Você está na página 1de 23

LONG CASE

ILMU KEDOKTERAN JIWA

Disusun Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada :
dr. Vista Nurasti Pradanita, M.Kes,Sp.KJ

Disusun oleh :
Devi Fitri Aryani
20130310109

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LONG CASE

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa
RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh :
Devi Fitri Aryani
20130310109

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal: 4 Januari 2019

Pembimbing

dr. Vista Nurasti Pradanita, M.Kes,Sp.KJ


STATUS PSIKIATRI

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. Pr
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh pengrajin
Status Perkawinan : Belum menikah
Bangsa/suku : Indonesia/Jawa
Alamat : Pleret, Bantul
No. RM : 34-xx-xx
Tanggal diperiksa : 22 Desember 2018

1.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)


Pasien datang dengan keluhan bingung namun halusinasis tidak ada. Obat pasien
sudah habis.

1.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)


Autoanamnesis
Pasien datang ke Poli Psikiatri RSUD Panembahan senopati dengan keluhan
merasa kadang masih bingung ingin beraktivitas apa, namun tidak terdapat
halusinasi, tidur cukup, pasien merasa saat ini dalam kondisi biasa saja.
Gejala awal pasien terjadi pada tahun 2006, saat usia pasien 22 tahun pasca
gempa Yogya 2006. Pasien mengaku mengalami trauma melihat orang-orang jatuh
tertimpa bangunan, dan kehilangan sanak saudara. Pasien juga mengaku sangat
ketakutan kehilangan keluarganya saat itu. Pasien mengaku sempat ada keinginan
bunun diri, karena ditinggal pacarnya mati. Pasien merasa sangat kehilangan. nafsu
makan menurun, sulit tidur karena sering ada yang membisikinya kata-kata kotor.
Saat ini pasien sudah mulai dapat mengurangi rasa sedih, ketakutannya dan
traumanya. Meskipun masih sulit tidur dan terkadang suka marah-marah. Pasien
sudah dapat melakukakan aktivitas sehari-hari dan berusaha untuk mengontrol
emosinya, ibadah mulai dirutinkan. Pasien saat ini bekerja diburuh pengrajin.
Alloanamnesis
Tidak dilakukan alloanamnesis karena ayah pasien sibuk menebus obat di apotek.

1.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian)  didapat secara autoanamnesis.
Sistem Saraf : Demam (-) nyeri kepala (-) kejang (-) tremor (-)
Sistem Kardiovaskular : Edem kaki (-) nyeri dada (-) jantung berdebar-debar (-)
Sistem Respirasi : Terlihat sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)
Sistem Gastrointestinal : BAB normal, muntah (-), diare (-), nyeri perut (-)
Sistem Urogenital : BAK normal
Sistem Integumentum : Warna biru pada kuku (-), gatal pada kulit (-)
Sistem Muskuloskeletal : Edema (-), bengkak sendi (-), kelemahan otot (-), nyeri
sendi (-)
Pada anamnesis sistem dapat disimpulkan bahwa secara organik tidak terdapat
gangguan pada sistem–sistem organ.
1.4. Grafik Perjalanan Penyakit

Gejala klinis

2006 2010 2011 2012 2017 2018

Fungsi Peran

1.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu


1.5.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
 Faktor Organik
- Kejang (-)
- Demam (-)
 Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
- Setelah gempa Jogja tahun 2006
- Memiliki hubungan yang tidak baik dengan tetangga.
 Faktor Predisposisi
- Tidak ditemukan
1.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu  Autoanamnesis
 Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
Pasien merupakan pasien rutin psikiatrik sejak tahun 2006
 Riwayat Sakit Berat/Opname
Pernah dirawat di RSUP Sardjito sebanyak 1x pada tahun 2007
1.6. Riwayat Keluarga
1.6.1. Pola Asuh Keluarga
Pola asuh keluarga adalah pola asuh demokratis. Tidak ada kekerasan dalam
pola asuh keluarga.
1.6.2. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari hasil autoanamnesis, tidak terdapat keluarga dengan gejala serupa

