Você está na página 1de 21

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
GERONTIK
1.1 Konsep Lanjut Usia
1.1.1 Definisi Lanjut Usia
Proses menua (aging process) merupakan suatu proses biologis yang
tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang.
Menurut Paris Constantinides, 1994 Menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan struktur
dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury (termasuk
infeksi) tidak seperti pada saat kelahirannya,

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai


dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
susunan syaraf dan jaraingan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi
sedikit.

Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan
seseotang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat
tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun
saat menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh
mencapai puncaknya pada umur 20– 30 tahun. Setelah mencapai
puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh
beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai
bertambahnya umur.

1.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1.1.2.1 Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45
sampai 59 tahun.
1.1.2.2 Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
1.1.2.3 Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
1.1.2.4 Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

Depkes, membagi lansia sebagai berikut :


1.1.2.5 Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa
vibrilitas
1.1.2.6 Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
1.1.2.7 Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium

1.1.3 Teori Tentang Proses Menua


1.1.3.1 Teori Biologik
a. Teori Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi
b. Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh
lelah
c. Autoimun
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan mati.
d. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
e. Teori radikal bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-
oksidasi bahan bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
1.1.3.2 Teori Sosial
a. Teori aktifitas
Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut banyak dalam kegiatan sosial
b. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas.
Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni:
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontrol sosial
3) Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam
siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman
hidup seseorang pada usatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau
harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi
didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih
peran apa yang harus dipertahankan atau
dihilangkan
2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara
adaptasi
1.1.3.3 Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari
dalam diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku
manusia (Maslow 11111954). Kebutuhan ini memiliki
urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar
manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan
yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b. Teori individual jung
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori
perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan
yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan
masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia.
Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran
sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini
kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke
arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri
(introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat
dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang
paling penting bagi kesehatan mental.

1.1.4 Perubahan yang Terjadi Pada Lansia


1.1.4.1 Perubahan Fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih
besar, berkurangnya cairan intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan,
lambat dalam respon waktu untuk meraksi, mengecilnya
saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis,
atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum
karena meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan
hlangnya respon terhadap sinaps, kornea lebih
berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny ambang
pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan
menjadi kaku , kemampuan jantung memompa darah
menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun
sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan
volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
darah meningg.
e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku
sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru
kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu
meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga
menyebkan gizi buruk, indera pengecap menurun krena
adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf
pengecap untuk rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron
menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai
ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat.
Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika
urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan
berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 %
doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi
atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering,
elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan
menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua
produksi hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid
dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun
sehingga menurunkan basal metabolisme rate.

1.1.4.2 Perubahan Mental


Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini
erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan
kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta
situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum makin
mundur terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa
terhadap kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa
lalu.

Dari segi mental emosional sering muncul perasaan


pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas,
merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut
ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya
perasaan kurang mampu untuk mandiri serta cenderung
bersifat entrovert.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental


adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ
perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan

Kenangan (memori) ada 2 :


a. Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai
berhari-hari yang lalu
b. Kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
intelegentia
Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika
dan perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan
ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada
daya membayangkan, karena tekanan-tekanan
dari faktor waktu.

1.1.4.3 Perubahan Psikososial


Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya
akan sangat beragam, tergantung pada kepribadian
individu yang bersangkutan. Pada saat ini orang yang telah
menjalani kehidupan nya dengan bekerja mendadak
diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa
pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana,
mempersiapkan diri untuk masa pensiun dengan
menciptakan bagi dirinya sendiri berbagai bidang minat
untuk memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan
memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya.
Tetapi bagi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari
lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan
untuk duduk-duduk dirumah atau bermain domino di klub
pria lanjut usia.
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu
membuat mereka merasa kurang melakukan kegiatan yang
berguna.

a. Minat
Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah
dalam kuantitas maupun kualitas pada masa lanjut
usia. Lazimnya minat dalam aktifitas fisik cendrung
menurun dengan bertambahnya usia. Kendati
perubahan minat pada usia lanjut jelas berhubungan
dengan menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat
diragukan bahwa hal hal tersebut dipengaruhi oleh
faktor-faktor sosial.
b. Isolasi dan Kesepian
Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang
lanjut usia terisolasi dari yang lain. Secara fisik,
mereka kurang mampu mengikuti aktivitas yang
melibatkan usaha. Makin menurunnya kualitas organ
indera yang mengakibatkan ketulian, penglihatan yang
makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya membuat
orang lanjut usia merasa terputus dari hubungan
dengan orang-orang lain.

