Você está na página 1de 30

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOKASI

WISATA MUSEUM KOTA BANDUNG

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Analisis Perencanaan
tahun ajaran 2018/2019

disusun oleh

Gerry Inggar Pratama 242017011

Muhammad Farhan Dwitama 242017013

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2018

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 1
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................................................ 2
2.1Analisis Faktor ........................................................................................................................... 2
2.2 Langkah-langkah....................................................................................................................... 3
2.3 Menentukan Metode Analisis Faktor ........................................................................................ 5
2.4 Penentuan Banyaknya Faktor ................................................................................................... 6
2.5 Daya Tarik Objek Wisata.......................................................................................................... 7
2.6 Jenis-Jenis Wisata ................................................................................................................... 11
BAB III GAMBARAN UMUM ................................................................................................... 14
3.1 Gambaran Umum .................................................................................................................... 14
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................. 16
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 26
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... iv

ii
DAFTAR TABEL

GAMBAR 2.1 PETA ADMINISTRASI KOTA BANDUNG...................................................................... 14


TABEL 3.1. 1 DESCRIPTIVE STATISTICS .......................................................................................... 16
TABEL 3.1. 2 KMO AND BARTLETT'S TEST.................................................................................... 17
TABEL 3.1. 3 ANTI-IMAGE MATRICES ............................................................................................ 18
TABEL 3.1. 4 COMMUNALITIES ...................................................................................................... 21
TABEL 3.1. 5 TOTAL VARIANCE EXPLAINED .................................................................................. 22
GAMBAR 3.1 1 SCREE PLOT ........................................................................................................... 23
TABEL 3.1. 6 COMPONENT MATRIXA ............................................................................................. 24
TABEL 3.1. 7 ROTATED COMPONENT MATRIXA ............................................................................. 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Objek wisata merupakan tempat dimana kita dapat menemukan kesinambungan atau
keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup. Dengan berwisata kita dapat
menghilangkan sedikit kejenuhan setelah melakukan berbagai aktivitas yang berat. Tempat-tempat
wisata merupakan tempat yang paling ramai dikunjungi masyarakat kota maupun luar kota itu
sendiri.

Kota Bandung merupakan kota dengan lokasi wisata yang cukup banyak salah satunya adalah
museumyang akan dilihat dari beberapa variable yang didapat untuk melihat kecenderungan
wisatawan memlihi lokasi wisata museum yang akan mereka kunjungi. Hal itu didapat dari
beberapa data variable yang diperoleh dari data sekunder.

Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk memilih lokasi wisata akan
dilihat dari hasil analisis faktor menggunakan SPSS. Maka akan terlihat apa yang mempengaruhi
wisatawan mengunjungi lokasi wisata museum yang ada di Kota Bandung.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan Masalah dalam Makalah ini adalah :
1. Apa pengertian Analiais Faktor2?
2. Apa Tujuan Analisis Faktor3?
3. Contoh Analisis Faktor Menggunakan SPSS

1
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Analisis Faktor


Menurut J. Supranto (2004), analisis faktor merupakan teknik statistika yang utamanya
dipergunakan untuk mereduksi atau meringkas data dari variabel yang banyak diubah menjadi
sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel yang baru
yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel
asli (original variable). Dalam analisis faktor tidak ada variabel dependen dan independen, proses
analisis faktor sendiri mencoba menemukan hubungan (interrelationship) antara sejumlah variabel
yang saling dependen dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel
yang lebih sedikit dari jumlah awal. Analisis faktor digunakan di dalam situasi sebagai berikut: a.
Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (underlying dimensions) atau faktor
yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel. b. Mengenali dan mengidentifikasi suatu set
variabel baru yang tidak berkorelasi (independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk
menggantikan suatu set variabel asli yang saling berkorelasi di dalam analisis multivariat
selanjutnya. c. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel yang penting dari suatu set
variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat
selanjutnya. Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan sesama faktor yang unik dan juga tidak
berkorelasi dengan common factor. Common factor sendiri bisa dinyatakan sebagai kombinasi
linier dari variabel-variabel yang terlihat/terobservasi (the observed variables) hasil penelitian
lapangan.

Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3+X3 + ….. + WipXp

keterangan:

I = Banyaknya faktor yang terbentuk; (i=1,2,3,...,k)

P = Banyaknya variabel

Fi = Perkiraan faktor ke-i (didasarkan pada nilai variabel X dengan koefisiennya Wi)

Wi = Timbangan/bobot atau koefisien nilai faktor ke-i

2
Xi = Variabel ke- X1 yang sudah dibakukan (standardized)

Menurut Johnson dan Wichern (1982), secara umum analisis faktor atau analisis komponen utama
bertujuan untuk mereduksi data dan menginterprestasikannya sebagai suatu variabel baru yang
berupa variabel bentukan. Andaikan dari p buah variabel awal/asal terbentuk k buah
faktor/komponen di mana k < p, misalkan dari sejumlah variabel p sebanyak 8 variabel terbentuk
k = 2 buah faktor/komponen yang dapat menerangkan kesepuluh variabel awal/asal tersebut. K
buah faktor/komponen utama dapat mewakili p buah variabel aslinya sehingga lebih sederhana.

