Você está na página 1de 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit lupus adalah suatu gangguan sistem kekebalan yang terjadi di
dalam tubuh. Penyakit ini termasuk ke dalam penyakit autoimun yang
menyebabkan sel-sel tubuh rusak dan mengalami peradangan. Sederhananya,
penyakit lupus adalah kondisi dimana tubuh memproduksi antibody secara
berlebih. Pada keadaan normal, antibody berfungsi untuk melindungi tubuh
dari berbagai zat asing yang dapat menyebabkan penyakit. Namun, pada
orang yang mengalami penyakit lupus (Odapus), antibody yang dimilikinya
justru menyerang sel-sel tubuhnya sendiri. Sehingga odapus mudah
mengalami penyakit infeksi dan peradangan akibat sel sehat diserang oleh
antibody.
Penyakit lupus diduga berkaitan dengan sistem immunologi yang
berlebih. Penyakit ini tergolong misterius. Lebih dari 5 juta orang dalam usia
produktif diseluruh dunia telah terdiagnosis menyandang lupus atau SLE
(Systemic Lupus Erythematosus),yaitu penyakit imun auto kronis yang
menimbulkan berbagai macam-macam manifestasi sesuai dengan target organ
atau sistem yang terkena. Itu sebabnya lupus disebut juga penyakit 1000
wajah.
Penyakit lupus masih sangat awam bagi masyarakat. Penyakit lupus
biasanya menyerang wanita produktif. Meski kulit wajah penderita lupus dan
sebagian tubuh lainnya muncul bercak-bercak merah, tetapi penyakit ini tidak
menular. Terkadang kita meremehkan rasa nyeri pada persendian, seluruh
organ tubuh terasa sakit atau terjadi kelainan pada kulit, atau tubuh merasa
kelelahan berkepanjangan serta sensitif terhadap sinar matahari. Semua ini
merupakan sebagian dari gejala penyakit lupus.

24
Factor yang diduga sangat berperan terserang penyakit lupus adalah factor
lingkungan, seperti paparan sinar matahari, stress, beberapa jenis obat, dan
virus.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penyakit SLE ini diantara lain:
1. Apa pengertian dari penyakit lupus?
2. Bagaimana pathogenesis pada penyakit lupus?
3. Apa saja penyebabnya seseorang terkena penyakit lupus?
4. Bagaimana pencegahan yang harus dilakukan pada penyakit lupus?
5. Apa saja jenis-jenis penyakit lupus?
6. Bagaimana diagnosis (gejala) yang muncul pada penyakit lupus dan cara
membuktikan diagnosisnya?
7. Bagaimana tata laksana penyakit pada penderita lupus?
1.3 Tujuan Pustaka
Adapun tujuan dalam pembahasan makalah ini mengenai penyakit lupus
antara lain:
1. Mampu mendeskripsikan pengertian penyakit lupus.
2. Mampu mengetahui pathogenesis pada penyakit lupus.
3. Mampu mendeskripsikan penyebab timbulnya penyakit lupus.
4. Mampu menjelaskan cara pencegahan penyakit lupus.
5. Mampu mendeskripsikan jenis-jenis penyakit lupus.
6. Mampu mengetahui diagnosis/gejala-gejala yang ditimbulkan pada
penyakit lupus dan cara membuktikan diagnosisnya.
7. Mampu mendeskripsikan tata laksana penyakit lupus.

24
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP MEDIS


2.1.1 Definisi
Sistemik lupus erythematosus adalah suatu penyakit kulit menahun
yang ditandai dengan peradangan dan pembetukan jaringan parut yang
terjadi pada wajah, telinga, kulit kepala dan kandung pada bagian tubuh
lainnya. Systemic Lupus Erythematosus (SLE), merupakan penyakit
autoimun yang ditandai dengan produksi antibodi terhadap komponen inti
sel yang berhubungan dengan manifestasi yang luas. Penyakit lupus
merupakan penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun, dimana
tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ
tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau
trombosit. Antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri ataupun
virus yang masuk ke dalam tubuh.
2.1.2 Etiologi
Belum diketahui dengan jelas , namun terdapat banyak bukti bahwa
Sistemik lupus erythematosus (SLE) bersifat multifaktor, mencakup :
a. Genetik
b. Infeksi
c. Lingkungan
d. Stress
e. Cahaya matahari
f. Faktor Resiko : hormon; imunitas; obat

