Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh
MUHAMMAD HANIF
NIM 061311133151
ABSTRACT
ABSTRAK
Kata kunci: daun ekstrak daun jeruk purut, Culex quinquefasciatus, larvasidal
PENDAHULUAN
dan suhu optimal yang mendukung bagi kelangsungan hidup serangga. Nyamuk
merupakan satu diantara jenis serangga yang dapat merugikan manusia karena
berbagai laporan, kejadian infeksi di indonesia virus JE pada hewan cukup tinggi,
sedangkan pada filarias pada ternak yang lebih dikenal Kaskado adalah infeksi
cacing filaria pada sapi perah banyak menyerang pada derah kulit sekitar mata dan
penyakit yang disebarkan oleh vektor nyamuk Cx. quinquefasciatus maka perlu
umur stadium terpanjang, selain itu pada stadium dewasa nyamuk bisa terbang
pada tahap larva sering mengguakan larvasida kimia. Berbagai dampak negatif dari
penggunaan larvasida ini dapat menyebabkan resistensi larva, kematian bagi hewan
predator larva dan pencemaran lingkungan (Yasmin dan Fitri, 2013). Maka
tersebut. bunga lavender, zodia, rosemary, sereh wangi dan jeruk purut merupakan
sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Tanaman yang berasal dari genus
Citrus ini memiliki senyawa kimia yang memiliki aktivitas biologis, minyak atsiri,
dapat melalui dua cara yaitu sebagai racun kontak dan perut kontak. Melalui racun
kontak dengan cara mengganggu sistem metabolisme dan proses moulting dari
larva (Prijadi dkk., 2014). Kandungan alkaloid pada daun jeruk purut dapat
potensi larvasidal pemberian ekstrak n-heksana daun jeruk purut terhadap larva Cx.
paling optimal terhadap pemberian ekstrak n-heksana daun jeruk purut yang
METODE PENELITIAN
sedangkan dalam penelitian menggunakan 420 ekor larva instar III Cx.
ini adalah daun jeruk purut, akuades dan larutan Tween 20, sedangkan Akuades
sebagai media larva secara in vitro. Sedangkan lat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah, gelas plastik berjumlah 21 buah, pipet plastik, nampan plastik, gelas
ukur, gelas beaker, pinset anatomis, Dissecting mikroskop, neraca digital, kertas
saring, penghalus daun jeruk purut, jarum, pisau, toples, rotary evaporator, dan
pengaduk kaca,
Daun jeruk purut dicuci bersih kemudian dikeringkan dengan diangin angin
kan sampai kering. Hasil pengeringan ekstrak daun jeruk purut dimasukan kedalam
mesin penyerbuk dengan tujuan untuk pembuatan serbuk ekstrak daun jeruk purut.
Serbuk kering daun jeruk purut direndam dengan pelarut n-heksana sebanyak 3000
ml selama 3 hari untuk melarutkan lemak dan klorofil. Setelah 2 hari larutan
dan residu. Hasil filtrat dievaporasi dengan rotary evaporator hingga menjadi
ekstrak. Pada percobaan kali ini akan menggunakan pelarut ekstraksi n-heksan
purut dimana senyawa-senyawa pada daun jeruk purut bersifat non polar dan semi
Ekstrak kental yang diperoleh ditimbang dahulu dalam (mg) dengan neraca
pemberian air, dan sebagai kontrol digunakan air mineral yang ditambahakan
Tween 20, agar semua larutan ekstrak maupun kontrol sama –sama mengandung
Tween 20 sehingga tidak ada perbedaan untuk mempengaruhi kematian larva.
Ekstrak dicampur dengan akuades dibagi dalam lima konsentrasi. Ditambahkan dua
perlakuan, yaitu kontrol positif dan kontrol negatif. Kontrol positif berisi larutan
temephos yang dilarutkan dalam akuades, sedangkan kontrol negatif hanya berisi
3. Konsentrasi 1000 ppm : ekstrak kental daun jeruk purut 100 mg ad Tween 20
4. Konsentrasi 2000 ppm : ekstrak kental daun jeruk purut 200 mg ad Tween 20
5. Konsentrasi 4000 ppm : ekstrak kental daun jeruk purut 400 mg ad Tween 20
Bahan larvasida lalu dituangkan ke dalam 21 gelas plastik yang telah berisi
Variabel bebasnya adalah jumlah larva yang mati pada pengamatan tiap 4 jam
selama 24 jam total waktu perendaman. Tanda-tanda larva mati adalah larva
tenggelam di dasar gelas serta tidak adanya respon setelah larva disentuh dengan
jarum.
