Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DISUSUN OLEH :
1. KHAIKAL MUSTAFA (178520066) 8. SINDI DEA AGUSTINA G (178520077)
2. TRISWADY SILABAN (178520051) 9. RYAN AZHARI ( 178520055)
3. WIDIA AIDINA DAMANIK (178520061) 10. FAUZHAN AZHIMA (178520005)
4. RISKA NADILA (178520010) 11. JUSRIANDA SIMAMORA (1785200
5. FAHRIZAI (178520057) 12. AMALIA FAZHIRA (178520004)
6. AHMAD KEVIN NASUTION (178520025) 13. DWITA SARI (178520003)
7. KHALFIA AIRIN (178520045) 14. SUSI GOASA ( 1785200
ADMINISTRASI NEGARA
FISIPOL
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas berkat dan rahmadnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah yang kami selesaikan ini berjudul ”IMPLEMENTASI
PENGANGGARAN DI INDONESIA (APBN DAN APBD)”
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang, siklus APBN dan APBD, Proses
penyusunan APBN dan APBD, dan Etika dalam Penyusunan Anggaran.
Dan pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar
bidang studi Akuntansi Keuangan Publik oleh Bapak Ilham yang mempercayakan judul ini
kepada kami.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini, agar kedepannya kami dapat memberikan makalah yang lebih baik lagi.
KELOMPOK 4
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
C. TUJUAN............................................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
PENUTUP................................................................................................................................ 11
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk mengatur kegiatan perekonomian nasional, suatu negara harus membuat
anggaran pendapatan dan belanja, begitu pula dengan Indonesia.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) merupakan alat utama pemerintah untuk mensejahterakan
rakyatnya dan sekaligus sebagai alat pemerintah untuk mengelola perekonomian negara.
Sebagai alat pemerintah, APBN dan APBD bukan hanya menyangkut keputusan ekonomi,
namun juga menyangkut keputusan politik. Dalam konteks ini, DPR/DPRD dengan hak
legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya perlu lebih berperan dalam
mengawal APBN dan APBD sehingga APBN dan APBD benar-benar dapat secara efektif
menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian negara
dengan baik. Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan nasional dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara, maka pemerintah berusaha untuk menyajikan APBN dan APBD untuk
berlangsungnya sebuah kegiatan pemerintahan, maka hal tersebut kemudian mendapatkan
landasan hukum yang kuat dengan telah disahkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD
dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD merupakan rencana kerja tahunan pemerintah
daerah yang dipersiapkan untuk pembangunan di daerah dengan pertimbangan-pertimbangan
yang sangat matang dan diperhitungkan dengan uang. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara adalah rencana keuangan tahunan pemerintah pusat yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah pusat dan DPR RI. APBN disusun dengan pertimbangan yang
sangat matang untuk kesejahteraan rakyat, dan sebagai wujud program kerja pemerintah
setahun kedepan di dalam pembangunan secara nasional. APBN dan APBD wajib
dipertanggungjawabkan di akhir masa berlakunya.
Proses penyusunan Anggapan Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) seringkali menjadi isu penting yang disorot oleh
masyarakat, bahkan APBN dan APBD menjadi alat politik yang difunakan oleh pemerintah
sendiri maupun pihak oposisi. Penyusunan anggaran pendapatan adalah suatu rencana yang
disusun secara sistematis, yang seluruh kegiatan emerintah dan instansi yang dinyatakan
dalam unit moneter untuk jangka waktu tertentu yang akan datang. Anggaran pendapatan
pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam penyusunan APBN dan
APBD. Dimana dalam penyusunan anggaran pendapatan mempunyai arti penting bagi
pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam membantu kelancaran roda pembangunan dan
memberikan isi dan arti kepada tanggungjawab pemerintah pusat dan daerah khususnya
sehingga tercipta perencanaan dan pelaksanaan yang efektif
1
Untuk menghasilkan penyelenggaraan yang efektif dan efisien, tahap persiapan atau
perencanaan anggaran merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Namun
demikian, tahap persiapan atau penyusunan anggaran harus di akui memang hanyalah salah
satu tahap penting dalam keseluruhan siklus atau proses anggaran tersebut. Berdasarkan hal
tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk mempelajari lebih lanjut mengenai
bagaimanakah proses dan tahapan penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana siklus APBN dan APBD ?
2. Bagaimana Proses Penyusunan APBN dan APBD ?
3. Apakah Fungsi dan tujuan penyusunan APBN dan APBD ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana siklus APBN dan APBD ?
2. Untuk mengetahui bagaimana Proses Penyusunan APBN dan APBD ?
3. Untuk mengetahui apakah Fungsi dan tujuan penyusunan APBN dan APBD ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
5) RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD.
6) Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan
daerah sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun berikutnya.
