarta sampai
kedalaman -8 meter.
b. Sebelah Timur : Perairan Kawasan Ancol
c. Sebelah Selatan : Kawasan Pantai Mutiara
d. Sebelah Barat : Perairan Muara Karang

 Tahap Pra Konstruksi
 Tahap Konstruksi
1. Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja
2. Mobilisasi Alat dan Bahan
3. Reklamasi
a) Pengurugan
1. Pengerukan dan Proses Pengangkutan
2. Uraian Proses Pengurugan
3. Penahapan Pembangunan, Kendala Akibat Stabilitas
b) Pekerjaan Tanggul
c) Pekerjaan Causeway
 Tahap Pasca Konstruksi
1. Keberadaan Causeway
2. Keberadaan Lahan Reklamasi
3. Demobilisasi Peralatan
DAMPAK PENTING HIPOTETIK :
Tahapan
Komponen Kegiatan Dampak Potensial Yang Ditimbulkan
Kegiatan
Pra Konstruksi Penetapan Lokasi Proyek Perubahan persepsi masyarakat
Konstruksi Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja Penurunan Kualitas Air Laut
Peningkatan Volume Sampah Padat
Gangguan Fauna
Gangguan Biota Laut


Terbukanya Kesempatan Kerja
Terbukanya Kesempatan Berusaha
Gangguan Estetika Lingkungan
Gangguan Sanitasi Lingkungan
Gangguan Kamtibmas
Perubahan Persepsi Masyarakat
Mobilisasi Alat dan Bahan Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Kebisingan
Gangguan Kamtibmas
Perubahan Persepsi Masyarakat
Gangguan Transportasi Darat
Gangguan Transportasi Laut
Reklamasi Penurunan Kualitas Air Laut
Gangguan Utilitas
Gangguan Biota Laut
Gangguan Aktivitas Nelayan
Gangguan Kamtibmas
Perubahan Persepsi Masyarakat
Gangguan Transportasi Laut
Pekerjaan Causeway Gangguan Aktivitas Nelayan
Perubahan Persepsi Masyarakat
Gangguan Transportasi Laut
Pasca Konstruksi Keberadaan Causeway Penurunan Kualitas Air Laut
Gangguan Biota Laut
Gangguan Aktivitas Nelayan
Keberadaan Lahan Reklamasi Peningkatan Kuantitas Air Permukaan (Banjir)
Perubahan Pola Arus
Perubahan Pola Gelombang
Abrasi dan Sedimentasi
Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence)
Gangguan Aktivitas Nelayan
Matriks Interaksi Antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan

Konstruksi

Konstruksi
Konstruksi
Tahap Pra

Tahap
Tahap

Pasca
Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja

Komponen Kegiatan

Keberadaan Lahan Reklamasi


Mobilisasi Alat dan Bahan
Penetapan Lokasi Proyek

Demobilisasi Peralatan
Keberadaan Causeway
Pekerjaan Causeway
Reklamasi
No.

FISIK KIMIA
1. Penurunan Kualitas Udara X
2. Peningkatan Kebisingan X
3. Penurunan Kualitas Air Laut X X X
4. Peningkatan Kuantitas Air Permukaan (Banjir) X
5. Perubahan
KomponenPola Arus
Lingkungan X
6. Perubahan Pola Gelombang X
7. Abrasi dan Sedimentasi X
8. Peningkatan Volume Sampah Padat X
9. Gangguan Utilitas X
10. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) X
BIOLOGI
1. Gangguan Fauna X
2. Gangguan Biota Laut X X X
SOSEKBUD – KESEHATAN MASYARAKAT
1. Terbukanya Kesempatan Kerja X
2. Terbukanya Kesempatan Berusaha X
3. Gangguan Estetika Lingkungan X
4. Gangguan Sanitasi Lingkungan X
5. Gangguan Aktivitas Nelayan X X X X X
6. Gangguan Kamtibmas X X X X
7. Perubahan Persepsi Masyarakat X X X X X X X
TATA RUANG
1. Gangguan Transportasi Darat X X
2. Gangguan Transportasi Laut X X X X
Operasional Skor Dampak Penting Hipotetik :
(Block, 1999)

Peluang Dampak
Skor Keseriusan Dampak Frekuensi Dampak


Terdeteksi
1 Tidak serius ≤ 10 % (sangat kecil) Jarang, 1x per 6 bulan
2 Kurang serius 11 – 30 % (kecil) Kadang-kadang, 1x per 3 bulan
3 Sedang, dapat dipulihkan 31 – 69 % (sedang) Berulang, 1x per bulan
4 Serius, sulit dipulihkan 70 – 89 % (besar) Sering, 1x per minggu
5 Sangat Serius/Katastrofik ≥ 90 % (sangat besar) Kontinyu, > 1x per minggu

Penilaian sifat penting menggunakan hasil perkalian skor ketiga


kriteria tersebut, dengan median kemungkinan nilai perkalian
sebagai batasan suatu dampak potensial dikatakan dampak penting
hipotetik atau tidak.
Batas Wilayah Studi :
1. Batas Proyek
 Batas-batas proyek Reklamasi Pulau H ini adalah perairan Teluk Jakarta
seluas ± 63 Ha,
2. Batas Ekologis
 Batas Ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air dan udara).
3. Batas Sosial
 Batas sosial ditetapkan dengan membatasi batas-batas terluar dengan
memperhatikan hasilidentifikasi komunitas masyarakat
4. Batas Administrasi
 Batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa
melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai.
RONA LINGKUNGAN HIDUP

