Você está na página 1de 14

URAIAN ATRIBUT NASIONAL

LAGU KEBANGSAAN INDONESIA

UU No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan ini disahkan pada 9 Juli 2009. UU 24/2009 ini secara umum
memiliki 9 Bab dan 74 pasal yang pada pokoknya mengatur tentang praktik
penetapan dan tata cara penggunaan bendera, bahasa dan lambang negara, serta
lagu kebangsaan berikut ketentuan – ketentuan pidananya. Setidaknya ada tiga
hal tujuan dari dibentuknya UU No 24 Tahun 2009 ini adalah untuk (a)
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia; (b) menjaga kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan (c) menciptakan ketertiban, kepastian,
dan standarisasi penggunaan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan.

UUD 1945 sudah mengatur berbagai hal yang menyangkut tentang bendera,
bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan, yaitu dalam Pasal 35, Pasal
36 , Pasal 36A , Pasal 36B dan untuk implementasinya kedalam UU
diperintahkan melalui Pasal 36 C. Namun demikian Bendera, bahasa, dan
lambang negara serta lagu kebangsaan hingga kini belum diatur secara lengkap
dalam sebuah UU. Selama ini pengaturan tentang bendera, bahasa, lambang
negara, serta lagu kebangsaan diatur dalam beragam peraturan perundang-
undangan antara lain (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang
hanya mengatur tentang kejahatan (tindak pidana) yang menggunakan Bendera
Sang Merah Putih; penodaan terhadap bendera negara sahabat; penodaan
terhadap Bendera Sang Merah Putih dan Lambang Negara Garuda Pancasila;
serta pemakaian Bendera Sang Merah Putih oleh mereka yang tidak memiliki hak
menggunakannya seperti terdapat pada Pasal 52a; Pasal 142a; Pasal 154a; dan
Pasal 473.; (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar
Pendidikan dan Pengajaran di sekolah (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor
550), Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954 tentang Pernyataan Berlakunya
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 dari Republik Indonesia dahulu tentang
Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah Untuk Seluruh Indonesia
(Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor
550), Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi
(Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 302, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2361), Undang- Undang Nomor 14 PRPS Tahun 1965 Nomor 80), Undang-
Undang Nomor 19 PNPS Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 81), Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 1989
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3390) jo. Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Kesatuan
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301); (3) Peraturan Pemerintah Nomor
66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara; (4) Peraturan Pemerintah Nomor 40
Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia (Lembaran Negara
Tahun 1958 No.68); (5) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1958 tentang
Penggunaan Bendera Kebangsaan Asing (Lembaran Negara Tahun 1958 No.69);
(6) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1958 tentang Panji dan Bendera
Jabatan; (7) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1958 tentang Penggunaan
Lambang Negara; (8) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1958 tentang Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya; dan (9) Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun
1990 tentang Ketentuan Keprotokolan Mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, dan
Tata Penghormatan.

Undang-Undang ini diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait


dengan praktik penetapan dan tata cara penggunaan bendera, bahasa dan lambang
negara, serta lagu kebangsaan dan mengatur tentang berbagai hal yang terkait
dengan penetapan dan tata cara penggunaan bendera, bahasa, dan lambang
negara, serta lagu kebangsaan, termasuk di dalamnya diatur tentang ketentuan
pidana bagi siapa saja yang secara sengaja melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan yang terdapat di dalam Undang-Undang ini.

Namun ada beberapa hal yang patut dicermati dalam UU ini terutama dalam hal
tindak pidananya silahkan lihat pada uraian dibawah ini di bawah ini:

Lagu Kebangsaan

Pasal 64 a jo Pasal 70

Setiap orang dilarang: (a) mengubah Lagu Kebangsaan dengan nada, irama, kata-
kata, dan gubahan lain dengan maksud untuk menghina atau merendahkan
kehormatan Lagu Kebangsaan dipidana dengan dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00

Pasal 64 b atau c jo Pasal 71

Setiap orang dilarang: (b) memperdengarkan, menyanyikan, ataupun


menyebarluaskan hasil ubahan Lagu Kebangsaan dengan maksud untuk tujuan
komersial; atau (c) menggunakan Lagu Kebangsaan untuk iklan dengan maksud
untuk tujuan komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun dan
denda paling banyak Rp. 100.000.000,00

