Você está na página 1de 12

EKSODUS BANI ISRAIL DARI MESIR

(MENGAMBIL IBRAH DARI KISAH BANI ISRAIL YANG


MEMBANGKANG)

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Refki Kurniadi Akbar 10010216083
Daffa Muhammad Dzubyan 10010216087
Mochamad Faisal Amin 10010216097

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
OKTOBER 2018
Abstrak
1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang paling sempurna dan penyempurna agama-agama
sebelumnya. Al-Qur’an sebagai kita suci agama Islam merupakan satu-satunya
kitab samawi yang Allah janjikan keutuhan dan keotentikan kebenarannya hingga
akhir zaman.1 (Zarnuji, 2006)
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
ُ ‫ِإنَّا ن َۡح ُن ن ََّز ۡلنَا ٱلذ ِۡك َر َو ِإنَّا لَهۥُ َل َٰ َح ِف‬
َ‫ظون‬
Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami
(pula) yang memeliharanya”. (Qs. Al-Hijr: 9)
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah menceritakan kisah-kisah tentang kaum
pada zaman dahulu. Kandungan Al-Qur’an tentang sejarah atau kisah-kisah disebut
dengan istilah Qashash al-Qur’an (kisah-kisah Al-Qur’an). Bahkan ayat-ayat yang
berbicara tentang kisah jauh lebih banyak dari ayat-ayat yang menjelaskan tentang
Hukum.2 Kisah dalam Al-Qur’an itu merupakan suatu pengajaran untuk umat
Islam dan banyak hikmah yang terdapat di dalamnya. Allah SWT berfirman:
‫ب َما َكانَ َح ِدي ٗثا ي ُۡفت ََر َٰى َو َٰلَ ِكن ت َصۡ دِيقَ ٱلَّذِي بَ ۡينَ يَدَ ۡي ِه‬ِ َ‫ة ِّل ُ ْو ِلي ٱ ّۡل َۡل َٰب‬ٞ ‫ص ِه ۡم ِع ۡب َر‬ َ َ‫لَقَ ۡد َكانَ فِي ق‬
ِ ‫ص‬
. َ‫صي َل ُك ِل ش َۡي ٖء َوهُدٗ ى َو َر ۡح َم ٗة ِلقَ ۡو ٖم ي ُۡؤ ِمنُون‬ ِ ‫َوت َۡف‬
Artinya: “Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang
yang mempunyai akal, (Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan
tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumya, menjelaskan segala sesuatu dan
(sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Yusuf : 111)
Al-Qur’an menjelaskan banyak kisah-kisah yang sangat luar biasa yang terjadi
pada zaman dahulu, baik itu kisah kaum yang telah musnah tanpa jejak
sebagaimana kaum Luth atau yang masih mempunyai keturunan seperti Kaum Bani
Israil. Penjelasan dalam Al-Qur’an tentang Bani Israil dapat dikatakan cukup

1
Ahmad Zarnuji, Israilliyyat dalam Menceritakan kisah-Kisah Al-Qur’an, (Institut Agama Islam
Ma’arif NU (IAIM NU), 2006), hlm 2
2
Ibid.
lengkap dikarenakan memang cukup banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan kisah tentang Bani Israil daripada kaum-kaumnya lain.3
Al-Qur’an sebagai mukjizat menceritakan Bani Israil di dalam ayat yang
bertebaran di berbagai surat sebagaimana urutan Al-Qur’an yang memang
mencakup berbagai keterangan secara terpisah. Oleh karena itu dalam artikel ilmiah
ini kami akan membahas lebih dalam mengenai Qashash al-Qur’an yang berkaitan
dengan kisah-kisah Bani Israil dalam berbagai ayat yang berpisah tersebut dengan
penelitian yang berjudul “Eksodus Bani Israil dari Mesir ke Palestina (Mengambil
Ibrah dari Kisah Bani Israil yang Membangkang)”.

B. Rumusan Masalah
Untuk sampai kepada tujuan sebagaimana pengantar diatas, kami akan
merumuskan beberapa hal yang akan kami bahas dalam artikel ilmiah ini,
diantaranya:
1. Pengertian Qashahs al-Qur’an.
2. Latar Belakang Bani Israil.
3. Kisah Eksodus Bani Israil dari Mesir.
4. Ibrah yang diambil dari kisah pembangkangan Bani Israil.

2. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan penulisan
karya ilmiah ini untuk mengungkapkan tentang:
1. Pemahaman tentang pengertian Qashash al-Qur’an.
2. Mengetahui latar belakang Bani Israil.
3. Mengamati sejarah atau kisah Eksodus Bani Israil dari Mesir.
4. Mengambil ibrah dari kisah pembangkangan Bani Israil.