2.1. KOMPONEN FISIKA-KIMIA


DATA IKLIM DIPEROLEH DARI BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN
GEOFISIKA STASIUN TANJUNG PRIOK. UNTUK MEMBERIKAN DESKRIPSI RONA
AWAL CURAH HUJAN, SUHU UDARA, ARAH DAN KECEPATAN ANGIN DI PANTAI
UTARA JAKARTA, DIAMBIL DARI STASIUN TANJUNG PRIOK UNTUK DATA 10
(SEPULUH) TAHUN TERAKHIR.
2.1.1. IKLIM
1. DATA IKLIM
A. TIPE IKLIM
B. CURAH HUJAN
C. SUHU UDARA
D. KELEMBABAN
E. ARAH DAN KECEPATAN ANGIN
2.1.2. Kualitas Udara
Pengukuran terhadap kualitas udara di sekitar lokasi reklamasi, yakni di Pantai
Mutiara (Perairan Laut Dangkal Sisi Utara Kelurahan Pluit) telah dilakukan untuk
mengetahui kondisi kualitas udara sebelum kegiatan reklamasi berlangsung.
2.1.3. Kebisingan
Pengukuran tingkat kebisingan juga dilakukan di sekitar lokasi reklamasi untuk
mengetahui kondisi intensitas bising sebelum kegiatan Reklamasi Pulau H
berlangsung.
2.1.4. Kualitas Air Laut
Pengukuran terhadap kondisi fisik kimia kualitas air laut di sekitar lokasi kegiatan
saat studi ANDAL (2013) ini telah dilakukan di 4 (empat) lokasi untuk
mengetahui kondisi kualitas air laut sebelum kegiatan reklamasi berlangsung.
2.1.5. Kuantitas Air Permukaan (Banjir)
Informasi kondisi hidrologi di daratan sekitar Pulau H bersumber dari Kajian
Sistem Tata AirUpland Area Reklamasi Pulau H yang dilakukan oleh PT. LAPI
Ganeshatama Consulting, Agustus 2013, yang mencakup jaringan drainase
sekitar daratan terdekat di bagian Selatan Rona Lingkungan Hidup rencana
Pulau H, yaitu yang mengalir menuju Waduk Pluit serta Kali Karang yang
berlokasi di bagian Barat rencana Pulau H. Debit banjir dari hulu yang mengalir
menuju Waduk Pluit didasarkan pada data debit banjir.
2.1.6. Land Subsidence level untuk Jakarta Utara
Selain banjir yang disebabkan oleh luapan air sungai, daerah Jakarta Utara juga rawan oleh fenomena banjir rob. Banjir rob
merupakan istilah banjir yang disebabkan oleh meluapnya air laut hingga ke darat. Banjir rob ini umumnya terjadi saat air
laut mengalami pasang tinggi. Banjir rob ini juga terjadi karena ada kecenderungan penurunan muka tanah di
daerah Jakarta Utara. Dengan menurunnya permukaan tanah mempunyai arti bahwa
daratan berada lebih rendah daripada air laut. Permukaan tanah ini umumnya disebabkan
oleh kehilangan cadangan air tanah di dalam tanah Jakarta. Kekosongan ini dikompensasi
dengan menurunnya muka tanah. Penurunan muka tanah di Jakarta di beberapa lokasi
sebesar 6 – 7 cm/Tahun (Abidin et al, 2009).
2.1.7. Hidro Oseanografi
Kondisi hidrooseanografi di sekitar rencana Pulau H dapat dijelaskan berdasarkan beberapa variabel, diantaranya yang
didukung oleh kajian dengan tingkat lebih luas namun tetap relevan terhadap kondisi perairan sekitar Pulau H.
1. Oceanografi
a. Kondisi Pasang Surut Pantai Mutiara
b. Batimetri
2. Gelombang
a. Data Angin dan Gelombang
b. Simulasi Gelombang
3. Kondisi Sedimentasi Sekitar Pulau H
Kondisi sedimentasi di sekitar rencana Pulau H diidentifikasi melalui hasil survai dan interpretasi sumber-sumber sedimen
potensial di sekitar Pulau H, yaitu muara Kali Karang dan pompa Pluit yang memberikan jumlah sedimen konservatif sebesar
10 kg/m3 dan 0,001 kg/m3 secara kontinyu.Untuk endapan sedimen tanpa sumber pompa Pluit besaran endapan adalah
sekitar 0,13 m/tahun.Warna merah menggambarkan nilai endapan sebesar 0.13 m/tahun dan warna ungu menyatakan
gerusan sebesar 0.13 m/tahun.
2.2. KOMPONEN BIOLOGI
2.2.1. Fauna Darat
Jenis fauna darat yang dominan dijumpai di wilayah studi adalah jenis-jenis burung merandai. Jenis burung yang dijumpai antara lain : burung pecuk, kuntul, belibis, burung layang
layang (Hirundo sp), burung Gereja (Passer montana) dan burung Merpati (Columba livia). Jenis serangga yang sering dijumpai terutama dari jenis Lepidoptera (kupu-kupu) dan
Odonata (capung). Jenis hewan mamalia yang dijumpai hanyalah jenis hewan peliharaan antara lain anjing (Canis canis) dan kucing (Felix sp).
2.2.2. Biota Laut
1. Plankton
Berdasarkan informasi dari hasil laporan pemantauan perairan Pantai Mutiara tahun 2010, diketahui bahwa Phytoplankton yang dijumpai saat pasang dan surut berjumlah 12
marga yang terdiri dari kelompok Chrysophyta, Euglenophyta dan Pyrophyta. Kelompok Chrysophyta mempunyai frekuensi kejadian lebih besar dibanding Euglenophyta dan
Pyrophyta.
2. Bentos
Bentos mencakup semua organisme yang hidup di dasar atau di dalam dasar perairan. Peranan bentos di perairan sangat besar, antara lain sebagai pengurai bahan-bahan
organik yang terdapat di dasar atau di dalam perairan dan sebagai indikator biologis apabila terjadi penurunan kualitas ekosistem perairan.
Berdasarkan informasi dari hasil laporan pemantauan perairan Pantai Mutiara tahun 2010, diketahui bahwa di sekitar wilayah studi terdapat 3 kelas bentos, yaitu Mollusca,
Gastropoda dan Scapoda. Keanekaragaman jenis bentos di sekitar wilayah studi tergolong sedang, dengan nilai indeks keragaman jenis berkisar antara 2,2114 sampai
2,4104 (tergolong sedang). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas perairan laut di sekitar lokasi proyek masih cukup baik bagi kehidupan Bentos. Hal ini didukung oleh data
pengukuran kualitas air laut yang menunjukkan parameter yang cenderung berlebih adalah Fosfat dan Nitrat, bukan golongan logam berat.
3. Nekton
Nekton (ikan) merupakan biota air yang mempunyai pergerakan yang lebih bebas dibandingkan dengan bentos dan plankton. Dengan kebebasannya tersebut, ikan bisa
melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain bila terjadi tekanan terhadap kehidupannya (perubahan fisik kimia perairan). Perairan laut sekitar lokasi proyek
merupakan areal yang padat dengan aktivitas usaha seperti Kawasan Perumahan Pantai Mutiara di sebelah selatan, Pelabuhan Muara Baru (Niza Zachman) di sebelah tenggara
dan PLTGU Muara Karang di sebelah barat daya dan bukan areal tangkapan ikan
potensial. Berdasarkan informasi dari Nelayan jenis ikan yang umumnya dijumpai di sekitar lokasi proyek adalah ikan teri dan ikan tembang.
2.3. KOMPONEN SOSIAL EKONOMI BUDAYA
2.3.1. Luas dan Batas Wilayah
Kelurahan Pluit luasnya ± 771,19 ha seluruhnya merupakan tanah Negara yang dikelola oleh PT. Jakarta Propertindo (d/h PT. Pembangunan Pluit Jaya) dan Dinas Perikanan
Peternakan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta, dengan batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Pantai Laut Jawa
2. Sebelah Timur : Sepanjang Tepi Waduk Pluit sebelah Barat
3. Sebelah Selatan : Jl. Pluit Karang Selatan – Jl. Pluit Selatan
4. Sebelah Barat : Kali Muara Angke – Kali Cisadane.
2.3.2. Kependudukan