7) Pemerintah daerah mengajukan rancangan perda tentang APBD disertai dengan
penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu
pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.
8) Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang APBD
dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan.
B. Pelaksanaan APBD
Pelaksanaan APBD meliputi pelaksanaan anggaran pendapatan, belanja, dan
pembiayaan. Pelaksanaan Anggaran oleh Kepala SKPD dilaksanakan setelah Dokumen
Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD) ditetapkan oleh PPKD dengan persetujuan
Sekretaris Daerah.
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah
Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan
daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Penerimaan
SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. Penerimaan SKPD berupa
uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari
kerja oleh Bendahara Penerimaan dengan didukung oleh bukti yang lengkap.
Semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah.
SKPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan
daerah. SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima dan/atau
kegiatannya berdampak pada penerimaan daerah wajib mengintensifkan
pemungutan dan penerimaan tersebut.
Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk
apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari
penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa
termasuk penerimaan bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat
penyimpanan dana anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan
barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah.
Semua penerimaan daerah apabila berbentuk uang harus segera disetor ke kas
umum daerah dan berbentuk barang menjadi milik/aset daerah yang dicatat sebagai
inventaris daerah.
Pengembalian atas kelebihan pajak, retribusi, pengembalian tuntutan ganti rugi
dan sejenisnya dilakukan dengan membebankan pada rekening penerimaan yang
bersangkutan untuk pengembalian penerimaan yang terjadi dalam tahun yang
sama. Untuk pengembalian kelebihan penerimaan yang terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya dibebankan pada rekening belanja tidak terduga.
4
Pengeluaran belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif,
efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai
hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan Surat Penyediaan
Dana (SPD), atau Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD), atau
dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD. Khusus untuk biaya pegawai diatur
bahwa gaji pegawai negeri sipil daerah dibebankan dalam APBD.
1) Penerimaan Pembiayaan
Untuk pencairan dana cadangan, pemindahbukuan dari rekening dana
cadangan ke Rekening Kas Umum Daerah dilakukan berdasarkan rencana
pelaksanaan kegiatan, setelah jumlah dana cadangan yang ditetapkan
berdasarkan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan yang
berkenaan mencukupi.
2) Pengeluaran Pembiayaan
Pelaksanaan pengeluaran pembiayaan penyertaan modal pemerintah daerah,
pembayaran pokok utang dan pemberian pinjaman daerah tersebut dilakukan
berdasarkan SPM yang diterbitkan oleh PPKD.
Dalam rangka pelaksanaan pengeluaran pembiayaan, kuasa BUD
berkewajiban untuk:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran/pemindah bukuan yang
diterbitkan oleh PPKD;
b. menguji kebenaran perhitungan pengeluaran pembiayaan yang tercantum
dalam perintah pembayaran;
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
d. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran atas pengeluaran
pembiayaan tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
C. Penatausahaan APBD
Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan, bendahara
pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan
daerah wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang
ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit.
5
Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh
penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya. Bendahara
penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara administratif atas
pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Disamping
pertanggungjawaban secara administratif, Bendahara penerimaan pada SKPD wajib
mempertanggung jawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung
jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD
selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
6
Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan gubernur
tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur
menetapkan rancangan peraturan daerah dan rancangan peraturan gubernur menjadi
peraturan daerah dan peraturan gubernur.
E. Pemeriksaan APBD
Kedua auditor internal dan eksternal pemerintahan, yaitu BPK dan BPKP
bertanggungjawab terhadap pemerintah pusat, maka peran kedua badan tersebut cukup
disoroti oleh masyarakat. Dalam hal ini BPK dan BPKP dalam pelaksanaan tugas tidak
berjalan sendiri – sendiri. Seperti layaknya auditor eksternal dan internal, BPKP
merupakan partner bagi BPK. BPKP melakukan proses audit terhadap pemerintah pusat,
kemudian dari hasil tersebut diberikan presiden. Dan dari presiden akan diserah kan
laporan audit tersebut ke BPK untuk diperiksa. Maka, hasil audit BPKP menjadi ‘second
opinion’ bagi BPK dalam melakukan proses audit.
A. Penyusunan APBN
a. Tahap pendahuluan
1. Tahap awal mempersiapkan rancangan APBN oleh pemerintah meliputi
penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran, skala
prioritas, dan penyusunan budget exercise. Asumsi dasar APBN meliputi:
a. pertumbuhan ekonomi,
b. tingkat inflasi
c. nilai tukar rupiah,
d. suku bunga SBI tiga bulan,
e. harga minyak internasional, dan
f. lifting.
2. Mengadakan rapat komisi antarkomisi masing-masing dengan
mitra kerjanya (departemen/lembaga teknis).
