Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH:
RANTI ANGGASARI
1841312084
a. Defenisi
Ginjal merupakan salah satu organ utama sistem perkemihan yang berfungsi
menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Seperti yang
diketahui, setelah sel-sel tubuh mengubah makanan menjadi energi maka akan
dihasilkan pula sampah sebagai hasil sampingan dari proses metabolisme tersebut yang
harus dibuang segera agar tidak meracuni tubuh melalui ginjal bersama urin dan sisanya
melalui kulit dibawah keringat (Syaifuddin, 2011). Selain itu ginjal berfungsi mengatur
cairan dalam tubuh, mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan
keseimbangan ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit), mengatur
keseimbangan asam basa tubuh, serta menyaring zat-zat buangan yang dibawa darah
agar darah tetap bersih, dan membuang sampah metabolic tersebut agar sel-sel tubuh
memburuk akibat keracunan. Zat-zat tersebut berasal dari proses normal pengolahan
makanan yang dikonsumsi, dan dari pemecahan jaringan otot setelah melakukan suatu
kegiatan fisik. Tubuh akan memakai makanan sebagai energi dan perbaikan jaringan
sel tubuh. Setelah tubuh mengambil secukupnya energi maka sisanya akan dikirim ke
dalam darah untuk kemudian disaring diginjal. Selain itu ginjal juga dapat berfungsi
untuk mengekresi hormon renon yang berperan dalam mengatur tekanan darah,
membentuk eritropoiesis, dan membentuk dihidroksikolekalsiferol (Vit. D) yang
diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di usus (Syaifuddin, 2011).
Gagal ginjal kronik dapat diartikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi selama
lebih dari 3 bulan yang didasari atas kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal
seperti proteinuria. Diagnosis penykit ginjal kronik berasal dari laju filtrasi glomerulus
(LFG) kurang dari 45 ml/menit/1,73m² (The Australian Kidney Foundation).
Klasifikasi penyakit ginjal kronik dberdasarkan derajat penyakit dan etiolog yang
dibuat atas dasar LFG. Penghitungan menggunakan rumus Kockcroft-Gault :
LFG (ml/menit/1,73m²) = ( 140 – umur ) x berat badan*)
b. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronis yaitu umumnya penyakit-penyakit yang ada dari
pasien terdahulu seperti (The Australia Kidney Foundation, 2015 ):
1) Gangguan endokrin seperti komplikasi DM, DM tipe 1, dan DM tipe 2
2) Penyakit jaringan ginjal kronis seperti glomerulonefritis. Glomerulonefritis ataU
radang pada glomerulus (unit penyaring ginjal) dapat merusak ginjal, sehingga ginjal
tidak bisa lagi menyaring zat-zat sisa metabolisme tubuh dan menjadi penyebab
gagal ginjal.
3) Infeksi kronis, misalnya pielonefritis dan tuberkulosis. Pielonefritis adalah infeksi
bakteri pada salah satu atau kedua ginjal.
4) Kelainan bawaan seperti kista ginjal.
5) Obstruksi ginjal, misalnya batu ginjal.
Penyakit vaskuler seperti nefrosklerosis dan hipertensi. Nefrosklerosis maligna
adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi (hipertensi
maligna), maligna atau penurunan tekanan darah yang berlebihan menyebabkan
aliran darah ginjal berkurang sehingga arteri-arteri yang terkecil (arteriola) di
dalam ginjal mengalami kerusakan dan dengan segera terjadi gagal ginjal.
6) Penyakit jaringan pengikat misalnya lupus. Lupus ini terjadi ketika antibodi dan
komplemen terbentuk di ginjal yang menyebabkan terjadinya proses peradangan
yang biasanya menyebabkan sindrom nefrotik (pengeluaran protein yang besar) dan
dapat cepat menjadi penyebab gagal ginjal.
