saraf, yang mempersarafi pulmo, topografi, ) Anatomi Paru Pulmo atau paru – paru adalah organ pernafasan yang penting karena udara yang masuk dapat perhubungan secara erat dengan darah kapiler di dalam paru – paru. Tiap paru – paru melekat pada jantung dan trakea melalui radix pulmonis dan ligamentum pulmonale. Paru – paru sehat selalu berisi udara dan akan mengapung bila dimasukkan ke dalam air. Paru – paru dari foetus atau bayi baru lahir berwarna agak kemerahan dan lunak. Bila bayi belum pernah bernafas maka paru – paru tidak akan mengapung di dalam air tetapi akan tenggelam. Paru – paru orang dewasa mempunyai permukaan yang berwarna lebih gelap dan sering ada bercak – bercak yang disebabkan oleh penimbunan partikel debu yang terisap. Dibandingkan dengan paru – paru kiri, maka paru – paru kanan lebih besar dan lebih berat, tetapi lebih pendek karena kubah diaphragm kanan letaknya lebih tinggi. Juga lebih lebar karena adanya jantung yang letaknya lebih ke kiri dalam rongga toraks (Wibowo & Paryana, 2009). Tiap paru – paru mempunyai sebuah apex, sebuah basis, tiga buah facies costalis, facies mediastinalis dan facies diphragmatica, dan tiga buah margo yaitu margo anterior, margo inferior dan margo posterior. Paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru kiri mempunyai dua lobus. Lobus paru terbagi menjadi beberapa segmen-paru. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen- paru sedangkan paru kiri mempunyai delapan segmen-paru. Paru – paru kiri dibagi menjadi lobus superior dan lobus inferior oleh sebuah fissura obliqua. Paru – paru kanan dibagi menjadi lobus superior, lobus inferior dan lobus medius oleh fissura obliqua dan fissura horizontalis. Bronki dan vasa pulmonales muncul dari trakea dan jantung menuju tiap paru – paru. Keseluruhannya membentuk radix pulmonis yang akan memasuki hilum pulmonis. Apex pulmonis berbentuk bundar seperti cupula pleurae. Apex pulmonis sebelah kanan lebih kecil dan lebih dekat trakea, dan disilang oleh vasa subclavia (Wibowo & Paryana, 2009).
2.1.1. Topografi
Tampak depan (Gambar 2.1)
Jika dipandang dari arah depan, puncak paru kanan maupun kiri berada pada kira- kira 2,5 cm di atas sepertiga klavikula bagian medial. Puncak paru jika diproyeksikan akan jatuh pada dasar leher (Djojodibroto, 2013). Tampak belakang (Gambar 2.2) Puncak paru mencapai ujung posterior iga pertama sehingga sama tinggi dengan vertebra torasika pertama. Kubah diafragma mencapai ketinggian vertebra torasika kedelapan atau kesembilan (Djojodibroto, 2013). 2.1.2. Vaskularisasi Paru mendapat darah dari dua sistem arteri, yaitu arteri pulmonalis dan arteri bronkialis. Arteri pulmonalis bercabang dua mengikuti bronkus utama kanan dan kiri untuk kemudian bercabang-cabang membentuk ramifikasi yang memasok darah ke interstisial paru. Perlu diketahui bahwa pembuluh darah percabangan dari arteri pulmonalis mempunyai ujung akhir. Tekanan darah pada arteri pulmonalis sangat rendah sehingga memungkinkan pertukaran gas dengan baik sekali. Tekanan darah pada pembuluh yang berasal dari arteri bronkialis lebih tinggi dibandingkan tekanan pada arteri pulmonalis. Berbeda dengan percabangan pembuluh darah arteri pulmonalis, percabangan pembuluh arteri bronkialis tidak mempunyai ujung akhir. Darah yang dipasok oleh arteri bronkialis sampai ke saluran pernafasan, septa interlobular, dan pleura. Sepertiga darah yang meninggalkan paru melalui vena azigos menuju vena cava sedangkan yang dua pertiga lagi melalui vena pulmonalis ke atrium kiri (Djojodibroto, 2013).
b. Bagaimana histologi pulmo?
a. Bagaimana mekanisme terjadinya batuk berdahak?
Sebenarnya, dalam keadaan normal, manusia mensekresi mukus di dalam saluran pernafasan yang berfungsi sebagai pembersih berbagai macam kotoran seperti debu yang tidak tersaring melalui silia hidung. Aapabila terdapat debu yang berlebihan, maka mucus yang disekresikan akan semakin bertambah.. Infeksi ataupun iritasi pada saluran nafas juga akan menyebabkan hipersekresi mukus pada saluran napas, kemudian apabila terjadi hipersekresi mukus, terjadi hipertropi kelenjar submukosa pada trakea dan bronki dan akhirnya mukus tertimbun di dalam saluran nafas. Ditandai juga dengan peningkatan sekresi sel goblet di saluran napas kecil, bronki dan bronkiole. Kondisi ini kemudian merangsang membran mukosa untuk selanjutnya mengaktifkan rangsang batuk dengan tujuan untuk mengeluarkan benda asing yang telah mengiritasi saluran nafas sehingga mukus yang keluar dikenal sebagai sputum.
a. Bagaimana perubahan histologi (mikroskopis) batuk pada perokok berat?
Pemeriksaan sputum pada sediaan mikroskopis, akan terdapat adanya : Leukosit,eritrosit, Heart failure cells, serat elastik, uliran Curschmann, kristal – kristal, fungi, dan sel epitel. Sediaan abnormal akan ditemukan adanya : a. Butir keju: Potongan – potongan kecil berwarna kuning. b. Aliran Cruschmann: Benang kuning berulir yang sering terlihat benang pusat. Didapatpada asma bronchiale. c. Tuangan BronkhiBahan dari tuangan ini adalah fibrin, dan besarnya tergantung dari besarnya bronchus tempat membentuknya. d. Sumbat Dittrich: Benda kuning putih yang dibentuk dalan bronchi atau bronchiolus. Tidak tersusun dari fibrin tetapi dari sel yang rusak, lemak dan bakteri. Ditemukan pada asma bronchiale, bronchitis, dan bronchietasi