Faktor lain yang membuat isolasi makin menjadi lebih


parah lagi adalah perubahan sosial, terutama
mengendornya ikatan kekeluargaan. Bila orang usia
lanjut tinggal bersama sanak saudaranya, mereka
mungkin bersikap toleran terhadapnya, tetapi jarang
menghormatinya. Lebih sering terjadi orang lanjut usia
menjadi terisolasi dalam arti kata yang sebenarnya,
karena ia hidup sendiri.

Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan


mengendalikan perasaan dengan akal melemah dan
orang cendrung kurang dapat mengekang dari dalam
prilakunya. Frustasi kecil yang pada tahap usia yang
lebih muda tidak menimbulkan masalah, pada tahap ini
membangkitkan luapan emosi dan mereka mungkin
bereaksi dengan ledakan amarah atau sangat
tersinggung terhadap peristiwa-peristiwa yang menurut
kita tampaknya sepele.

c. Peranan Iman
Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut
memungkinkan orang yang sudah tua tidak begitu
membenci dan merasa kuatir dalam memandang akhir
kehidupan dibanding orang yang lebih muda. Namun
demikian, hampir tidak dapat disangkal lagi bahwa
iman yang teguh adalah senjata yang paling ampuh
untuk melawan rasa takut terhadap kematian. Usia
lanjut memang merupakan masa dimana kesadaran
religius dibangkitkan dan diperkuat. Keyakinan iman
bahwa kematian bukanlah akhir tetapi merupakan
permulaan yang baru memungkinkan individu
menyongsong akhir kehidupan dengan tenang dan
tentram.

1.1.4.4 Perubahan Spritual


a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupan (Maslow,1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya,
hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam
sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut
Folwer (1978), Universalizing, perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencintai
keadilan.

1.2 Konsep Keperawatan Gerontik


1.2.1 Definisi
Gerotologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang
proses penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang berusia
lanjut. Geriatrik adalah berkaitan dengan penyakit atau kecacatan
yang terjadi pada orang yang berusia lanjut. Keperawatan gerontik
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu
dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-
spritual dan kultural yang holistik, ditujukan kepadd klien lanjut
usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluaraga,
kelompok, dan masyarakat.
1.2.2 Lingkup Peran dan Tanggung Jawab
Fenomena yang menjadi bidang garap Keperawatan Gerontik
adalah tidak terpenuhinya KDM lanjut usia sebagai akibat proses
penuaan.
Lingkup Asuhan Keperawatan Gerontik:
1.2.2.1 Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses
penuaan.
1.2.2.2 Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
akibat proses penuaan.
1.2.2.3 Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi keterbatasan
akibat proses penuaaan
Peran & Fungsi Perawat Gerontik:
1.2.2.4 Care Giver/Pemberi Asuhan Kep. Langsung
1.2.2.5 Pendidik Klien Lansia
1.2.2.6 Motivator
1.2.2.7 Advokasi Klien
1.2.2.8 Konselor

Tanggung Jawab Perawat Gerontik:


1.2.2.9 Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara
optimal.
1.2.2.10 Membantu klien lansia memelihara kesehatannya.
1.2.2.11 Membantu klien lansia menerima kondisinya.
1.2.2.12 Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan
diperlakukan secara manusia sampai meninggal.