3. Metode Penelitian

3
Ibid.
Metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah
metode deskriptif analisis yaitu mengumpulkan, mempelajari dan menganalisa
masalah yang ada kaitannya dengan penelitian di atas. Sedangkan teknik
pengumpulan data ditempuh melalui library reserach dengan beberapa upaya yang
ditempuh yaitu mengumpulkan ayat-ayat, buku-buku sumber dan beberapa jurnal
yang berisi kisah Bani Israil, setelah itu kami ambil satu kisah peristiwa Bani Israil
untuk di teliti yaitu kisah Eksodus Bani Israil dari Mesir. Dari beberapa sumber
tersebut kami persempit lagi untuk diteliti, sumber-sumber tersebut berisi
pembangkangan Bani Isaril atas segala nikmat yang Allah berikan setelah keluar
dari Mesir.

4. Hasil dan Pembahasan


A. Pengertian Qashash al-Qur’an
Qashash Al-Qur’an adalah Sejarah yang biasa diartikan dengan silsilah
atau tarikh, dan menurut istilah Al-Qur’an dipopulerkan dengan nama al-
qishshoh dan jamaknya al-qashash.4 (Drs. H. Mohammad Zainuddin, 2008)
Secara etimologi qishshatun bentuk mashdar dari kata kerja (fi’il)
qashasha, artinya mencari bekasan atau mengikuti jejak, sebagaimana firman
Allah dalam surat al-Kahfi : 64
‫صا‬ َ َ‫ار ِه َما ق‬
ٗ ‫ص‬ َ ‫قَا َل َٰذَلِكَ َما ُكنَّا ن َۡب ِۚغِ فَٱ ۡرتَدَّا‬
ِ َ ‫علَ َٰ ٰٓى َءاث‬
Artinya: Musa berkata: “Itulah tempat yang kita cari”. Lalu keduanya
kembali, jejak mereka semula.” (Qs. Al-Kahfi : 64)5
Secara terminologi Qishashul Quran adalah sebagai pemberitaan al-
Qur’an tentang hal ihwal umat-umat dahulu dan para nabi, serta peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Dan sesungguhnya al-Qur’an banyak memuat peristiwa-
peristiwa masa lalu, sejarah umat-umat terdahulu, negara, perkampungan dan
mengisahkan setiap kaum dengan cara shuratan nathiqah (artinya seolah-olah

4
Drs. H. Mohammad Zainuddin, Metode Memahami Al-Qur’an 2, (Bandung: Fakultas Syari’ah
Universitas Islam bandung, 2008), hlm.48
5
Ibid.
pembaca kisah tersebut menjadi pelaku sendiri yang menyaksikan peristiwa
itu).6 (al-Qaththan, 2009)
Jadi bisa disimpulkan, Qhashash al-Qur’an ialah kisah-kisah dalam al-
Qur’an yang menceritakan hal ihwal umat-umat dahulu dan Nabi-nabi mereka
serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa
yang akan datang. Di dalam al-Qur’an banyak diceritakan umat-umat dahulu
dan sejarah Nabi/para Rasul serta ihwal negara dan perilaku bangsa-bangsa
kaum dahulu. Adapun tujuan kisah Alquran adalah untuk memberikan
pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan
ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah
perbuatan yang baik dan benar.
B. Eksodus
Eksodus adalah perbuatan meninggalkan daerah (negara) tempat tinggal
ke luar negeri secara besar-besaran dalam jumlah.7 (Badudu, 2007)
Jadi Eksodus bisa dikatakan sebuah perjalanan meninggalkan suatu
negara atau tempat tinggal nya secara beramai-ramai.
C. Latar Belakang Bani Israil
Bani Israel berasal dari Bani dalam bahasa Arab artinya keturunan dan
Israel adalah kalimat yang terdiri dan dua kata Isra berarti hamba/ teman dekat
dan El berarti Tuhan. Maka arti Israel adalah hamba Tuhan atau teman dekat
Tuhan.8 (Hataramura, 2018) Bani Israil adalah keturunan nabi Yaqub dari
negeri Kan’an yang menetap di Mesir semenjak masa Nabi Yusuf. Mereka
adalah pemeluk agama tauhid yang berpegang teguh pada ajaran Nabi Ibrahim.
Seiring dengan perkembangan situasi politik, Fir’aun, penguasa Mesir,
menindas bani Israil dengan siksaan yang pedih.9 (Dewi, 2018) Ketika Fir’aun