Analisis Data
Acak Lengkap (RAL). Setelah data diperoleh dianalisis dengan Anava lalu
dilanjutkan dengan uju jarak berganda Duncan untuk mengetahui perbedaan rerata
perlakuan selama 24 jam. Berdasarkan hasil tersebut didapat rerata dan simpangan
baku jumlah mortalitas larva instar III Cx. quinquefasciatus dengan pengamatan 4
Tabel 4.1 Rerata Persentase dan Simpangan Baku Jumlah Larva Culex
quinquefasciatus pada Pengamatan Setiap 4 Jam Selama 24 Jam Setelah
Pemaparan dengan Bahan Uji Ekstrak n-heksana Daun Jeruk Purut
(Citrus hystrix).
Mortalitas (%)
Kelompo
Rerata±Simpangan Baku
k
4 jam 8 jam 12 jam 16 jam 20 jam 24 jam
e e d d d
K (+) 88,33±2,88 100±0 100±0 100±0 100±0 100±0d
a a a a a
K (-) 0±0 0±0 0±0 0±0 0±0 0±0a
P1 11±5,77b 21,66±5,77b 25±5b 30±5b 38,33±7,63b 41,66±7,63b
b
P2 15±5 28,33±7,63 36,66±5,77 38,33±7,63 48,33±10,4b 51,66±7,63b
b b b
larva instar III (P<0,05). Empat jam setelah paparan didapatkan sebagai waktu
jumlah kematian Cx. quinquefasciatus sebesar 88,33% pada kelompok positif. Hasil
analisis uji ANAVA menunjukkan p = 0,000 (p<0,05), yang berarti bahwa terdapat
signifikansi perbedaan antar kelompok penelitian pada jam ke-4. Uji lanjutan yang
digunakan untuk membandingkan rerata antar perlakuan dalam penelitian ini adalah
setelah 24 jam pada 4 jam perendaman larva instar III Cx. quinquefasciatus dengan
ekstrak n-heksana daun jeruk purut telah menunjukkan hasil yang berbeda nyata.
menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil yang sama yakni perbedaan yang nyata
heksana daun jeruk purut konsentrasi 250 ppm (P1), 500 ppm (P2), 1000 ppm (P3).
2000 ppm dan 4000 ppm (P5). Namun hasil perbandingan perlakuan perendaman
pada larutan Temephos dengan ekstrak n-heksana daun jeruk purut konsentrasi
4000 ppm tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini berbeda dengan
jeruk purut konsentrasi 2000 ppm, 1000 ppm, 500 ppm dan 250 ppm yang
dilihat bahwa ekstrak n-heksana daun jeruk purut konsentrasi 4000 ppm pada
dapat diketahui bahwa nilai (LC90) dari ekstrak n-heksana daun jeruk purut adalah
4000 ppm. Ektrak n-heksana lebih baik dari penelitian sebelumnya yang
menunjukan nilai LC90 yang menggunakan daun jeruk purut (Citrus hystrix) 4000
Hasil penelitian antara ekstrak n-heksana daun jeruk purut sebagai larvasida
terhadap larva instar III Cx. quinqeufasciatus dapat dilihat pada Gambar 4.1
Mortalitas ( % )
Perlakuan
Pengamatan ( jam )
Hasil uji dari analisis diatas dapat diinterpretasikan bahwa hubungan antara
konsentrasi ekstrak n-heksana daun jeruk purut dengan mortalitas larva instar III
konsentrasi ekstrak daun jeruk purut maka semakin tinggi daya bunuh terhadap
larva nyamuk Cx. quinquefasciatus. Apabila diamati pada gambar 4.1 Peningkatan
waktu perendaman pada konsentrasi P1, P2, P3 dan P4 menunjukan kenaikan
jumlah kematian tiap waktu pengamatan, hal itu menunjukan waktu perendaman
bahan ekstrak n-heksan berpengaruh terhadap proses kematian larva nyamuk Cx.
quinquefasciatus. Pada kontrol negatif tidak dijumpai kematian larva hal ini
perlakuannya. Hal ini berarti kematian larva instar III Cx. quinquefasciatus
disebabkan karena perendaman larva dalam ekstrak daun jeruk purut dan semakin
besarnya konsentrasi semakin terlihat efektifitas dari ekstrak daun jeruk purut
yang tidak signifikan pada kontrol positif dan konsentrasi tertinggi ekstrak daun
jeruk purut karena persamaan keefektifan ekstrak daun jeruk purut konsentrasi
perlakuan 4000 ppm dengan larutan temephos 1 ppm dalam membunuh larva.