2.2 Langkah-langkah
2.2.1 Tabulasi Data

Data yang telah diperoleh dari penyusunan serta penyebaran kuesioner di tempat yang telah
ditentukan, kemudian data-data ini dikumpulkan serta ditabulasikan pada kolom-kolom agar
mempermudah untuk dikonversi pada software yang akan digunakan.

2.2.2 Pembentukan Matriks Kolerasi

Data yang telah diperoleh dari penyusunan serta penyebaran kuesioner di tempat yang telah
ditentukan, kemudian data-data ini dikumpulkan serta ditabulasikan pada kolom-kolom agar
mempermudah untuk dikonversi pada software yang akan digunakan.

a. Penentukan besaran nilai barlett test of sphericity, yaitu suatu uji statistik yang
dipergunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi
(uncorrelated) dalam populasi. Dengan kata lain, matriks korelasi populasi merupakan
matriks identitas (identity matrix), setiap variabel berkorelasi dengan dirinya sendiri secara
sempurna dengan (r =1) akan tetapi sama sekali tidak berkorelasi dengan lainnya (r = 0).
b. Penentuan Keiser-Meyesr-Okliti (KMO), merupakan suatu uji untuk menunjukkan apakah
metode sampling (mengukur kecukupan sampel) yang digunakan sudah memenuhi syarat
atau tidak
c. Measure of Sampling Adequeacy (MSA), merupakan suatu uji untuk mengukur seberapa
tepat suatu variabel terprediksi oleh variabel lain dengan membandingkan anatar korelasi
terobservasi dengan korelasi parsial. digunakan untuk mengukur kecukupan sampel

3
2.2.3 Ekstraksi Faktor

Pada tahap ini, akan dilakukan proses inti dari analisis faktor, yaitu melakukan ekstrasi
terhadap sekumpulan variabel yang ada KMO > 0,5 sehingga terbentuk satu atau lebih faktor.
Metode yang digunakan untuk maksud ini adalah principal component analysis dan rotasi faktor
dengan metode varimax.

Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstrasi variabel tersebut sehingga menjadi
beberapa faktor. Setelah memproses variabel-variabel yang layak, maka dengan program SPSS 22
akan diperoleh nilai hasil statistik yang menjadi indikator utama yaitu tabel communalities, tabel
total variance explained, grafik scree, tabel component matrix dan tabel rotated component matrix.

Tabel communalities merupakan tabel yang menunjukkan persentase variansi dari tiap variabel
yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Nilai yang dilihat adalah extraction yang terdapat
pada tabel communalities. Makin kecil nilainya, makin lemah hubungan antara variabel yang
terbentuk. Communality adalah jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu variabel dengan
seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut proporsi atau bagian varian yang
dijelaskan oleh common factor atau besarnya sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh
variabel.

Tabel total variance explained, menunjukkan persentase varians yang dapat dijelaskan oleh
faktor secara keseluruhan. Nilai yang menjadi indikatornya eigenvalues yang telah mengalami
proses ekstrasi. Pada tabel akan tercantum nilai extraction sum of square loading. Hal ini
disebabkan nilai eigenvalues tidak lain merupakan jumlah kuadrat dari faktor loading dari setiap
variabel yang termasuk ke dalam faktor. Factor loading ini merupakan nilai yang menghubungkan
faktorfaktor dengan variabel-variabel. Variabel yang masuk ke dalam faktor adalah yang nilainya
lebih dari satu ( ). Dari sini akan terlihat pula jumlah faktor yang akan terbentuk.

Scree plot menggambarkan tampilan grafik dari tabel total variance explained. Grafik ini
sebenarnya menunjukkan peralihan dari satu faktor ke faktor lainnya garis menurun disepanjang
sumbu y. Sumbu x menunjukkan jumlah komponen faktor yang terbentuk, sedangkan sumbu y
menunjukkan nilai eigenvalues.

4
Tabel component matrix menunjukkan kategori variabel-variabel ke dalam komponen
faktor, atau dengan kata lain menunjukkan distribusi variabel-variabel pada faktor yang terbentuk.
Bila yang dijadikan acuan adalah nilai factor loading yang ada dalam tabel, dimana nilai lebih
besar menunjukkan korelasi yang cukup kuat antara variabel-variabel tersebut dengan komponen
faktor. Jumlah jasa kuadrat factor loading dari tiap variabel tidak lain merupakan nilai extraction
untuk tiap variabel yang tercantum dalam tabel communalities.

2.2.4 Rotasi Faktor

Pada rotasi faktor, matrik faktor ditransformasikan ke dalam matrik yang lebih sederhana,
sehingga lebih mudah diinterpretasikan. Dalam analisis ini rotasi faktor dilakukan dengan metode
rotasi varimax. Hasil dari rotasi ini terlihat pada tabel rotated component matrix, di mana dengan
metode ini nilai total variansi dari tiap variabel yang ada di tabel component matrix tidak berubah.
Yang berubah hanyalah komposisi dari nilai factor loading dari tiap variabel. Interpretasi hasil
dilakukan dengan melihat factor loading.