Kelurahan Pluit terdiri dari 19 Rukun Warga (RW), 233 Rukun Tangga (RT) dan 19 Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK). Jumlah penduduk di Kelurahan Pluit, Kecamatan
Penjaringan, Jakarta Utara pada tahun 2013 sebanyak 3.664 jiwa yang terdiri dari 24.230 jiwa laki-laki dan 24.683 jiwa perempuan. Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Pluit sebanyak
14.499 KK. Dengan luas wilayah Kelurahan Pluit sebesar 7,719 km2, maka kepadatan penduduk di Kelurahan Pluit sebesar 6.342 jiwa/km2.

2.3.3. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Pluit dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bangunan Rumah Tinggal
Banyaknya Bangunan Rumah Tinggal
Jenis Bangunan, Banyaknya Bangunan dan Keterangan
1. Bangunan Permanen 10.582 Unit
2. Bangunan Bantaran Kali/Liar 750 Unit Kali Muara Angke

2. Sarana Jalan
3. Sarana Angkutan Jalan
4. Sarana Kepentingan Umum
5. Bangunan Vital
6. Sarana Peribadatan
7. Bidang Sosial
8. Bidang Pendidikan
2.3.4. Kebersihan
1. Sarana dan Petugas Kebersihan
Banyaknya Sarana dan Petugas Kebersihan di wilayah Kelurahan Pluit terdiri dari
kontainer 12 buah, truk 10 buah, gerobak 40 dan petugas 159 orang.
2. Kegiatan Kebersihan
Kegiatan Kebersihan bulan ini di wilayah Kelurahan Pluit adalah sebagai berikut:
1. Setiap minggu dalam sebulan Kerja Bakti kebersihan lingkungan Wilayah Kelurahan Pluit
2. Setiap Jum’at dalam sebulan PSN Wilayah Kelurahan Pluit
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013
2.3.5. Kamtibmas
1. Polsek Metro Penjaringan : 150 Personil
2. Pos Polisi Pluit Indah : 10 Personil
3. Pos Polisi Muara Karang : 10 Personil
4. Sub Pos Polisi : 10 Personil
5. Pos Mitra Babinsa : 10 Personil
Jumlah : 190 Personil
2.3.6. Persepsi Masyarakat
Sikap dan Persepsi responden (masyarakat) terhadap rencana kegiatan Reklamasi
Pulau H yang berada pada wilayah Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan
ditanggapi beragam oleh masyarakat sekitar dengan berbagai macam pendapat
dan tanggapan. Namun, pada umumnya masyarakat belum memberikan respon
yang positif terhadap rencana kegiatan ini, karena belum memahami tujuan dari
kegiatan reklamasi, begitupula teknis pelaksanaan kegiatan reklamasi serta
manfaat yang akan diperoleh oleh masyarakat dari kegiatan Reklamasi Pulau H.
Persepsi masyarakat di Wilayah Studi yang diwakili oleh responden
dapat dilihat pada Tabel 2.34 berikut
2.4. KESEHATAN MASYARAKAT
2.4.1. Banyaknya Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana dan Prasarana Kesehatan yang ada di wilayah Kelurahan Pluit adalah sebagai
berikut:
2.4.2. Banyaknya Dokter Praktek
Dokter yang praktek di wilayah Kelurahan Pluit, adalah sebagai berikut:
Tabel 2.36. Data Dokter Praktek