menunjukan bahwa nilai LC90 ekstrak daun jeruk purut sebesar 4000 ppm lama
masa lethal 12,67 jam terhadap nyamuk Aedes aegypti. Ekstrak n-heksana daun
jeruk purut dengan nilai LC90 pada konsentrasi 4000 ppm lama masa lethal 4 jam
lebih efektif dari penelitian sebelelumnya karena lama waktu lethal yang lebih
singkat. Tempat memperoleh dari bahan uji atau daun jeruk purut yang digunakan
dikarenakan kondisi tanah, kesuburan dan kondisi geografi dari tempat tumbuh
tanaman, selain itu faktor pelarut ekstraksi yang digunakan juga berpengaruh
tehadap hasil penelitian karena kemampuan pelarut dalam menarik bahan aktif
baik, apabila bahan uji menunjukan nilai mortalitas antara 90 – 100% larva uji.
Kurang dari nilai tersebut dinyatakan tidak baik. Setelah pengamatan 24 jam, perlu
dilakukan lagi pengujian pada bulan pertama sampai dengan kelima, dengan tujuan
untuk mengetahui ekstrak tersebut masih bisa digunakan untuk uji larvasida lagi
berupa kekejangan otot secara terus-menerus dan serangga akhirnya akan mati. Jadi
adalah flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, dan minyak atsiri (Kristanti dkk, 2008).
saponin dan limonoid (Ardianto, 2014). Beberapa peneliti sebelumnya yang sudah
meneliti biolarvasida dari tanaman ekstrak n-heksana daun jeruk purut (Citrus
toksisitas tertingi daripada daun jeruk nipis (C. Aurantifolia), daun jeruk limau (C.
larvasida paling potensial (Gunawan dkk, 2010). Menurut cara masuk kedalam
tubuh larva limonoid dapat melalui dua cara yaitu sebagai racun kontak dan racun
perut. Melalui racun kontak dengan cara mengganggu sistem metabolisme dan
proses moulting dari larva. Larva tidak dapat berubah menjadi pupa dikarenakan
titer dari juvenile hormone pada larva tidak berkurang melainkan bertambah. Agar
dapat berubah menjadi pupa dibutuhkan titer juvenile hormone yang rendah.
Walaupun larva melakukan pergantian kulit hingga mencapai instar IV, larva tidak
akan dapat bermetamorfosis menjadi pupa dan akhirnya mati (Prijadi dkk., 2014).
Limonoida dapat masuk ke dalam tubuh larva nyamuk Aedes spp sebagai racun
termakan. Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh
hidupnya yang akan mengakibatkan nyamuk itu kejang dan akhirnya mati (Fitri,
2006) Efek dari limonoid ini juga terlihat pada larva instar III Cx. quinquefasciatus
yang mati dalam keadaan mid gut (usus tengah) berwarna kehitaman karena usus
Zat lain yang terdapat dalam daun jeruk purut yang dapat mengganggu
metabolisme larva terganggu, larva kekurangan energi (ATP) dan kemudian mati
(Afidah dkk., 2014). Hal ini terbukti pada larva instar III Cx. quinquefasciatus yang
mati setelah dilihat di bawah mikroskop terlihat organ pencernaan yang menghitam
makanan.
Kandungan alkaloid ini bertindak sebagai racun perut dan racun kontak.
pencernaan untuk masuk ke dalam dan merusak sel dan juga dapat mengganggu
Dimana enzim ini tidak dapat melaksankan tugasnya dalam tubuh terutama
tubuh larva menjadi lebih transparan dan gerakan tubuh larva yang melambat bila
Tanin tidak dapat dicerna lambung dan mempunyai daya ikat dengan protein,
karbohidrat, vitamin, dan mineral Menurut (Yunita dkk., 2009), tanin dapat
Kematian larva instar III Cx. quinquefasciatus tidak hanya disebabkan oleh
senyawa limonoid saja hal ini juga dapat diakibatkan oleh berbagai bahan yang
terkandung dalam ekstrak n-heksana daun jeruk purut seperti bahan bahan yang
sudah disebutkan diatas yang mana dapat mempengaruhi kematian terhadap larva
Cx. quinqufasciatus. Dikarenakan penelitian ini masih dalam bentuk ekstrak kasar
yaitu masih merupakan gabungan dari berbagai macam senyawa maka bisa
KESIMPULAN
1. Ekstrak n-heksana daun jeruk purut mempunyai efek larvasidal terhadap larva
mortalitas larva Cx. quinquefasciatus secara in vitro sebesar 93,33 % pada 4 jam