Penyakit lupus disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang


menyerang jaringan sehat dalam tubuh. Hal itu bisa terjadi kemungkinan
sebagai hasil dari kombinasi genetika dan lingkungan. Karena telah
diketahui bahwa orang-orang dengan kecenderungan lupus (diwariskan)
dapat mengembangkan penyakit lupus ini ketika mereka kontak dengan

24
sesuatu dalam lingkungan yang dapat memicu gejala penyakit lupus.
Walau demikian, secara pasti penyebab penyakit lupus belum diketahui.
Namun telah diketahui beberapa pemicu potensial, diantaranya :
a.Sinar matahari
Paparan sinar matahari bisa menjadi penyebab penyakit lupus
karena pada orang-orang yang rentan dapat menimbulkan lesi pada kulit
yang merupakan gejala penyakit lupus atau memicu respons interna.
b. Obat-obatan
Lupus dapat dipicu oleh beberapa jenis obat anti-kejang, obat
tekanan darah dan antibiotik. Orang yang gejala lupus nya timbul ketika
minum obat biasanya gejala penyakit lupus tersebut akan hilang ketika
mereka berhenti minum obat.
2.1.3 Patofisiologi
Penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE) tampaknya terjadi akibat
terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan auto
anti bodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti
oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan
lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu
seperti hidralasin (Apresoline , prokainamid (Pronestyl), isoniazid,
klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan disamping makanan
kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia
atau obat-obatan. Pada sistemik lupus eritematosus, peningkatan produksi
auto anti bodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-Supresor yang
abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan
jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya
merangsang anti bodi tambahan, dan siklus tersebut berulang kembali.
2.2.4 Manifestasi Klinik
Keluhan utama dan pertama sistemik lupus eritematosus (SLE)
adalah artralgia, dapat juga timbul artritis nonerosif pada dua atau lebih
sendi perifer. Pasien mengeluh lemas, lesu dan capek sehingga

24
menghalanginya beraktivitas. Demam pegal linu seluruh tubuh, nyeri otot
dan penurunan berat badan terdapat kelainan kulit spesifik berupa bercak
malar menyerupai kupu-kupu dimuka dan eritema umum yang menonjol.
Terdapat kelainan kulit menahun berupa bercak diskoid yang bermula
sebagai eritema papul atau plak bersisik. Dapat pula terjadi kelaian darah
berupa anemia hemoditik, kelainan ginjal, pneumonitis, kelainan jantung,
gastrointestinal, gangguan saraf dan kelainan psikatrik.
Berikut ini, ada 11 ciri-ciri penyakit lupus (11 Kriteria Lupus / SLE).
Jika seseorang memiliki minimal 4 dari gejala berikut, maka ia positif
lupus ( lupus eritematosus sistemik ) :
a. Butterfly Rash – Ruam dengan gambaran seperti sayap kupu-kupu,
yaitu mengenai kedua pipi dengan hidung sebagai tengahnya (badan)
b. Discoid Rash – Ruam yang cukup “klasik” berbentuk cakram tampak
merah lebih jelas dibagian tepi, dan biasanya timbul pada wajah, kulit
kepala, dan leher. Ruam ini sering meninggalkan bekas luka
c. Photosensitivity – Ruam-ruam diatas akan timbul atau semakin parah
setelah terkena sinar matahari
d. . Oral ulcers – timbulnya sariawan terus menerus atau hilang timbul,
baik di lidah ataupun di bagian mana saja dari rongga mulut
e. Arthritis (Radangan sendi) – Perdangan pada sendi yang
menimbulkan rsa nyeri, memerah bahkan sampi bengkak
f. Serositis – ini adalah suatu radang pada lapisan paru-paru dikenali
sebagai pleuritis (Radang selaput paru). Dan dapat juga mengenai
lapisan jantung. Dikenal sebagai Pericarditis (Peradangan pda selaput
jantung) sehingga menimbulkan gejala nyeri dadayang tajam terutam
ketika batuk dan tarik napas dalam, terkdang juga bisa
menimbulkanafas pendek.
g. Gangguan pada ginjal – Gangguan ginjal pada penyakit lupus
ditandai dengan ditemukannya protein dalam air kencing (Proteinuria)
atau endapan (sediments) yang ditemukan juga dalam urin (ini dapat
dilihat dibawah mikroskop).