Factor loading adalah angka yang menunjukkan besarnya korelasi antara suatu variabel
dengan faktor satu, faktor dua, faktor tiga, faktor empat atau faktor lima yang terbentuk. Proses
penentuan variabel mana akan masuk ke faktor yang mana, dilakukan dengan melakukan
perbandingan besar korelasi pada setiap baris di dalam setiap tabel.

Dalam penelitian ini digunakan metode varimax, karena bertujuan untuk mengekstraksi
sejumlah variabel menjadi beberapa faktor. Selain itu metode ini menghasilkan struktur relatif
lebih sederhana dan mudah diinterpretasikan.

2.2.5 Penamaan Faktor

Pada tahap ini akan diberikan nama-nama faktor yang telah terbentuk berdasarkan factor
loading suatu variabel terhadap faktor terbentuknya, setelah tahapan pemberian nama faktor
terbentuk.

2.3 Menentukan Metode Analisis Faktor


Terdapat dua cara yang dapat dipergunakan dalam analisis faktor khususnya koefisien skor
faktor, yaitu Principal component dan Common factor analysis.

5
1. Principal component
Jumlah varian dalam data dipertimbangkan. Diagonal matrik korelasi terdiri dari angka
satu dan full variance dibawa dalam matriks faktor. Principal component
direkomendasikan jika hal yang pokok adalah menentukan bahwa banyaknya faktor harus
minimum dengan memperhitungkan varians maksimum dalam data untuk dipergunakan di
dalam analysis multivariate lebih lanjut.
2. Common factor analysis
Faktor diestimasi hanya didasarkan pada common variance, communalities dimasukkan
dalam matrik korelasi. Metode ini dianggap tepat jika tujuan utamanya
mengenali/mengidentifikasi dimensi yang mendasari dan common variance yang menarik
perhatian.

2.4 Penentuan Banyaknya Faktor


Maksud melakukan analysis faktor adalah mencari variable baru yang disebut faktor yang tidak
saling berkorelasi, bebas satu sama lain, lebih sedikit dari variable asli, tapi dapat menyerap
sebagian besar informasi yang terkandung dalam variable asli atau yang dapat memberikan
sumbangan terhadap varian seluruh variable. Lalu berapa faktor yang perlu disajikan? Ada
beberapa cara;
1. Penentuan Apriori
Kadang karena peneliti sebelumnya sudah mengetahui berapa faktor yang digunakan maka
kita akan menentukan dulu berapa faktor yang akan digunakan.
2. Penentuan Berdasar Eigenvalue
Faktor dengan eigenvalue lebih besar dari satu yang dipertahankan jika lebih kecil dari satu
faktornya tidak diikutsertakan dalam model. Suatu eigenvalue menunjukkan besar
sumbangan dari faktor terhadap varian seluruh variable asli. Hanya faktor dengan varian
lebih dari 1 yang dimasukkan dalam model. Faktor dengan varian kurang dari 1 tidak baik
karena variable asli telah dibakukan yang berarti rata-ratanya 0 dan variansnya 1. Bila
banyak variable asli asli kurang dari 20 pendekatan ini menghasilkan sejumlah faktor yang
konservatif.
3. Penentuan Berdasar Screeplot
6
Dapat dilihat dari grafik screeplot dimana scree mulai terjadi menunjukkan banyak faktor
yang benar, tepatnya ketika scree mulai mendatar. Kenyataan menunjukkan bahwa
penentuan banyaknya faktor dengan screeplot akan mencapai satu atau lebih banyak dari
penentuan dengan eigenvalue.
4. Penentuan Didasarkan pada Presentase Varian
Banyak faktor diekstraksi ditentukan sedemikian rupa sehingga kumulatif presentase
varian yang diekstraksi oleh faktor mancapai suatu level tertentu yang memuaskan.
Ekstraksi faktor dihentikan jika kumulatif presentase varian sudah mencapai paling sedikit
60% atau 75% dari seluruh varian variable asli.

2.5 Daya Tarik Objek Wisata


Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat
menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu.
Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan merupakan sumber daya potensial dan belum
dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Objek
dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu
daerah atau tempat tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan.

Dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa objek dan
daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata terdiri atas:

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan
alam, flora, dan fauna.
2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata buru, wisata
petualangan alam, taman rekreasi, dan komplek hiburan.

Objek dan daya tarik wisata menurut Direktoral Jenderal Pemerintah dibagi menjadi 3 macam,
yaitu:

2.5.1 Objek Wisata Alam


Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya tarik bagi
pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya. Potensi objek
wisata alam dapat dibagi menjadi 4 kawasan, yaitu:

7
1. Flora dan fauna
2. Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai dan ekosistem hutan bakau.
3. Gejalan alam, misalnya kawah, sumber air panas, air terjun, dan danau.
4. Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan, dan usaha
perikanan

2.5.2 Objek Wisata Sosial Budaya

Objek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan daya
tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukkan, dan
kerajinan.

2.5.3 Objek Wisata Minat Khusus

Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru dikembangkan di Indonesia.
Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Dengan
demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian. Contoh: berburu, mendaki
gunung, arung jeram, agrowisata, dan tujuan pengobatan.
Suatu objek wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi syarat-
syarat untuk pengembangan daerahnya, menurut Maryani (1991:11) syarat-syarat tersebut
adalah:

1. What To See

Di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan yang
dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan
atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan. What to see meliputi
pemandangan alam, kegiatan kesenian, dan atraksi wisata.

