Você está na página 1de 8

TUGAS IMUNOLOGI

PROSES PEMBENTUKAN STRUKTUR ANTIBODI


SECARA MOLEKULAR

OLEH :
Sitti Monica Astrilia Ambon
1820312009
Dosen :
Dr. dr. Andani Eka Putra, M.Sc

Program Magister Ilmu Biomedik


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
TA 2018/2019
PROSES PEMBENTUKAN STRUKTUR ANTIBODI SECARA MOLEKULAR

Antibodi adalah suatu soluble protein yang termasuk kelas protein globulin karena
struktur globularnya, yang akan berinteraksi secara spesifik dengan suatu antigen yang
menstimulasi produksinya. Sekitar 20 % protein plasma terdiri dari antibodi. Fraksi
plasma atau serum yang mengandung antibodi ini, disebut imunoglobulin. Imunoglobulin
dalam serum merupakan suatu spektrum protein yang sangat heterogen, bukan suatu
spesies molekul tunggal, karena merupakan produk dari banyak klon sel B, sebagai
imunoglobulin poliklonal. Antibodi biasanya muncul sebagai respons terhadap suatu
kompleks antigen tunggal yang mempunyai banyak determinan antigen (epitop) yang
berbeda, sehingga sistem imun akan berespons dengan menghasilkan antibodi yang
sesuai dengan masing-masing epitop pada suatu antigen.1
Antibodi merupakan antigen binding proteins yang terdapat pada membran sel B dan
disekresikan oleh sel plasama ke dalam sirkulasi darah. Antibodi yang berada pada
membran sel B akan berinteraksi dengan antigen dan memicu proliferasi klon sel B yang
spesifik dengan antigen yang berinteraksi. Sedangkan antibodi yang berada di sirkulasi,
bertindak sebagai efektor dari imunitas humoral dengan cara mencari antigen dan
mentralisir antigen atau menandai antigen untuk proses eliminasi.2

A. Struktur Antibodi
Semua antibodi memiliki struktur molekular dasar yang sama, yaitu 2 rantai
ringan yang identik (light chain, L) dengan berat molekul masing-masing sekitar
25.000 Da dan 2 rantai berat yang identik (heavy chain, H) dengan berat molekul
masing-masing antara 50.000 – 70.000 Da. Rantai-rantai asam amino tersebut
dihubungkan dengan ikatan disulfida, baik intrachain diantara kedua rantai berat,
maupun interchain diantara rantai berat dan ringan. Rantai berat terdiri dari 5 kelas
yang berbeda, yaitu rantai gamma (γ) untuk IgG, alfa (α) untuk IgA, mu (µ) untuk
IgM, delta (δ) untuk IgD, dan epsilon (ε) untuk IgE. Rantai ringan ada 2 tipe yaitu
kappa (κ) dan lambda (λ), kedua rantai ringan tersebut dijumpai dalam kelima kelas
Ig, tetapi setiap Ig hanya mengandung satu tipe rantai ringan saja (lihat gambar 1).1,2
Gambar 1. Struktur Imunoglobulin.
Sumber : Goldsby RA, Kindt TJ, Osborne BA. Antibodi. Kuby Immunology.