24
h. Gangguan neurologis dan psychosis –lupus dapat mengganggu kerja
otak dan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan sakit kepala,
kebingungan, gangguan penglihatan seperti halusinasi, bahkan kejang.
Berlaku pada keadaan tidakadanya obat-obatan yang diketahui
menyebakan keadaan ini
i. Kelainan dalam darah- Hemolvtic Anemia (anemia karena
pecahnya sel darah merah). Low White Blood Cell counts (sel darah
putih rendah) atau Low Platelet counts (platelet atau trombosit
rendah).
j. Immunologic Disorders- gangguan imunitas ditandai dengan sel LE
positif, Anti –DNA:antibodi DNA asli dlam titer normal, Anti-
Sm:kehadiran antibodi terhadap antigen nuklir Sm, tes serologi positif
palsu untuk sifilis diketahui positif selama minimal 6 bulan dan
dikonfirmasi oleh Treponema pallidum imobilitas atau penyerapan
antibodi treponema fluoresen
k. Positif ANA (Antinuclear Antibodi) - Titer antibodi antinuklear
abnormal dengan imunofluoresensi atau uji setara pada setiap titip
waktu.
2.2.5 Klasifikasi
1. Cutaneus lupus atau seringkali disebut discoid dimana penyakit ini
hanya menyerang bagian kulit saja. Untuk mengetahui gambaran
penyakit ini yakni : adanya ruam yang muncul didaerah leher, kulit
kepala atau bahkan ruam pada seluruh tubuh, salah satu bagian tubuh
dan atau seluruh tubuh berwarna merah sampai bersisik, kadang-
kadang sampai gatal dan hampir semua golongan ini akan berubah
menjadi sistemik.
2. Sistemik lupus yaitu penyakit lupus yang menyerang organ tubuh
seperti: persendian, otak/saraf, darah, pembuluh darah, paru-paru,
ginjal, jantung, hati, dan mata. Penyakit ini adalah jenjang penyakit
lupus yang sangat berat karena jenis imi menyerang organ-organ vital
baik satu dan atau beberapa organ vital lainnya.

24
3. Drug Induced Lupus (DIL), yang timbul setelah sering menggunakan
obat-obatan tertentu. Obat-obatan seperti antibiotic seperti golongan
sulfa, obat-obat antituberkulosa seperti INH, golongan obat hydralazin
untuk hipertensi dan golongan obat prokainamid untuk jantung,
namun untuk beberapa tahun terakhir ini obat hydralazin dan
prokainamid sudah jarang sekali dipakai.
4. Neonatal Lupus adalah penyakit lupus yang menyerang bayi baru
lahir. Penyakit ini dialami oleh bayi yang dilahirkan ibu yang
memiliki kelainan antibodi.
5. Subacute Cutaneus Lupus Erythematosus, merupakan lupus yang
membuat jaringan kulit luka dan terbakar ketika terpapar sinar
matahari.
2.2.6 Komplikasi
1. Gagal Ginjal
2. Kerusakan Jaringan Otak
3. Infeksi Sekunder
6. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi nonfarmakologi
Gejala yang sering muncul pada penderita SLE adalah lemah
sehingga diperlukan keseimbangan antara istirahat dan kerja, dan
hindari kerja yang terlalu berlebihan. Penderita SLE sebaiknya
menghindari merokok karena hidrasin dalam tembakau diduga juga
merupakan faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya SLE.
Tidak ada diet yang spesifik untuk penderita SLE (Delafuente, 2002).
Tetapi penggunaan minyak ikan pada pasien SLE yang mengandung
vitamin E 75 IU and 500 IU/kg diet dapat menurunkan produksi
sitokin proinflamasi seperti IL-4, IL-6, TNF-a, IL-10, dan menurunkan
kadar antibodi anti-DNA (Venkatraman et al., 1999). Penggunaan
sunblock (SPF 15) dan menggunakan pakaian tertutup untuk penderita
SLE  sangat disarankan untuk mengurangi paparan sinar UV yang

