Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
1. QISY AYU ANDINI (14.401.17.071)
2. YUNI KURNIAWATI (14.401.17.092)
4. Patofisiologi
Reseptor yang menerima perubahan tekanan darah yaitu refleks berreseptor
yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta. Pada hipertensi, karena adanya
berbagai gangguan genetik dan resiko lingkungan, maka terjadi gangguan
neurohormonal yaitu sistem saraf pusat dan sisitem renin-angiotensin-aldosteron,
serta terjadinya inflamasi dan resistensi insulin. Babkan Resistensi insulin dan
gangguan neurohormonal menyebabkan vasokontriksi sistemik dan peningkatan
resistensi perifer. Inflamasi menyebbkan gangguan ginjal yang disertai gangguan
sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA) yang menyebabkan retensi garam dan
air di ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume darah. Peningkatan resistensi
perifer dan volume darah merupakan dua penyebab utama terjadinya hipertensi.
Pusat yang menerima impuls yang dapat mengenali keadaan tekanan darah terletak
pada medula dibatang otak.
Perubahan strutural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya darah, yang pada akhirnya
akan menurunkan kemampuan distensi dan daya rengang pembuluh darah.
konsekuensinya yaitu kemampuan aorta dan arteri besar menjadi berkurang dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan resistensi
perifer . (M. Asikin, dkk, 2016, hal. 77)
Genetik Kebiasaan Hidup Usia Lanjut
Kerusakan vaskular
Hipertensi Tekanan sistemik darah
pembuluh darah
Metode koping
Perubahan situasi Krisis situasional tidak efektif
Perubahan struktur
Resiko ketidakefektifan
Gangguan sirkulasi Otak Suplai O2 ke otak
perfusi jaringan otak
Gambar 1.1 Pathway Hipertensi (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 106)
5. Klasifikasi
Tabel 1.1 Tekanan darah pada orang dewasa (M. Asikin, dkk, 2016, hal. 74)
Klasifikasi Tekanan Darah pada Dewasa
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
Normal ˂ 120 mmHg ˂ 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Tekanan Darah
Kategori Sistolik Diastolik
Normal .> 130 mmHg > 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi sedang 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Hipertensi Berat 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Hipertensi Maligna 210 mmHg/lebih 120 mmHg/lebih
6. Komplikasi
1) Transien iskemik attact (TIA)/stroke ringan
2) Stoke/CVA
3) Gagal jantung
4) Gagal ginjal
5) Infark miokard
6) Distrimia jantung
Komplikasi lainnya jika tekanan darah terus menerus tinggi maka akan
menimbulkan komplikasi pada organ tubuh lainnya. Seperti :
a) Mata : gangguan pada mata biasanya menyebabkan kerusakan sel-sel retina
sehingga jika sangat parah dapat menimbulkan kebutaan. (Sutanto, 2010,
hal. 6)
b) Jantung : gangguan jantung sebagai organ pemompa darah menyebabkan
penyakit jantung koroner dan gagal jantung. (Rini Sulistyowati,
SST.,M.Kes., 2015, hal. 41)
c. Aktivitas kolaboratif
d. Aktivitas lain
e) Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan
tingkat perkembangan pasien
b. Penyuluhan pasien/keluarga
c. Aktivitas kolaboratif
a) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiat yang terjadwal
(mis, setiap 4 jam selama 35 jam) atau PCA
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan
saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri
pasien pada masa lalu
d. Aktivitas lain
h) Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas bukan pada nyeri dan
rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan, melalui televis, radio,
dengan pengunjung
3. Intoleransi Aktivitas
a. Aktivitas keperawatan
Pantau respon oksigen pasien (mis, denyut nadi, irama jantung dan
frekuensi pernapasan) terhadap aktivitas perawatan diri atau aktivitas
keperawatan
Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien serta lamanya waktu tidur
b. Aktivitas Kolaboratif
a) Berikan pengobatan nyeri sebelum aktifitas, apabila nyeri nyeri salah
satu faktor penyebabnya
b) Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisil(mis., untuk latihan
ketahanan), atau reaksi untuk merencanakan program dan memantau
program aktivitas, jika perlu
c) Untuk pasien yang mengalamisakit jiwa, rujuk ke layanan kesehatan
jiwa di rumah
d) Rujuk pasien ke pelayanan kesehartan rumah untuk mendapatkan
pelayanan bantuan perawatan rumah, jika perlu
c) Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diet guna meningkatkan
asupan makanan yang kaya energi
d) Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan
denganpenyakit jantung
c. Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam:
a) Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
b) Mengenali tanda dan gejala Intoleran Aktivitas, termasuk kondisi
yang perlu dilaporkan kepada dokter
c) Pentingnya nutrisi yang baik
d) Penggunaan peralatan, seperti oksigen, selama aktivitas
e) Penggunaan teknik relaksasi (mis., distraksi, visualisasi) selama
aktivitas
f) Dampak Intoleran Aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam
keluarga dan tempat kerja
g) Tindakan untuk menghemat energi, sebagai contoh : menyiapkan alat
atau benda yang sering digunakan di tempat yang mudah dijangkau
d. Aktivitas Lain
a) Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama
periode istirahat
b) Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar,
duduk, berdiri, dan ambulasi, sesuai toleransi
c) Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas jika
tanda-tanda vita tidak dalam rentang normal bagi pasien atau jika ada
tanda-tanda bahwa ativitas tidak dapat ditoleransi (mis, nyeri dada,
pucat, vertigo, dispnea)
d) Rencana aktifitas bersama pasien dan keluarga yang meningkatkan
kemandirian dan ketahanan, sebagai contoh:
1) Anjurkan periode untuk istirahat dan aktivitas secara bergantian
2) Buat tujuan yang sederhana, realistis, dan dapat dicapai oleh pasien
yang dapat meningkatkan kmandirian dan harga diri
Manajement Energi (NIC):
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
2) Rencana aktivitas pada periode saat pasien memiliki energi paling
banyak
3) Bantu dengan aktivitas fisik teratur (mis., ambulasi, berpindah,
mengubah posisi, dan perawatan personal), jika perlu
4) Batasi rangsangan lingkungan(seperti cahaya dan keseimbangan)
untuk memfasilitasi relaksasi
5) Bantu pasien untuk melakukan pemantausan mandiri dengan
membuat dan menggunakan dokumentasi tertulis yang mencatat
asupan kalori dan energi, jika perlu. (Judith M. Wilkinson, 2016,
hal. 15)
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
Caroline Bunker Rosdahl. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.
Judith M. Wilkinson. (2016). Diagnosa Keperawatan . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
M. Asikin, dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Erlangga.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Pikir dkk. (2015). Hipertensi Manajemen Komperhensif. Surabaya: AUP Airlangga University Press.
Rini Sulistyowati, SST.,M.Kes. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Ar Ruzz
Media.
Sutanto. (2010). Cekal ( Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta: CV Andi OFFSET.