Você está na página 1de 12

Anatomi Fisiologi Kelenjar Mammae

Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara
adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi dan mempunyai peranan penting dalam respon dan
rangsangan seksual. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

a. Korpus

Korpus terdiri dari jaringan kelenjar payudara, saluran susu (duktus laktiferus), jaringan ikat, lemak,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian
dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Hormon
prolaktin mempengaruhi sel alveoli untuk menghasilkan ASI.Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,
yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI disalurkan dari
alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran
yang lebih besar (duktus laktiferus).

1. Duktus laktiferus adalah saluran kecil yang berfungsi menyalurkan ASI dari alveoli ke sinus laktiferus.

2. Sinus laktiferus disebut juga sebagai ampula. Merupakan saluran ASI yang melebar dan membentuk
kantung di sekitar aerola, yang berfungsi untuk menyimpan ASI.

3. Jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus menentukan besar kecilnya ukuran payudara.
Ukuran payudara yang besar atau kecil memiliki alveoli dan sinus laktiferusyang sama, sehingga dapat
menghasilkan ASI yang sama banyaknya. Di sekeliling alveoli juga terdapat otot polos yang akan
berkontraksi dan memeras keluar ASI. Keberadaan hormon oksitosin menyebabkan otot tersebut
berkontraksi.

b. Areola

Areola merupakan bagian yang lebih berpigmen di sekeliling puting. Areola terdiri dari kelenjar-
kelenjar kecil yang disebut sebagai kelenjar Montgomery, yang menghasilkan cairan berminyak untuk
menjaga kesehatan kulit di sekitar areola juga berfungsi melemaskan dan melindungi areola sewaktu
menyusui. Selain itu pada areola juga terdapat otot polos dan ujung-ujung serabut saraf. Fungsi otot polos
dalam puting dan areola adalah mengurangi permukaan areola, menonjolkan puting dan mengosongkan
sinus laktiferus waktu menyusui.
c. Papilla

Puting susu bagian dari kulit payudara. Puting mengandung ujung-ujung saraf sensitif, dan otot polos yang
akan berkontraksi bila ada rangsangan.Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar,
panjang dan terbenam (inverted).

Tumbuh kembang payudara berawal saat memasuki pubertas dimana sistem hormonal wanita mulai
berfungsi. Hormon estrogen mempengaruhi pertumbuhan sistem saluran, puting dan jaringan lemak.
Sedangkan hormon progesteron berperan dalam tumbuh kembang kelenjar susu. Selama masa kehamilan,
payudara membesar akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang meningkat. Umumnya air
susu belum diproduksi saat hamil. Segera setelah melahirkan kelenjar hipofisis mulai mengeluarkan
hormon prolaktin yang bertanggung jawab atas produksi air susu pada kelenjar susu akibat adanya
rangsang puting dari hisapan bayi. Sedangkan proses pengeluaran air susu dibantu oleh kontraksi otot
disekitar puting dan areola yang dirangsang oleh hormon oksitosin (hormon yang utamanya bertanggung
jawab dalam kontraksi rahim saat bersalin).

2.2 Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI
(oksitosin).

a. Produksi ASI (Prolaktin)

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi.
Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli.
Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari
plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar
estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga
terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan
refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

1. Refleks prolaktin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah
kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih
tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka
estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang
payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor
penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui
akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak
akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung.Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 –
3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh
psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.

b. Refleks Aliran (Let Down Reflek)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan
bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran
darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air
susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui
duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi,
memikirkan untuk menyusui bayi.

Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau,
takut dan cemas.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi :

1. Refleks menangkap (rooting refleks)

Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi
dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting
susu.

2. Refleks menghisap

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum,
maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di
bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.

3. Refleks menelan

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

b. Pengeluaran ASI

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang
terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel
miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.
Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus.
Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
2.3 Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam
pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa
menyusui selanjutnya.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pada masa Kehamilan (antenatal)

- Memberikan penernagan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui
baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.

- Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau
tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.

- Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan
ASI yang cukup.

- Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari
makanan pada saat belum hamil.

- Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama
suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.

b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)

- Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menysui yang baik dan benar,
yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada payudara ibu.

- Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat
dilakukan tanpa jadwal.

- Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu dua minggu setelah
melahirkan.

c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)

- Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI
saja tanpa makanan/minuman lainnya.
- Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum
minimal 8 gelas sehari.

- Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang
berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

- Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui.

- Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui
seperti payudara banyak disertai demam.

- menghubungi kelompk pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang
sukses menyusui bagi mereka.

- Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan.

2.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Ibu Menyusui

1. Pengaruh makanan erat kaitannya dengan volume ASI yang diproduksi per hari.

2. Protein, dengan adanya variasi individu maka dianjurkan penambahan 15-20 gram protein sehari.

3. Suplementasi, jika makan sehari seimbang, suplementasi tidak diperlukan kecuali jika kekurangan satu
atau lebih zat gizi.