7) Obat-obatan yang merusak ginjal misalnya pemberian terapi aminoglikosida dalam
jangka panjang
Semua faktor tersebut akan merusak jaringan ginjal secara bertahap dan
menyebabkan gagalnya ginjal. Apabila seseorang menderita gagal ginjal akut yang
tidak memberikan respon terhadap pengobatan, maka akan terbentuk gagal ginjal
kronik.
c. Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang banyak ditemukan pada pasien dengan gagal ginjal kronis didasarkan
pada penyakit yang mencadi penencetus seperti (Jhonson, 2010):
1) Kardiovaskuler: hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, dan sakrum), periorbital
edema, perikardial friction rub, vena jugularis membesar, perikarditis, efusi
perikardium, tamponade perikardium, hiperkalemia, hiperlipidemia. Hipertensi
terjadi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktifitas sistem renin-
angiotensin-aldosteron. Nyeri dada dan sesak nafas timbul karena perikarditis, efusi
perikardial, penyakit jantung koroner (akibat aterosklerosis yang timbul dini), dan
gagal jantung (akibat penimbunan cairan dan hipertensi). Serta gangguan irama
jantung terjadi karena adanya aterosklerosis dini, gangguan elektrolit dan klasifikasi
metastastik.
2) Integumen: warna kulit pucat, kulit kering bersisik, pruritus parah akibat toksin
uremik dan pengendapan kalsiun di pori-pori kulit, ekimosis terjadi karena gangguan
hematologi, purpura, kuku rapuh dan tipis, urea frost yaitu terbentuknya kristal-
kristal putih pada glabela akibat penumpukan kalsium. Kulit berwarna pucat akibat
anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan urochrome.
3) Paru-paru: crackles tebal, dahak pekat, reflek batuk memberat, nyeri pleuritik, sesak
nafas, takipnea, respirasi kusmaul, pneumonitis uremiic
4) Gastrointestinal: bau nafas amonia seperti bau logam, sariawan dan pendarahan,
anoreksia, mual muntah, sembelit atau diare, perdarahan saluran cerna.
5) Neurologis: lemah dan kelelahan, kebinguan, ketidakmampuan berkonsentrasi,
disorientasi, tremor, kejang, gelisah, restless leg syndrome (penderita merasa pegal
di tungkai bawah dan selalu menggerakkan kakinya), burning feet syndrome
(kesemutan dan seperti terbakar, terutama di telapak kaki), perubahan perilaku
6) Muskuloskeletal: ketidakseimbangan mineral dan hormon menyebabkan otot dan
tulang terasa sakit, kehilangan tulang, mudah patah, deposit kalsium di dalam otak,
kram otot, kehilangan kekuatan otot, osteodistrofi renal.
7) Hematologi: anemia normokrom, normositer, berkurangnya produksi eritropetin
sehingga rangsangan eritropoesis pada sumsum tulang menurun, hemolisis karena
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana toksik uremia, defisiensi besi dan
asam folat akibat nafsu makan yang berkurang, perdarahan pada saluran pncernaan,
fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroit sekunder, gangguan fungsi trombosit
dan trombositopenia, masa pendarahan memanjang, perdarahan akibat agregasi &
adhesi trombosit yang berkurang serta menurunnya faktor trombosit III ADP
(adenosine fosfat), gangguan leukosit dan hipersegmentasi lekosit, fagositosis dan
kemotaksis berkurang sehingga memudahkan timbulnya infeksi.
8) Endokrin: gangguan seksual [libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki
akibat produksi testoseron dan spermatogenesis yang menurun, juga dihubungkan
dengan metabolit tertentu (zink, hormon paratiroit). Pada wanita timbul gangguan
menstruasi, gangguan ovulasi sampai ameorrhoe], gangguan toleransi glukosa,
gangguan metabolisme lemak, gangguan metabolisme vitamin D.
9) Gangguan lainnya:
Asam basa : asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik sebagai hasil
metabolisme.
Elektrolit : hipokalsemia, hiperfosfatemia, hiperkalemia. Karena pada gagal ginjal
kronik telah terjadi gangguan keseimbangan homeostatik pada seluruh tubuh maka
gangguan pada suatu sistim akan mempengaruhi sistim lain, sehingga suatu
gangguan metabolik dapat menimbulkan kelainan pada berbagai sistem / organ
tubuh.