1.6.3. Silsilah Keluarga

62 th

62 th

39 th 34th
thththt
h

Keterangan :
: laki-laki : tinggal dalam satu rumah

: perempuan : meninggal

1.7. Riwayat Pribadi


1.7.1. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir secara normal dengan usia kehamilan cukup bulan di dukun
beranak.
1.7.2. Latar Belakang Perkembangan Mental
Tidak didapatkan informasi.
1.7.3. Perkembangan Awal
Tidak didapatkan informasi.
1.7.4. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMP dengan menggunakan ujian. Saat
menempuh pendidikan SMP tidak ada kesulitan mengikuti pelajaran.
1.7.5. Riwayat Pekerjaan
Pasien merupakan seorang buruh pengrajin
1.7.6. Riwayat Perkembangan Psikoseksual
 Pasien menarche setelah lulus SD (± 11 tahun)
 Pasien tidak pernah mengalami kekerasan seksual semasa kanak-kanak
1.7.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual
 Agama Islam
 Sholat 5 waktu
1.7.8. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.
1.7.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid)
 Banyak jarang bicara dengan tetangga (sosialisasi kurang) sejak sakit
 Dekat dengan ayah kandungnya
1.7.10 Hubungan Sosial
Pasien mengatakan hubungan dengan tetangga-tetangganya kurang
intens berinteraksi.
1.7.11 Kebiasaan
Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang spesifik seperti
merokok, mengkonsumsi alkohol maupun obat-obatan (kecuali yang
diberikan dokter).
1.7.12 Status Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai pengrajin yang penghasilannya tidak menentu.
1.7.13 Riwayat Khusus
Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)
1.8 Tingkat Kepercayaan Autoanamnesis
Autoanamnesis : dapat dipercaya
1.9 Kesimpulan Autoanamnesis
Dihadapkan seorang wanita usia 34 tahun dengan keluhan merasa
kadang masih bingung ingin beraktivitas apa, namun tidak terdapat halusinasi,
tidur cukup, pasien merasa saat ini dalam kondisi biasa saja. Pasien sudah mulai
merasakan keluhan tersebut sejak tahun 2006 paska gempa Yogya . Keluhan
tersebut hilang timbul. Tingkat kepatuhan minum obat dahulu rendah, sekarang
sudah membaik. Insight baik, halusinasi auditorik (-), halusinasi taktil (-),
waham (-), ide kebesaran (-), bersalah (-), moral spiritual taat, menarik diri dari
lingkungan sosial (+), status ekonomi pas-pasan.

2. PEMERIKSAAN FISIK
2.1. Status Pemeriksaan Fisik
2.1.1. Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 22 Desember 2018
 Keadaan Umum : Compos Mentis
 Bentuk Badan : tidak ditemukan kelainan
 Berat Badan : 57 kg
 Tinggi Badan : tidak dilakukan pemeriksaan
 Tanda Vital
- Tekanan Darah : 110/60 mmHg
- Nadi : 82x/menit
- Respirasi : 19x/menit
- Suhu : 36,5oC
 Kepala
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)
 Leher
- Inspeksi : leher tampak bersih, benjolan (-)
- JVP : meningkat (-)
 Thorax
- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 reguler
- Sistem Respirasi : wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+)
 Abdomen
- Sistem Gastrointestinal : bising usus (+), nyeri tekan epigastrik (-)
- Sistem Urogenital : tidak dilakukan pemeriksaan
 Ekstremitas
a. Sistem Muskuloskeletal : kelemahan anggota gerak (-)
 Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan

Kesan Status Internus : tidak terdapat gangguan pada sistem-sistem organ tubuh
2.1.2. Status Neurologis
 Kepala dan Leher : gerakan leher lemas (+), benjolan (-)
 Tanda Meningeal : kernig’s sign (-), burdzinski (-)
 Sensibilitas : dalam batas normal
 Kekuatan motorik
5 5
5 5
 Sensibilitas
+ +
+ +

