Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia
dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung dengan air demi mempertahankan
hidupnya. Air yang digunakan untuk konsumsi sehari-hari harus memenuhi
standar kualitas air bersih. Kualitas air bersih dapat ditinjau dari segi fisik, kimia,
mikrobiologi dan radioaktif. Namun kualitas air yang baik ini tidak selamanya
tersedia di alam sehingga diperlukan upaya perbaikan, baik itu secara sederhana
maupun modern. Jika air yang digunakan belum memenuhi standar kualitas air
bersih, akibatnya akan menimbulkan masalah lain yang dapat menimbulkan
kerugian bagi penggunanya. Air juga banyak mendapat pencemaran. Berbagai
jenis pencemar air berasal dari:
a. Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan, dan
sebagainya.
b. Sumber non-domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, serta
sumber-sumber lainnya).
Semua bahan pencemar diatas secara langsung ataupun tidak langsung akan
mempengaruhi kualitas air. Berbagai usaha telah banyak dilakukan agar kehadiran
pencemaran terhadap air dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan. Masalah
pencemaran serta efisiensi penggunaan sumber air merupakan masalah pokok. Hal
ini mengingat keadaan perairan-alami di banyak negara yang cenderung menurun,
baik kualitas maupun kuantitasnya (Hanum, 2002).
5. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun,
namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk
industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air
tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar
residu terlarut yang tinggi dalam air.
2.4 Koagulasi
Koagulasi adalah proses mendestabilisasi partikel-partikel koloid sehingga
tubrukan partikel dapat menyebabkan pertumbuhan partikel. Menurut Ebeling dan
Ogden (2004), koagulasi merupakan proses menurunkan atau menetralkan muatan
listrik pada partikel-partikel tersuspensi atau zeta-potential-nya. Muatan-muatan
listrik yang sama pada partikelpartikel kecil dalam air menyebabkan partikel-
partikel tersebut saling menolak sehingga membuat partikel-partikel koloid kecil
terpisah satu sama lain dan menjaganya tetap berada dalam suspense. Proses
koagulasi berfungsi untuk menetralkan atau mengurangi muatan negatif pada
partikel sehingga mengijinkan gaya tarik van der waals untuk mendorong
terjadinya agregasi koloid dan zat-zat tersuspensi halus untuk membentuk
microfloc. Reaksi-reaksi koagulasi biasanya tidak tuntas dan berbagai reaksi-
reaksi samping lainnya dengan zat-zat yang ada dalam air limbah dapat terjadi
bergantung pada karakteristik air limbah tersebut dan akan terus berubah seiring
berjalannya waktu. Semua reaksi dan mekanisme yang terlibat dalam
pendestabilisasian partikel dan pembentukan partikel yang lebih besar melalui
flokulasi perikinetik termasuk sebagai koagulasi.
2.5 Tawas
Tawas atau alum adalah suatu senyawa aluminium sulfat dengan rumus
kimia AL2(SO4).18H2O. Pembuatan tawas dapat dilaksanakan dengan melarutkan
material yang mengandung AL2O3 dalam larutan asam sulfat. Alum adalah garam
sulfat yang mengandung logam bervalensi I dan logam bervalensi III. Alum biasa
ialah kalium aluminat sulfat K[Al(SO4)2.12H2O atau disebut tawas yang
digunakan untuk menjernihkan air.
Alum padat akan langsung larut dalam air tetapi larutannya bersifat korosif
terhadap aluminium, besi, dan beton sehingga tangki-tangki dari bahan-bahan
tersebut membutuhkan lapisan pelindung. Rumus kimia alum adalah
Al2(SO4)3.18H2O tetapi alum yang disuplai secara komersial kemungkinan
hanya memiliki 14 H2O. Ketika ditambahkan ke dalam air, alum bereaksi dengan
air dan menghasilkan ion-ion bermuatan positif. Ion-ion dapat bermuatan +4
tetapi secara tipikal bermuatan +2 (bivalen). Ion-ion bivalen 30-60 kali lebih
efektif dalam menetralkan muatan-muatan partikel dibanding ion-ion yang
bermuatan +1 (monovalen). Pembentukan flok aluminium hidroksida merupakan
hasil dari reaksi antara koagulan yang bersifat asam dan alkalinitas alami air
(biasanya mengandung kalsium bikarbonat).
Al2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 2Al(OH3) + 3CaSO4 + 6CO2
Jika air kurang memiliki kapasitas alkalinitas (buffering capacity), basa
tambahan seperti hydrated lime, sodium hidroksida (soda kaustik) atau sodium
karbonat harus ditambahkan.
Al2(SO4)3 + 3Ca(OH)2 2Al(OH3) + 3CaSO4
Dengan penambahan sodium karbonat:
Al2(SO4)3 + 3Na2CO3 + 3H2O 2Al(OH3) + 3Na2SO4 + 3CO2
1 mg/L alum bereaksi dengan 5,3 mg/L alkalinitas (CaCO3). Jadi jika
tidak ada basa yang ditambahkan, alkalinitas akan turun dan terjadi penurunan pH.