2.5. TRANSPORTASI DARAT


Hasil pemantauan Kawasan Pantai Mutiara tahun 2010 (Tabel 2.37), menunjukkan bahwa pada persimpangan Jl. Pluit Utara Raya
– Jl. Pluit Samudera 2 tergolong cukup padat pada jam sibuk pagi dan sore serta pada hari libur. Kepadatan ini bukan hanya
disebabkan oleh kegiatan Pantai Mutiara, namun juga oleh kegiatan fasilitas umum yang dapat dicapai dari jalan-jalan di
persimpangan ini antara lain sekolah dan gereja.
2.7. KEGIATAN DI SEKITAR LOKASI PROYEK
Saat ini, kegiatan yang berada di sekitar lokasi proyek antara lain adalah: Lokasi Rencana Reklamasi Pulau F, G dan I, serta jalur
Pipa Migas PHE ONWJ, jalur Pipa PLN, Pelabuhan Muara Baru, Kawasan Pantai Mutiara dan PLTGU Muara Karang (Gambar
II.29).
BAB III
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.1. KRITERIA PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


Dalam melakukan prakiraan dampak penting, terlebih dahulu diindikasikan dampak penting hipotetik yang
timbul dengan mengacu pada pelingkupan dampak penting hipotetik yang terdapat dalam Kerangka Acuan
(KA-ANDAL). Terhadap dampak penting hipotetik yang diindikasikan timbul, maka dengan menggunakan
berbagai metode prakiraan dampak. Jenis dampak penting hipotetik yang timbul pada masing-masing tahapan
kegiatan adalah sebagai berikut:
Tahap Pra Konstruksi
1. Perubahan persepsi masyarakat yang bersumber dari Penetapan lokasi proyek

Tahap Konstruksi
1. Penurunan kualitas udara yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material
2. Peningkatan kebisingan yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material
3. Penurunan kualitas air laut yang bersumber dari reklamasi, rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
4. Peningkatan volume sampah padat yang bersumber dari rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
5. Gangguan utilitas yang bersumber dari reklamasi
6. Terbukanya kesempatan kerja yang bersumber dari rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
7. Gangguan aktivitas nelayan yang bersumber dari reklamasi dan pekerjaan causeway
8. Gangguan kamtibmas yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material, reklamasi,
rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
9. Perubahan persepsi masyarakat yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material,
reklamasi , pekerjaan causeway, rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
10. Gangguan transportasi darat yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material
11. Gangguan transportasi laut yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material dan reklamasi
Tahap Pasca Konstruksi
1. Kualitas air laut dari keberadaan lahan reklamasi dan causeway
2. Perubahan pola arus yang bersumber dari keberadaan lahan reklamasi
3. Perubahan pola gelombang yang bersumber dari keberadaan lahan reklamasi
4. Penurunan muka tanah (land subsidence) yang bersumber dari keberadaan lahan reklamasi
5. Perubahan persepsi masyarakat yang bersumber dari keberadaan lahan reklamasi
3.2 Kriteria Penentu Dampak Penting
Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dampak
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
5. Dampak bersifat kumulatif
6. Dampak terhadap perubahan persepsi
Tabel 3.1. Prakiraan Dampak Penting Reklamasi Pulau H

Pra Konstruksi

Konstruksi

Konstruksi
Tahap
Tahap

Pasca
Tahap
Komponen Kegiatan

Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja

Keberadaan Lahan Reklamasi


Mobilisasi Alat dan Bahan
Penetapan Lokasi Proyek

Demobilisasi Peralatan
Keberadaan Causeway
No.

Pekerjaan Causeway
Reklamasi
Komponen Lingkungan

FISIK KIMIA
1. Penurunan Kualitas Udara -b/p
2. Peningkatan Kebisingan -b/p
3. Penurunan Kualitas Air Laut -k/p -b/p +k/p
4. Perubahan Pola Arus -k/p
5. Perubahan Pola Gelombang -k/p
6. Abrasi dan Sedimentasi -k/p
7. Peningkatan Volume Sampah Padat -k/p
8. Gangguan Utilitas -b/p
9. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) -b/p
SOSEKBUD – KESEHATAN MASYARAKAT
1. Terbukanya Kesempatan Kerja +k/p
2. Gangguan Aktivitas Nelayan -b/p -b/p
3. Gangguan Kamtibmas -b/p -k/p -k/p
4. Perubahan Persepsi Masyarakat -b/p -b/p -b/p -k/p -k/p -k/p
TATA RUANG
1. Gangguan Transportasi Darat -b/p
2. Gangguan Transportasi Laut -b/p -k/p -k/p
Keterangan:
- = negatif
+ = positif
k = kecil
b = besar
p = penting
tp = tidak penting
Tabel 3.2. Penentuan Dampak Penting Reklamasi Pulau H

Dampak bersifat kumulatif dengan


Luas wilayah persebaran
terkena

Komponen lingkungan yang

Dampak terhadap perubahan


Proyek

dapat di pulihkan/ tidak


Intensitas Dampak

terkena dampak
Kriteria Penentu Dampak Penting

yang

dampak

kegiatan lain
Lokasi
dampak
manusia
Penetapan
No.