1.2.3 Sifat Pelayanan Gerontik


1.2.3.1 Independen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan
asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dilakukan
secara mandiri
1.2.3.2 Interindependen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan
asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dilakukan
dengan kerja sama dengan tim kesehatan lainnya
1.2.3.3 Humanistik, yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan
pada klien lanjut usia memandang sebagai makhluk yang
perlu untuk diberi perawatan yang layak dan manusiawi
1.2.3.4 Holistik, klien lanjut usia memiliki kebutuhan yang utuh
baik bio-psikososial dan spiritual yang mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda antara lansia satu dengan
yang lainnya.
1.3 Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik
1.3.1 Fisiologis/fisik
1.3.1.1 Stratus gizi
IMT = Kg BB normal laki laki = 18 -25
(TB)2 wanita = 17 – 23
1.3.1.2 Intake cairan dalam 24 jam
1.3.1.3 Kondisi kulit
1.3.1.4 Kondisi bibir , mukosamulut, gigi
1.3.1.5 Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya
1.3.1.6 Evaluasi kemampuan penglihatan , pendengaran dan
mobilitas
1.3.1.7 Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan
sistem digestif, nafsu makan, makanan yang disukai dan
tidak disukai, rasa dan aroma
1.3.1.8 Kebiasaan waktu makan ( 2 –3 X sehari, snak dlll)
1.3.2 Psikososial/afektif
1.3.2.1 Kebiasaan saat makan ( makan sendiri, sambil nonton
TV,dll)
1.3.2.2 situasi lingkungan(kapasitas penyediaan makanan,
pengolahan dan penyimpanan makanan)
1.3.2.3 sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola
nutrisi dan eleminasi
1.3.2.4 Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan
nutrisi
1.3.3 Pemeriksaan tambahan/laboratorium Analisa darah :
1.3.3.1 Kreatinin : indekz massa otot
1.3.3.2 Serum protein khususnya untuk sintesa antibodi dan
limfosit, dalam kekebalan seluler, enzym, hormon,
struktur sel yang luas, struktur jaringan
1.3.4 Diagnosa Keperawatan
1.3.4.1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan
nutrisi yang tidak adekuat akibat anoreksia
1.3.4.2 Resiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori dan
protein
1.3.4.3 Kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skleletal,, nyeri,
intoleransi aktifitas
1.3.4.4 Nyeri b/d proses inflamasi, destruksi sendi
1.3.4.5 Resiko cedera (dislokasi sendi) b/d otot hilang
kekuatannya, rasa nyeri sendi

1.3.5 Rencana Asuhan Keperawatan


1.3.5.1 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan nutris
kurang adekuat akibat anoreksia
TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

Kebutuhan Meningkatkan a. Buat tujuan BB a. Nutrisi yang


nutrisi masukan oral ideal dan adekuat
terpenuhi Menunjukkan kebutuhan nutrisi menghindari
secara peningkatan harian yang adanya malnutrisi
adekuat BB adekuat b. Deteksi dini
b. Timbang setiap perubahan BB dan
hari, pantau hasil masukan nutrisi
pemeriksaan c. Dengan
laborat pemahaman yang
c. Jelaskan benar akan
pentingnya nutrisi memotivasi klien
ang adekuat untuk masukan
d. Ajarkan individu nutrinya
menggunakan d. Aroma yang
penyedap rasa enak akan
(seperti bumbu) membangkitkan
e. Beri dorongan selera makan
individu untuk e. Dengan makan
makan bersama bersama sama
orang lain secara psikologis
f. Pertahankan meningkatakan
kebersihan mulut selera makan
yang baik (sikat f. Aroma yang enak
gigi) sebelum dan akan
sesudah membangkitkan
mengunyah selera makan
makanan g. Dengan makan
g. Anjurkan makan bersama sama
dengan porsi yang secara psikologis
kecil tapi sering meningkatakan
h. Instruksikan selera makan
individu yang h. Dengan situasi
mengalami mulut yang bersih
penurunan nafsu meningkatkan
makan untuk : kenyamanan
Makan-makan i. Mengurangi
kering saat perasaan tegang
bangun tidur pada lambung
Hindari makanan
yang terlalu
manis, berminyak
-Minum
sedikitsdikit
melalui sedotan
Makan kapan saja
bila dapat
toleransi
Makan dalam
porsi kecil rendah
lemak dan makan
sering