 Refleks Fisiologis :
Ekstremitas atas Ekstremitas bawah
Reflek bicep (+) / (+) Reflek patella (+) / (+)
Reflek tricep (+) / (+) Reflek achiles (+) / (+)
Reflek brachialis (+) / (+)
 Refleks Patologis :
Ekstremitas atas Ekstremitas bawah
Hoffman (-) / (-) Babinski (-) /(-)
Trommer (-) / (-) Oppenheim (-) / (-)
Chaddok (-) / (-)
Schaeffer (-) / (-)

 Gerakan Abnormal : tidak ditemukan


 Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan:
- Tes telunjuk – telunjuk : tidak didapatkan gangguan
- Disdiadokinesis : tidak didapatkan gangguan
- Romberg : tidak didapatkan gangguan
- Tendem gait : tidak didapatkan gangguan

2.1.3. Hasil Pemeriksaan Penunjang


 EKG : tidak dilakukan pemeriksaan
 EEG : tidak dilakukan pemeriksaan
 CT Scan : tidak dilakukan pemeriksaan
 Foto Rontgen : tidak dilakukan pemeriksaan
 LAB darah : tidak dilakukan pemeriksaan

2.2. Status Psikiatri


Tanggal Pemeriksaan: 22 Desember 2018

2.2.1. Kesan Umum


Perempuan 34 tahun, tampak sesuai umurnya , tampak bahagia, bersemangat,
kooperatif, berpakaian sesuai jenis kelaminnya rambut panjang terikat dan
rawat diri baik.

Status Psikiatri Hasil Keterangan


Kesadaran  Kuantitatif: GCS E4V5M6 Pasien sadar penuh
 Kualitatif : Compos mentis
Gambaran Umum
Penampilan/rawat diri Baik Pakaian pasien rapi, sesuai umur,
rambut panjang terikat rapi, dan
cukup bersih
Perilaku dan aktivitas Normoaktif Perilaku dan aktivitas normal
Sikap terhadap Kooperatif Pasien dapat diajak berbicara ketika
pemeriksa diwawancarai
Pembicaraan  Kuantitas : bicara lebih Pasien berbicara sedikit lebih , dapat
 Kualitas : koheren dan dimengerti, menjawab sesuai dengan
relevan yang ditanyakan saat wawancara
Perhatian Mudah ditarik, mudah Pasien memperhatikan pemeriksa
dicantum saat ditanya dan tetap fokus
Mood dan Afek
Mood Fluktuatif cenderung mania
Afek Fluktuatif afek yang tidak stabil
Keserasian Afek Appropriate
Pembicaraan

Kualitas Koheren dan relevan

Kuantitas Pasien banyak bicara dan


menjawab dengan tidak
begitu sopan
Kecepatan produksi Sedikit cepat

Sensorium dan
Kognitif
Orientasi  Orang: baik  Pasien dapat mengenali dokter
yang memeriksa
 Waktu: baik  Pasien dapat mengetahui tanggal
dan jam hari itu saat diperiksa
 Tempat: baik
 Pasien dapat menyebutkan lokasi
 Situasi : baik rumah sakit tempat pasien periksa
 Pasien dapat mengatakan kondisi
saat itu tidak terlalu ramai.
Daya Ingat  Memori segera  Pasien dapat mengingat nama
(immediate) pemeriksa yang baru dikenalnya.
 Pasien dapat menceritakan
 Memori jangka pendek aktivitas apa yang dilakukan
(recent) sebelum ke RS.
 Memori jangka menengah  Pasien ingat kejadian beberapa
(recent past) bulan yang lalu(saat lebaran).
 Memori jangka panjang  Pasien ingat kapan pertama kali
(remote) menstruasi

Kosenrasi & perhatian  Konsentrasi : baik  Pasien dapat melakukan


pengurangan 7 (100-7, 93-7, 86-7,
79-7)
 Pasien diminta untuk mengeja
 Perhatian : baik huruf dari belakang dari kata
“Sehat”
Kapasitas Membaca  Membaca : baik  Pasien dapat membaca sebuah
& Menulis kalimat dengan baik
 Menulis : baik
 Pasien dapat menulis dengan baik