Jumlah
TAHAPAN KEGIATAN

Tahap pra Konstruksi


Komponen
Perubahan persepsi Kegiatan
masyarakat yang bersumber dari penetapan
1 P P P P P TP
Proyek
Tahap Konstruksi
Penurunan kualitas udara yang bersumber dari mobilisasi alat dan
1 bahan material P P TP P P TP
Peningkatan kebisingan yang bersumber dari mobilisasi alat dan
2 bahan material P P TP P P TP
Penurunan kualitas air laut akibat aktivitas tenaga kerja
3 P TP P P P TP
Penurunan kualitas air laut akibat reklamasi
4 P P P P P TP
Peningkatan volume sampah padatyang bersumber dari rekrutmen
5 P TP TP P P TP
dan aktivitas tenaga kerja
6 Gangguan utilitas yang bersumber dari reklamasi P
P P P P P
Terbukanya kesempatan kerja akibat rekrutmen tenaga kerja
7 P P TP P P TP
Gangguan aktivitas nelayan akibat reklamasi
8 P TP P P P TP
Gangguan aktivitas nelayan akibat pekerjaan Causeway
9 P TP TP P P TP
Gangguan kamtibmas yang bersumber dari mobilisasi alat dan
10 bahan material P P P P P TP
Gangguan kamtibmas akibat reklamasi
11 TP TP P P P TP
Gangguan kamtibmas akibat kegiatan rekrutmen dan aktivitas
12 tenaga kerja P TP P P P TP
Perubahan persepsi masyarakat akibat rekrutmen dan aktivitas
13 tenaga kerja P TP P P P TP

Perubahan persepsi masyarakat akibat kegiatan mobilisasi alat dan


14 bahan material P P P P P TP

Perubahan persepsi masyarakat akibat reklamasi


15 TP TP P P P TP

Perubahan persepsi masyarakat akibat pekerjaan Causeway


16 P TP TP P P TP

Gangguan transportasi darat yang bersumber dari mobilisasi alat


17 dan bahan material P P P P P TP
Gangguan transportasi laut akibat mobilisasi alat dan bahan
18 material P P P P P TP
Gangguan transportasi laut akibat reklamasi
19 P P TP P P TP
Gangguan transportasi laut akibat pekerjaan causeway
20 P TP TP P P TP

Tahap pasca konstruksi


1 Penurunan Kualitas air laut (suhu) akibat causeway P TP P P P TP
Perubahan pola arus akibat keberadaan lahan reklamasi
2 P TP TP P P P
Perubahan pola gelombang akibat keberadaan lahan reklamasi
3 P P P P P P
Abrasi dan sedimentasi akibat keberadaan lahan reklamasi
4 P P P P P P
Penurunan muka tanah (subsidence)
5 P TP TP P P TP
Perubahan persepsi masyarakat akibat keberadaan lahan
6 TP TP P P P TP
reklamasi
Keterangan:
P = penting
TP = tidak penting
BAB IV

EVALUASI SECARA HOLISTIK


TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
ARAHAN PENGELOLAAN DAMPAK LINGKUNGAN

Tahap Pra-Konstruksi

• Perubahan Persepsi Masyarakat

1. Melakukan sosialisasi rencana kegitan Reklamasi Pulau H kepada masyarakat/tokoh


Masyarakat sekitar.
2. Memberi informasi kepada masyarakat luas tentang rencana kegiatan reklamasi Pulau H
melalui pengumuman dimedia masa dan pengumuman di Kantor Kelurahan Pluit.
3. Melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi proyek terutama
Kelurahan Pluit, Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) berkaitan dengan rencana
kegiatan Reklamasi Pulau H seluas ±63 Ha.
4. Membentuk Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan serta sebagai
penghubung antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Taman Harapan Indah) dengan
masyarakat/instansi terkait
Tahap Konstruksi
• Penurunan Kualitas Udara
1. Menggunakan kendaraan angkutan proyek yang layak operasi (lulus uji
KIR)
2. Pengangkutan tanah urug melalui jalan raya tidak melebihi kapasitas
angkut dan ditutup terpal sehingga tidak tercecer.
3. Pengaturan waktu mobilisasi alat dan bahan material, yaitu pukul 22.00-
05.00
4. Membatasi kecepatan kendaraan pengangkut saat melewati daerah
perumahan
5. Menempatan petugas kebersihan untuk membersihkan badan jalan
sekitar (Kawasan Pantai Mutiara) yang dilalui kendaraan pengangkut bila
ada ceceran tanah urug yang dapat mengakibatkan tebaran debu.
• Peningkatan Kebisingan
- Menggunakan kendaraan angkutan proyek yang layak operasi (lulus uji KIR)
- Pengaturan waktu mobilisasi alat dan bahan material, yaitu pukul 22.00-05.00
- Pengangkutan sebagaian besar peralatan dan bahan material reklamasi melalui jalur
laut.