2. What To Do

Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus disediakan
fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lama di tempat itu.

3. What To Arrived

8
Di dalamnya termasuk aksesibilitas, bagaimana kita mengunjungi objek wisata tersebut,
kendaraan apa yang akan digunakan, dan berapa lama tiba di tempat tujuan wisata tersebut.

4. What To Stay

Bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara selama dia berlibur di objek wisata
itu. Diperlukan penginapan-penginapan baik hotel berbintang atau hotel non berbintang.

Selain itu pada umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan atas:

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih.

2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.

4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan,
sungai, pantai, pasir, dan hutan.

6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam
bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu
objek buah karya manusia pada masa lampau.

Perkembangan suatu kawasan wisata juga tergantung pada apa yang dimiliki kawasan tersebut
untuk dapat ditawarkan kepada wisatawan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari peranan para
pengelola kawasan wisata. Menurut Oka A. Yoeti (1997:165), berhasilnya suatu tempat wisata
hingga tercapainya industri wisata sangat tergantung pada tiga A (3A), yaitu atraksi (attraction),
mudah dicapai (accesibility), dan fasilitas (amenities).

1. Atraksi (attraction)

Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat dan
dinikmati, yang termasuk dalam hal ini adalah tari-tarian, nyanyian kesenian rakyat tradisional,
upacara adat, dan lain-lain. Menurut Oka A. Yoeti (1997:172) tourism disebut attractive
spontance, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisatayang merupakan daya tarik
agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata diantaranya yaitu:

9
a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang mendapat istilah Natural
Amenities. Yang termasuk kelompok ini adalah:

 Iklim contohnya curah hujan, sinar matahari, panas, hujan, dan salju.
 Bentuk tanah dan pemandangan, contohnya pegunungan, perbukitan, pantai, air terjun, dan
gunung api.
 Hutan belukar.
 Flora dan fauna, yang tersedia di cagar alam dan daerah perburuan.
 Pusat-pusat kesehatan, contohnya sumber air mineral, sumber air panas, dan mandi lumpur.
Dimana tempat tersebut diharapkan dapat menyembuhkan macam-macam penyakit.

b. Hasil ciptaan manusia (man made supply). kelompok ini dapat dibagi dalam empat produk
wisata yang berkaitan dengan tiga unsur penting yaitu historical (sejarah), cultural (budaya), dan
religious (agama).

 Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau (artifact)


 Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat dan kerajinan tangan.
 Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, pernikahan, khitanan, dan lain-lain.
 Rumah-rumah ibadah seperti mesjid, candi, gereja, dan kuil.

2. Aksesibilitas (accesibility)

Aktifitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi karena


faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan
perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalam aksesibilitas adalah transportasi,
maksudnya yaitu frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimilikinya dapat
mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi dekat.

Selain transportasi, yang berkaitan dengan aksesibilitas adalah prasarana meliputi jalan,
jembatan, terminal, stasiun dan bandara. Prasarana ini berfungsi untuk menghubungkan
suatu tempat dengan tempat yang lain. Keberadaan prasarana transportasi akan
mempengaruhi laju tingkat transportasi itu sendiri. Kondisi prasarana yang baik akan
membuat laju transportasi optimal.

10
3. Fasilitas (amenities)

Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan karena pariwisata tidak
akan pernah berkembang tanpa penginapan. Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang
terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.
Adapun sarana-sarana penting yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata adalah
sebagai berikut:

a. Akomodasi hotel

b. Restoran

c. Air bersih

d. Komunikasi

e. Hiburan

f. keamanan

2.6 Jenis-Jenis Wisata


1. Pariwisata Lokal (Local Tourism)
Pariwisata setempat yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan terbatas dalam
tempat-tempat tertentu saja. Misalnya pariwisata Kota Bandung, DKI Jakarta, dan lain-
lain.
2. Pariwisata Regional (Regional Tourism)
Pariwisata yang berkembangdi suatu tempat atau daerah yang ruang lingkupnya lebih luas
bila dibandingkan dengan local tourism, tetapi lebih sempit bila dibandingkan dengan
national tourism. Misalnya Pariwisata Sumatera Utara, Bali, dan lain-lain.
3. Pariwisata Nasional (National Tourism)
a. Pariwisata Nasional dalam arti sempit
Kegiatan pariwisata yang berkembang dalam wilayah suatu negara.
Pengertian ini sama halnya dengan “Pariwisata Dalam Negeri” atau
domestic tourism, di mana titik beratnya orang-orang yang melakukan
perjalanan wisata adalah warga negara itu sendiri dan warga asing yang
berdomisili di negara tersebut.