Pikiran absrak Baik Pasien dapat mengerti perbedaan


apel dan leci.
Pengetahuan Umum Baik Pasien mengetahui berapa umur
Indonesia ini
Persepsi  Halusinasi auditorik (-)
 Halusinasi visual (-)
 Halusinai Taktil (-)
 Waham rujukan (-)
 Waham eumania(-)
 Ilusi (-)

Pikiran  Bentuk pikir: Realistik Apa yang disampaikan oleh pasien


sesuai dengan kenyataan.
 Isi pikir:
Ide kebesaran (-), Waham
,Fobia (-), gagasan bunuh
diri (-)
Insight Derajat 4 pasien menyadari gejala yang
dialami dan penyakitnya,
mengetahui bahwa hal tersebut
muncul akibat pola pikirnya sendiri

2.2.2. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan


Tidak ada.
2.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis
2.3.1. Kepribadian
Tidak dilakukan
2.3.2. IQ
Tidak dapat dilakukan tes
2.3.3. Lain-lain
Tidak ada

3. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA


3.1. Tanda-tanda (sign)
a. Penampilan
Pasien tampak sehat, kooperatif, sesuai umur, berpakaian sesuai jenis kelamin
dan terlihat bersih, rawat diri baik.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa, semua dalam batas normal.
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Bicara sedikit berlebih , relevan dan koheren: Dalam batas normal.

3.2. Gejala (simtom)


a. Sensorium dan kongitif
Kesadaran compos mentis, oreintasi dan memori, konsentrasi dan perhatian,
kemampuan membaca dan menulis, pikiran abstrak, serta pengetahuan umum
dalam batas normal.
b. Mood dan afek
Mood iritabel dan afek appropriate
c. Pembicaraan
Kuantitas bicara sedikit lebih, koheren dan relevan
d. Perhatian pasien udah ditarik, mudah dicantum
e. Persepsi
Terdapat halusinasi auditorik, halusinasi taktil (+)
Ilusi (-)
f. Pikiran
Waham (-)
Halusinasi (-)
Ide bunuh diri (-)
3.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)
Saat dilakukan anamnesis pasien dapat menceritakan dengan jelas runtutan yang
pernah ia rasakan berupa :
bahwa pada pasien ini memiliki sindrom manik, depresi dan psikotik, yaitu :

a. Mudah tersinggung sehingga mudah marah Manik

b. Mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengarnya  Psikotik

c. Merasa sangat bersemangat tidak gampang lelah  Manik

d. Sering sedih dan menangis  Depresi

e. Sulit tidur  Depresi

f. Halusinasi auditorik  Psikotik

g. Halusinasi visual  Psikotik

4. DIAGNOSIS BANDING
- F 25.2.Gangguan Skizoafektif, tipe campuran
- F 20.0 Gangguan Skizofrenia
- F 32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
- F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran
5. PEMBAHASAN

F31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana

afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari

peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan

pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).

Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode

manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsug antara 2 minggu sampai 4-5 bulan,

episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun

jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali

terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stress

tidak esensial untuk penegakan diagnosis).

Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif

Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30)

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik

Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk hipomania (F30); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik , depresif,

atau campuran) di masa lampau.

F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1);

dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau

campuran) di masa lampau.

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2);

dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau

campuran) di masa lampau

F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan (F32.0) atau

pun sedang (F32.1); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di

masa lampau

F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala

psikotik (F32.2); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di

masa lampau

F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala

psikotik (F32.3);dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran

dimasa lampau

F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran

 Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan depresif yang

tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresif yang sama-
sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah

berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan

 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran

di masa lampau

F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi

Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir

ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik

atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif lain

(hipomanik, manik, depres if atau campuran).