• Penurunan Kualitas Air Laut


a. Pengelolaan Reklamasi
- Mengatur penurunan pasir ke dasar laut pada kecepatan rendah dalam volume yang relatif
kecil, tersebar dan merata.
- Pentahapan pekerjaan reklamasi (zonasi)
- Menjaga dan mengontrol sambungan pipa penyemprot pasir setiap hari selama pekerjaan
pengurugan/reklamasi berlangsung.
- Memasang slit Screen untuk meminimalkan penyebaran sedimen dan padatan di perairan
sekitar Pulau H.
- Pengurugan tanah merah (top soil) pada lokasi ruang terbuka hijau/taman dilakukan setelah
penanggulangan sehingga tidak tercecer ke perairan di sekitar rencana Pulau H.
- Memasang drainase vertikal (vertical drain) untuk mempercepat konsolidasi bahan urugan.
- Pentahapan pekerjaan pembuatan tanggul (zonasi)
- Pengaturan peletakan batuan untuk mengurangi turbulensi air laut.
• Pengelolaan Pekerjaan Causeway
- Pengaturan pekerjaan Causeway dari daratan ke pulau reklamasi
- Pembuatan causeway ini bersifat massif dengan lebar pada puncaknya sebesar 30m
dengan tinggi puncak LLWS +4m. Causeway ini berfungsi sebagai penghubung
antara daratan dengan pulau reklamasi. Maksimum overtoping yang diperbolehkan
pada causeway ini adalah 5l/s/m

• Pengelolaan Aktifitas Tenaga Kerja :


- Menyediakan tempat sampah (basah dan kering) di lokasi proyek untuk menampung
sampah dari aktifitas buruh konstruksi dan mengangkutnya setiap hari ke lokasi
pembuangan akhir berkerjasama dengan Suku Dinas Kebersihan Kola Administrasi
Jakarta Utara/pihak swasta yang memiliki izin BPTSP Provinsi DKI Jakarta.
- Menyediakan sarana MCK portable di sekitar lokasi proyek untuk menampung
sampah dari aktifitas buruh konstruksi dan mengangkutnya setiap hari ke lokasi
pembuangan akhir bekerjasama dengan Suku Dinas Kebersihan Kota Administasi
Jakarta Utara/pihak swasta yang memiliki Izin BPTSP Provinsi DKI Jakarta
- Menerapkan ketentuan/peraturan larangan (tata tertib) bagi buruh konstruksi untuk
tidak membuang sampah padat dan limbah cair ke perairan laut dan pantai sekitar
lokasi proyek.
• Peningkatan Volume Sampah Padat
- Tenaga kerja konstruksi proyek akan ditempatkan di bedeng sementara (kontainer)
yang terdapat di dekat lokasi reklamasi (Kawasan Pantai Mutiara) dilengkapi
dengan kontainer sampah terpisah untuk sampah organik dan anorganik.
- Menerapkan ketentuan/peraturan larangan (tata tertib) buruh konstruksi untuk tidak
membuang sampah padat ke perairan laut dan pantai di perairan pantai/laut dan
dibedeng pekerja.
- Menyediakan tempat sampah di pantai sekitar lokasi proyek dan di bedeng pekerja
yang dipisahkan antara sampah organik dan anorganik untuk menampung sampah
padat dari aktifitas buruh konstruksi reklamasi.
- Melakukan pengawasan kebersihan lingkungan di sekitar lokasi reklamasi dan di
bedeng pekerja secara kontinyu setiap hari yang dilakukan oleh petugas kebersihan
khusus selama konstruksi reklamasi berlangsung.
- Membersihkan perairan sekitar proyek dan bedeng perkerja dari sampah yang ada
setiap hari dilakukan oleh petugas kebersihan khusus selama tahap konstruksi
reklamasi berlangsung.
- Secara periodik, setiap hari sampah padat yang terkumpul diangkut ke lokasi
pembuangan akhir bekerjasama dengan Suku Dinas Kebersihan Kota Administrasi
Jakarta Utara atau pihak swasta yang mempunyai izin dari BPTSP Provinsi DKI
Jakarta
• Gangguan Utilitas
- Melakukan pekerjaan tanggul dan reklamasi sesuai pedoman teknis pada Peraturan
Gubernur Pronvinsi DKI Jakarta Nomor 146 Tahun 2014 yakni jarak minimal kaki
tanggul pulau reklamasi adalah 40m terhadap jaringan pipa PHE ONWJ. Jarak
minimal dasar tanggul dengan pipa PHE ONJW yang akan dilakukan di reklamasi
Pulau H adalah 146,58m
- Pengaturan posisi peralatan pembuatan tanggul dan pengurugan pada jarak aman
terhadap pipa PHE ONJW.
- Menghentikan kegiatan pengurugan/reklamasi apabila terjadi gangguan terhadap
utilitas di sekitar lokasi reklamasi.
- Melakukan koordinasi dengan PT Pertamina, Pelabuhan Perikanan Nizam
Zachman, Pelabuhan Muara Baru, Pengelola Kawasan Pantai Mutiara dan PLTGU
Muara Karang.
• Terbukanya Kesempatan Kerja
- Menginformasikan adanya lowongan kerja yang dibutuhkan melalui Kantor
Kelurahan Pluit dan Kecamatan Penjaringan.
- Berkerjasama dengan unsur Kelurahan Pluit untuk mengisi peluang kesempatan
kerja. Mengutamakan/memprioritaskan kepada penduduk sekitar proyek (kelurahan
Pluit, Kecamatan Penjaringan) untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada
sepanjang memenuhi persyaratan yang berlaku dan sesuai kualifikasi yang
dibutuhkan.
- Mewajibkan pada Kontraktor Pelaksana Reklamasi Pulau H untuk menggunakan
tenaga kerja sekitar proyek (Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan) sepanjang
memenuhi persyaratan yang berlaku sesuai kualifikasi yang dibutuhkan.
• Gangguan Aktifitas Nelayan
- Melakukan koordinasi/sosialisasi adanya rencana kegiatan reklamasi Pulau H
kepada komunitas nelayan yang bermukim di sekitar lokasi proyek (Kelurahan
Pluit).
- Melakukan koordinasi dengan organisasi masyarakat (ormas) atau kelompok
masyarakat, seperti himpunan nelayan, dewan kelurahan, tokoh masyarakat dan
lain-lain.
- Memasang tanda-tanda rambu lalu lintas pelayaran di sekitar lokasi reklamasi,
terutama pada saat tambat di lokasi mooring dan kegiatan fisik berlangsung
sehingga tidak mengganggu aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek.
- Memasang tanda-tanda rambu lalu lintas pelayaran di sekitar lokasi reklamasi,
terutama pada saat tambat di lokasi mooring dan kegiatan fisik berlangsung
sehingga tidak mengganggu aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek.
• Pengelolaan Pekerjaan Causeway
- Melakukan koordinasi/sosialisasi adanya rencana kegiatan pembuatan Causeway
Pulau H kepada komunitas nelayan yang bermukim di sekitar lokasi proyek
(Kelurahan Pluit)
- Melakukan koordinasi dengan organisasi masyarakat (ormas) atau kelompok
masyarakat, seperti himpunan nelayan, dewan kelurahan, tokoh masyarakat dan
lain-lain
- Memasang tanda-tanda rambu lalu lintas pelayaran di sekitar lokasi Causeway
Pulau H terutama pada saat tambat di lokasi mooring dan kegiatan fisik
berlangsung sehingga tidak mengganggu aktivitas nelayan di sekitar lokasi proyek