11
b. Pariwisata Nasional dalam arti luas
Kegiatan pariwisata yang berkembang dalam wilayah suatu negara, selain
kegiatan domestic tourism juga dikembangkan foreign tourism, di mana di
dalamnya termasuk in bound tourism dan out going tourism. Jadi, selain
adanya lalu lintas wisatawan di dalam negeri sendiri, juga ada lalu lintas
wisatawan dari luar negeri, maupun dari dalam negeri ke luar negeri.
c. Regional-International Tourism
Kegiatan pariwisata yang berkembang di suatu wilayah internasional yang
terbatas, tetapi melewati batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam
wilayah tersebut. Misalnya pariwisata kawasan ASEAN, Timur Tengah,
Asia Selatan, Eropa Barat, dan lain-lain.
d. International Tourism
Kegiatan pariwisata yang berkembang di seluruh negara di dunia termasuk
regional-international tourism dan national tourism.
e. Business Tourism
Jenis pariwisata di mana pengunjungnya datang untuk tujuan dinas, usaha
dagang atau yang berhubungan dengan pekerjaan, meeting, insentif,
convention, exhabition (MICE).
f. Vacational Tourism
Jenis pariwisata di mana orang-orang yang melakukan perjalanan wisata
terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur atau memanfaatkan waktu
luang.
g. Educational Tourism
Jenis pariwisata di mana pengunjung melakukan perjalanan untuk tujuan
studi atau mempelajari sesuatu di bidang ilmu pengetahuan. Educational
Tourism meliputi study tour atau dharmawisata. Dalam bidang bahasa
dikenal istilah polly glotisch, yaitu orang-orang yang tinggal sementara
waktu di suatu negara untuk mempelajari bahasa negara tersebut.
h. Cultural Tourism
Jenis pariwisata di mana perjalanan dilakukan karena adanya motivasi
untuk melihat daya tarik dari seni-budaya suatu tempat atau daerah. Objek

12
kunjungannya adalah warisan nenek moyang dan benda-benda kuno.
Seringkali terbuka kesempatan bagi wisatawan untuk mengambil bagian
dalam suatu kegiatan kebudayaan di tempat yang dikunjunginya.
i. Recuperational Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuan wisatawan
melakukan perjalanan adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit. Seperti
halnya mandi di sumber air panas, mandi lumpur yang biasa dijumpai di
Eropa, serta mandi kopi di Jepang yang diyakini dapat membuat wajah
terlihat awet muda.
j. Commercial Tourism
Disebut sebagai pariwisata perdagangan, karena perjalanan wisata ini
dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional atau internasional, di mana
sering diadakan expo, fair, exhabition, dan lain-lain.
k. Sport Tourism
Biasanya disebut dengan istilah pariwisata olahraga. Orang-orang yang
melakukan perjalanan bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu
event olahraga di suatu tempat atau negara.
l. Political Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata politik yaitu suatu perjalanan yang
tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa yang
berhubungan dengan kegiatan suatu negara.
m. Social Tourism
Pariwisata sosial jangan diasosiasikan sebagai suatu pariwisata yang berdiri
sendiri. Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja yang
tidak menekankan pada usaha untuk mencari keuntungan.
n. Religion Tourism
Jenis pariwisata di mana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk
melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan. Seperti halnya
Ibadah Haji ke Mekkah atau kunjungan ke Lourdes.

13
BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Gambaran Umum

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Bandung

Sumber : RTRW kota Bandung

Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat.
Kota Bandung terletak di antara 107032’38,91” BT dan 6055’19,94” LS. Luas Kota Bandung
adalah 167,29 Km2. Secara administratif Kota Bandung terbagi menjadi 30 kecamatan. Kecamatan
Gedebage merupakan kecamatan yang memiliki wilayah paling luas yaitu 9,58 Km2 atau 5,7%
dari luas keseluruhan Kota Bandung. Kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Astana
Anyar dengan luas 2,89 Km2 atau hanya 1,73 % dari luas Kota Bandung.

Kota Bandung merupakan kota yang memiliki tingkat kepadatan sangat padat karena
seluruh wilayahnya memiliki kepadatan lebih dari 400 jiwa/km2. Kota Bandung dengan penduduk

14
yang padat membutuhkan sarana transportasi untuk mobilitasnya. Suatu ruas jalan juga dalam
kapasitasnya memperhitungkan ukuran kota dan jumlah penduduk menjadi acuannya. Semakin
padat penduduk pada suatu wilayah semakin tinggi pergerakannya, yang menyebabkan semakin
tinggi pula kebutuhan akan transportasi.

15
BAB IV

PEMBAHASAN

Penelitian akan dilakukan terhadap 8 variabel untuk lokasi wisata museum yang ada di Kota
Bandung yang mempengaruhi wisatawan terhadap lokasi wisata tersebut. Berikut merupakan
analisis faktor yang mempengaruhi wisatawan terhadap lokasi wisata museum di Kota Bandung.

