Você está na página 1de 3

ASAL USUL MARGA-MARGA SI RAJA LONTUNG

Posted: December 3, 2008 in Punguan Marga-Komunitas Marga


Tags: bangun, barutu, buaton, danau toba, dongoran, gultom, harianja, hutabalian, lumban nahor, lumban raja, lumban
siantar, lumban tungkup, malau, nahulae, ompu sunggu, pakpahan,parangin-
angin, parhusip, pusuk, rajagukguk, rintonga, rumabolon, rumana hombar, rumasidari,sagala, samosir, si raja
sonang, siagian, sianturi, sibatuara, siburian, sidari, silali, silo,simaibang, simanjorang, simaremare, sitinjak, sormin, tao
toba, toga aritonang, toga gultom,toga laut, toga nainggolan, toga pandiangan, toga samosir, toga sibatu, toga
sihombar, toga sihombing, toga simamora, toga simatupang, toga sinaga, toga siregar, toga situmorang,togatorop

13
http://groups.yahoo.com/group/Batak_Gaul/message/96

Si Raja Batak memiliki 3 orang anak yaitu:

1. Guru Tatea Bulan (Naimarata).

2. Si Raja Isumbaon (Nai Sumbaon).

3. Toga Laut (merantau ke Gayo/Alas – Aceh).

Guru Tatea Bulan memiliki 10 anak (5 laki-laki & 5 perempuan) yaitu:

1. Raja Uti, Raja Gumelenggeleng, Raja Biak-biak, Raja Hatorusan, Raja Nasora Mate, Raja Nasora Matua, Partompa

Mubauba, Sipagantiganti Rupa.

2. Saribu Raja.

3. Siboru Pareme.

4. Siboru Biding Laut (Boru Anting Haomasan).

5. Limbong Mulana.

6. Siboru Anting Sabungan.

7. Siboru Haomasan (Bunga Haomasan).

8. Sagala Raja.

9. Malau Raja/Silau Raja.

10. Nantinjo Nabolon.

Saribu Raja dan Siboru Pareme adalah anak kembar. Tanpa sepengetahuan yang lain mereka berdua selingkuh dan Siboru

Pareme akhirnya berbadan dua. Akihirnya bocorlah rahasia ini dan mereka berdua dikenakan hukuman mati. Tapi secara

diam-diam Malau Raja (anak no. 9) membantu mereka berdua untuk melarikan diri ke hutan.

Setelah lama tinggal dihutan, bertemulah Siboru Pareme dengan Babiat Sitempang dan mereka kawin dengan meminta

persetujuan Saribu Raja. Saribu Raja menyetujui itu dengan beberapa persyaratan tentunya. Lalu lahirlah Si Raja Lontung

dengan wajah uli dan badan berbulu seperti babiat/harimau.


Dari kecil sampai dewasa, Si Raja Lontung selalu lebih pandai dari ayahnya (Babiat Sitempang) bila diajari segala macam

hal. Akhirnya, marahlah ayahnya karena ayahnya selalu kalah bila bertarung dengan dia. Maka muncullah niat ayahnya

untuk membunuh Si Raja Lontung. Siboru Pareme pun membujuk suaminya untuk belajar lagi ke hutan untuk memperdalam

ilmunya supaya bisa mengalahkan anaknya kelak. Diam-diam Siboru Pareme membawa anaknya jauh dari ayahnya agar bisa

diselamatkan dari murka ayahnya.

Akhirnya mereka berdua meninggalkan hutan dan menuju ke tepi Tao Toba untuk tinggal dan menetap disana (daerah

sabulan). Setelah sekian lama tinggal disana, dibujuklah Si Raja Lontung ini untuk mencari pasangan hidup. Dia disuruh

mencari paribannya untuk jadi istrinya di kampung tulangnya di Sianjur Mula-mula. Katanya: `Disana kau akan menemukan

pancuran/mata air `Aek Si Pitu Dai’ dimana tempat boru ni tulangmu mandi-mandi’. Siboru Pareme memberikan beberapa

petunjuk dan persyaratan ke pada anaknya Si Raja Lontung sebelum berangkat kesana. Dia memberikan cincin dan berkata

kepada anaknya:’ Carilah yang mirip dengan wajahku, yang rambutnya sama denganku, dan gayanya mirip dengan gayaku.