F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

F 25.2. SKIZO AFEKTIF, TIPE CAMPURAN

Gejala utama (pada derjat ringan, sedang, berat) Gambaran utama gangguan skizoafektif

adalah adanya episode depresi mayor, manik, atau campuran yang terdapat bersamaan

dengan gejala skizofrenia (memenuhi kriteria A skizofrenia). Kriteria A skizofrenia tersebut

yaitu adanya waham, halusinasi, perilaku aneh, atau gejala negatif. Gejala-gejala ini

berlangsung paling sedikit satu bulan. Kriteria episode depresi mayor yaitu mood yang

terdepresi yang pervasif. Tidak cukup hanya kehilangan minat (anhedonia) dan paling

sedikit berlangsung selama dua minggu. Episode manik ditandai dengan adanya suasana

perasaan yang melambung (elasi), meningkat, ekspansif atau iritabel yang berlangsung

paling sedikit satu minggu. Episode campuran ditandai dengan campuran kedua suasana

perasaan tersebut yang berlangsung paling sedikit satu minggu. Gambaran utama harus

terjadi dalam periode tunggal yang terus menerus (tidak terputus-putus) atau pada suatu
periode waktu yang individunya terus-menerus memperlihatkan gejala aktif atau residual

psikosis. Skizoafektif berlangsung paling sedikit satu bulan. Pada individu tertentu gejala-

gejala ini dapat berlangsung bertahun-tahun. Klinikus harus mendapatkan informasi yang

rinci mengenai awitan dan hilangnya gejala mood dan psikosis. Tanpa mengetahui lamanya

gejala psikosis dan mood, sulit menetukan kriteria B (gejala psikosis tanpa adanya gejala

mood) atau kriteria C (gejala mood terjadi dalam waktu yang cukup lama) atau memenuhi

substantial portion of time yaitu durasi gejala mood sekitar 15%-30% dari total durasi lama

penyakit. Bila gejala mood muncul dalam periode waktu yang sangat pendek, diagnosisnya

adalah skizofrenia. Manifestasi klinis dari anamnesis ditemukan adanya perasaan sedih

dan hilangnya minat, berlangsung paling sedikit dua minggu atau rasa senang berlebihan

berlangsung paling sedikit 1 minggu. Gejala-gejala tersebut muncul bersamaan dengan

pembicaraan kacau, waham, halusinasi, perilaku kacau, atau gejala negatif. Pada

pemeriksaan terdapat tanda-tanda gangguan mood depresi (misalnya hipotim atau isolasi

sosial) atau tanda-tanda mania (misalnya mood hipertim, banyak bicara, meningkatnya

aktivitas motorik) atau campuran.

Kriteria Diagnosis PPDGJ III F25. Gangguan Skizoafektif

Pedoman Diagnosis

1. Diagnosis gangguan skizoafektif dibuat apabila gejala-gejala definitive adanya

skizofrenia dan gangguan afektif sama sama menonjol pada saat yang bersamaan

(simultan), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode

penyakit yang sama, dan bilamana sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak

memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.

2. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan

gangguan afek pada episode penyakit yang berbeda.


Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR)

1. Selama periode penyakit (tidak terputus-putus), pada suatu saat, episode depresif mayor

atau episode manik campuran terdapat bersamaan dengan gejala-gejala yang memenuhi

kriteria A skizofrenia.

2. Selama periode penyakit, terdapat waham atau halusinasi paling sedikit dua minggu

tanpa adanya simptom mood yang menonjol.

3. Dari total durasi periode aktif dan residual penyakit, gejala yang memenuhi kriteria

episode mood mempunyai porsi durasi yang relative cukup lama atau “substantial

portion of time.

4. Gangguan bukan akibat langsung pengaruh fisiologik zat (penyalahgunaan zat atau

medikasi) atau kondisi medik umum.

Subtipe

Ada dua subtipe gangguan skizoafektif yaitu :

1. Tipe Bipolar yaitu bila terdapat episode manik atau campuran. Selain itu juga

ditemukan episode depresi mayor

2. Tipe Depresi yaitu bila hanya ada episode depresi mayor.

Kriteria Diagnostik F25.2 menurut PPDGJ III

Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20.-) berada secara bersama-sama dengan

gejala-gejala afektif bipolar campuran (F31.6).