Tabel 3.1. 1 Descriptive Statistics

Descriptive Statistics

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation

Jumlah Wisatawan
9 5.60 8.00 6.6889 .89644
(orang)
Skala Pelayanan (Skor) 9 568.00 750.00 6.5978E2 59.38387
Aksesibilitas (Aks) 9 6.00 8.00 7.1667 .70711
Biaya (Rp) 9 500.00 850.00 6.8333E2 117.26039
Luas Area Parkir (Ha) 9 25.00 55.00 44.0000 9.04157
Daya Tampung
9 2.00 4.50 3.4889 .70789
Pengunjung (Ha)
Kinerja Pelayanan
9 600.00 6542.00 4.3722E3 2414.16413
(Skor)
Valid N (listwise) 9

Untuk dapat melakukan penilaian terhadap kelayakan variable, yang perlu diperhatikan
bahwa satuan yang dimiliki oleh data (variabel) ternyata sangat bervariasi. Oleh karena itu, proses
penilaian variabel untuk kasus dengan data yang bervariasi dalam besaran, dilakukan dengan dua
tahapan yaitu : standarisasi data dengan Z-score dan penilaian variable. Perlunya dilakukan

16
standarisasi terlebih dahulu mengandung maksud untuk menghindari munculnya perbedaan yang
sangat mencolok sehingga akan menyebabkan bias dalam analisis faktor. Namun apabila data
yang dimiliki tidak bervariasi dalam besaran, dapat langsung melakukan langkah penelitian
tanpa melakukan tahapan standarisasi terlebih dahulu. Dan diatas merupakan tabel standarisasi
untuk mengetahui nilai Z-score agar dapat melakukan ke tahapan selanjutnya.
Sebelum melakukan pengujian, langkah yang harus dilakukan adalah menentukan hipotesa
terlebih dahulu. Adapun hipotesa untuk signifikansi adalah :
Ho : sampel (variabel) belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut
H1 : sampel (variabel) sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut
Sedangkan kriteria dalam melihat signifikansi adalah :
Sig > 0,05, maka Ho diterima
Sig < 0,05, maka Ho ditolak

Selain itu perlu diperhatikan angka MSA (Measure of Sampling Adequacy), yaitu berkisar 0
sampai 1 dengan kriteria :
- MSA = 1; variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain
- MSA > 0,5; variabel masih diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut
- MSA , 0,5; variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut,
atau harus dikeluarkan dari variabel lainnya
Tabel 3.1. 2 KMO and Bartlett's Test

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .617

Approx. Chi-Square 28.971

df 15

Sig. .016

Nilai KMO and Bartlett’s Test adalah 0,617 dengan signifikansi 0,016. Oleh karena nilai
tersebut sudah diatas 0,5 dan signifikansi jauh dibawah 0,05, maka variabel dan sampel yang ada
sebenarnya cukup dapat dianalisis lebih lanjut.
Namun demikian, masih perlu diperhatikan nilai MSA yaitu dari tampilan output tabel Anti
Image.

17
Dengan hasil di atas, maka dapat dikatakan bahwa variabel dan sampel yang digunakan
memungkinkan untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Selanjutnya, untuk melihat korelasi
antarvariabel independen dapat diperhatikan tabel Anti-Image Matrices. Nilai yang diperhatikan
adalah MSA (Measure of Sampling Adequacy). Nilai MSA berkisar antara 0 hingga 1, dengan
ketentuan sebagai berikut:
MSA = 1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain.
MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.
MSA < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan
dari variabel lainnya.
Tabel 3.1. 3 Anti-image Matrices

18
Anti-image Matrices

Zscore:
Zscore: Zscore: Zscore Daya
Jumlah Skala : Tampun Zscore:
Wisata Pelayan Aksesi Zscore: g Kinerja
wan an bilitas Zscore: Biaya Luas Area Pengunj Pelayanan
(orang) (Skor) (Aks) (Rp) Parkir (Ha) ung (Ha) (Skor)

Zscore:
Jumlah
.205 -.008 .050 -.003 .132 .003 -.084
Wisatawan
(orang)

Zscore:
Skala
-.008 .064 -.023 .051 .060 .022 .035
Pelayanan
(Skor)

Zscore:
Aksesibilitas .050 -.023 .128 .006 .057 -.118 -.088
(Aks)

Zscore:
-.003 .051 .006 .055 .061 -.018 .023
Biaya (Rp)

Zscore:
Luas Area .132 .060 .057 .061 .229 -.017 -.039
Parkir (Ha)

Zscore:
Daya
Tampung .003 .022 -.118 -.018 -.017 .185 .071
Pengunjung
(Ha)

Zscore:
Kinerja
-.084 .035 -.088 .023 -.039 .071 .105
Pelayanan
(Skor)

Zscore:
Jumlah
.708a -.070 .305 -.030 .608 .018 -.574
Wisatawan
(orang)

19
Zscore:
Skala
-.070 .649a -.260 .864 .498 .202 .423
Pelayanan
(Skor)

Zscore:
Aksesibilitas .305 -.260 .511a .067 .334 -.768 -.758
(Aks)

Zscore:
-.030 .864 .067 .668a .545 -.179 .302
Biaya (Rp)

Zscore:
Luas Area .608 .498 .334 .545 .417a -.080 -.250
Parkir (Ha)

Zscore:
Daya
Tampung .018 .202 -.768 -.179 -.080 .579a .510
Pengunjung
(Ha)

Zscore:
Kinerja
-.574 .423 -.758 .302 -.250 .510 .598a
Pelayanan
(Skor)

a. Measures of Sampling
Adequacy(MSA)

Perhatikan tabel diatas, khususnya pada nilai korelasi yang bertanda a (arah diagonal dari
kiri atas ke kanan bawah); nilai MSA variabel jumlah wisatawan = 0,708; variabel skala pelayanan
= 0,649 dan seterusnya untuk variabel yang lain.
Dengan kriteria nilai MSA tersebut, terlihat MSA variabel luas area parkir (0,4170 tidak
memenuhi batas 0,5, maka variabel tersebut dikeluarkan dan perlu dilakukan proses pengujian
ulang. Namun apabila terdapat lebih dari 1 variabel yang memiliki MSA di bawah 0,5, maka
yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil; dan proses penilaian tetap harus
dilakukan pengulangan. Dengan demikian variabel yang harus dikeluarkan adalah variabel luas
area parkir.