3. Melakukan proses finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah
7
4. Untuk membiayai tugas umum pemerintah dan pembangunan,
departemen/lembaga mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKAKL) kepada Departemen Keuangan dan Bappenas
untuk kemudian dibahas menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan
diverifikasi sebelum proses pembayaran. Proses ini harus diselesaikan dari
Oktober hingga Desember.
5. Dalam pelaksanaan APBN dibuat petunjuk berupa Keputusan Presiden (Kepres)
sebagai Pedoman Pelaksanaan APBN. Dalam melaksanakan pembayaran, kepala
kantor/pimpinan proyek di masing-masing kementerian dan lembaga mengajukan
Surat permintaan Pembayaran kepada Kantor Wilayah Perbendaharaan Negara
(KPPN).
B. Penyusunan APBD
Mekanisme penyusunan dan penetapan APBD (Pasal 20):
1) Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD,
disertaipenjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada
minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.
2) Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan sesuai
dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD.
3) DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah
penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD. Perubahan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dapat diusulkan
oleh DPRD sepanjang tidak mengakibatkan peningkatan defisit anggaran.
4) Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai Rancangan Peraturan Daerah
tentang APBDdilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran
yang bersangkutan dilaksanakan.
5) APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja.
6) Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah
Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD
tahun anggaran sebelumnya.
8
3. FUNGSI DAN TUJUAN PENYUSUNAN APBN DAN APBD
APBN disusun sebagai pedoman pendapatan dan belanja dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan negara. Dengan adanya APBN, pemerintah sudah mempunyai gambaran yang jelas
mengenai apa saja yang akan diterima sebagai pendapatan dan pengeluaran apa saja yang
harus dilakukan selama satu tahun. Dengan adanya APBN sebagai pedoman tersebut,
diharapkan kesalahan, pemborosan, dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari.
Dan, apabila APBN disusun dengan baik dan tepat, serta dilaksanakan sesuai aturan, maka
akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan kemakmuran
bangsa.
Fungsi APBN dan APBD menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, yaitu sebagai
berikut.
a. Fungsi Otorisasi
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
b. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
c. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah menjadi
pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara dan daerah harus diarahkan
untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perekonomian.
e. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara dan daerah harus
memerhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Tujuan penyusunan APBN atau APBD adalah sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran
negara atau daerah, agar terjadi keseimbangan yang dinamis, demi tercapainya peningkatan
produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
9
Adapun tujuan akhirnya adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur material dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan UUD 1945, pemerintah wajib menyusun APBN. Sebelum menjadi APBN,
pemerintah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Di
Indonesia, pihak yang bertugas menyusun RAPBN adalah pemerintah, dalam hal ini presiden
dibantu para menterinya. Biasanya, presiden menyusun RAPBN dalam bentuk nota
keuangan. Nota keuangan tersebut kemudian disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) untuk disidangkan. RAPBN biasanya disampaikan sebelum tahun anggaran yang akan
dilaksanakan. RAPBN yang diajukan presiden kepada DPR akan disidangkan dan dibahas
kelayakannya oleh DPR.
Jika disetujui oleh DPR, RAPBN tersebut akan menjadi APBN. APBN ini akan dikembalikan
kepada pemerintah untuk dilaksanakan. Jika RAPBN tersebut ditolak DPR, pemerintah harus
menggunakan kembali APBN tahun lalu tanpa perubahan. Untuk lebih jelasnya, Anda dapat
melihat cara penyusunan APBN pada Bagan 1. berikut.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
APBN adalah daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan
pengeluaran negara selama satu tahun anggaran. Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai
pedoman pengeluaran dan penerimaan negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis
dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan
produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta
pada akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun
spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
APBN dan APBD ini merupakan rencana kerja pemerintahan Negara dalam rangka
meningkatkan hasil-hasil pembangunan secara berkesinambungan serta melaksanakan
desentralisasi fiskal.
Sebagaimana fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, maka APBD berfungsi
sebagai otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Bagaimanapun, komposisi dari APBD suatu daerah harus disesuaikan dengan
perkembangan keuangan pemerintah daerah yang bersangkutan. Setiap daerah tidak harus
memaksakan diri untuk memperbesar pengeluaran tanpa diimbangi dengan kemampuan
pendapatannya, khususnya kapasitas pendapatan asli daerah (PAD)-nya.
Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
setidaknya mengandung tiga kaidah manajemen keuangan negara, yaitu: orientasi pada
hasil, profesionalitas serta akuntabilitas dan transparansi. Paradigma ini dimaksudkan
untuk memangkas ketidakefisienan.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilmuekonomi.net/2015/11/pengertian-tujuan-fungsi-dan-prinsip-penyusunan-
apbn-anggaran-pendapatan-dan-belanja-negara.html,
www.artikelsiana.com/2015/08/apbn-apbd-pengertian-tujuan-fungsi.html,