Você está na página 1de 3

Analisa kasus 1 dan 2

Nama kelompok : 1. Christina Ayu Savitri

2. Wirantika

Kasus 1

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengadakan sebuah rangkaian acara

Penganugerahan Tenaga Kesehatan Teladan di Puskesmas Tingkat Nasional 2016 di Jakarta

pada tanggal 14-21 Agustus. Pemberian penghargaan oleh Kemenkes tersebut sebagai bentuk

apresiasi kepada tenaga kesehatan yang dinilai berprestasi dan dapat berinovasi dalam

menyelesaikan permasalahan keperawatan yang ditemui.

Dalam acara yang bertajuk “Tenaga Kesehatan Teladan Penggerak Pembangunan Kesehatan

Masyarakat” tersebut, Wina Methania, S.Kep., Ners, mendapat anugerah sebagai Perawat

Teladan Puskesmas Tingkat Nasional perwakilan Provinsi Kalimantan Timur. Tentu, ini

merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi alumnus Fakultas Keperawatan Universitas

Airlangga tahun 2007 ini.

“Untuk dapat menjadi perawat teladan tingkat nasional, tenaga kesehatan di puskesmas

menjalani seleksi penilaian kelayakan dengan melakukan pemaparan inovasi yang

dikembangkan dalam menjalankan tugasnya,” ujar Wina dalam kesempatan wawancara via

telepon dengan UNAIR NEWS pada Selasa, (30/8).

Wina mengaku, sebagai koordinator SP2TP dan koordinator perawat, dirinya berinovasi untuk

dapat meningkatkan kinerja perawat sesuai dengan Undang-undang No. 38 tentang Keperawatan.

Sesuai UU tersebut, ia membuat Asuhan Keperawatan Rawat Jalan (ASKERAJA).


Analisa Kasus :

Wina seorang perawat yang mampu menerapkan Undang-Undang No. 38 tentang keperawatan

yaitu tentang Asuhan Keperawatan Rawat Jalan, dimana hal ini bsa menurunkan angka kematian

ibu dan anak di Indonesia. Perawat seperti beliau sangat patut kita contoh sebagai perawat yang

professional yang memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif bio, psiko, sosial dan

spiritual. Tenaga kesehatan di puskesmas juga diharapkan tidak hanya melakukan kegiatan yang

sudah rutin, namun juga terus melakukan inovasi dan kreasi yang mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam hal kesehatan.

Kasus 2 (yang melanggar UU)

An. B berusia 12 tahun menderita kelumpuhan sejak 8tahun yang lalu. Kejadian ini bermula saat

an b menjadi korban dugaan malpraktek yang dilakukan oleh perawat. An.B dibawa orangtuanya

berobat di klinik dr.F yang baru buka dengan mengontrak salah satu rumah warga di Kampung

Krompol, Desa Paya Bagas, Kec. Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai Provinsi Sumatera

Utara. Pada saat itu An. B berusia 4 tahun, mengalami benjolan kelenjar sebesar telur puyuh di

bagian punggungnya. Benjolan itu sudah ada sejak masih bayi. Berdasarkan hasil pemeriksaan,

dr.F menyarankan agar benjolan itu sebaiknya dioperasi. Orangtua pasien pun menyetujui

dilakukannya tindakan operasi dan dilakukan operasi pada tanggal 12 september 2004.

Dokter F mengatakan kepada keluarga bahwa yang melakukan tindakan operasi bukan dirinya

karena dia hanya seorang dokter umum, tetapi rekan sejawatnya, dokter bedah di RSUD

Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi yang ternyata adalah seorang perawta. Perawat berinisial

Ag melakukan operasi bersama temannya bernama Ai. Pada saat operasi berlangsung, dr.F tidak
ikut membantu, tetapi hanya menyaksikan bersama dengan keluarga pasien. Operasi berlangsung

sekitar 30 menit. Benjolan yang ada di punggung An.B akhirnya diangkat dan dibuang, tetapi

luka bedah pada benjolan yang telah dibuang itu mengalami perdarahan , sehingga penyembuhan

luka cukup lama sampai memakan waktu enam bulan.

Beberapa bulan setelah operasi , tubuh An.B menjadi lemas dan kaku, bahkan kedua kakinya

lumpuh tidak bisa di gerakkan. An.B hanya dapat berbaring dan duduk dirumahnya sambil

menjalani proses pengobatan. Setelah 6bulan melakukan operasi kepada An.B , klinik dr.F

ditutup dan tidak beroperasi lagi. Perawat Ag sempat membantu biaya pengobatan sebanyak 2

kali , tetapi setelah itu sudah tidak pernah kelihatan lagi. Sejak saat itu, An.B tidak bisa lagi

bermain dengan anak-anak seuisinya. Sampai sekarang, kedua kaki An.B lumpuh, timbul tulang

di telapak kaki kiri, telapak kaki kanan berlubang, kencing bernanah dan susah BAB. Pihak

kelaurga akhirnya mengambil sikap melaporkan dr.F dan rekannya ke Mapolres Tebing Tinggi,

karena dugaan telah melakukan malpraktek terhadap anaknya. Proses hokum atas kasus ini

sedang diproses dan masih dalam tahap pemanggilan saksi.

Analisa Kasus :

Perawat Ag adalah seorang perawat. Dia gagal dalam melakukan tanggungjawabnya sesuai

standart profesinya sebagai perawat dimana kewajibannya adalah memberikan asuhan

keperawatan. Menurut UU no. 38 tahun 2014 dia melanggar peraturan yang ada, Dia juga

melakukan hal di luar kewenangan profesinya (perawat) dan melakukan kewenangan profesi

lain. Perawat Ag juga membuat pasien bukan menjadi sembuh malah pasien menderita cidera

fisik.

Você também pode gostar