Você está na página 1de 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi
normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan
secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak
menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
Angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia cenderung
meningkat dan dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Salah satu penyakit
jantung yang cukup banyak adalah penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung
bawaan (PJB) merupakan bentuk kelainan jantung yang sudah didapatkan sejak bayi
baru lahir. Studi yang dilakukan oleh Hoffman dan Kaplan (1968) mengenai insiden
penyakit jantung bawaan menunjukkan insiden yang rendah, yaitu 4 – 5 per 1.000
kelahiran hidup. Tetapi hasil pada tahun 1995 menunjukkan bahwa insiden PJB
meningkat menjadi 12 – 14 per 1.000 kelahiran hidup.

Di Poliklinik Kardiologi Anak RSDK Semarang, pada periode Januari 2007 –


Desember 2008 dijumpai 135 pasien baru PJB, penyakit jantung asianotik
merupakan yang terbanyak yaitu sebanyak 80,74%, jumlah pasien PJB asianotik
pirau kiri ke kanan (defek septum ventrikel, defek septum atrium, defek septum
atrioventrikuler, paten duktus arteriosus) sebanyak 68,81%. Penelitian Windarini
mendapatkan dari 131 orang pasien PJB yang diperiksa pada tahun 2007-2009 di
RSUP H. Adam Malik Medan, 75 orang pasien berjenis kelamin perempuan (57,3%),
dan 56 orang pasien berjenis kelamin laki-laki (42,7%). Sebagian besar adalah PJB
asianotik (93 orang atau 71%), dan sisanya adalah jenis sianotik (38 orang atau
29%).

Berdasarkan penelitian ini pasien pada kelompok usia 0-24 bulan merupakan
kelompok penderita dengan distribusi usia tertinggi, Menurut hasil penilitian di RSUP
Dr. M. Djamil Padang dari tahun 2008-2011, terjadi 98 kasus PJB dengan jenis PJB
non sianotik terbanyak yang didapatkan adalah VSD (35,4%), ASD (35,4%), dan
PDA (33%). PJB merupakan penyakit yang berbahaya. Bila tidak terdeteksi secara
dini dan tidak ditangani dengan baik, 50% kematiannya akan terjadi pada bulan
pertama kehidupan. Di negara maju hampir semua enis PJB telah dideteksi dalam
masa bayi bahkan pada usia kurang dari 1 bulan, sedangkan di negara berkembang
banyak yang baru terdeteksi setelah anak lebih besar, sehingga pada beberapa jenis
PJB yang berat mungkin telah meninggal sebelum terdeteksi.

B. Tujuan

Agar mahasiswa lebih mengetahui bagaimana konsep medis maupun asuhan


keperawatan dari Patent Ductus Arterious (PDA) pada anak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus


(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi
ke arteri pulmonal yang bertekananrendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2010; 235). Patent
Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir,
yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih
tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah).

B. Anatomi Patent Ductus Anteriosus

Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah


pulmonal (arteri pulmonalis) ke aliran darah sistemik (aorta) dalam masa kehamilan
(fetus). Hubungan ini (shunt) diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang
belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan
bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian
masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali
ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus, dan hanya sebagian yang diteruskan ke
paru. Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens.

Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam


setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3
minggu. Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika
media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin
yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki
lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada
duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan
vasokonstriktor (pO2). Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis
yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan
tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan
duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu.
Gambar 2.1 Anatomi PDA ( Patent Ductus Anteriosus).

C. Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara


pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :

1. Faktor Prenatal :

- Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.

- Ibu alkoholisme, peminum obat penenang atau jamu.

- Umur ibu lebih dari 40 tahun.

- Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.

2. Faktor Genetik :

- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.

- Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.

- Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.

- Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.


D. Patofisiologi

Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah


pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini
(shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam
masa kehamilan tersebut. Pada saat lahir resistensi dalam sirkulasi pulmonal dan
sistemik hampir sama, persamaan tersebut juga pada resistensi dalam aorta dan
arteri pulmonalis.