24
terdapat pada sinar matahari ketika akan beraktivitas di luar rumah
(Delafuente, 2002).
2. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi untuk SLE ditujukan untuk menekan sistem
imun dan mengatasi inflamasi. Umumnya pengobatan SLE tergantung
dari tingkat keparahan dan lamanya  pasien menderita SLE serta
manifestasi yang timbul pada setiap pasien.
Gejala yang sering muncul pada penderita SLE adalah lemah
sehingga diperlukan keseimbangan antara istirahat dan kerja, dan
hindari kerja yang terlalu berlebihan. Penderita SLE sebaiknya
menghindari merokok karena hidrasin dalam tembakau diduga juga
merupakan faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya SLE.
Tidak ada diet yang spesifik untuk penderita SLE (Delafuente, 2002).
Tetapi penggunaan minyak ikan pada pasien SLE yang mengandung
vitamin E 75 IU and 500 IU/kg diet dapat menurunkan produksi
sitokin proinflamasi seperti IL-4, IL-6, TNF-a, IL-10, dan menurunkan
kadar antibodi anti-DNA (Venkatraman et al., 1999).
Penggunaan sunblock (SPF 15) dan menggunakan pakaian
tertutup untuk penderita SLE  sangat disarankan untuk mengurangi
paparan sinar UV yang terdapat pada sinar matahari ketika akan
beraktivitas di luar rumah (Delafuente, 2002).
Pengobatan Penyakit lupus tergantung pada tanda-tanda dan
gejala yang muncul saja, karena biasanya tidak semua gejala muncul
pada seseorang. Karena lupus merupakan penyakit kronis yang
membutuhkan pengobatan jangka panjang, maka gejala dan tanda
yang munculpun tidak harus semua diobati karena harus
dipertimbangkan dengan cermat mengenai manfaat dan risiko
pengobatan (efek samping obat).Obat penyakit lupus yang paling
sering digunakan untuk mengontrol lupus meliputi:

24
a. Obat anti-inflammatory non steroid (NSAID=non steroid anti-
inflammatory drugs)
NSAID Over-the-counter atau yang di jual bebas, seperti
naproxen dan ibuprofen, dapat digunakan untuk mengobati nyeri,
pembengkakan dan demam yang berhubungan dengan lupus.
NSAID yang lebih kuat harus dengan resep dokter. Efek samping
dari NSAID antara lain: perdarahan lambung, masalah ginjal dan
peningkatan risiko masalah jantung.
b. Obat antimalaria
Obat yang biasa digunakan untuk mengobati malaria juga
digunakan sebagai obat lupus, seperti hydroxychloroquine
(Plaquenil), juga dapat membantu mengendalikan lupus. Efek
samping bisa termasuk sakit perut dan, sangat jarang, kerusakan
pada retina mata.
c. Obat Kortikosteroid
Prednison dan jenis kortikosteroid lain digunakan sebagai obat
lupus karena dapat melawan peradangan, tetapi sering
menghasilkan efek samping jangka panjang – diantaranya
kelebihan berat badan, mudah memar, pengeroposan tulang
(osteoporosis), tekanan darah tinggi, diabetes dan meningkatkan
risiko infeksi. Risiko efek samping meningkat seiring dengan
besarnya dosis dan terapi jangka panjang.
d. Obat Penekan kekebalan tubuh
Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh dapat membantu
dalam kasus-kasus lupus yang berat. Contohnya siklofosfamid,
azathioprine, mycophenolate, leflunomide  dan methotrexate.
Potensi efek samping dari obat lupus ini antara lain: peningkatan
risiko infeksi, kerusakan hati, penurunan kesuburan dan
peningkatan risiko kanker. Sebuah obat baru, belimumab
(Benlysta) juga mengurangi gejala lupus pada beberapa orang.
Efek sampingnya berupa mual, diare dan demam.