6. DIAGNOSIS
 AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
F25.2 Gangguan Skizoafektif, tipe Campuran
 AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)
Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
 AKSIS III (Kondisi Medik Umum)
Tidak ada diagnosis
 AKSIS IV (Stressor Psikososial)
Tidak ada
 AKSIS V (Fungsi Sosial)
GAF 80-71 = gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social,
pekerjaan, sekolah dll

7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)

Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak menunjukkan gejala-gejala patologik pada

organ.

8. PEMBAHASAN DIAGNOSA

Pada pasien didapatkan halusinasi visual dan auditorik, gaduh gelisah, marah-marah,

mengamuk dengan riwayat gejala negatif seperti sering melamun, kurang tidur,

mengamuk, bicara kacau sejak tahun 2006. Kemudian pasien memiliki afek dan mood

yang fluktuatif disertai dengan pembicaraan yang banyak, dan kedua jenis suasana

perasaan ini muncul saat wawancara dan baik kondisi skizofrenia dan gangguan mood

sama-sama menonjol dengan suasana perasaan mania lebih mendominasi yang menjadi

dasar diagnosis pada Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran (F25.2)

9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
 Risperidone 1x2 mg/ hari tablet oral

 Triheksifenidil 2x2 mg/hari tablet oral

 Asam Valproat 3x250 mg tablet oral

 Lorazepam 3x1 mg tablet oral

2. Psikoterapi

 Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan

isi hati sehingga pasien menjadi legah.


 Konseling: Memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya dan

memahami kondisinya lebih baik serta menganjurkan untuk berobat teratur.

9.1 FARMAKOTERAPI
Risperidon 2x 2 mg  Antipsikotik atipikal, dievaluasi setiap bulan
Pada Algoritma pemberian APG pertama kali STEP 1 yang diberikan adalah risperidon
merupakan golongan atipikal diberikan dosis 2mg/hari dibagi 2 dosis pemberian (2x1mg)
dievaluasi tiap bulan sampai 6 bulan. Bisa dinaikkan dosisnya maksimal 6 mg/hari, kalau
gejalanya masih timbul dan tidak berkurang maka beralih ke STEP 2 : diberikan golongana
tipikal yang lebih misalnya apripirazol, paliperdon), jika gejala tidak berkurang maka ke
STEP 3 : diberikan golongan tipikal yaitu Haloperidol 2x1,5 mg/hari, kemudia jika
gejalanya masih maka bisa berlanjut ke
STEP 4 : Kombinasi obat
Tipikal-Tipikal
Atipikal-Atipikal
Tipikal-Atipikal / Atipikal-Tipikal obat utamanya yang mana ? obat kedua di tapering
terlebih dahulu kalau sudah masuk remisi
STEP 5 : Semua obat diganti Clozapin dosis maksimal 400 mg/hari
STEP 6 : Clozapuin + Atipikal/Tipikal/Anti cemas ; sesuai dengan gejala)
STEP 7 : Semua obat dihentikan ganti ECT, kalau dengan ECT masih, maka pikirkan
gangguan organik
Risperidone termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole merupakan antagonis
monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan
dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan reseptor α1-adrenergik. Risperione tidak
memiliki afinitas terhadap reseptor kolinergik. Meskipun risperidone merupakan antagonis
D2 kuat, dimana dapat memperbaiki gejala positif, hal tersebut menyebabkan berkurangnya
depresi aktivitas motorik dan induksi katalepsi dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme
serotonin dan dopamin sentral yang seimbang dapat mengurangi kecenderungan timbulnya
efek samping ekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif
dan afektif

Asam Valproat 3x250 mg  Mood stabilizer


Pada pasien juga diberikan mood stabilizer berupa asam valproat. Obat ini merupakan suatu

agen untuk epilepsi dan telah terbukti memiliki efek antimania. Valproate manjur untuk pasien
pasien yang gagal memberikan respon terhadap lithium. Secara keseluruhan, valroate

menunjukkan keberhasilan yang setara dengan lithium pada awal minggu pengobatan.