Dalam pandangan saya, UU ini mempunyai keanehan tersendiri, misalkan


pengaturan tindak pidana dalam penggunaan bendera, ketentuan lama dalam
Pasal 154 a KUHP malah tidak dicabut padahal ketentuan ini pada pokoknya
mempunyai kemiripan pada Pasal 24 a UU 24/2009. Hal ini dapat menyebabkan
duplikasi tindak pidana hanya menyangkut persoalan perumusan norma delik
yang sama
Ketentuan pidana dalam UU 24/2009 juga mempunyai gejala over kriminalisasi
tanpa mempertimbangkan kondisi ekonomi, sosial, budaya, dan daya kreativitas
dari masyarakat seperti mengkriminalkan tindakan mengibarkan Bendera Negara
yang rusak, robek, luntur, kusut, atau kusam, mengkriminalkan tindakan
menggunakan Lambang Negara yang rusak dan tidak sesuai dengan bentuk,
warna, dan perbandingan ukuran dan juga mengkriminalkan kreativitas seperti
pada tindakan mengubah Lagu Kebangsaan dengan nada, irama, kata- kata, dan
gubahan lain dengan maksud untuk menghina atau merendahkan kehormatan
Lagu Kebangsaan

Selain itu terdapat perbedaan dalam perumusan norma ancaman pidana seperti
dalam tindakan memakai Bendera Negara untuk reklame atau iklan komersial
atau adlam tindakan memperdengarkan, menyanyikan, ataupun

menyebarluaskan hasil ubahan Lagu Kebangsaan dengan maksud untuk tujuan


komersial; atau tindakan menggunakan Lagu Kebangsaan untuk iklan dengan
maksud untuk tujuan komersial. Tidak diperoleh keterangan kenapa terdapat
perbedaan perumusan norma ancaman pidana tersebut.

Secara umum, saya berpandangan maksud dan tujuan pengaturan penggunaan


bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaan mempunyai maksud yang
baik namun tetap masih sangat kental terhadap gejala over kriminalisasi dan
ketiadaan landasan filosofis dalam perbedaan perumusan norma ancaman pidana

Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1958

BAB I

Pasal 1

(1) Lagu Kebangsaan Republik Indonesia, selanjutnya disebut "Lagu


Kebangsaan", ialah lagu Indonesia Raya.

(2) Lagu Kebangsaan tersebut dan kata-katanya ialah seperti tertera pada
lampiran-lampiran Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 2.

(1) Pada kesempatan-kesempatan di mana diperdengarkan Lagu Kebangsaan


dengan alat-alat musik, maka lagu itu dibunyikan lengkap satu kali, yaitu satu
strofe dengan dua kali ulangan.
(2) Jika pada kesempatan-kesempatan Lagu Kebangsaan dinyanyikan, maka lagu
itu dinyanyikan lengkap satu bait, yaitu bait pertama dengan dua kali ulangan.
(3) Jika dalam hal terse but pada ayat 2 di atas, Lagu Kebangsaan dinyanyikan
seluruhnya, yaitu tiga bait, maka sesudah bait yang pertama dan sesudah bait
yang kedua dinyanyikan ulangan satu kali dan sesudah bait penghabisan
dinyanyikan ulangan satu kali dan sesudah bait penghabisan dinyanyikan
ulangan dua kali.
BAB II

PENGGUNAAN LAGU KEBANGSAAN

Pasal 3.

Lagu Kebangsaan digunakan sesuai dengan kedudukannya sebagai Lagu


Kebangsaan Republik Indonesia.

Pasal 4.

(1) Lagu Kebangsaan diperdengarkanfdinyanyikan :


a) Untuk menghormat Kepala NegarafWakil Kepala Negara.
b) Pada waktu penaikanfpenurunan Bendera Kebangsaan yang diadakan
dalam upacara, untuk menghormat Bendera itu.

c) Untuk menghormat negara asing.


(2) Lagu Kebangsaan dapat pula diperdengarkanfdinyanyikan:
a) Sebagai pernyataan perasaan nasional.
b) Dalam rangkaian pendidikan dan pengajaran

Pasal 5.

Dilarang :

a) Menggunakan Lagu Kebangsaan untuk reklame dalam bentuk apapun juga.

b) Menggunakan bagian-bagian daripada Lagu Kebangsaan dalam gubahan


yang tidak sesuai dengan kedudukan Lagu Indonesia Raya sebagai lagu
kebangsaan.
BAB III

PENGGUNAAN LAGU KEBANGSAAN BERSAMA-SAMA DENGAN


LAGU KEBANGSAAN ASING

Pasal 6.