Setiap satu molekul IgG terdiri dari sepasang rantai berat (H) yang identik dan
sepasang rantai ringan (L) yang identik, dan menyusun suatu bentuk Y. Kelas IgG
dibedakan menurut sifat-sifat fisika kimiawi dan sifat-sifat biologiknya menjadi 4
subkelas yaitu IgG1 sampai IgG4. IgA dibedakan menjadi dua subkelas yaitu IgA1
dan IgA2. Analisis struktur Ig dimulai tahun 1959 oleh dua peneliti di tempat yang
berbeda.1 Porter di Inggris menggunkan enzim proteolitik papain yang memecah
molekul Ig menjadi 3 fragmen yang kira-kira ukurannya sama. Dua fragmen yang
sama memiliki kemampuan untuk berkaitan dengan antigen spesifiknya, dikenal
sebagai Fab (fragment antigen binding). Fragmen yang ketiga disebut Fc
(cryltallizable fragment), yang tidak dapat berikatan dengan antigen, namun
memiliki fungsi biologi lain (lihat gambar 2).1,2 Pada saat yang sama, Edelman di
Amerika menemukan bahwa ketika gamma globulin secara luas direduksi
menggunakan merkaptoetanol, suatu reagen yang dapat memecah ikatan disulfida,
maka terbentuk 4 rantai, 2 rantai ringan yang identik dan 2 rantai berat yang identik
pula (lihat gambar 2). Selain itu, terdapat percobaan lain menggunakan pepsin yang
menghasilkan 2 regio Fab yang saling berikatan lewat ikatan disulfida, dan disebut
sebagai F(ab)2, dan beberapa sub fragmen Fc (lihat gambar 2). Hal ini disebabkan
karena pepsin memotong molekul imunoglobulin dibawah hinge region. Regio
engsel (hinge region) ini terletak antara CH1 dan CH2 yaitu bagian konstan dari
rantai berat, yang berfungsi memungkinkan fleksibiltas di antara kedua lengan Fab
dari bentuk Y suatu molekul antibodi (lihat gambar 1). Hal ini penting untuk
mengakomodasi ikatan antara kedua Fab dengan dua epitop spesifik dari suatu
antigen.1,2

Gambar 2. Prototipe Struktur Imunoglobulin.


Sumber : Goldsby RA, Kindt TJ, Osborne BA. Antibodi. Kuby Immunology.

Struktur IgG selalu terdiri dari identical H chains dan identical L chains. Rantai
L dan rantai H terbagi lagi dalam variable regions dan constant regions. Regio-regio
tersebut tersusun atas 3 dimensionally folded, segmen-segmen berulang yang
disebut domain. Suatu rantai L terdiri dari 1 variable (VL) dan 1 rantai constant (CL)
domain. Rantai H hampir selalu terdiri dari 1 variable (VH) dan 3 constant (CH)
domain. IgG dan IgA memiliki 3 CH domain, sedangkan IgM dan IgE memiliki 4.
Setiap domain terdiri dari sekitar 110 asam amino. VL dan VH berperan sebagai
antigen binding, sedangakan CH (constant region dari rantai H) berperan dalam
berbagai fungsi biologik seperti aktivasi komplemen dan berikatan dengan reseptor
di permukaan sel. Constant region dari rantai L tidak memiliki fungsi biologik.
Complemen binding site pada CH2 domain (lihat gambar 1).1,2

B. Proses Pembentukan Struktur Antibodi Secara Molekular


Seperti yang telah dipelajari, bahwa sel B dapat menghasilkan antibodi yang
spesifik terhadap masing-masing epitop suatu antigen. Kemudian akan timbul
pertanyaan bagaimana sel B dapat membuat begitu banyak tipe reseptor antigen yang
spesifik terhadap antigen tersebut ? Kloning molekular dan karakteristik struktural
dari gen imunoglobulin telah menunjukkan bahwa rearrangement DNA mengambil
peran penting dalam hal ini. Proses inilah yang menyebabkan imunoglobulin dapat
mengikat berbagai antigen dan mampu menimbulkan suatu reaksi imunologik.3
Setiap manusia membuat lebih dari satu juta gen antigen reseptor sel B yang
berbeda dan 10 juta gen antigen reseptor sel T. Padahal hanya terdapat 20,000
protein-coding genes di dalam genome manusia. Hal ini dikarenakan terjadinya
proses rekombinasi, dimana terjadi kombinasi pada regio variabel, sehingga sistem
imun (antibodi) akan mempunyai jutaan reseptor yang berbeda.4
Untuk lebih memahami mengenai asal mula terciptanya reseptor pada antibodi
yang bermacam-macam terhadap berbagai jenis antigen, mari menganggap gen Ig
mengkodekan rantai ringan pada kedua jenis antibodi, yaitu pada reseptor di
membran sel B maupun antbodi yang bersirkulasi. Walaupun berikut ini akan
dibahas mengenai satu gen rantai ringan, tetapi perlu diketahui bahwa semua gen
reseptor antigen sel B dan sel T akan mengalami transformasi yang sama. Reseptor
rantai ringan (L) mempunyai 3 kode segmen gen, yaitu : variable (V) segment,
joining (J) segment, dan constant (C) segment. Segmen V dan J secara bersama-sama
akan mengkodekan regio variabel, sedangkan segmen C akan mengkodekan regio
konstan. Sebuah gen rantai ringan (L) mempunyai gen yang terdiri dari satu segmen
C, 40 segmen V yang berbeda, dan 5 segmen J. Pada gambar 3 tampak
penggabungan secara acak gen segmen V dan J (sebagai contoh : gen V39 dan J5)
yang akan menghasilkan gen fungsional yang mengkodekan polipeptida rantai
ringan dari reseptor antigen sel B. Kemudian terjadi proses transkripsi, splicing, dan
translasi dalam rantai ringan yang digabungkan dengan polipeptida yang dihasilkan
dari gen rantai berat yang diatur secara terpisah untuk membentuk suatu reseptor
fungsional. Sel B yang matur (dan sel T) adalah suatu pengecualian dari anggapan
bahwa semua sel berinti di dalam tubuh memiliki DNA yang persis sama.4