24
2.2.7 Pencegahan
1. Pencegahan Primer
SLE merupakan penyakit yang di kaitkan dengan factor genetic
sehingga konseling genetic adalah salah satu upaya pencegahan primer
terhadap kelalaian genetic.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan
perkembangan penyakit atau cedera menuju suatu perkembangn
kearah kerusakan atau ketidak mampuan. Dapat dilakukan dengan
cara mendeteksi penyakit secara dini, untuk mencegah kondisi untuk
berkembang, menyebar dalam populasi, dan dapat menghentikan atau
paling tidak memperlambat perkembangn penyakit, ketidakmampuan,
gangguan, atau kematian.
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan SLE.
Tujuan pemberian obat-obatan adalah untuk mengatasi gejala yang
muncul dan yang terpenting adalah yang mencegah terjadinya
kerusakan organ (Akil, 2012). Setelah penderita SLE mendapatkan
pengobatan, diperlikan pemeriksaan untuk menentukan terapi yang
diberikan. Ada 2 jenis terapi yang diberikan kepada penderita SLE
yaitu terapi konserpatif dan terapi agresif.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan ini dilakukan untuk mengurangi ketidakmampuan
penderita SLE sehingga dapat meningkatkan kulitas hidupnya.
Perbaikan psikososial, dan dukungan dari sekitar sangat dibutuhkan
agar dapat hidup mandiri.
Hal yang dapat dilakuakn adalah pemberian konseling pada
penderita SLE memerlukan pengetahuan akan masalah aktivitas
fisiknya, mengurangi atau mencegah kekambuhan, melakukan latihan
fisik secara teratur, melakukan diet agar tidak kelebihan berat badan,
osteoporosis atau terjadi dislipidemia.

24
2.2.8 Program Pemerintah
Program Yang Sudah Dilakukan Kemenkes :
1. Sosialisasi pengendalian penyakit lupus melalui penyebar luasan
informasi (mencetak leaflet dan banner) yang telah didistribusikan ke
propinsi-propinsi dan masyarakat.
2. Meningkatkan Pengetahuan petugas kesehatan secara holistik mulai
dari hulu sampai hilir dalam pengendalian LES melalui pembuatan
pedoman dan petunjuk teknis penyakit lupus yang dilakukan
bersamaan dengan Lintas sektor, lintas program dan para ahli penyakit
lupus
3. Penyelenggaraan pertemuan ilmiah dengan organisasi profesi sehingga
menghasilkan update konsep yang inovatif dan kesamaan persepsi
terkait dengan lupus
4. Penyelenggaraan Peningkatan kapasitas Sumber daya kesehatan
melalui pelatihan penanggulangan gangguan imunologi tahun 2017
( Penyakit LES dan Psoriasis)
5. Mengusulkan obat-obat lupus ( selama ini obat-obat Lupus masih Off-
label) kedalam DOEN 2013. Beberapa Obat LES yang diusulkan ada
yang masuk kedalam DOEN 2013 dan Formularium Obat Nasional
2017.
6. Untuk pembiayaan Penyakit Lupus pada Odapus sesuai dengan UU
no.40 tahun 2004 pasal 19 tentang jaminan kesehatan diselenggarakan
secara nasional berdasarkan prinsip Asuransi Sosial dan ekuitas, pada
tahun 2014 diharapkan semua jaminan pelayanan kesehatan akan
masuk kedalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dimana setiap
penduduk wajib menjadi peserta JKN.

24
2.2 KONSEP DASAR KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
1. Anamnesis
Identitas, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang
difokuskan pada gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah
lelah, lemah, nyeri, kaku, demam, panas, anoreksia, dan efek gejala
tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
2. Kulit
Ruam eritematous, plak eritomaous pada kulit kepala, muka atau
leher.
3. Kardiovaskular
Friction rub pericardium yang menyertai miokarditis dan efusi
pleura. Lesi eritemous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis
menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari
kaki, dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan.
4. Sistem musculoskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak,
rasa kaku pada pagi hari
5. Sistem integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu
yang melintang pada pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat
mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
6. Sistem pernafasan
Pleuritis dan efusi pleura.
7. Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriol terminalis yang menyebabkan lesi
eritemous papuler dan purpura yang menunjukkan gangguan vaskuler
terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki, dan permukaan ekstensor
lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
8. Sistem renal
Edema dan hematuria.