6
Manna’ Khalil al-Qathan, Mabahits fi Ulumul Quran terjemah oleh Mudzakir AS, (Bogor: Pustaka
Litera Antar Nusa, 2009), hlm.439
7
JS. Badudu, Kamus serapan kata-kata Asing dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Media Kompas
Nusantara, 2007), hlm. 79
8
Abdi Hataramuran, Bani Israil, (http://www.academia.edu, diakses 21 Oktober 2018)
9
Meidhita Anjani Dewi, Nabi Musa dan Bani Israil, (http://www.academia.edu diakses 21 Oktober
2018)
tampil sebagai raja, maka dia memperbudak dan memaksa mereka untuk
mengerjakan berbagai pekerjaan yang berat dan menyiksa dengan siksaan yang
pedih.10 (Shabuny, 2000)
D. Eksodus dan Pembangkangan Bani Israil
Bani Israil yang berjumlah sekitar 6000 orang bersama Nabi Musa as
keluar dari Mesir dan pergi menuju negeri Palestina. Ini merupakan salah satu
perintah dari Allah SWT kepad Musa as untuk mengeluarkan Bani Israil dari
penindasan dan perbudakan Fir’aun. Fir’aun dan bala tentaranya bergegas
mengejar Bani Israil. Ketika Bani Israil melihat Fir’aun dan bala tentaranya,
timbul kekhawatiran dan rasa panik sehingga mereka mengatakan, “Sungguh
kita akan benar-benar tersusul.”. Nabi Musa as menenangkan mereka dengan
mengatakan, “Tidak, sesungguhnya Tuhan Pemeliharaku bersamaku. Dia akan
memberi petunjuk (menuju keselamatan).” Ketika Musa as dan Bani Israil
sudah mencapai lepas pantai, saat itulah mukjizat Allah terjadi. Allah
memerintahkan Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut dan terbelahlah
laut. Maka Bani Israil selamat menyebrangi lautan sedangkan Fir’aun dan
pasukannya tenggelam. (Qs. Yunus : 90)11 (Dewi, 2018)
Setelah Allah menyelamatkan mereka dari kejahatan Fir’aun Dzalim
dan menenggelamkan musuh mereka di laut, mereka melanjutkan perjalanan ke
bukit Sinai menuju Kan’an, lalu Allah memuliakan mereka dengan berbagai
nikmat agama maupun dunia, mereka kembali dalam pembangkangan dan
pengingkaran serta kedurhakaan terhadap perintah-perintah Allah.12 Bani Israel
yang sudah lama terbiasa dengan kebiasaan penduduk Mesir dan tidak lagi murni
tauhidnya meminta Musa membuatkan satu tuhan berhala. Maka Musa mengingatkan
kembali kaumnya akan nikmat Allah kepada bani Israil yang dilebihkan dari kaum lain
dan kebinasaan penyembah berhala.13

10
Muhammad Ali Ash-Shabuny, Cahaya Al-Qur’an 2 Tafsir Surat Al-A’raf – Yunus, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2000), hlm.70
11
Meidhita Anjani Dewi, Ibid.
12
Muhammad Ali Ash-Shabuny, Cahaya Al-Qur’an 2 Tafsir Surat Al-A’raf – Yunus, hlm.386

