Você está na página 1de 6

A.

Remaja dengan resiko Seks bebas


a. Pengertian remaja
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama di mana
individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun. Batasan usia remaja menurut
WHO adalah 12 s/d 24 th Namun jika pada usia remaja sudah menikah
maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Istilah adolesens
biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas
menunjukan titik di mana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan
hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang
muda, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk
menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi.
b. Remaja dan Penyimpangan Seksual
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah
diperlukan agar mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi
anak mama. "Banyak teman maka banyak pengetahuan". Namun tidak
semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin
mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu
saja ada yang bersikap terpuji. Benar agar kita tidak terjerumus ke
pergaulan bebas yang menyesatkan. Masa remaja merupakan suatu masa
yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh
dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja
dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang
dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, organ reproduksi pun mengalami
perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan.
Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja
yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik
elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap
perilaku seksual individu remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan
masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah
kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila
Kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami
kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu
dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka
yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya dengan sangat
buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah.
Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan
akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal
tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan
masyarakat kita.
Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian
pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani
remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi
secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani
sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak
sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya
pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang
menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja
akan ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan
keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah
kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan
berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah
banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.
B. Lansia
a. Permasalah Umum
Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan
lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan
kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000
akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya
15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber
( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar
41% dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1).
1. Jumlah lansia miskin makin banyak
2. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin
individualistik
3. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani
lansia
4. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
5. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan
popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
b. Permasalahan Khusus
1. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya
perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan
medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti:
kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok,
penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga
berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut karena
proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos
masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas
jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan
fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan
terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi
penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita,
otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan
sexsualitas tidak selalu menurun
2. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan
melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi
misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia
C. Ibu Hamil
1. Kehamilan Resiko Tinggi
Dengan menganut tata cara pemeriksaan dalam pelayanan suatu usaha
pengawasan antenatal yang baik dan teratur maka secara berturutan dapat
dijumpai beberapa keterangan penting yang memberi petunjuk pengelompokan
kasus dalam KRT. Dengan demikian dapat segera disusun rancangan
pengawasan yang lebih ketal, dan dimana perlu langsung dilakukan rujukan yang
bersesuaian dengan keadaan kasus serta keterbatasan kemampuan sarana
pelayanan yang menanganinya. Hal demikian hendaknya tidak terbatas pada
kasus dalam usia kehamilan lanjut saja, tetapi yang mencakup usia kehamilan
muda, sehingga kesempatan bertindak masih cukup panjang dan memadai.
Berikut ini disajikan keterangan mengenai KRT, yang wajib dikenal.
a. Umur kurang dari 15 (20) tahun
Belum dicapainya cukup kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari
calon ibu serupa ini, tentu menimbulkan keraguan jaminan bagi
keselamatan kehamilan yang didalamnya dan juga jaminan cinta kasih serta
perawatan dan asuhan bagi anak yang akan dilahirkannya. Permasalah dari
segi psikatri dan psikologi sosial banyak diulas pada golongan ibu-ibu muda
dan hampir semua ulasan akan menekankan pentingnya usaha khusus
untuk melindungi anak-anak yang dilahirkan kemudian. Pembinaan dan
bimbingan yang lebih cermat dan mendalam perlu diperhatikan dokter
ataupun bidan yang menghadapinya dan disejogyanya untuk menyertakan
peranan orang tua ataupun sesepuh yang berpengaruh utusnya.
b. Umur lebih dari 35 (40) tahun
Perubahan yang terjadi oleh karena proses menjadi tua dari jaringan alat
reproduksi dan jalan lahir, cendrung untuk berakibat buruk pada proses
kehamilan dan persalinannya lebih banyak dijumpai kelainan pada
kelompok usia ini seperti yang banyak dilaporkan pada berbagai penelitian
bermacam-macam penyulit kehamilan dan persalinan demikian pula
dengan jumlah persen dari kematian yang terjadi.
c. Pendidikan dan kedudukan sosial ekonomi rendah
Cenderung untuk dijumpai bersikap "pasrah" dan kurang mempunyai
dorongan untuk perbaikan keadaannya. Hal sedemikian merupakan
hambatan bagi usaha pengamanan yang memudah, karena besarnya
ketidak tahuan mengenal keadaan yang dialaminya dan juga tanda-tanda
bahaya yang tumbuh selama masa kehamilannya. Sering dijumpai
menderita kekurangan gizi, yang dapat merupakan penyebab keadaan
anemia dan tingginya kernungkinan perdarahan pasca persalinan. Hal ini
akan banyak berpengaruh pada persiapan hidup bagi anak yang akan
dilahirkannya kemudian.
d. Status pemikahan yang buruk
Mencakup kasus dengan kehamilan luar nikah atau (POW/pregnancy out
wedlock), kasus dengan kegoyahan pernikahan, kasus kehamilan dari isteri
simpanan dan sejenisnya. Pertanyaan yang terarah perlu dilakukan pada
kasus yang dicurigai, untuk memperoleh keterangan dan petunjuk
mengenal usaha yang akan dilakukannya. Terlebih lagi juka sudah
menyatakancpenolakan terhadap kandungan yang dialaminya suatu cara
"penggarapan" tertentu yang tidak jarang memerlukan perhatian segi
psikiatri diperlukan untuk jenis kasus serupa ini demi tercapainya
keamanan yang memadai untuk ibu clan anak yang akan dilahirkannya.
Dapatkan kita menjamin adanya kehangatan penerimaan anak tersebut
yang mampu memberinya kesempatan tumbuh dan berkembang secara
baik.
e. Primigravida
Tidak perlu disangsikan lagi, bahwa kekakuan jaringan panggul yang belum
pernah menghadapi kehamilan akan banyak menentukan kelancaran
proses kehamilan. Belum dicobakannya kemampuan panggul tersebut,
mengharuskan penilaian yang cermat dari keseimbangan ukuran panggul
dan kepala janin. Penilaian cermat perlu dikerjakan oleh seorang dokter
pada minggu ke 34 usia kehamilannya. Keterampilan melakukan hal ini
hanya dapat dicapai dengan latihan dan pengalaman yang memadai.
f. Grande multigravida
Kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali
diregangkan kehamilan, membatasi kemampuannya berkerut untuk
menghentikan perdarahan sesudah persalinan. Disamping itu banyak pula
dijumpai tidak cukupnya tenaga untuk mengeluarkan janin, yang dikenal
dengan sebutan mertis uteri. Keadaan ini akan lebih buruk lagi pada kasus
dengan jarak kehamilan yang singkat. Kemunduran keadaan jaringan,
cendrung untuk menimbulkan kelainan letak ataupun kelainan
pertumbuhan plucentu; dan akibat dijumpainya persalinan seperti placenta
adhestiva dan sebagainya yang disertai perdarahan yang sangat berbahaya.

Você também pode gostar