Temui dan tegurlah dan katakanlah pesan ibumu ini, lalu pasangkanlah cincin ini ke jarinya. Kalau cocok dijarinya, jangan

dilepas cincin tersebut tetapi bawalah dia dan jangan mampir lagi ke kampung tulangmu.

Maka berangkatlah Si Raja Lontung menuju ke Aek Si Pitu Dai tempat dimana paribannya mandi-mandi. Tanpa

sepengetahuan Si Raja Lontung, ibunya pun pergi ke Aek Si Pitu Dai dengan memakai jalan yang lain. Dengan waktu yang

sudah diatur, sampailah ibunya terlebih dahulu ke Aek Si Pitu Dai tersebut dan mandi-mandi disitu. Terlihatlah oleh Si Raja

Lontung ada perempuan sedang mandi-mandi disitu. Ditemui lah perempuan itu dan ditegurnya yang ternyata cocok dengan

persyaratan yang diberikan ibunya. Lalu dipasangkanlah cincin yang dibawanya ke perempuan itu dan ternyata cocok juga.

Lalu dibawalah perempuan itu untuk dijadikan istrinya tanpa mampir lagi ke kampung tulangnya. Jadi dibasa-basahon

Tuhanta ma 9 ianakkoni Si Raja Lontung, mauliate ma di Tuhan i.

Anak-anak ni Si Raja Lontung (Lontung Si Sia Sada Ina):

1. Toga Sinaga (Bonor, Ompu Ratus, Uruk), Simanjorang, Simaibang, Barutu (Dairi), Bangun (Karo), Parangin-angin

(Karo).

2. Toga Situmorang (Raja Pande/Lumban Pande, Raja Nahor/Lumban Nahor, Tuan Suhut ni Huta, Raja Ringo

(Siringoringo Raja Dapotan, Siringoringo Pagarbosi, Siringoringo Siagian), Raja Rea/Sipangpang, Tuan Ongar/Rumapea,

Sitohang (Uruk, Tonga-tonga, Toruan], Padang, Solin).


3. Toga Pandiangan (Ompu Humirtap/Pandiangan, Si Raja Sonang (Gultom, Samosir, Pakpahan, dan Sitinjak), Harianja,

dan Sidari).

Toga Samosir: Rumabolon, Rumasidari (Ompu Raja Minar, Ompu Raja Podu, dan Ompu Raja Horis/Harianja).

Toga Gultom ada 4 bagian:

a. Gultom Huta Toruan: Guru Sinaingan.

b. Gultom Huta Pea: Somorong, Si Palang Namora, dan Si Punjung. Si Palang Namora: Tumonggopulo, Namoralontung,

Namorasende (Ompu Jait Oloan) dan Raja Urung Pardosi/Datuk Tambun (Namora So Suharon, Baginda Raja, Saribu Raja

Namora Soaloon, Babiat Gelamun), Pati Sabungan].

c. Gultom Huta Bagot.

d. Gultom Huta Balian.

4. Toga Nainggolan:

a. Toga Sibatu (Sibatuara, Parhusip)

b. Toga Sihombar (Rumana hombar, Lbn. Nahor, Lbn. Tungkup, Lbn. Raja, Lbn. Siantar, Hutabalian, Pusuk, Buaton,

Nahulae).

5. Toga Simatupang (Togatorop, Sianturi, Siburian).

6. Toga Siregar (Silo, Dongoran, Silali/Ritonga/Sormin, Siagian).

7. Toga Aritonang (Ompu Sunggu, Rajagukguk, Simaremare).

8. Siboru Amak Pandan, muli tu Toga Sihombing.

9. Siboru Panggabean, muli tu Toga Simamora.

Você também pode gostar