Karena tekanan sistemik melebihi tekanan pulmonal, darah mulai mengalir


dari aorta, melintasi ke duktus ke arteri pulmonalis (left to right shunt) darah kembali
bersirkulasi melalui paru & turun ke atrium kiri ventrikel kiri à pengaruh perubahan
sirkulasi meningkatkan kerja jantung bagian kiri meningkatkan kongesti pembuluh
darah pulmonal & memungkinkan resistensi meningkatkan tekanan ventrikel kanan
& hypertrofi. Jika duktus tetap terbuka, darah yang seharusnya mengalir ke seluruh
tubuh akan kembali ke paru-paru sehingga memenuhi pembuluh paru-paru.

Penyakit jantung bawaan dibagi dua kelompok, yaitu; penyakit jantung


bawaan sianotik dan penyakit jantung bawaan nonsianotik. Penyakit jantung bawaan
sianotik ditandai oleh adanya sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri,
sebagai contoh tetralogi Fallot, transposisi arteri besar, atresia trikuspid, sedangkan
kelompok penyakit jantung bawaan nonsianotik adalah penyakit jantung bawaan
dengan kebocoran sekat jantung yang disertai pirau kiri ke kanan di antaranya
adalah defek septum ventrikel, defek septum atrium, atau tetap terbukanya
pembuluh darah seperti pada duktus arteriosus persisten (Budi & dkk, 2018).
Gambar 2.2 gambaran jantung pada penyakit PDA.

E. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-
masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas).
Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir.
Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) diantaranya :

- Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung.

- Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata


terdengar di tepi sternum kiri atas).

- Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-
loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg).

- Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik.

- Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.

- Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah.

- Apnea dan Tachypnea.

- Nasal flaring dan Retraksi dada.

- Hipoksemia

- Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru).

Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan
membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:

a. tidak mau menyusu.

b. berat badannya tidak bertambah.

c. Berkeringat
d. kesulitan dalam bernafas

e. denyut jantung yang cepat.

Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif,


yang seringkali terjadi pada bayi prematur.

F. Pencegahan

Ada beberapa yang harus di hindari ibu hamil agar anak tidak mengalami penyakit
jantung bawaan :

1. Ibu hamil harus menhindari obat-oabtan tertentu

Ibu hamil harus menghindari obat termasuk dalam obat teratogenik, sebut
Oktavia. Teratogenik adalah obat yang dapat mengganggu perkembangan janin
jika dikonsumsi pada saat hamil. Obat-obat yang biasanya termasuk ke dalam
jenis ini adalah beberapa jenis antibiotik dan obat anti alergi. Walau begitu,
sebenarnya, mayoritas obat memiliki efek teratogenik, yang tidak hanya
meningkatkan resiko PJB namun juga kelainan bawaan lain. Oleh karenanya, jika
ibu hamil memiliki obat yang dikonsumsi rutin sebelumnya atau memiliki keluhan
kesehatan yang biasanya ditangani dengan obat, konsultasikan terlebih dahulu
dengan dokter kandungan.

2. Lingkungan berpolusi
Menghindari lokasi yang berpolusi tidak hanya baik bagi kesehatan janin, namun
juga bagi kesehatan ibu hamil itu sendiri. Oleh karenanya, sebisa mungkin, ibu
hamil perlu menghindari wilayah-wilayah yang penuh polusi.
3. Radiasi
Radiasi juga dapat berpengaruh terhadap kualitas perkembangan janin saat di
dalam kandungan, Oleh karenanya, ibu hamil sebaiknya juga menghindari alat-
alat yang memancarkan radiasi. Walau begitu, perlu diingat bahwa radiasi yang
dimaksud adalah radiasi ionisasi. Mesin ultrasound dan scan MRI, misalnya, juga
menggunakan radiasi. Namun jenis radiasi yang digunakan kedua alat tersebut
adalah radiasi non-ionisasi.

4. Rokok dan Alkohol


Tidak hanya meningkatkan resiko PJB, rokok dan alkohol jika dikonsumsi ibu
hamil juga dapat menyebabkan kelainan bawaan lainnya pada janin. Hal ini
disebabkan, ketika seorang individu mengonsumsi rokok dan alkohol, bahan-
bahan yang terkandung di dalam kedua hal tersebut (seperti nikotin) masuk ke
dalam darah. Bahan ini bersirkulasi dalam tubuh individu, dan dapat berpindah
ke tubuh janin. Oleh karenanya, seorang ibu yang telah mendapat hasil tes
kehamilan positif harus segera menjauhkan diri dari rokok dan alkohol.