13
Meidhita Anjani Dewi, Ibid.
Perbuatan buruk yang pertama kali mereka lakukan setelah Allah
menyelamatkan mereka ialah mereka menyembah anak lembu, ketika Musa as tidak
bersama mereka. Didorong oleh kebiasaan mereka yang paganis14, mereka pun
mengambil sesembahan lain, lalu menyembahnya disamping menyembah Allah.15
Seorang yang bernama Samiri yang menghimpun emas yang ada di tangan bani Israil.
Samiri membuat patung anak lembu dari emas tersebut dan patung tersebut dapat
mengeluarkan suara. Kemudian ia mengatakan bahwa patung itu adalah tuhan nya
Musa dan bani Israil. Banyak orang Israil yang terjebak fitnah (Qs. Thaha : 85-86, 90-
93, Qs. Al-Baqarah : 93). Mengetahui apa yang diperbuat oleh kaumnya, Musa merasa
sedih dan marah. Akan tetapi, bani Israil terus membela diri. Allah menghukum Bani
Israil atas kejadian ini. Pertama, Samiri dikenai hukuman di dunia dan akhirat. Di
dunia, Samiri dikenai penyakit menular sehingga tidak bisa menyentuh dan disentuh.
Kedua, patung anak sapi tersebut dibakar. Ketiga, bani Israil yang menyembah patung
mendapat hukuman mati. Kemudian Musa memilih diantara kaumnya, 70 orang untuk
bertaubat kepada Allah. Setelah Allah mengampuni Bani Israil, mereka malah merasa
tidak yakin dan berkeinginan melihat Allah.16 Sebagaimana firman Allah:
ُ ‫ص ِعقَةُ َوأَنت ُ ۡم ت َن‬
َ‫ظ ُرون‬ َ ‫َوإِ ۡذ قُ ۡلت ُ ۡم َٰيَ ُمو‬
َّ َٰ ‫س َٰى لَن نُّ ۡؤ ِمنَ لَكَ َحت َّ َٰى ن ََرى ٱ َّّللَ َجهۡ َر ٗة فَأ َ َخذَ ۡت ُك ُم ٱل‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika kalian berkata: ‘Hai Musa, Kami tidak akan
beriman sebelum kami melihat Allah dengan Terang’, karena itu kalian disambar
halilintar, sedang kalian menyaksikannya.” (Qs. Al-Baqarah : 55)
Akhirnya Allah murka dan ke-70 orang tersebut mati. Kemudian Allah
bangkitkan kembali agar mereka bersyukur.
Selama sebelas bulan dua puluh hari bani Israil menetap di Bukit Sinai,
kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke kawasan dekat teluk Aqabah di Palestina.
Musa kemudian menyusun strategi untuk memasuki Kan’an. Pertama-tama, ia
mengirimkan utusan mata-mata. Setelah diketahui bahwa di dalamnya terdapat orang-
orang perkasa untuk dihadapi, maka bani Israel malah mengatakan tidak akan masuk
hingga orang-orang itu keluar. Kemudian di antara mereka ada yang meberi semangat
untuk menyerang kota. Namun, bani Israil tetap keras kepala dan enggan

14
Paganis adalah orang yang tidak memiliki agama sebelum agama-agama muncul.
15
Muhammad Ali Ash-Shabuny, Cahaya Al-Qur’an 2 Tafsir Surat Al-A’raf – Yunus, hlm.386
16
Meidhita Anjani Dewi, Ibid.
melaksanakan perintah Allah. Mereka justru meminta Musa untuk berperang bersama
Tuhannya (QS Al Maidah 5:24-26). Sehingga Allah mengharamkan tanah itu hingga
40 tahun lamanya. Mereka terlunta-terlunta di padang gurun Tieh. Di tempat inilah
terjadi kisah penyembelihan sapi betina yang diabadikan dalam Al Qur’an Surat Al
Baqarah. Allah berfirman untuk menyembelih seekor sapi. Mereka disuruh untuk
menyembelih seekor sapi betina, tetapi Bani Israil bertanya tentang umur sapi tersebut.
Lalu, disampaikanlah bahwa usia sapi tersebut tidak tua dan tidak juga terlalu muda.
Mereka pun bertanya lagi warna sapi. Disampaikanlah sapi itu berwarna kuning tua
dan tidak pernah dipergunakan untuk membajak. Setelah semuanya ditanyakan,
mereka akhirnya baru melaksanakan perintah tersebut. Mereka merasa kesulitan
mencari jenis sapi yang dimaksud. Padahal, sebelumnya Allah menghendaki
kemudahan bagi mereka, tetapi mereka sendiri yang mempersulitnya.17 (el-Fikri, 2017)
Setelah 40 tahun, bani Israil memasuki negri Kana’an. Berdasarkan (QS Al
Baqarah: 58) dimana mereka masuk Baitul Maqdis sambil bersujud dan memohon
ampun.18 Tetapi mereka memasuki Biatul Maqdis dengan cara berjalan mundur, seraya
mengucapkan kata-kata ejekan dan cemoohan terhadap perintah Allah. Kemudian
Allah menurunkan wabah penyakit kepada mereka, hingga dalam sekejap mata saja
ada 70.000 orang diantara mereka yang menemui ajalnya, seperti yang dikatakan para
mufasir.19 (Ash-Shabuny, 2000)
E. Ibrah dari Kisah Pembangkangan Bani Israil
Kisah Eksodus Bani Israil dari Mesir sampai pembangkangan Bani Israil dari
sekian banyak nikmat yang Allah berika kepada mereka, tentukan kita dapat
mengambil banyak sekali ibrah (pengajaran) dari kisah-kisah tersebut, diantaranya:

1) Wajib Taat pada Perintah Pemimpin

17
Syaruddin el-Fikri, Sifat dan Watak Bani Israil, (http://www.republika.co.id diakses 21 Oktober
2018)
18
Meidhita Anjani Dewi, Ibid.
19
Muhammad Ali Ash-Shabuny, Cahaya Al-Qur’an 1 Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah – Al-An’am,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2000), hlm. 17
Nabi Musa membersamai mereka keluar dari penindasan Fir’aun,
terdapat banyak mukjizat sepanjang perjalanan, namun tetap saja mereka
tidak percaya dengan apa yang diperintahkan Nabi Musa.
Mengangkat pemimpin dalam perjalanan merupakan hal yang
diperintahkan Nabi saw. Dan mentaati pemimpin juga adalah keharusan
selagi pemimpin tersebut tidak memerintahkan pada hal yang dilarang.
2) Wajib Mensyukuri Nikmat yang Allah berikan
Begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada Bani Israil
sepanjang perjalannya keluar dari Mesir. Namun, balasan Bani Israil
bukanlah rasa syukur tapi sikap membangkang yang mereka lakukan
terhadap perintah-perintah Allah dan Nabi Musa. Mereka dzalim terhadap
dirinya sendiri sehingga Allah menghukum mereka.
3) Wajib menjaga Aqidah
Ketika Bani Israil melewati suatu penduduk yang menyembah
berhala, mereka malah mengikuti apa yang penduduk itu kerjakan dan
dengan mudahnya melupakan ajaran yang disampaikan Nabi Musa.
Mereka juga mengatakan tidak akan beriman sampai mereka melihat
Allah dengan mata mereka sendiri. Kewajiban menjaga Aqidah sangat
penting karena aqidah sangat menentukan tegaknya syari’at.

5. Kesimpulan
Bani Israil merupakan kaum yang paling banyak disebutkan dalam al-Qur’an. Kisah
mereka dihadirkan lebih dari 5 surat dengat ayat yang panjang-panjang. Beberapa kisah
tersebut diantaranya adalah kisah masuknya Bani Israil di Mesir, Bani Israil selama di
Mesir serta proses eksodus dari Mesir ke Palestina.
Kisah yang mempunyai porsi ayat yang cukup banyak adalah kisah seputar eksodus
Bani Israil. Dalam kisah tersebut mereka berulang kali melakukan pembangkangan dan
juga berulang-kali pula mereka mendapat adzab dari Allah.
Oleh karena itu dari kisah Bani Israil tersebut terdapat ibrah yang bisa diambil yaitu
wajib taat pada perintah pemimpin, wajib mensyukuri nikmat yang Allah berikan dan wajib
menjaga aqidah.
6. Ucapan terimakasih
Dengan terselesaikannya Artikel Ilmiah ini, kami mengucapkan
Terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1) Allah SWT, atas limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Artikel ilmiah ini.
2) Ibu Ifa Hanifia selaku Dosen Ilmu Tafsir atas bimbingan dan arahan
atas penyusunan Artikel Ilmiah ini.
3) Kedua Orang Tua kami yang telah mendukung dan mendo’akan
kami dalam penyusunan Artikel Ilmiah ini.
4) Sumber-sumber terkait yang telah membantu kami menyempurakan
Artikel Ilmiah ini.
5) Sahabat satu kelompok yang telah membantu menyelesaikan
Artikel Ilmiah ini.

7. Daftar Pustaka

al-Qaththan, M. K., 2009. Mabahits fi Ulumul Quran terjemah oleh Mudzakir AS.
Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa.
Ash-Shabuny, M. A., 2000. Cahaya Al-Qur'an 1 Tafsir Tematik Surat al-baqarah -
Al-An'am. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Badudu, J., 2007. Kamus serapan kata-kata Asing dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Dewi, M. A., 2018. www.academia.edu. [Online]
Available at: https://www.academia.edu/11807067/Nabi_Musa_dan_Bani_Israil
[Accessed 21 Oktober 2018].
Drs. H. Mohammad Zainuddin, L. D. M., 2008. Metode Memahami Al-Qur'an 2.
Bandung: Fakultas Syariah Universitas Islam bandung.
el-Fikri, S., 2017. www.republika.co.id. [Online]
Available at: https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
digest/17/03/21/on4o1s313-sifat-dan-watak-bani-israil
[Accessed 21 Oktober 2018].
Hataramura, A., 2018. http://www.academia.edu/5090534/Makalah_bani_israil#.
[Online]
Available at: http://www.academia.edu/5090534/Makalah_bani_israil#
Shabuny, M. A. A. -., 2000. Cahaya Al-Qur'an 2 Tafsir Surat Al-A'raf - Yunus.
Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Zarnuji, A., 2006. Isra'illiyyat dalam Menceritakan Kisah-Kisah Al-Qur'an. Institut
Agama Islam Maarif NU (IAIM NU), p. 2.

Você também pode gostar