Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
2. Wirantika
Kasus 1
pada tanggal 14-21 Agustus. Pemberian penghargaan oleh Kemenkes tersebut sebagai bentuk
apresiasi kepada tenaga kesehatan yang dinilai berprestasi dan dapat berinovasi dalam
Dalam acara yang bertajuk “Tenaga Kesehatan Teladan Penggerak Pembangunan Kesehatan
Masyarakat” tersebut, Wina Methania, S.Kep., Ners, mendapat anugerah sebagai Perawat
Teladan Puskesmas Tingkat Nasional perwakilan Provinsi Kalimantan Timur. Tentu, ini
“Untuk dapat menjadi perawat teladan tingkat nasional, tenaga kesehatan di puskesmas
dikembangkan dalam menjalankan tugasnya,” ujar Wina dalam kesempatan wawancara via
Wina mengaku, sebagai koordinator SP2TP dan koordinator perawat, dirinya berinovasi untuk
dapat meningkatkan kinerja perawat sesuai dengan Undang-undang No. 38 tentang Keperawatan.
Wina seorang perawat yang mampu menerapkan Undang-Undang No. 38 tentang keperawatan
yaitu tentang Asuhan Keperawatan Rawat Jalan, dimana hal ini bsa menurunkan angka kematian
ibu dan anak di Indonesia. Perawat seperti beliau sangat patut kita contoh sebagai perawat yang
professional yang memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif bio, psiko, sosial dan
spiritual. Tenaga kesehatan di puskesmas juga diharapkan tidak hanya melakukan kegiatan yang
sudah rutin, namun juga terus melakukan inovasi dan kreasi yang mampu memenuhi kebutuhan
An. B berusia 12 tahun menderita kelumpuhan sejak 8tahun yang lalu. Kejadian ini bermula saat
an b menjadi korban dugaan malpraktek yang dilakukan oleh perawat. An.B dibawa orangtuanya
berobat di klinik dr.F yang baru buka dengan mengontrak salah satu rumah warga di Kampung
Krompol, Desa Paya Bagas, Kec. Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai Provinsi Sumatera
Utara. Pada saat itu An. B berusia 4 tahun, mengalami benjolan kelenjar sebesar telur puyuh di
bagian punggungnya. Benjolan itu sudah ada sejak masih bayi. Berdasarkan hasil pemeriksaan,
dr.F menyarankan agar benjolan itu sebaiknya dioperasi. Orangtua pasien pun menyetujui
dilakukannya tindakan operasi dan dilakukan operasi pada tanggal 12 september 2004.
Dokter F mengatakan kepada keluarga bahwa yang melakukan tindakan operasi bukan dirinya
karena dia hanya seorang dokter umum, tetapi rekan sejawatnya, dokter bedah di RSUD
Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi yang ternyata adalah seorang perawta. Perawat berinisial
Ag melakukan operasi bersama temannya bernama Ai. Pada saat operasi berlangsung, dr.F tidak
ikut membantu, tetapi hanya menyaksikan bersama dengan keluarga pasien. Operasi berlangsung
sekitar 30 menit. Benjolan yang ada di punggung An.B akhirnya diangkat dan dibuang, tetapi
luka bedah pada benjolan yang telah dibuang itu mengalami perdarahan , sehingga penyembuhan
Beberapa bulan setelah operasi , tubuh An.B menjadi lemas dan kaku, bahkan kedua kakinya
lumpuh tidak bisa di gerakkan. An.B hanya dapat berbaring dan duduk dirumahnya sambil
menjalani proses pengobatan. Setelah 6bulan melakukan operasi kepada An.B , klinik dr.F
ditutup dan tidak beroperasi lagi. Perawat Ag sempat membantu biaya pengobatan sebanyak 2
kali , tetapi setelah itu sudah tidak pernah kelihatan lagi. Sejak saat itu, An.B tidak bisa lagi
bermain dengan anak-anak seuisinya. Sampai sekarang, kedua kaki An.B lumpuh, timbul tulang
di telapak kaki kiri, telapak kaki kanan berlubang, kencing bernanah dan susah BAB. Pihak
kelaurga akhirnya mengambil sikap melaporkan dr.F dan rekannya ke Mapolres Tebing Tinggi,
karena dugaan telah melakukan malpraktek terhadap anaknya. Proses hokum atas kasus ini
Analisa Kasus :
Perawat Ag adalah seorang perawat. Dia gagal dalam melakukan tanggungjawabnya sesuai
keperawatan. Menurut UU no. 38 tahun 2014 dia melanggar peraturan yang ada, Dia juga
melakukan hal di luar kewenangan profesinya (perawat) dan melakukan kewenangan profesi
lain. Perawat Ag juga membuat pasien bukan menjadi sembuh malah pasien menderita cidera
fisik.