Kombinasi valproate dengan obat-obatan psikotropik lainnya mungkin dapat digunakan

dalampengelolaan fase kedua pada penyakit bipolar yang umumnya dapat ditoleransi dengan

baik. Valproate telah diakui sebagai pengobatan lini pertama untuk mania. Banyak dokter tidak

setuju untuk menggabungkan valproate dengan lithium pada pasien yang respon terhadap

salah satu agen.

Preparat yang Tersedia

Valproic acid (generik, Depakene)

Oral: 250 mg kapsul, 250 mg/5 mL sirup

Dosis: 3 x 250 mg/hariDepoklat cara kerjanya meningkatkan kadar GABA di otak agar

tidak terjadi gangguan reseptor/ sinyal impuls yang berada diotak dan dapat menjaga

keseimbangan reseptor misalnya dopamin dan NE apabila terjadi gangguan pada sinaps

bisa menyebakan manik, ataupun kadar serotonin yang mengalami gangguan pada post

sinaps sehingga terjadi reuptake dan menyebabkan depresi. Apabilan gangguan

mood/depresi berkurang maka dosis dapat diturunkan secara bertahap

Lorazepam 3x 1 mg  Benzodiazepine
Pada pasien juga diberikan Lorazepam 3x1 mg bila diperlukan. Lorazepam merupakan obat

hipnotik sedasi golongan benzodiazepin. Mekanisme kerja obat ini berfokus di SSP. Bekerja

pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA. Dengan

adanya interaksi benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis yang meningkatkan afinitas

GABA terhadap reseptornya di SSP sehingga ion clorida lebih banyak mengalir ke dalam sel

dan kemampuan sel untuk dirangsang berkurang. Biasanya untuk anxiolitik, obat hipnosis,

antikonvulsi, dan muscle relaxant serta dapat juga diberikan pada pasien yang insomnia dan
penenang pasien agresif atau depresi terkait cemas. Lorazepam bertahan pada kadar terapeutik

selama 24 sampai 48 jam, efek sedasi intravena sekitar 6-10 jam.

Trihexyphenidyl (THP) 2 x 2 mg  Penatalaksaan EPS


Gangguan ekstrapiramidal terkait antipsikotik :
-Akatasia : perasaan subjektif tidak bisa diam, gelisah, salah satu EPS yang tersering
-Diskenesia tardif : gerakan mengecap-ngecap mulut
-Distonia akut : leher terpuntir, mata mendelik
-Sindroma neuroleptik :gangguan tanda vital
 Secara umum penatalaksanaan EPS berupa pengurangan dosis, disertai (atau tanpa)
pemberian triheksilfenidil (agen antikolinergik)
Trihexyphenidyl adalah antagonis selektif reseptor acetylcholine M1 muscarinic. Oleh
sebab itu hanya bekerja pada M1 (kortikal atau neuronal) dan bukan subtipe muskarinik
perifer (jantung dan kelenjar). Mekanisme kerja Trihexyphenidyl yaitu dengan cara
memblokir impuls saraf dan melemaskan otot-otot sehingga gangguan gerakan yang tidak
normal atau tak terkendali akibat efek samping obat menjadi bisa dikendalikan.

10. PROGNOSIS

a. Quo ad vitam : Bonam


b. Quo ad functionam : Dubia ad malam
c. Quo ad sanationam : Dubia ad malam

11. RENCANA FOLLOW UP


 Memantau perkembangan penyakit gejala-gejala yang masih dirasakan pasien
 Memantau efektivitas obat
 Memantau adanya efek samping obat
 Memastikan mendapatkan psikoterapi keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Hirjak D, Hochlehnert A, Thomann PA, Kubera KM, Knut S. 2016. Evidence For
DistinguishableTreatment Costs Among Paranoid Schizophrenia And
Schizoaffective Disorder. Germany : Center For Psychosocial Medicine,
Department Of General Psychiatry, University Of Heidelberg
Maslim, Rusdi. 2003. Diagnosa Gangguan Jiwa, PPDGJ III. Jakarta: Direktorat
Kesehatan Republik Indonesia.