4. Aktivitas.

2.5 Komposisi Zat Gizi Kolostrum, ASI dan PASI

Kandungan zat gizi dalam kolostrum, ASI dan PASI (pengganti air susu ibu) memiliki komposisi yang
berbeda. Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI. Hal ini menguntungkan bayi
yang baru lahir karena dengan mendapat sedikit kolostrum ia sudah mendapat cukup protein yang dapat
memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama.

a. Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan
tumbuh kembang bayi. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 sehingga ASI terasa lebih manis
dibandingkan dengan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung
tidak mau minum PASI. Dengan demikian pemberian ASI akan semakin sukses.

Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi
energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu karhidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan
factor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan
menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan dan mempercepat pengeluaran
kolostrum sebagai antibody bayi.

b. Protein

Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun demikian protein ASI sangat cocok
karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernan bayi yaitu protein
unsur whey.

c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah
kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit
pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian, Kadar lemak pada hari pertama berbeda
dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang
diperlukan. Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel
jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim lipase.Lemak dalam bentuk Omega 3,
Omega 6, dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak. Susu formula tidak
mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi
akan sulit menyerap lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam
linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu 6:1. Asam linoleat adalah jenis
asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf
otak bayi.

d. Mineral

ASI megandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan
bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan
mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya
tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta
menganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga
mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau
ganguan metabolisme.

e. Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali
vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.

2.6 PENGERTIAN AIR SUSU IBU

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik
yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. Sedangkan ASI Ekslusif
adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 4 (empat)
bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. ASI dalam jumlah cukup merupakan
makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI
merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh
kembang yang optimal.

2.7 KEBAIKAN ASI DAN MENYUSUI.

ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut :

Ø ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk
memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.

Ø ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam usus laktosa akan
dipermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk:

· Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.

· Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa
beberapa jenis vitamin.

· Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.

· Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium.

Ø ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama,
seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus,
Lactoferrin.

Ø ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi

Ø Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.

Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikan keuntungan bagi
ibu, yaitu:

Ø Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya.

Ø Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis
dan emosional antara ibu dan anak.

Ø Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian keukuran
sebelum hamil.

Ø Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.


Ø Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan (menjarangkan
kehamilan).

Ø Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.

2.8 Produksi ASI

Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting susu
ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin,
hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung
pada Let Down Replex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk
menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang serabutotot halus di dalam dinding saluran
susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.

Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar menuju saluran ke dalam
putting. Secara visual payudara dapat di gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan
kelenjar yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di
dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting
yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan
membentuk sinus lactiterous. Pusat dari areda (bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku
letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi.

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue
debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan
segera sesudah melahirkan anak.

Ø Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.

Ø Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.

Ø Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI
Mature.

Ø Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir dan
mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.

Ø Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan dengan ASI Mature
dimana protein yang utama adalah casein pada colostrum protein

yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
Ø Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan
bagi bayi sampai 6 bulan pertama.

Ø Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature.

Ø Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum.

Ø Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.

Ø Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.

Ø PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.

Ø Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature.

Ø Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi krang sempurna,
yangakan menambah kadar antobodi pada bayi.

Ø Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.

b. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

Ø Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.

Ø Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI
Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5.

Ø Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.

Ø Volume semakin meningkat.

c. Air Susu Mature

Ø ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi
ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.

Ø Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yangs ehat
ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi bayi.

Ø ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan
yang khusus dengan temperatur yang sesuai untu bayi.

Ø Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflaum dan karotin.

Ø Tidak menggumpal bila dipanaskan.

Ø Volume: 300 – 850 ml/24 jam


Ø Terdapat anti microbaterial factor, yaitu:

· Antibodi terhadap bakteri dan virus.

· Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)

· Enzim (lysozime, lactoperoxidese)

· Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)

· Faktor resisten terhadap staphylococcus.

· Complecement ( C3 dan C4).

2.9 Volume Produksi ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila
tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari
jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia
minggu kedua

Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit
pertama. Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi.
Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya
payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan
hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.

Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan
akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Kekurangan gizi seringkali ditemukan “merasmus”
pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.

3.0 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI

Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:

a. Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung
mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai
zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus
tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu
dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh
terhadap produksi ASI.

Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir
telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1
liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan
dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.

Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tamabahan makanan, maka akan terjadi
kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan
gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan.
Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping
bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin
juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.

b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah,
kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam
menyusui bayinya.

Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut
adalah:

- Reflek Prolaktin

Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi
rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse
melalui nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk
ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar –kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk
menghasilkan ASI.

- Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)

Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan
memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu
disebut :”rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan
lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi,
tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar.
Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan
semakin mengganggu let down reflex.
c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin

Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada
ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan
dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah
pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan
atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa
susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang
gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.

d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.

Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung
hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan
produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga
secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang
produksi ASI.

e. Perawatan Payudara

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama
6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada
duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar.

Você também pode gostar