1.3.5.2 Risiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori dan


protein

TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

Klien akan Tanda-tanda a. Kaji a. Mendeteksi dini


memperlihatkan peradangan tandatanda untuk mencegah
kemampuan tidak radang umum terjadinya radang
terhindar dari ditemukan: secara teratur b. Mencegah
tanda-tanda panas, b. Ajarkan terjadinya infeksi
infeksi bengkak, tentang akibat
nyeri, merah, perlunya lingkungan dan
gangguan menjaga kebersihan diri
fungsi kebersihan diri yang kurang
dan sehat
lingkungan c. meningkatkan
c. Tingkatkan kadar protein
kemampuan dalam dalam
asupan nutrisi tubuh sehingga
TKTP meningkatkan
d. Perhatika kemampuan
n penggunaan kekebalan dalam
obat-obat tubuh
jangka d. Menurunka
panjang yang n resiko
dapat terjadinya infeksi
menyebabkan
imunosupresi

1.3.5.3 Hambatan mobilitas fisik b/d deformitas skeletal, nyeri

TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


Klien dapat Mendemontrasi a. Evaluasi a. Tingkat aktifitas
mobilisasi kan pemantauan tergantung dari
dengan tehnik/perilaku tingkat perkembangan
adekuat yang inflamasi/ra /resolusi dari
memungkinkan sa sakit proses inflamasi
melakukan b. bantu b. Mempertahanka
aktifitas dengan n fungsi sendi,
rentang kekuatan otot
gerak c. Menghilangkan
aktif/pasif tekanan pada
c. ubah posisi jaringan dan
dengan meningkatkan
sering sirkulasi
dengan d. Menghindari
personal cedera
cukup
d. Berikan
lingkungan
yang
nyaman
misaal alat
bantu

1.3.5.4 Nyeri ( akut/kronis) b/d proses inflamasi, destruksi sendi


TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

Menunjukkan Terlihat rileks, a. Kaji keluhan a. Membantu


nyeri dapat tidur nyeri, catat lokasi dalam
berkurang/ dan nyeri dan menentukan
hilang berpartisipasi intensitas. Catat managemen
dalam aktifitas faktor yang nyeri
mempercepat b. Pada penyakit
tanda tanda neri berat tirah
b.Biarkan klien baring sangat
mengambil posisi diperlukan
yang nyaman untuk
pada waktu membatasi
istirahat ataupun nyeri
tidur c. Panas
c. Anjurkan klien meningkatkan
mandi air hangat, relaksasi otot
sediakan waslap dan mobilitas,
untuk kompres menurunkan
sendi rasa sakit dan
d. Berikan masase kekakuan
lembut sendi.
e. Kolaborasi d. Meningkatkan
pemberian relaksasi/meng
obatobatan urangi
seperti: aspirin, ketegangan
ibuprofen, otot
naproksin, e. Sebagai anti
piroksikam, inflamasi dan
fenoprofen efek analgesik
ringan dalam
mengurangi
kekakuan.

1.3.3.5 Resiko cedera b/d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri


TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

Klien terhindar Klien berada a. Kaji tingkat Mengatur


dari cedera pada perilaku kekuatan otot tindakan
yang aman b. Kaji tingkat selanjutnya
dan pergerakan pasif
lingkungan c. Beri alat bantu
yang nyaman sesui kebutuhan
d. Ciptakan
lingkungan yang
aman (lantai
tidak licin)
e. Bantu klien
untuk memenuhi
kebutuhan yang
tidak bisa
dilakukan secara
mandiri
DAFTAR PUSTAKA

C. Long barbara ( 2006) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan


Proses) Unit IV, V, VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung

Docterman dan Bullechek. 2013. Nursing Invention Classifications


(NIC), Edition 4, United States Of America: Mosby
Elseveir Acadamic Press

Donges Marilyn E (2001), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih


bahasa I Made Kariasa, EGC Jakarta

Heather Herdman T & Shigemi Kamitsuru (2015). Diagnosis


Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-
2017.Edisi 10. Jakarta : EGC

Wahyudi Nugroho ( 2012), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC


Jakarta
Puntik Dalam, Februari 2018
Preseptor Akademik ,

...................................

Você também pode gostar