Você também pode gostar

  • NN
    NN
    Documento3 páginas
    NN
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Jurnal Reading 1
    Jurnal Reading 1
    Documento15 páginas
    Jurnal Reading 1
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • BM UMJ 2019 3 Lat
    BM UMJ 2019 3 Lat
    Documento3 páginas
    BM UMJ 2019 3 Lat
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • BM UMJ 2019 2 Lat
    BM UMJ 2019 2 Lat
    Documento3 páginas
    BM UMJ 2019 2 Lat
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Kasus Bab2
    Laporan Kasus Bab2
    Documento6 páginas
    Laporan Kasus Bab2
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Presus Devi
    Presus Devi
    Documento32 páginas
    Presus Devi
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Soal
    Soal
    Documento1 página
    Soal
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Soal
    Soal
    Documento1 página
    Soal
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Soal
    Soal
    Documento1 página
    Soal
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Gangguan Somatoform
    Gangguan Somatoform
    Documento35 páginas
    Gangguan Somatoform
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Mini Research 1
    Mini Research 1
    Documento6 páginas
    Mini Research 1
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Tugas PR Resus Tutklin
    Tugas PR Resus Tutklin
    Documento8 páginas
    Tugas PR Resus Tutklin
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Soal
    Soal
    Documento1 página
    Soal
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Penyuluhan Gizi Dam Pemeriksaan Antropometri Anak
    Penyuluhan Gizi Dam Pemeriksaan Antropometri Anak
    Documento45 páginas
    Penyuluhan Gizi Dam Pemeriksaan Antropometri Anak
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • REFLEKSI KASUS JIWA Devi
    REFLEKSI KASUS JIWA Devi
    Documento5 páginas
    REFLEKSI KASUS JIWA Devi
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Homevisit
    Laporan Homevisit
    Documento5 páginas
    Laporan Homevisit
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • sss155 Slide Benda Asing Di Telinga PDF
    sss155 Slide Benda Asing Di Telinga PDF
    Documento11 páginas
    sss155 Slide Benda Asing Di Telinga PDF
    Hasbi Ash Shiddiqie
    Ainda não há avaliações
  • Tutorial Klinik
    Tutorial Klinik
    Documento8 páginas
    Tutorial Klinik
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • PERITONITIS PEDIATRIK
    PERITONITIS PEDIATRIK
    Documento47 páginas
    PERITONITIS PEDIATRIK
    Irawati Hidayah
    Ainda não há avaliações
  • Patofisiologi Faringitis
    Patofisiologi Faringitis
    Documento17 páginas
    Patofisiologi Faringitis
    Ayu Aksara
    Ainda não há avaliações
  • Gangguan Somatoform
    Gangguan Somatoform
    Documento35 páginas
    Gangguan Somatoform
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • APENDISITIS
    APENDISITIS
    Documento24 páginas
    APENDISITIS
    Ahmad Ali Zulkarnain
    Ainda não há avaliações
  • Long Case Faringitis Akut
    Long Case Faringitis Akut
    Documento29 páginas
    Long Case Faringitis Akut
    Devi Fitri Aryani
    100% (1)
  • Tutorial Klinik
    Tutorial Klinik
    Documento8 páginas
    Tutorial Klinik
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Tutorial Klinik Tetanus
    Tutorial Klinik Tetanus
    Documento23 páginas
    Tutorial Klinik Tetanus
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Airway Management
    Airway Management
    Documento45 páginas
    Airway Management
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Tutorial Skenario 3 Blok 8 Tumbuh Kembang Dan Geriatrib Tentang Cerebral Palsi
    Tutorial Skenario 3 Blok 8 Tumbuh Kembang Dan Geriatrib Tentang Cerebral Palsi
    Documento10 páginas
    Tutorial Skenario 3 Blok 8 Tumbuh Kembang Dan Geriatrib Tentang Cerebral Palsi
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Pengemb RS Isu Strategis
    Pengemb RS Isu Strategis
    Documento111 páginas
    Pengemb RS Isu Strategis
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações
  • Tutorial Klinik
    Tutorial Klinik
    Documento1 página
    Tutorial Klinik
    Devi Fitri Aryani
    Ainda não há avaliações