(1) Apabila untuk Kepala NegarajKepala Pemerintah negara asing


diperdengarkan lagu kebangsaan negara asing, maka lagu kebangsaan
negara asing itu diperdengarkan lebih dahulu, kemudian diperdengarkan
"Indonesia Raya".
(2) Pada waktu Presiden menerima Duta Besar Negara Asing dalam upacara
penyerahan surat kepercayaan, maka lagu kebangsaan negara asing itu
diperdengarkan pada saat Duta Besar itu tiba, sedang "Indonesia Raya"
diperdengarkan pada saat Duta Besar itu akan meninggalkan Istana.
(3) Jika pada suatu pertemuan, yang diadakan oleh kepala perwakilan negara
asing dan dikunjungi oleh Kepala Negara/Wakil Kepala Negara Republik
Indonesia, diperdengarkan lagu kebangsaan pada kedatangan/
keberangkatannya, maka "Indonesia Raya" diperdengarkan lebih dahulu
daripada lagu kebangsana negara asing.

(4) Jika pada suatu pertemuan diadakan toast untuk menghormat kepala
sesuatu negara, maka sesudah toast itu dengan segera diperdengarkan lagu
kebangsaan negara itu.
BAB IV

PENGGUNAAN LAGU KEBANGSAAN NEGARA ASING SENDIRI

Pasal 7 .

(1) Dalam suatu pertemuan yang bersifat tertutup, lagu kebangsaan negara
asing boleh diperdengarkanjdinyanyikan sendiri tidak dengan izin seperti
dimaksud dalam ayat 2.
(2) Dalam suatu Pertemuan yang dapat dilihat oleh umum, lagu kebangsaan
negara asing tidak boleh diperdengarkim/dinyanyikan sendiri jika tidak
didapat izin lebih dahulu dari Kepala Daerah setempat yang tertinggi.
(3) Dalam suatu pertemuan, baik umum mapun tertutup, yang dihadiri oleh
penjabat-penjabat negara Republik Indonesia yang diundang sebagai
penjabat negara, lagu kebangsaan negara asing tidak boleh diperdengarkan
sendiri, melainkan harus diperdengarkan pula lagu kebangsaan "Indonesia
Raya".

PENJELASAN

PERATURAN PEMERINTAH NO. 44 TAHUN 1958


TENTANG LAGU KEBANGSAAN INDONESIA RAYA

PENJELASAN UMUM

Tentang lagu kebangsaan, Undang~undang Dasar Sementara Republik Indonesia


dalam pasal 3 ayat 2 hanya memuat kalimat "Lagu Kebangsaan ialah lagu
Indonesia Raya". Penunjukan yang sangat singkat ini terjadi, karena dianggap
telah diketahui oleh umum bahwa lagu Indonesia Raya ialah lagu Indonesia Raya
ciptaan Wage Rudolf Supratman yang untuk pertama kali dinyanyikan di muka
umum di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 1928 waktu diadakan Kongres Pemuda
Seluruh Indonesia di kota itu.
Untuk mencapai keseragaman, perlu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
bagaimana nada-nada, irama, iringan, katakata dan gubahan-gubahan lagu itu.

Perlu pula ditetapkan waktu dan cara-cara penggunaannya, baik sendiri maupun
bersama-sama lagu kebangsaan asing, sesuai dengan derajatnya.

PENJELASAN PASAL DEMl PASAL

Pasal 1

(1) Yang dimaksud ialah lagu itu setelah dalam tahun 1943 dirobah oleh Panitia
Peninjauan lagu Indonesia Raya.
(2) Lampiran-lampiran itu berisikan:
I. Lagu Indonesia Raya untuk nyanyian (lengkap 3 bait).
II. Partitur lagu Indonesia Raya untuk orkes simfoni.
III. Partitur lagu Indonesia Raya untuk orkes harmoni, beserta
IIIA. 43 lembar untuk perlengkapan keperluan alat-alat musik yang
bersarigkutan .

IV. Partitur lagu Indonesia Raya untuk orkes fanfare,.

V. Partitur lagu Indonesia Raya untuk iringan piano,

Pasal 2.

Untuk mencapai keseragaman penggunaan.