20
Tabel 3.1. 4 Communalities

Communalities

Initial Extraction

Jumlah Wisatawan (orang) 1.000 .837

Skala Pelayanan (Skor) 1.000 .806

Biaya (Rp) 1.000 .902

Luas Area Parkir (Ha) 1.000 .932

Daya Tampung Pengunjung


1.000 .704
(Ha)

Kinerja Pelayanan (Skor) 1.000 .716

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Comumunalities merupakan nilai yang menunjukkan kontribusi variabel tersebut


terhadap factor yang terbentuk. Dapat juga didefinisikan sebagai besaran nilai varians (dalam
persentase) suatu variabel yang dapat dijelaskan oleh factor yang terbentuk. Nilai communalities
ini sama pengertiannya dengan nilai koefisien determinasi (pada model regresi).
Pada tabel diatas misalnya, hasilnya adalah, faktor mampu menjelaskan variabel jumlah
wisatawan sebesar 0,837 atau 83,70%, Skala Pelayanan diterangkan sebesar 80,60%, Biaya
diterangkan sebesar 09,20%, Luas Area Parkir diterangkan sebesar 93,20%, Daya Tampung
sebesar 70,40%, dan Kinerja Pelayanan diterangkan sebesar 71,60%. Karena rata-rata penjelasan
di atas 50% maka faktor tetap akan ditentukan.
Semakin besar communalities sebuah variabel, berarti semakin erat hubungannya dengan
factor yang terbentuk.

21
Tabel 3.1. 5 Total Variance Explained

Total Variance Explained

Extraction Sums of Squared


Initial Eigenvalues Loadings Rotation Sums of Squared Loadings

% of % of Cumulative
Total Variance Cumulative % Total Variance % Total % of Variance Cumulative %

1 3.673 61.212 61.212 3.673 61.212 61.212 3.178 52.959 52.959

2 1.224 20.406 81.619 1.224 20.406 81.619 1.720 28.660 81.619

3 .507 8.442 90.061

4 .444 7.404 97.465

5 .122 2.041 99.506

6 .030 .494 100.000

Berdasarkan tabel diatas ada beberapa hal yang dapat diketahui :


- Nilai eigenvalues; yang menunjukkan jumlah variabel yang menjadi anggota suatu factor.
- Besaran variansi yang dapat dijelaskan oleh factor dengan sejumlah variabel
pembentuknya.
- Jumlah factor yang dapat terbentuk oleh sejumlah variabel yang dimiliki.
Setelah dilakukan ekstraksi, tampak dalam tabel di atas bahwa factor yang terbentuk
sebanyak 2 faktor, dengan masing masing mempunyai nilai eigenvalues 3,673 dan 1,224, sesuai
dengan definisi eigenvalues, berarti kita dapat mengatakan bahwa factor-1 beranggotakan 3,673
variabel dan factor-2 beranggotakan 1,224 variabel (factor yang mempunyai nilai eigenvalues <
1, berarti tidak mempunyai anggota variabel pembentuk factor).
Tabel diatas menunjukkan adanya 7 component (variabel) yang dimasukkan dalam analisis
factor dengan masing-masing variabel memiliki variansi 1, maka total variansi adalah 7x1=7.
Sesuai dengan jumlah factor yang terbentuk dan jumlah variansi masing-masing variabel yang
diketahui, selanjutnya dapat dijelaskan oleh masing-masing factor maupun oleh keseluruhan factor
yang terbentuk (baik sebelum dirotasi dan setelag dirotasi).
- Variansi factor-1 : (3.673/7) x 100% = 52,471%
- Variansi factor-2 : (1,224/7) x 100% = 17,485%

22
Artinya bahwa sebesar 52.471% variansi dari variabilitas pembentuk factor-1 dapat dijelaskan
factor tersebut, dan sebesar 17,485% variansi dari variabilitas pembentuk factor-2 dapat dijelaskan
oleh factor tersebut.
Sedangkan total kedua factor tersebut akan mampu menjelaskan 77,77% (atau 52,471%+17,485%)
dari variabilitas ketujuh variabel asli tersebut.

Gambar 3.1 1 Scree Plot

Dari grafik scree plot diatas nilai batas eigenvalues pembentuk faktor adalah apabila
kurang dari 1 berarti tidak terdapat variable pembentuk faktor. Dengan demikian, dari grafik
tersebut tampak bahwa ada 2 faktor yang terbentuk. Hal ini berarti sama dengan hasil pendefinisian
sebelumnya.

