Você está na página 1de 8

a.

Analisa Data
N
o Data Etiologi Masalah
.
1. DS: Diabetes Melitus Gangguan
- Klien mengatakan persepsi
penglihatan mata sebelah Kadar glukosa sensori :
kiri kabur dan berawan meningkat dalam penglihatan
- Klien mengatakan sudah darah
2 tahun memiliki riwayat
DM Serbitol menetap
DO: dalam lensa
Pemeriksaan fisik
- Dengan memberi Mata buram seperti
cahaya pada mata kaca susu
terdapat selaput putih
keruh di bagian mata Kekeruhan pada
kiri lensa
- Pemeriksaan visus
mata : 1/20/60 Jalan pembiasan
- Gula darah : 252 cahaya terhambat
mb/dL retina

Penurunan
ketajaman
penglihatan

2. DS: Ansietas
- Klien mengatakan
apakah Katarak
penglihatannya akan
kembali seperti Operasi
semula setelah
operasi Pembedahan
DO: dengan anestesi
- Klien tampak gelisah lokal
- Klien tampak
khawatir Mengganti lensa
- TTV : mata
TD = 130/90 mmHg
RR = 20x/menit Ansietas
Nadi = 88x/menit

3. DS: Katarak Defisit


- Klien mengatakan pengetahuan
tidak tahu kenapa Kurang informasi
sampai mengalami
katarak Kurang
- Klien mengatakan pengetahuan
apakah bisa sembuh
dari penyakitnya

DO:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak
bingung dan sering
bertanya tentang
penyakitnya
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori (visual) berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indra penglihatan ditandai dengan terdapatnya selaput putih
pada lensa mata bagian kiri dan pemeriksaan visus mata:1/2/60 /penurunan
ketajaman penglihatan
2. Anxietas berhubungan dengan kehilangan penglihatan total dan jadwal
pembedahan yang ditandai dengan klien tampak gelisah dan khawatir
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang katarak
ditandai dengan klien tampak bingung dan menanyakan mengenai penyakitnya.
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan sensori Tujuan : Setelah dilakukan  Kaji ketajaman  Untuk mengidentifikasi
(visual) berhubungan tindakan keperawatan selama 1 x penglihatan, catat apakah seberapa penurunan
dengan gangguan 15 menit meningkatkan satu atau dua mata terlibat penglihatan klien dan mata
penerimaan ketajaman penglihatan dalam  Rekomendasikan tindakan yang masih bisa
sensori/status organ batas situasi individu, mengenal untuk memastikan dimaksimalkan
indra penglihatan gangguan sensori dan pencahayaan adekuat  Membantu klien untuk melihat
berkompensasi terhadap diseruluh rumah jelas dan klien dapat
perubahan.  Tingkatkan penglihatan mengidentifikasikan
pasien yang masih tersisa lingkungan sekitar rumah
Kriteria hasil :  Meningkatkan kemandirian
 Klien dapat mengenal pasien walaupun dengan
gangguan sensori dan penurunan penglihatan
berkompensasi terhadap
perubahan.
 Mengidentifikasi/memperba
iki potensial bahaya dalam
lingkungan.
2. Anxietas berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan  Kaji kecemasan yang dialami  Kekhawatiran dan ketakutan akan
dengan kehilangan tindakan keperawatan selama 1 x klien mengakibatkan ansietas klien akan
penglihatan total dan 10 menit kecemasan klien  Beri dorongan kepada klien semakin bertambah
jadwal pembedahan berkurang dengan kriteria hasil: untuk mengungkapkan secara  Menungkapkan secara verbal akan
1. Tingkat ketakutan: verbal pikiran dan perasaan meminimalkan ansietas yang
ketegangan, kegelisahan yang untuk mengekternalisasikan dialami oleh klien
berasal dari sumber dapat ansietas  Informasi akan membuat klien
dikenali  Sediakan informasi faktual lebih tenang dan tidak takut
2. Mencari informasi untuk menyangkut diagnosis, dengan rencana operasi
menurunkan ketakutan perawatan dan prognosis  Teknik relaksasi dapat
3. Menggunakan teknik relaksasi  Instruksikan pasien tentang menurunkan kecemasan klien
untuk menurunkan ketakutan penggunaan tekhnik relaksasi.
3. Defisitpengetahuan Setelah diberikan informasi selama 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengidentifikasi tingkat
berhubungan dengan 10 menit pengetahuan klien klien pengetahuan pasien mengenai
kurangnya informasi mengenai katarak meningkat 2. Berikan informasi kepada penyakit yang dialami
tentang katarak dengan kriteria hasil : klien dan keluarga tentang 2. Informasi yang adekuat dapat
 Knowledge: disease penyakitnya membuat klien mengetahui
process, klien menyatakan 3. Gambarkan tanda dan gelaja kondisi yang sedang dialaminya
pemahaman tentang yang biasa muncul pada
penyakit, kondisi dan penyakit
program pengobatan 4. Gambarkan proses penyakit
 Klien mampu menjelaskan
kembali apa yang telah
dijelaskan
REVIEW JURNAL TERKAIT