Gangguan Kamtibmas
- Mengelola berbagai dampak yang akan muncul akibat kegiatan mobilisasi alat dan
bahan material Reklamasi Pulau H seperti penurunan kualitas udara, kebisingan dan
gangguan transportasi darat dan laut.
- kebisingan dan gangguan transportasi darat dan laut
- Melakukan koordinasi dengan aparat keamanan sekitar (Polisi Air, Linmas, Babinsa,
aparat Kel. Pluit, Lembaga Musyawarah Kelurahan dan lain-lain).
• Pengelolaan Reklamasi
- Mengelola berbagai dampak yang akan muncul akibat kegiatan Reklamasi Pulau H
seperti penurunan kualitas air laut, peningkatan kuantitas air permukaan, dan
gangguan transportasi darat dan laut
- Menempatkan satuan petugas pengaman di sekitar lokasi reklamasi.
- Melakukan koordinasi dengan aparat keamanan sekitar (Polisi Air, Pelabuhan
Samudra Nizam Zachman, Linmas, Babinsa, aparat Kel. Pluit, Lembaga
Musyawarah Kelurahan dan lain-lain)

• Pengelolaan Aktivitas Tenaga Kerja


- Mengelola berbagai dampak yang akan muncul akibat aktivitas buruh konstruksi Pulau
H seperti penurunan kualitas air laut dan peningkatan volume sampah padat
- Menempatkan satuan petugas pengaman di sekitar lokasi proyek dan bedeng pekerja.
- Mewajibkan penggunaan tanda pengenal (ID card) bagi yang keluar masuk ke lokasi
proyek
- Mewajibkan kepada pekerja/buruh konstruksi proyek untuk mematuhi peraturan dan
menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan proyek selama tahap konstruksi reklamasi
berlangsung.
- Melakukan koordinasi dengan aparat keamanan sekitar (Polisi Air, Linmas, Babinsa,
aparat Kel. Pluit, Lembaga Musyawarah Kelurahan dan lain-lain).
• Pengelolan aktivitas tenaga kerja
- Mengelola berbagai dampak yang akan muncul akibat aktivitas buruh konstruksi
Pulau H seperti penurunan kualitas air laut dan peningkatan volume sampah padat
- Mewajibkan kepada pekerja/buruh konstruksi proyek untuk mematuhi peraturan
dan menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan proyek selama tahap konstruksi
reklamasi berlangsung