23
Tabel 3.1. 6 Component Matrixa

Component Matrixa

Component

1 2

Skala Pelayanan (Skor) .897 -.042

Biaya (Rp) -.890 .332

Kinerja Pelayanan (Skor) .843 -.069

Jumlah Wisatawan (orang) .817 .411

Daya Tampung Pengunjung


-.724 .425
(Ha)

Luas Area Parkir (Ha) -.417 -.871

Tabel Component Matrik diatas menunjukkan nilai loading factor masing-masing variabel
terhadap factor. Loading Faktor adalah nilai yang menunjukkan hubungan (korelasi) suatu
variabel terhadap factor. Apabila suatu variabel mempunyai nilai loading factor terbesar pada
factor tertentu (disbanding factor lainnya), maka variabel tersebut akan menjadi anggota atau
pembentuk faktor tersebut. Nilai loading factor yang disarankan sebagai penentu komponen
factor yaitu setidaknya bernilai 0.7 (korelasi ≥ 0,7). Hal ini sesuai dengan pendefinisian
koefisien korelasi bahwa (0,7 ≤ r < 0,9) dikatakan bahwa adanya hubungan yang kuat antar
variabel yang diteliti.

Dari tabel Component Matriks di atas dapat pula diketahui bahwa distribusi variabel terhadap
2 faktor pembentuk. Cara yang dilakukan untuk melihat distribusi variabel tersebut yaitu dengan
membandingkan nilai loading factor suatu variabel pada factor-faktor yang ada, misal :

- Korelasi variabel jumlah wisatawan dengan factor-1 adalah +0,897, berarti menunjukkan
hubungan yang sangat kuat. Sedangkan dengan factor-2 mempunyai korelasi -0.042, yang
berarti memiliki hubungan tetapi kurang kuat. Dengan demikian, variabel jumlah
wisatawan dimasukkan kedalam komponen factor-1

24
Hal ini berlaku juga untuk variabel yang lainnya.

Tabel 3.1. 7 Rotated Component Matrixa

Rotated Component Matrixa

Component

1 2

Biaya (Rp) -.944 -.104

Daya Tampung Pengunjung


-.838 .054
(Ha)

Skala Pelayanan (Skor) .820 .365

Kinerja Pelayanan (Skor) .784 .318

Luas Area Parkir (Ha) .019 -.965

Jumlah Wisatawan (orang) .545 .735

Tabel tersebut merupakan hasil yang telah dirotasi, setalah dilakukannya rotasi dapat
disimpulkan bahwa:
 Faktor 1 mempunyai komponen variable-variabel:
1. Skala pelayanan
2. Kinerja pelayanan
 Faktor 2 mempunyai komponen variable-variabel:
1. Jumlah wisatawan
Dilihat dari kriteria yang harus memiliki nilai diatas 70%

25
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai Analisis faktor dalam mengidentifikasi faktor –
faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap penjualan media pembelajaran SONIK,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Prosedur analisis faktor


a. Melakukan pemilihan variabel dengan menggunakan uji Measure of
Sampling Adequacy (MSA), Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) Measure of
Sampling Adequacy dan Bartlett's Test of Sphericity
b. Melakukan pembentukan faktor dengan menggunakan metode principal
component. Pembentukan faktor meliputi penentuan jumlah faktor dan
rotasi faktor. Kriteria penentuan jumlah faktor menggunakan pendekatan
berdasarkan nilai eigenvalue, persentase variansi total dan scree plot.
c. Interpretasi hasil analisis faktor berdasarkan signifikansi factor loading dan
penamaan faktor.
d. Melakukan rotasi faktor pada bagian akhir.

Dari hasil analisis berikut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap wisatawan museum di
Kota Bandung.

 Faktor 1 mempunyai komponen variable-variabel:

3. Skala pelayanan
4. Kinerja pelayanan
 Faktor 2 mempunyai komponen variable-variabel:
2. Jumlah wisatawan
Dilihat dari kriteria yang harus memiliki nilai diatas 70%

26
DAFTAR PUSTAKA

Bintaro (1977). Pengantar Geografi Kota. UP Spring: Yogyakarta

Badan Pusat Statistik-Kota Bandung (2009) Dalam Angka Tahun 2009, BPS-Kota Bandung

Statistik, B. P. (2016). Bandan Pusat Statistik Kota Bandung. Retrieved from BPS Kota Bandung:
https://bandungkota.bps.go.id/

Badan Pusat Statistik. (2016). Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara per Bulan ke
Indonesia Menurut Pintu Masuk, 2008-2016. Diunduh dari www.bps.go.id:
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/807 pada 2 Januari 2019

Ansyari, Deddy Rahmatan. 2014. Jenis dan Macam Pariwisata.


http://deddydebot.blogspot.co.id/2014/03/jenis-dan-macampariwisata.html, 2 Januari 2019.

Frans, N. Raymond. 2012. Definisi Pariwisata Menurut Beberapa Ahli.


https://tabeatamang.wordpress.com/2012/08/24/definisi-pariwisatamenurut-beberapa-ahli/, 2
Januari 2019.

iv

Você também pode gostar