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan :


Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis
dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin
(inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian
antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.

2. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.

3. Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu


kateterisasi jantung.

H. Pemeriksaan Diagnostik

- Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat kardiomegali.

- Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan konduksi pada


ventrikel kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 90°.

- Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi


aliran darah dan arahnya.

- Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada
abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. sangat
menentukan dalam diagnosis anatomik.

- Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru.

I. Komplikasi Patent Ductus Arteriosus


PDA dengan bukaan lebar dan tidak segera ditangani dapat memicu sejumlah
komplikasi, seperti:
1. Gagal jantung. PDA dapat menyebabkan jantung membesar dan melemah, sehingga
menyebabkan gagal jantung.
2. Hipertensi pulmonal. Hipertensi pulmonal adalah tekanan darah tinggi di pembuluh
darah paru-paru, yang dapat menyebabkan gangguan pada paru-paru dan jantung.
3. Infeksi jantung (endokarditis). PDA berisiko memicu peradangan pada lapisan bagian
dalam jantung (endokardium).

J. Dampak PDA Dalam Kebutuhan Dasar Manusia


Penyakit jantung bawaan ditandai oleh kelainan pada struktur jantung, katup
jantung maupun pembuluh darahterkait. Kelainan itu dapat timbul saat lahir atau
muncul pada masa kanak-kanak. Penyakit tersebut dapatdibedakan menjadi
penyakit jantung bawaan sianotik atau asianotik. Pemberian nutrisi pada pasien anak
dengan jantung bawaan merupakan tantangan tersendiri karena biasanya
membutuhkan asupan energy dan nutrisi yang lebih tinggi tetapi memiliki
kemampuan yangterbatas dalam mengolah asupan zat gizi. Pertumbuhan dapat
berarti pertambahan jumlah sel secara simultan (hyperplasia) atau bertambahnya
ukuran (hipertrofi). Sedangkan perkembangan menunjukkan perubahan-perubahan
lain yang terjadi selama proses menuju dewasa seperti deferensiasi organ tubuh dan
jaringan selama masa janin. Maturase alat percenaan yang efisiensi sesudah
kelahiran, maturasi dan kerangka selama masa kanak-kanak, dan produksi antibody
selama hidup untuk memberikan kekebalan.
Anak dengan penyakit jantung bawaan dapat menunjukan gangguan
pertumbuhan. Gagal tumbuh terjadi sejak masal awal bayi. Beberapa keadaan yang
dapat menerangkan gagal tumbuh pada anak denagan penyakit jantuk bawaan
adalah keadaan hipoksia dan kesulitan bernapas yang menyebabkan persoalan
makan pada anak. Anoksia dan kongestivena pada saluran cerna dapat
menyebabkan malabsopsi makanan, anoksia perifer dan asidosis menyebabkan
ketidak cukupan nutrisi serta peningkatan laju metabolik menunjukan ketidak
cukupanmasukan makanan untuk pertumbuhan. Anak dengan jantung bawaan
memerlukan pemantauan pertumbuhan untuk mempertahankan pertumbuhan linier
dan peningkatan berat badan agar berhasil dengan optimal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan


hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal.

A. Anamnesa

1. Identitas ( Data Biografi)

PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada
24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic menutup
dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus Arteriosus) lebih sering
insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan
pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan
secara genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga bisa
karena kelainan kromosom.

2. Keluhan Utama

Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.

3. Riwayat penyakit sekarang

Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory


distress, dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan
hiposekmia.

4. Riwayat penyakit terdahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari
rubella.

5. Riwayat penyakit keluarga


Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit PDA
karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang
menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.

6. Riwayat Psikososial

Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak


terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak,
koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit
anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.

C. Pengkajian fisik (ROS : Review of System)

a. Pernafasan B1 (Breath)

Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur ),adanyan otot
bantu nafas saat inspirasi, retraksi.

b. Kardiovaskuler B2 ( Blood)

Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik,


edema tungkai, clubbing finger, sianosis.

c. Persyarafan B3 ( Brain)

Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.

d. Perkemihan B4 (Bladder)

Produksi urine menurun (oliguria).

e. Pencernaan B5 (Bowel)

Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.

f. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)

Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.