• Pengelolaan pekerjaan Causeway


- Mengelola berbagai dampak yang akan muncul selama pekerjaan tanggul reklamasi
Pulau H (kualitas air laut, transportasi laut dan gangguan aktivitas nelayan)
- Koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi proyek terutama dengan
Pelabuhan Samudra Nizam Zachman, PT Pertamina Hulu Energi ONWJ, PT PLN,
PT Nusantara Regas selama pekerjaan Causeway Pulau H
• Gangguan Transportasi Darat
- Sebelum kegiatan mobilisasi alat dan bahan material konstruksi dimulai,
pemrakarsa proyek (PT Taman Harapan Indah) akan menginformasikan,
berkoordinasi/komunikasi dengan tokoh masyarakat kawasan Pantai Mutiara
- Pengangkutan tanah urug/tanah merah oleh kontraktor/suplier dilakukan sesuai
jalur transportasi darat yang telah ditentukan sesuai SOP dan berkoordinasi dengan
Dinas Perhubungan dan Transpotasi DKI Jakarta
- Pemrakarsa Kegiatan (PT. Taman Harapan Indah) nantinya akan memeriksa
kebenaran lokasi tanah urug/tanah merah dan memiliki Dokumen Lingkungan
(AMDAL dan/atau UKL/ UPL)
- Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah harus memberikan uang jaminan
perbaikan/pemeliharaan jalan ke Pemda/Walikota Kota Administrasi Jakarta Utara
dan mematuhi ketentuan SK Walikota Kota Administrasi Jakarta Utara Nomor 13
tahun 2000 tentang Reklamasi/Pengurugan
- Pengangkutan alat dan bahan material konstruksi/tanah urug dilakukan tidak pada
jam-jam sibuk, yaitu pada malam hari antara pukul 22.00 – 05.00 WIB
- Kendaraan pengangkut tanah dilengkapi dengan penutup/terpal dan muatan tanah
urug tidak melebihi kapasitas angkut kendaraan yang digunakan sehingga tanah
tidak tercecer dan mengotori badan jalan
- Tonase kendaraan pengangkut tanah yang digunakan tidak melampaui daya
dukung/kapasitas badan jalan yang dilalui sehingga tidak terjadi kerusakan badan
jalan.
- Kendaraan pengangkut tanah dibersihkan terlebih dahulu sebelum meninggalkan
lokasi sumber tanah galian dan lokasi proyek
- Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah wajib menjaga kebersihan dan kondisi
badan jalan, dan harus menempatkan petugas pengelola kebersihan jalan di sekitar
proyek setiap hari selama pengangkutan tanah berlangsung
• Gangguan Transportasi Laut
- Pengangkutan pasir urug oleh kontraktor/suplier dilakukan sesuai jalur transportasi
laut yang telah ditentukan sesuai SOP dan berkoordinasi dengan Suku Dinas
Perhubungan dan Transpotasi Laut Kota Administrasi Jakarta Utara
- Mengikuti peraturan pelayaran yang berlaku di wilayah yang dilewati dari lokasi
pengerukan sampai ke lokasi reklamasi/proyek dan sebaliknya, termasuk
kelengkapan sarana navigasi
- Berkoordinasi dengan Pelabuhan Nizam Zachman dan Kesyahbandaran Pelabuhan
Sunda Kelapa
- Memasang tanda-tanda rambu lalu lintas pelayaran di sekitar lokasi proyek,
terutama pada saat tambat di lokasi mooring sehingga tidak mengganggu kapal-
kapal yang lewat ke daerah tersebut.
- Pemrakarsa Kegiatan (PT. Taman Harapan Indah) nantinya akan memeriksa
kebenaran lokasi penambangan pasir urug dan memiliki Dokumen Lingkungan
(AMDAL dan/atau UKL/UPL).
Tahap Pasca Konstruksi
Penurunan Kualitas Air Laut (Suhu)
• Arahan pemantauan lingkungan adalah:
- Pemantauan kualitas air laut di sekitar lokasi kegiatan dilakukan dengan
pengambilan sampel air laut menggunakan jerigen putih volume 2 liter untuk
dianalisis di laboratorium sesuai SNI. Data yang ada dibandingkan dengan baku
mutu sesuai KEP. 51/MENLH/2004 Lampiran III untuk Biota Laut

• Perubahan Pola Arus


• Arahan pengelolaan lingkungan adalah:
- Melakukan maintenance dredging di lokasi terjadinya sedimentasi berdasarkan
hasil pemantauan setelah pulau H terbentuk sesuai rekomendasi dari Pelabuhan
Samudra Nizam Zachman dan Kesyahbandaran Sunda Kelapa
• Perubahan Pola Gelombang
• Arahan pemantauan lingkungan adalah:
- Pemantauan perubahan pola gelombang tahap konstruksi di lokasi proyek dilakukan
dengan pengamatan dan pencatatan di lapangan. Data yang diperoleh dianalisis

• Abrasi dan Sedimentasi


• Arahan pengelolaan lingkungan adalah:
• Melakukan maintenance dredging di lokasi terjadinya sedimentasi berdasarkan
hasil pemantauan setelah pulau H terbentuk sesuai rekomendasi dari Pelabuhan
Samudra Nizam Zachman dan Kesyahbandaran Sunda Kelapa

• Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence)


• Arahan pengelolaan lingkungan adalah:
– Mematangkan lahan hasil reklamasi agar terkonsolidasi sebelum digunakan
untuk pembangunan di atasnya selama ± 3 tahun.
• Arahan pemantauan lingkungan adalah
• Pemantauan terhadap penurunan muka tanah (Land Subsidence) tahap pasca
konstruksi di sekitar perairan laut lokasi kegiatan dilakukan dengan pengamatan
dan pencatatan di lapangan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan
visual
. Perubahan Persepsi Masyarakat
Arahan pengelolaan lingkungan adalah
a. Tetap melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi
kegiatan terutama dengan Kelurahan Pluit, Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK)
Pluit selama pasca konstruksi reklamasi Pulau H
b. Membentuk Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan sebagai
penghubung antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Taman Harapan Indah) dengan
masyarakat/instansi terkait
c. Mengelola berbagai dampak negatif yang akan muncul selama tahap pasca
konstruksi Reklamasi Pulau H (perubahan pola arus, abrasi dan sedimentasi,
morfologi pantai dan penurunan muka tanah).
d. Merealisasikan Program Corporate Social Responsibility (CSR) bagi warga
masyarakat sekitar (Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan) dan program
penerimaan tenaga kerja yang ada pada tahap pasca konstruksi.
REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN

Rekomendasi kelayakan lingkungan kegiatan reklamasi Pulau H seluas ± 63 Ha dilakukan


dengan menekankan keberlanjutan ekologis.

Dampak positif yang ditimbulkan adalah peningkatan kesempatan kerja dan


penurunan suhu air laut di intake PLTU Muara Karang, yang mempunyai
efek multiplier penting berupa peningkatan efisiensi produksi listrik dan
dengan demikian peningkatan pendapatan PLN

Sementara dampak negatif penting yang timbul berupa penurunnan


kualitas air laut (peningkatan TSS), perubahan pola arus, perubahan
pola gelombang, abrasi dan sedimentasi, gangguan utilitas, gangguan
transportasi darat, transportasi laut, serta penurunan kualitas udara dan
peningkatan kebisingan.

Dengan demikian dapat disimpulkan kegiatan reklamasi Pulau H seluas ± 63 Ha layak


lingkungan
TERIMA KASIH

Você também pode gostar