Pasal 3.

Lagu Kebangsaan adalah suatu lambang negara yang hams dihormati setinggi-
tingginya.
Pasal 4. (1)

a) Penghormatan ini dilakukan pada kesempatan-kesempatan yang


diadakan oleh Pemerintah dan oleh umum, misalnya Presiden/Wakil
Presiden mengunjungi D.P.R. pada upacara pemberian amanat oleh
Presiden, pertemuan-pertemuan, peringatan-peringatan yang diadakan
oleh badan pemerintahan, pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh
badan-badan partikelir seperti kongres dan sebagainya. Lain daripada itu
juga kunjungan PresidenfWakil Presiden ke daerah pada waktu beliau di
daerah dan pada waktu meninggalkan daerah itu.

b) Misalnya pada peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus waktu mengerek


Bendera Kebangsaan dan pada pertemuan-pertemuan lain di mana
diadakan upacara penaikan Bendera Kebangsaan.
Harus diusahakan upaya penggunaan Lagu Kebangsaan tidak berlebih-
lebihan, jadi misalnya apabila pada suatu upacara yang dihadliri oleh
PresidenjWakil Presiden direncanakan penaikan Bendera Kebangsaan
dengan upacara, maka Lagu Kebangsaan hanya diperdengarkan pada
upacara penaikan Bendera Kebangsaan itu dan pada saat PresidenjWakil
Presiden meninggalkan tempat.
c) Yang dimaksud di sini ialah penghorman, misalnya yang diadakan pada
waktu: ada kunjungan Kepala Negara atau Kepala Pemerintah Negara
asing; ada kunjungan rombongan at au perutusan yang mewakiH negara
asing; diadakan penyerahan surat kepercayaan oleh Duta Besar negara
asing kepada Kepala Negara; diadakan toast timbal-balik oleh wakil
negara kita dan wakil negara asing, untuk menghormat kepaia negara
asingjkepala negara Republik Indonesia. Dalam hal-hal tersebut di atas
lagu-Iagu kebangsaan negara asing dan negara kita diperdengarkan
berganti-ganti.
a) Yang dimaksud ialah misalnya jika pada pertemuan umum oleh hadlirin
sebagai pernyataan perasaan nasional dengan sepontan dinyanyikan
Lagu Kebangsaan.
b) Yang dimaksud ialah pendidikan umum dan pendidikan dan pengajaran
di sekolah.

Pasal 5.

a) Yang dimaksud ialah reklame untuk memperbesar keuntungan dagang dalam


segala bentuk.
b) Mitsalnya tidak boleh mempergunakan dalam musik dansah, mars, dan
sebagainya, bagian-bagian yang menurut kesan pertama nyata adalah bagian-
bagian dari Lagu Kebangsaan.

Pasal 6

Tidak memerlukan penjelasan.

Pasal 7.

Tidak memerlukan penjelasan.

Pasal 8

(1) Untuk menjaga kehormatanLagu Kebangsaan.


(2) Untuk menjaga keseragaman dalam penggunaan Lagu Kebangsaan.
Pasal 9.

Penghormatan ini perlu diatur, agar ada kepastian dan pula untuk mendidik ke
arah penghormatan terhadap Lagu Kebangsaan.
Pasal 10

(1) Hukuman perlu diadakan atas pelanggaran-pelanggaran terhadap Lagu


Kebangsaan.
(2) Berhubung dengan sifatnya, maka pelanggaran ini dip andang sebagai
pelanggaran (overtreding).
DAFTAR PUSTAKA

https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/pp_44_1958.pdf

http://limc4u.com/blog/pasal-36-36a-36b-dan-36c-uud-1945-2/

https://anggara.org/2009/08/12/mencermati-uu-no-24-tahun-2009-tentang-
bendera-bahasa-dan-lambang-negara-serta-lagu-kebangsaan/
PENDIDIKAN PANCASILA

Disusun Oleh :
Nama : 1. Agus Irawan (061640411588)
2. Mitha Pratiwi (061640411600)
3. Muhamad Azwar (061640411601)
4. Nur Aina (061640411602)
5. Siti Nurhidayati (061640411607)
6. Tamara Chosyatillah (061640411608)
Kelas : 4 EGB
Dosen Mata Kuliah : Fransisca Ully M, S.Sos.,M.Hum

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2018

Você também pode gostar