Energi cukup yaitu 30-35 kkal/kg BB. Asupan energi haruslah optimal dari
golongan bahan makanan non protein. Ini dimaksudkan untuk mencegah
gangguan protein sebagai sumber energi, bahan-bahan ini biasa diperoleh
dari minyak, mentega, margarin, gula, madu, sirup, jamu dan lain-lain.
Protein 0,75-1,0 g/kg BB. Pembatasan protein dilakukan berdasarkan berat
badan, derajat insufisiensi renal, dan tipe dialisis yang akan dijalani. Protein
hewani lebih dianjurkan karena nilai biologisnya lebih tinggi ketimbang
protein nabati. Mutu protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam
amino esensial murni.
1. Diet protein rendah I : 30 g protein, untuk BB 50 kg.
2. Diet protein rendah II : 35 g protein, untuk BB 60 kg.
3. Diet protein rendah III : 40 g protein, untuk BB 65 kg
Sumber protein ini biasanya dari golongan hewani seperti telur, daging,
ayam, ikan, susu, dan lain dalm batas normal. Untuk meningkatkan kadar
albuminnya diberikan bahan makanan tambahan misalnya ekstrak lele atau
dengan putih telur 4 kali sehari.
Lemak 20-30 % dari total kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak
jenuh ganda
Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang
berasal dari protein dan lemak. Karbohidrat yang diberikan pertama adalah
karbohidrat kompleks.
Natrium yang diberikan antara 1-3 g. Pembatasan natrium dapat membantu
mengatasi rasa haus sehingga dapat mencegah kelebihan asupan cairan.
Bahan makanan tinggi natrium yang tidak dianjurkan adalah bahan makanan
yang dikalengkan. Garam natrium yang ditambahkan ke dalam makanan
seperti natrium bikarbonat atau soda kue, natrium benzoate atau pengawetan
buah, natrium nitrit atau sendawa yang digunakan sebagai pengawet daging
seperti pada “corner beff”.
Kalium dibatasi yaitu 40-70 mEq, apabila ada hiperkalemia (kalium daarah
> 5,5 mEq), oligura, atau anuria. Makanan tinggi kalium adalah umbi, buah-
buahan, alpukat, pisang ambon, mangga, tomat, rebung, daun singkong, daun
papaya, bayam, kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai.
Kalsium dan Phospor hendaknya dikontrol keadaan hipokalsium dan
hiperphosphatemi, ini untuk menghindari terjadinya hiperparathyroidisme
dan seminimal mingkin mencegah klasifikasi dari tulang dan jaringan tubuh.
Asupan phosphor 400 – 900 ml/hari, kalsium 1000 – 1400 mg/hari.
Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran
cairan melalui keringat dan pernapasan ( ± 500 ml/jam )
Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat , vitamin
C, dan vitamin D.
Sumber vitamin dan Sayuran dan buah, kecuali pasien Kelapa, santan, minyak kelapa;
mineral dengan hiperkalemia dianjurkan margarin, mentega biasa dan
yang mengandung kalium rendah lemak hewan.
/ sedang.
f. Komplikasi
1) Hiperkalemia
2) Edema paru
3) Asidosis
4) Ensefalopati
5) Anemia
g. WOC
Terlampir
2. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas pasien: usia pasien GGK rata-rata >50 tahun dan cenderung perempuan
yang terkena
2) Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan
klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ada tidaknya keluarga yang mengalami gangguang ginjal seperti polikistik ginjal
4) Fungsional gordon
- Persepsi dan penanganan kesehatan
Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis
heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi. Riwayat terpejan pada toksin, contoh
obat, racun lingkungan. Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang dan
reaksinya
- Nutrisi / metabolik
Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi).
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
(pernapasan amonia) Penggunaan diuretik Distensi abdomen/asites, pembesaran
hati (tahap akhir) Perubahan turgor kulit/kelembaban. Ulserasi gusi, pendarahan
gusi/lidah. Pola makan sehari-hari tergagnggu.
- Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut).
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi. Perubahan warna urine, contoh kuning
pekat, merah, coklat, oliguria.