1. PENGARUH RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP KECEMASAN KLIEN


PRE OPERASI KATARAK DENGAN ANASTESI LOKAL DI RUANG DAHLIA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE
Pada jurnail ini, peneliti memilih pasien katarak sebagai responden untuk
diberikan relaksasi dengan tujuan mengurangi kecemasan sebelum operasi
dilakukan. Umumnya penderita katarak yang telah dipastikan untuk dilakukan
tindakan operasi akan mengalami goncangan psikologis, diantaranya yaitu adanya
kecemasan, ini merupakan respons individu terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan (Susilowati, 2006). Dikatakan pula bahwa pasien yang akan
menjalani operasi / pembedahan dapat meng-alami kecemasan yang merupakan
reaksi umum terhadap kondisi yang dirasakan sebagai suatu ancaman dalam
perannya didalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupanya itu sendiri.
Pasien yang mengalami kecemasan akan merasa tidak enak dan takut, mengalami
rasa ngeri yang tidak jelas.
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi cemas adalah dengan relaksasi.
Istilah relaksasi sering digunakan untuk menjelaskan aktivitas yang menye-nangkan.
Relaksasi ada beberapa macam, Miltenberger (2004) menge-mukakan 4 macam
relaksasi, yaitu relaksasi otot (progresive muscle relaxation), pernapasan diafrahma
(diaphragmatic breathing), meditasi (attentionfocusing exercises), dan relaksasi
perilaku (behavioral re-laxation training). Pada jurnal ini, teknik relaksasi yang
dilakukan adalah napas dalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik relaksasi napas dalam
secara nyata (signifikan) berpengaruh terhadap tingkat kecemasan klien post operasi
bedah katarak dengan anastesi lokal. Menurut kami, hal ini sesuai dalam konsep
teori bahwa seseorang yang mengalami kecemasan perlu diberikan teknik relaksasi.
Jurnal ini sangat perlu dipublikasikan dan dapat dijadikan sebagai bukti bahwa
teknik relaksasi perlu diberikan tidak hanya kepada pasien pre operasi katarak, tetapi
juga untuk seluruh pasien yang akan menjalani operasi.
Berikut penjelasan mengenai manfaat teknik relaksasi napas dalam bagi
kecemasan seseorang. Latihan relaksasi nafas dalam penting untuk kesehatan fisik
dan mental. Pernafasan yang tepat merupakan penawar stres. Pada saat kita
bernafas, udara dihirup ke dalam melalui hidung dan menyaring kotoran yang
dikeluarkan pada saat menghembuskan nafas. Kedua paru dihubungkan
bronkus yang membawa oksigen ke dalam pembuluh vena dan nadi, warnanya
merah cerah karena mengandung oksigen yang tinggi (±25%). Darah dipompa
keluar oleh jantung melalui pembuluh darah nadi ke kapiler, mencapai semua
bagian tubuh. Jika jumlah udara segar yang masuk paru-paru tidak
mencukupi, darah tidak dioksigenasi sebagaimana mestinya. Hasil pembakaran
yang seharusnya dibuang tetap ada dalam sirkulasi darah. Jika kekurangan
oksi-gen, darah akan berwarna kebiruan serta dapat dilihat melalui warna
kulit yang buruk. Kurangnya oksigen dalam darah memperbesar kemungkinan
terjadinya kecemasan, depresi dan lelah yang sering membuat setiap situasi
stres menjadi lebih sukar diatasi. Oleh karena itu, latihan nafas dalam telah
diketahui efektif menurunkan kecemasan, depresi, sifat cepat marah atau cepat
tersinggung (Davis. M, 1995 ).

