Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Makalah Ini
Disusun Oleh:
Maghfiroh Puji Hastuti
NIM. 26.10.7.3.044
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diajarkan oleh guru yang beragama Islam. Begitu juga semua siswa yang
beragama selain Islam. Meski secara teoritis dan yuridis telah ditegaskan,
sekolah non muslim, masih banyak kendala dan problem serius dan
undangan di Indonesia.
Islam bagi siswa yang beragama Islam, ada juga sekolah non muslim yang
3
Posisi ideologi selain sebagai tata pengatahuan mendalam, juga
dapat dijadikan sebagai pola gagasan khusus yang dinamis serta berfungsi
dilakukan sesuai ideologi yang telebur dalam visi dan misi sekolah.
pun dapat terjadi dan menjadi fenomena di sekolah berciri khas agama,
peneliti menemukan data awal yang menarik untuk dikaji secara ilmiah.
diajarkan oleh guru yang seagama. Tetapi dalam praktiknya, belum semua
sekolah menjalankan kebijakan pendidikan agama secara utuh, yang salah
Terjadi tarik menarik antara kebijakan dengan ideologi yang menjadi ciri
khas sekolah.
dari berbagai latar belakang sosial untuk mempelajari agama melalui guru
secara ilmiah, karena ada masalah akademik yang perlu dikaji lebih
muslim. Data awal serta fenomena yang telahdiamati peneliti selama ini
5
B. Rumusan Masalah
Gatak Sukoharjo?
Gatak Sukoharjo?
C. Tujuan Bahasan
kejadian yang dapat diterapkan pada tiap kategori; (2) tahap memadukan
kategori dan ciri-cirinya; (3) tahap membatasi lingkup teori; dan (4) tahap
menulis teori.
Discussion (FGD).
7
BAB II
DISKRIPSI TENTANG PERATURAN PEMERINTAH NO 55
Pendidikan Agama
Fenomena ini muncul sebagai perlawanan dari masyarakat atau titik balik
MTV, dan lain-lain. Yang disebut oleh Benjamin Barber, seorang ilmuwan
pengaruh kehidupan luar yang dianggap sudah tidak bisa ditolerir tersebut.
Tak sedikit orang tua dari kalangan menengah yang melakukan hal ini
dalam keseluruhan rancang bangun jati diri bangsa Indonesia ini, serta
beberapa pasal yang ada dalam undang-undang tersebut, maka pada tangal
9
Kaidah-kaidah hukum di dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007
ketentuan tersebut.
Pendidikan Agama
undang”.
Agama dan selama ini lebih dikenal sebagai lembaga pendidikan agama
madrasah dan pondok pesantren dengan ketentuan dan pokok pikiran yang
11
terdapat dalam UU Sisdiknas.
pendidikan yang bermutu bagi setia warga negara tanpa diskriminasi. Ayat
dan Konghucu. Adapun MI, MTs, dan MA bukan lagi kategori Pendidikan
agama dan atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan
ahli ilmu agama, dan bertujuan agar terbentuknya peserta didik yang
ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan
dinamis.
Pendidikan Agama
13
nasional (UU Sisdiknas) nomor 2 tahun 1989, memposisikan pendidikan
isi Pasal 12 ayat (4), Pasal 30 ayat (5), dan Pasal 37 ayat (3), UU Sisdiknas
pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan
negeri dan swasta serta antara sekolah umum dan sekolah keagamaan.
dari produk politik. Karena kebijakan apapun yang keluar dari pemerintah
15
hubungan antara pendidikan dan politik bukan sekadar hubungan saling
untuk menjadi rebutan penguasa dan atau kelompok elit yang ingin
berkuasa. Selain simbol Islam yang melekat pada diri pesantren, juga
penguasa. Dan hal ini terbukti ampuh dengan terpilihnya kembali Susilo
Bambang Yudoyono sebagai presiden negara kesatuan republik indonesi
pemerintah, baik yang bersifat material dan non material. Karena fakta
menjadi insan paripurna atau menjadi warga Negara yang baik, sama
seperti lembaga pendidikan umum lainnya. Sikap ini boleh jadi merupakan
17
BAB III
PAPARAN DATA PEMERINTAH NO 55 TAHUN 2007
TENTANG PENDIDIKAN AGAMA
pasar sekolah.
rujukan dalam setiap tindakan. Sekolah tipe ini secara praktis, tidak
mata pelajaran serta tidak memberi ruang dan waktu yang proporsional
Mannhein yang membagi ideologi menjadi dua, yaitu khusus dan total-
pendidikan.
19
Pendidikan Agama dan Keagaman. Pendidikan agama Islam juga telah
pendidikan.
tidak terlepas dari dua faktor, yaitu faktor makro dan faktor mikro.
meliputi; (1) faktor ideologi; (2) faktor sosiologi; dan (3) faktor kultur.
kebijakan pemerintah.
non muslim, latar pendiri, latar belakang guru, serta latar belakang
21
dihadapkan pada tuntutan untuk melaksanakan agama Islam setelah
ideologi berbeda.
Pengakuan terhadap keragaman agama dan bentuk interaksi
23
pengelolaan budaya yang ditawarkan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
siswa muslim dan diajarkan oleh guru seagama dalam bentuk mata
siswa tentang agama Islam, baik intra maupun ekstra. Sekolah non muslim
Islam bagi siswa muslim tidak sepenuhnya dilandasi misi ideologi dan
setuju jika siswa muslim diberi pendidikan agama Islam. Di sisi lain ada
25
Islam, dominasi budaya yang berbasis ideologi tertentu menjadikan siswa
kemampuan awal siswa, (4) pembinaan kemenag belum intensif, serta (5)
sekolah.
ajaran agama lain. Materi agama Islam disandingkan dengan agama lain
yang ada di sekolah, agar siswa tetap bisa belajar agama Islam, tetapi juga
C. Rekomendasi
27
DAFTAR PUSTAKA
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan; Konsep Prinsip Dan
Aplikasi Dalam Mengelola Sekolah Dan Madrsah, Bandung: Pustaka
Educa, 2010
http://mazhida.wordpress.com/2008/08/25/pp-no-552007-politik-akomodasi-atau-
taktik-hegemoni/
http://revitalisasipendidikanpesantren.blogspot.com/2009/07/bab-iv-pp-55-2007-
dan-upaya. html
http://srirahayu09.blogspot.com/2009/04/pendidikan-keagamaan-politik
pendidikan. html
http://yuswan62.wordpress.com/2010/09/18/pp-no-17-tahun-2010-tt-pengelolaan-
pendidikan/
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 55 tahun 2007 tentang pendidikan
agama dan keagamaan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 17 tahun 2010 tentang
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.