- Aktifitas / olahraga
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia / gelisah atau
somnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
- Istirahat / tidur
Tergagnggunya tidur karena proses penyakit membuat pasien tidak nyaman
- Kognitif / persepsi
Sakit kepala, penglihatan kabur. Gangguan status mental, contah penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang.
Peran hubungan. Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki
- Seksualitas / reproduksi
Penurunan libido, amenorea, infertilitas
- Koping / toleransi stress
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran biasanya dalam keluarga.
- Keyakinan / nilai
Agama dan budaya agama dalam meningkatkan derajat kesehataan
5) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
Umumnya pasien dalam tingkat kesadaran stupor, tekanan darah meningkat, nadi
meningkat, pernafasan meningkat, suhu juga meningkat karena tidak ada
produksi darah sehingga pertahanan tubuh menurun
- Kepala
Rambut kering dan mudah patah, perubahan warna, dan mudah rontok.
- Wajah
Terdapat seperti kupu-kupu pada wajah
- Mata
Mengalami penurunan penglihatan, konjungtiva anemis
- Hidung
Tidak ada polip, simetris kiri kanan, dipsnea, kussmaul breathing
- Telinga
Simetris kiri kanan,
- Mulut
Mukosa bibir kering kering, nafas bau amonia
- Leher
Terlihat vena jugularis
- Dada
- Jantung
I : ictus kordis tampak
P : pembengkakan
P : pekak kadang sonor jika ada penumpukan cairan
A : irama jantung ireguler
- Paru-paru
I : distensi abdomen kadang terjadi
P : nyeri tekan dan nyeri lepas
P : timpani
A : vesikuler
- Abdomen
I : terkadang distensi abdomen
P : ginjal teraba
P : timpani
A : bising usus normal
- Ekstremitas
Ekstremitas terasa kram, edema kaki
- Kulit
Tonus kulit hilang, terbentuk kristal-kristal bewarna putih, kulit tampak pucat,
kering dan bersisik.
b. NANDA NOC NIC
Nutrition Therapy
1. Kaji status nutrisi Klien
2. Monitoring asupan cairan dan makanan
serta hitung intake kalori per hari
3. Kolaborasi dengan ahli gizi tentukam
jumlah kebutuhan kalori klien per hari
4. Tentukan jenis asupan makanan yang
akan diberikan dengan
mempertimbangkan aspek budaya dan
agama klien
5. Berikan nutrisi tambahan (suplemen)
6. Anjurkan klien untuk makan makanan
kunak untuk meminimalisir kerja saliva
dan rongga mulut
7. Dorong asupan makanan tinggi kalsium
dan kalium (sesuai anjuran/ diet)
8. Anjurkan klien mengkonsumsi serat
tinggi untuk memperlancar proses
pencernaan
9. Sediakan makanan dengan tinggi
protein, kalori dan mudah untuk
dikonsumsi klien
10. Siapkan pemberian makanan via sonde
feeding jika diperlukan
11. Jaga kebersihan selang feeding setelah
memberikan asupan makanan/ cairan
12. Ciptakan lingkungan yang nyaman
untuk meningkatkan nafsu makan klien
13. Bantu klien dalam mereposisi tubuh
yang nyaman saat akan makan
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008. Nursing
Interventions Classification (NIC): Fifth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Johnson. (2010). Textbook of Medical Nursing Surgical 12th Edition. USA: Lippncott
Williams & Wilkins.
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier
Syaifuddin. 2014. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan &
Kebidanan, Ed. 4. Jakarta: EGC.
The Australia Kidney Health. (2015). Chronic Kidney Disease (CKD) Management in General
Practice 3 rd. Australia
Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom:
Markono Print Media.
Obstruk
Retensi urine
Infeksi Vaskuler Zat toksik
Refluks
Reaksi Ag - Ab Arterosklerosis Akumulasi di ginjal
Hidronefrosis
Suplai turun Vaskuler Ginjal
Peningkatan
tekanan Iskemia
GFR turun
Hiperkalemia Produksi Hb ↓
Sindrom uremia CES ↑