2. Diagnosa keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung

2. Gangguan tumbuh kembang b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat
nutrisi ke jaringan
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.

4. Gangguan inteke nutrisi kurang dari kebutuhan b.d sulit makan dan minum

5. Defisit koping orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan.

3. Intervensi

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung

Tujuan : mempertahankan curah jantung yang adekuat


Kriteria hasil : anak akan tanda-tanda membaik curah jantung
Intervensi :

 Observasi kualitas denyut jantung, warna, dan kehangatan kulit.


 Tegakkan derajat sianosis (sirkunder, membran mukosa, dan
clubbing).
 Monitor tanda-tanda CHF (gelisa takikkardi, takipnea, sesak, oligura,
dan hepatomegali).
 Berkolaborasi dalam pemberian diagnosis sesuai order menggunakan
teknik pencegahan bahaya toksitas.
 Pemberian pengobatan untuk penurunan aftrlood.
 Berikan diuretik sesuai resep medis.
2. Gangguan tumbuh kembang b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi
ke jaringan.
Tujuan : Memberikan support untuk tumbuh kembang.
Intervensi
 Kaji tingkat tumbuh kembang anak.
 Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV,
puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.
 Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat.
 Memantau masa tumbuh kebang anak.
 Agar anak bisa tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.
 Anggota keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap proses
pertumbuhan dan juga perkembangan anak-anak.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
Tujuan : Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
Intervensi :
 Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut :
Nadi 20 per menit diatas frekuensi istirahat, catat peningkatan TD, Nyeri
dada, kelelahan berat, berkeringat, pusing dan pingsan
 Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan aktivitas
 Dorong memajukan aktivitas
 Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan anjurkan penggunaan
kursi mandi
 Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode
4. Gangguan intake nutrisi kurang b.d kelelahan pada saat makan dan
meningkatnya kebutuhan kalori.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali


dan status nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil :

- Status nutrisi terpenuhi.

- nafsu makan klien timbul kembali.

- berat badan normal.

- Jumlah Hb dan albumin normal

Intervensi :

 Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien

 Mencatat intake dan output makanan klien.

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan yang


dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit

 Manganjurkan makan sedikit- sedikit tapi sering.

5. Defisit koping orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua.
Tujuan : kecemasan menurun
Kriteria hasil : Orang tua tampak tenang ,orang tua tidak bertanya-tanya
lagi,orangtua berpartisipasi dalam proses perawatan.

Intervensi :

 Kaji tingkat pengetahuan orang tua.

 Beri penjelasan tentang keadaan bayinya.

 Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya.

 Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang
tua.

 Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi
pulang.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan.

Tujuan : menurunnya status kesehatan.

Kriteria hasil : Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi

Intervensi :

 Pantau tanda-tanda vital.

 Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter,


drainase luka, dll.

 Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti


Hb dan leukosit.

 Kolaborasi untuk pemberian antibiotic.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan)


dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan
aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini sering ditemui pada bayi yang
lahir prematur namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan.
Duktur arteriosus umumnya menutup 12-24 jam setelah bayi lahir dan mencapai
penutupan sempurna pada usia 3 minggu. Apabila duktus tersebut masih terbuka,
penutupan spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3
bulan, penutupan spontan sangat jarang terjadi.

Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus


Arteriosus (DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA sedang
sampai besar dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan infeksi
paru. Apabila DA besar, maka gagal jantung serta gagal tumbuh dapat terjadi. Pada
PDA manapun juga, penutupan baik dengan operasi maupun kateterisasi (tanpa
operasi) sebaiknya dilakukan mempertimbangkan risiko terinfeksinya jantung akibat
kelainan ini. Apabila tetap tidak ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko kematian
20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia 45 tahun, dan 60% pada usia 60 tahun.

B. Saran

Di harapkan mahasiswa mampu memahami teori mengenai Asuhan Keperawatan


dengan Anak PDA (Patent Ductus Anteriosus).

Você também pode gostar