Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
Di Amerika serikat setiap tahun 1 juta pasien dirawat di rumah sakit karena angina
pektoris tak stabil, di mana 6-8% kemudian mendapat serangan infark jantung yang tak fatal
atau meninggal dalam satu tahun setelah diagnosis ditegak.
Yang masuk dalam angina tak stabil yaitu : 1. Pasien dengan angina cukup berat dan
frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali per hari. 2. Pasien dengan angina yang makin
bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu serangan angina timbul lebih sering, dan
lebih berat sakit pada dadanya, sedangkan factor presipitasi makin ringan. 3. Pasien dengan
serangan angina pada waktu istirahat.
Beratnya angina:
1. Kelas 1. Angina yang berat untuk pertama kali, atau bertambah beratnya nyeri dada.
2. Kelas 2. Angina pada waktu istirahat dan terjadinya subakut dalam 1 bulan, tapi taka
da serangan angina dalam waktu 48 jam terakhir.
3. Kelas 3. Adanya serangan angina waktu istirahat dan terjadi secara akut baik sekali
atau lebih, dalam waktu 48 jam terakhir.
Keadaan klinis:
1. Kelas A. angina tak stabil sekunder, karena adanya anemia, infeksi lain atau febris.
2. Kelas B. angina tak stabil yang primer, taka da factor ekstra kardiak.
3. Kelas C. angina yang timbul setelah serangan infark jantung.
Intensitas pengobatan:
2.2. PATOGENESIS
Ruptur plak aterosklerotik dianggap penyebab terpenting angina pektoris tak stabil,
sehingga tiba-tiba terjadi oklusi subtotal atau total dari pembuluh coroner yang sebelumnya
mempunyai penyempitan yang minimal. Plak aterosklerotik terdiri dari inti yang
mengandung banyak lemak dan pelindung jaringan fibrotic (fibrotic cap). Plak yang tak stabil
terdiri dari inti yang banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel magrofak. Biasanya
rupture terjadi pada tepi yang berdekatan dengan intima yang normal atau pada bahu dari
timbunan lemak. Kadang-kadang keretakan timbul pada dinding plak yang paling lemah
karena enzim protease yang dihasilkan makrofag dan secara enzimatik melemahkan dinding
plak.
Agregasi platelet dan pembentukkan thrombus merupakan salah satu dasar terjadinya
angina tak stabil. Terjadinya thrombosis setelah plak terganggu disebabkan karena interaksi
yang terjadi antara lemak, sel otot polos, makrofag dan kolagen. Inti lemak merupakan bahan
Sebagai reaksi terhadap gangguan faal endotel, terjadi agregasi platelet dan platelet
melepaskan isi granulasi sehingga memicu agregasi yang lebih luas, vasokontriksi dan
pembentukan thrombus. Faktor sistemik dan inflamasi ikut berperan dalam perubahan terjadi
hemostase dan koagulasi dan peran dalam memulai thrombosis yang intermiten, pada angina
tak stabil.
2.2.3 Vasospasme
Terjadinya vasokonstriksi juga mempunyai peran penting pada angina tak stabil.
Diperkiran adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang diproduksi oleh platelet
berperan dalam perubahan dalam tonus pembuluh dan menyebabkan spasme. Spasme yang
terlokalisir seperti pada angina printzmental juga dapat menyebabkan angina tak stabil.
Adanya spasme sering kali terjadi pada plak yang tak stabil, dan mempunyai peran dalam
pembentukan thrombus.
Terjadinya penyempitan juga dapat disebabkan karena terjadi proliferasi dan migrasi
dari otot polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel. Adanya perubahan bentuk dan lesi
karena bertambahnya sel otot polos dapat menimbulkan penyempitan pembuluh dengan cepat
dan keluhan iskemia.
Keluhan pasien umumnya berupa angina untuk pertama kali atau keluhan angina yang
bertambah dari biasa. Nyeri dada seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih lama,
mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena aktivitas yang minimal. Nyeri dada
dapat disertai keringat dingin. Pada pemeriksaan fisik sering kali tidak ada yang khas.
Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksan EKG sangat penting baik untuk diagnosis maupun stratifikasi risiko
pasien angina tak stabil. Adanyanya depresi segmen ST yang baru menunjukan kemungkinan
adanya iskemia akut. Gelombang T negative juga salah satu tanda iskemia atau NSTEMI.
Perubahan gelombang ST dan T yang non spesifik seperti depresi segmen ST kurang dari
0,5mm dan gelombang T negative kurang dari 2 mm, tidak spesifik untuk iskemia, dan dapat
disebabkan karena hal lain. Pada angina tal stabil 4% mempunyai EKG normal, dan pada
NSTEMI 1-6% EKG juga normal.
Uji Latih
Pasien yang telah stabil dengan terapi medikamentosa dan menunjukan tanda resiko
tinggi perlu pemeriksaan exercise test dan alat treadmill. Bila hasilnya negatif maka
prognosisnya baik. Bila hasilnya positif, lebih-lebih bila didapatkan depresi segmen ST yang
dalam dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan angiografi coroner, untuk menilai keadaan
pembuluh koronernya apakah perlu tindakan revaskularisasi (PCI atau CABG) karena resiko
terjadinya komplikasi kardiovaskular dalam waktu mendatang cukup besar.
Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi tidak memberikan data untuk diagnosis angina tak stabil
secara langsung. Tetapi bila tampak adanya gangguan faal ventrikel kiri, adanya insufisiensi
mitral dan abnormalitas gerakan dinding jantung, menandakan prognosis kurang baik.
Ekokardiografi stress juga dapat menegakan adanya iskemia miokardium.
Kenaikan CRP dalam SKA berhubungan dengan mortalitas jangka panjang. Marker
yang lain seperti amioid A, interleukin-6 belum secara rutin dipakai dalam diagnosis SKA.
2.6 PENATALAKSANAN
Tindakan Umum
Pasien perlu perawatan di Rumah Sakit, sebaiknya di unit intensif coroner, pasien
perlu diistirahatkan (bed rest), diberi penenang dan oksigen, pemberian morfin atau petidin
perlu pada pasien yang masih merasakan sakit dada walaupun sudah mendapatkan
nitrogliserin.
Terapi Medikamentosa
Nitrat
Nitrat dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh vena dan ateriol perifer, dengan
efek mengurangi preload dan afterload sehingga dapat mengurangi wall stress dan kebutuhan
oksigen suplai dengan vasodilatasi pembuluh Koroner dan memperbaiki aliran darah
kolateral. Dalam keadaan akut nitrogliserin atau isosorbid dinitrat diberikan secara sublingual
atau melalui intravena; yang ada di Indonesia terutama isosorbid dinitrat, yang dapat
diberikan secara intravena dengan dosis 1-4 mg per jam. Karena adanya toleransi terhadap
nitrat, dosis dapat dinaikan dari waktu ke waktu. Bila keluhan sudah terkendali infus dapat
diganti isorbid dinitrat per oral.
Penyekat Beta
Antagonis Kalsium
Pemakaian antagonis kalsium biasanya pada pasien yang ada kontraindikasi dengan
antagonis atau telah diberi penyekat beta tapi keluhan angina masih refrakter.
Obat antiplatelet merupakan salah satu dasar dalam pengobatan angina tak stabil
maupun infark tanpa elevasi segmen ST. tiga golongan obat anti platelet seperti aspirin,
tienopiridin, dan inhibitor GP IIb/IIIa telah terbukti bermanfaat.
Klopidogrel
Pada pasien dengan penyempitan di left main atau penyempitan pada 3 pembuluh
darah, bila desertai dengan faal ventrikel kiri yang kurang yang kurang tindakan operasi
Bypass (CABG) dapat memperbaiki harapan hidup, kualitas hidup dan mengurangi masuknya
kembali ke rumah sakit. Pada tindakan bedah darurat mortalitas dan morbiditas lebih buruk
dari pada bedah elektif.
Pada angina tak stabil apa perlu tindakan invasive dini atau koservatif tergantung dari
stratifikasi risiko pasien; pada risiko tinggi, seperti angina terus-menerus, adanya depresi
segmen ST, kadar troponin yang meningkat, faal ventrikel yang buruk, adanya gangguan
irama jantung yang maligna seperti takikardi ventrikel, perlu tindakan invasif dini.