Gambar 3. Immunoglobulin (antibody) Gene Rearrangement.


Sumber : Campbell NA, Urry LA, Cain ML, et al.
The Immune System. Campbell Biology.

Dapat dibayangkan berapa banyak jenis antigen reseptor yang terbentuk dari
proses ini, dimana satu buah gen yang fungsional terbentuk dari satu kopi setiap
segmen, yang artinya jika dikombinasikan akan terdapat sekitar 200 proses yang
terjadi (40 V x 5 J x 1C). Pada awal perkembangan sel B, terdapat suatu kompleks
enzim yang disebut rekombinase, yang bertugas untuk menghubungkan satu segmen
gen V rantai ringan dengan satu segmen gen J. Proses rekombinasi ini mengeliminasi
bentangan panjang DNA di antara segmen, dan akhirnya membentuk ekson tunggal
yang merupakan bagian dari segmen V dan J.4
Enzim rekombinase ini berperan secara acak, menghubungkan satu segmen gen V
dari jumlah keseluruhan 40 jenis dan satu segmen gen J dari jumlah keseluruhan 5
jenis. Gen-gen rantai berat mengalami proses rearrangement yang serupa. Namun,
dalam suatu sel tertentu, hanya satu alel gen rantai ringan dan satu alel gen rantai
berat yang akan mengalami proses rearrangement. Selain itu, proses rearrangement
ini bersifat permanen dan diteruskan ke sel anak ketika limfosit membelah.4
Setelah kedua gen rantai ringan dan rantai berat telah mengalami proses
rearrangement, reseptor terhadap antigen akhirnya dapat disintesis. Gen yang telah
diatur ulang akan ditranskripsikan, dan hasil transkrip akan diproses untuk
mengalami transalsi. Setelah proses translasi, rantai ringan dan rantai berat akan
bersatu, dan membentuk reseptor antigen (lihat gambar 3). Setiap pasang rantai berat
dan rantai ringan yang telah melalui proses rearrangement secara acak, akan
menghasilkan antige-binding site yang bermacam-macam. Untuk jumlah total sel B
di dalam tubuh manusia, jumlah dari proses rekombinasi tersebut telah dihitung dan
hasilnya mencapai 3.5 x 106. Apabila terjadi mutasi selama proses rekombinasi
segmen V dan J, akan menghasilkan variasi tambahan, dan membuat jumlah
spesifitas antigen-binding semakin tinggi.4


DAFTAR PUSTAKA

1. Wiradharma D, Pusparini, Alvina. Konsep Dasar Imunologi. Jakarta: Sagung


Seto; 2017. p. 43-50.
2. Goldsby RA, Kindt TJ, Osborne BA. Kuby Immunology. 4th ed. US: W. H
Freeman; 2000. p. 76-8.
3. Honjo T. Immunoglobulin Genes. Annu Rev Immunol [serial on the internet].
1983 [cited 2018 Des 15]; 499:[about 29 p.]. Available from :
https://www.annualreviews.org/doi/pdf/10.1146/annurev.iy.01.040183.002435.
4. Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, Reece JB. Campbell Biology.
11th ed. New York: Pearson; 2017. p. 958-9.

Você também pode gostar