2. Terapi Supportif Meningkatkan Motivasi Untuk Melakukan Operasi Katarak Pada


Pasien Katarak Di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember
Katarak adalah penyakit mata yang dapat mengakibatkan kekeruhan pada lensa mata.
Kurangnya motivasi di dalam diri sendiri dan cemas mengakibatkan pasien enggan melakukan
operasi katarak yang dapat menimbulkan angka kebutaan terus meningkat. Hal ini sesuai
dengan kasus yang didapat bahwa pasien dengan preoperasi katarak mengalami kecemasan
untuk melakukan operasi. Terdapat beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan motivasi di dalam diri pasien salah satunya dengan melakukan intervensi terapi
suportif. Terapi suportif mampu menolong individu untuk bisa mempertahankan kondisi
psikologis pasien dalam mengatasi suatu masalah yang sedang dihadapi. Dari hasil penelitian
jurnal di atas salah satu penyebab pasien tidak mau melakukan operasi katarak adalah karena
rasa takut, kurangnya biaya dan kurangnya motivasi internal maupun eksternal yang dapat
mengubah pola pikir negatif mengenai operasi katarak tersebut. Dengan adanya motivasi ini
nanti dapat memicu timbulnya perubahan di dalam individu mengenai penyakit katarak yang
memungkinkan pasien tersebut untuk bertindak atau berbuat lebih baik dengan cara pasien
dapat atau mau melakukan operasi katarak.
Selain itu pemberian terapi suportif ini juga dapat meningkatkan kognitif pasien
karena memberikan informasi mengenai katarak dan membantu seseorang untuk
memberikan arahan kepada pasien yang tidak dapat mengatasi permasalahannya. Terapi
suportif ini terdiri dari tiga prinsip dasar yaitu ekspresi perasaan, dukungan sosial, dan
keterampilan manajemen kognitif. Dukungan sosial dan juga perasaan dapat
memberikan dorongan untuk dapat melakukan sesuatu yang ada pada pasien sehingga
dapat mengembangkan sumber pendukung yang baru pada pasien. Ekspresi dan perasaan
pasien katarak dapat menceritakan apa yang selama ini menjadi kendala belum melakukan
operasi baik dari pengalamanya maupun masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dan
juga terapi suportif dapat meningkatkan kemampuan adaptasi pasien terhadap situasi
kehidupan, membangun kekuatan ego, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah. Hal
tersebut sesuai dengan teori behavioristik bahwa perilaku terbentuk melalui perkaitan antara
stimulus dan respon yang menyebabkan seseorang untuk berubah lebih banyak dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Sehingga dengan begitu ketika pasien diberikan penjelasan mengenai
pentingnya operasi katarak, dan dapat membantu untuk menyelesaikan permasalahan pasien
yang belum melakukan operasi katarak pasien dapat mempunyai motivasi untuk melakukan
operasi.
Tujuan dari terapi suportif ini membantu mengatasi masalah dengan begitu akan
berfokus pada pasien, dan menolong pasien untuk menentukan arah. Dalam pemberian terapi
suportif ini berespon langsung terhadap masalah yang sedang dihadapi pasien saat ini yaitu
takut , tidak mempunyai biaya, tidak mengetahui mengenai katarak untuk melakukan operasi
katarak sehingga pasien dapat menyelesaikan masalah, meningkatkan mekanisme koping
dalam melakukan suatu tindakan, mencegah adanya komplikasi, dan membantu pasien
mengubah pola pikir negatif sehingga pasien mempunyai pemikiran sehat mengenai pentingnya
operasi katarak. Terdapat pengaruh terapi suportif terhadap motivasi melakukan operasi katarak
pada pasien katarak. Terapi suportif ini dapat meningkatakan motivasi. Perawat dapat
melaksanakan intervensi terapi suportif untuk melakukan deteksi kendala dan masalah yang
dialami oleh penderita katarak dan keluarganya sehingga dapat meningkatkan motivasi pasien
untuk menyelesaikan masalahnya.
3. ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K DENGAN GANGGUAN SISTEM SENSORI
VISUAL: PRE DAN POST OPERASI KATARAK DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH BOYOLALI
Dari hasil penelitian tentang asuhan keperawatan dari jurnal tersebut tentang gangguan
system sensori visual disebutkan bahwa pada kasus ditemukan pandangan kabur dan klien
mengatakan cemas menghadapi operasi. Setelah operasi ditemukan adanya nyeri pada luka
operasi. Keluarga juga menanyakan tentang perawatan lanjut setelah operasi. Telah dilakukan
asuhan keperawatan meliputi penanganan gangguan sensori, menghilangkan kecemasan,
mengurangi nyeri, mencegah resiko terjadinya infeksi dan pemberian informasi perawatan
setelah operasi katarak. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan
hasil gangguan sensori penglihatan berkurang, klien sudah tidak cemas, nyeri dirasakan
berkurang dari 5 menjadi 3, infeksi luka tidak terjadi, dan pengetahuan klien tentang perawatan
luka juga meningkat.
Fokus pada gangguan sensori persepsi penglihatan dengan mengungkapkan tidak dapat
melihat jelas, pandangan buram dan tampak berwarna merah. Ketika diajak bicara, klien
tampak melihat tak terarah, klien bingung dalam memfokuskan pandangan. Klien juga tidak
mengetahui keadaan lingkungan disekitarnya.
Maka tindakan yang bisa dilakukan Kaji ketajaman penglihatan; untuk
mengidentifikasi kemampuan visual pasien. Orientasikan pasien akan lingkungan fisik
sekitarnya; untuk meningkatkan kemampuan persepsi sensori. Anjurkan penggunaan
alternative rangsang lingkungan; untuk meningkatkan kemampuan respons stimulus
lingkungan. Cegah sinar yang menyilaukan; untuk mencegah distress. Optimalisasi
lingkungan untuk menurunkkan resiko cedera.

Você também pode gostar