Flok aluminium hidroksida tidak dapat larut pada rentang pH yang relatif sempit,
dan akan bervariasi tergantung air yang diolah. Oleh karenanya, kontrol pH
menjadi penting dalam koagulasi, tidak hanya untuk menyisihkan kekeruhan dan
warna, tetapi juga untuk menjaga residu terlarut tetap berada dalam jumlah
minimum untuk membantu sedimentasi. Nilai pH optimum koagulasi sebaiknya
dijaga dengan menambahkan asam seperti asam sulfat, tidak dengan
menambahkan koagulan yang berlebih. pH optimum untuk koagulasi
menggunakan alum, sangat tergantung pada karakteristik air yang diolah, biasanya
berada dalam rentang 5-8.
2.6 Parameter TSS,TDS dan TS
Ada beberapa parameter yang dibutuhkan untuk menentukan kelayakan air:
1. Total Dissolved Solid (TDS)
TDS adalah jumlah material yang terlarut di dalam air. Material ini dapat
berupa karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium, magnesium,
natrium, ion-ion organik, senyawa koloid dan lain-lain (WHO, 2003). TDS dapat
digunakan untuk memperkirakan kualitas air minum, karena mewakili jumlah ion
di dalam air. Nilai baku mutu air terhadap parameter uji TDS yang diperbolehkan
menurut standar nasional adalah 1000 mg/L (Kementerian Kesehatan, 2010).
Untuk mengetahui nilai TDS dapat digunakan berbagai teknik pengukuran.
Alat standar yang digunakan adalah TDS meter, namun harganya mahal dan
proses pengukurannya lama. Hal ini mendorong beberapa peneliti untuk
mengembangkan alat pengukur TDS yang lebih murah dan dengan data real time.
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur TDS dalam air adalah:
a. Gravimetri merupakan metode pengukuran TDS yang paling akurat
dibandingkan metode yang lainnya, sebab keakuratannya bisa sampai
0.0001 gram. Metode gravimetri dilakukan dengan cara memanaskan
sampel sampai cairan sampel diuapkan hingga tersisa residu yang kemudian
ditimbang secara langsung dengan menggunakan neraca digital. Dengan
demikian didapatkan hasil TDS dari sampel tersebut (Devi et al., 2013).
b. Konduktivitas listrik adalah ukuran kemampuan suatu bahan untuk
menghantarkan arus listrik. Konduktivitas Listrik air secara langsung
berhubungan dengan konsentrasi padatan terlarut yang terionisasi dalam air.
Konduktansi (G) merupakan kebalikan dari resistansi (R). Setiap bahan
mempunyai sifat tertentu yang diungkapkan sebagai hambatan jenis (ρ),
dengan satuan ohm meter.
2. Total Suspended Solid (TSS)
Padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air akibat padatan tidak
terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. TSS terdiri dari partikel-partikel
yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat,
bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya.
TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen,
dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat
menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan dan
Edward, 2003). Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih
dalam tidak berlangsung efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi,
sehingga fotosintesis tidak berlangsung sempurna. TSS umumnya dihilangkan
dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan
dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan.
Oleh karena itu nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS.
Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan
cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam
sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran
akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi.
Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg/L dari fine talcum powder akan
memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang mengandung
1.000 mg/L coarsely ground talc. Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan
yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 ml/L ground pepper.
Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama.
Perbedaan antara padatan tersuspensi total (TSS) dan padatan terlarut total
(TDS) adalah berdasarkan prosedur penyaringan. Padatan selalu diukur sebagai
berat kering dan prosedur pengeringan harus diperhatikan untuk menghindari
kesalahan yang disebabkan oleh kelembaban yang tertahan atau kehilangan bahan
akibat penguapan atau oksidasi.
(2.1)
Dengan:
A = berat kertas saring + residu kering (mg)
B = berat kertas saring (mg)
V = volume (mL)
3. Air laut atau air garam hal ini bisa menyebabkan errror pada hasil pengukuran
4. Air accu, alcohol dan air lainnya yang tidak masuk dalam range pengukuran
alat ini
3. Air Bersih untuk keperluan MCK ( mandi cuci kakus ) TDS yang ideal adalah
100 – 200 ppm
DAFTAR PUSTAKA
Devi Luh PWK. Dharma P. dan Bawa P. 2013. Efektifitas Pengolahan Air
Reklamasi di Instalasi Pengolahan Air Limah Suwung Denpasar Ditinjau
dai kandungan Kekeruhan, Total Zat terlarut (TDS), dan Total Zat
Tersuspensi (TSS). Jurnal Kimi, Vol 7 No. 1. Hal 64-74.
Hanum, F, 2002, Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air Minum,
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara
Mayasari, Bety, 2007, ”Pengaruh Jenis Inlet dan Bentuk Outlet Bak
Prasedimentasi Rectangular Terhadap Kinerja Bak Prasedimentasi
Rectangular”, Skripsi, Jurusan Teknik Lingkungan, ITS, Surabaya.
McCabe. W.L, Smith, J.C. Harriott, P. 1990. Operasi Teknik Kimia. Jilid 2. Edisi
keempat. Diterjemahkan oleh E. Jasjfi. Erlangga. Jakarta.