24
9. Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefekifan pola nafas b.d ekspansi paru menurun, hiperventiasi,
ansietas.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d Friction rub pericardium, lesi
eritemous papuler
3. Kerusakan integritas kulit b.d lesi pada kulit
4. Kerusakan mobilitas fisik b.d deformitas skeletal
5. Nyeri akut b.d inflamasi dan kerusakan jaringan
6. Retensi urin b.d inhibisi arkus reflex
2.2.3 Intervensi
N Tujuan dan Kriteria
Diagnosa Intervensi
o Hasil
1. Ketidakefekifan 1. Respiratory status Label NIC: Airway
pola nafas b.d : ventilation Management:
ekspansi paru 2. Respiratory status Observasi/Monitoring
menurun, : airway patency
1. Monitor Tanda-tanda
hiperventiasi, 3. Vital sign status
vital
ansietas. Kriteria Hasil : 2. Monitor VS saat
1. Tidak ada sianosis pasien berbaring,
dan dyspnea duduk, atau berdiri
2. Menunjukkan 3. Monitor frekuensi
jalan nafas yang dan irama pernapasan
paten. 4. Monitor adanya
3. Tanda-tanda vital kecemasan pasien
dalam rentang terhadap oksigenasi
normal. Edukasi/Penyuluhan

5. Ajarkan pasien untuk


memposisikan tubuh

24
pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Tindakan Mandiri
Keperawatan

6. Buka jalan nafas,


gunakan teknik chin
lift atau jaw thrust
bila perlu
7. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
8. Pertahankan posisi
pasien
9. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
Kolaborasi

10. Kolaborasikan
bersama Dokter
untuk pemberian
bronkodilator bila
perlu.
2. Ketidakefektifa 1. Circulation status Label NIC: Peripheral
n perfusi 2. Tissue perfusion
sensation management:
jaringan b.d Mendemonstrasikan Obsrevasi/Monitoring
Friction rub status sirkulasi yang
pericardium, 1. Monitor adanya
ditandai dengan:
lesi eritemous daerah tertentu yang
a. Tekanan systole

24
papuler dan diastole hanya peka terhadap
dalam rentang panas/dingin/tajam/tu
yang diharapkan. mpul
b. Tidak ada 2. Monitor adanya
tandatanda paretese
peningkatan 3. Monitor kemampuan
tekanan BAB
intracranial. 4. Monitor adanya
tromboplebitis
Mendemonstrasikan
Edukasi/penyuluhan
kemampuan kognitif
yang ditandai dengan: 5. Instruksikan keluarga

a. Berkomunikasi untuk mengobservasi


dengan jelas dan kulit jika ada lesi atau
sesuai dengan laserasi
kemampuan 6. Diskusikan mengenai
b. Menunjukkan penyebab perubahan
perhatian, sensasi
konsentrasi dan Tindakan mandiri
orientasi keperawatan

Mendemonstrasikan 7. Gunakan sarung


fungsi motori cranial tangan untuk proteksi
yang utuh yaitu 8. Batasi gerakan pada
dengan tingkat kepala, leher dan
kesadaran yang baik punggung Kolaborasi
dan tidak ada gerakan 9. Kolaborasikan
involunter kepada tim
farmakologi untuk
pemberian analgetik.
3. Kerusakan 1. Tissue integrity : Label NIC: Pressure
integritas kulit skin and management:

24
b.d lesi pada 2. Hemodyalis Observasi/monitoring
kulit access 1. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
Kriteria Hasil :
Edukasi/penyuluhan
1. Integritas kulit
yang baik bisa 2. Anjurkan pasien
dipertahankan untuk menggunakan
2. Perfusi jaringan pakaian yang longgar
baik Tindakan mandiri
3. Mempu keperawatan
melindungi kulit
3. Jaga kebersihan
dan
kuliat pasien agar
mempertahankan
tetap bersih dan
kelembaban kulit
kering
dan perawatan
4. Oleskan lotion atau
alami.
minyak/baby oil pada
daerah sekitar lesi
5. Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat
4. Kerusakan 1. Joint movements: Label NIC: Exercise
mobilitas fisik active therapy:
b.d deformitas 2. Mobility level Observasi/monitoring
skeletal 3. Self care : ADLs 1. Monitor vital sign
sebelum/sesudah
KH :
latihan dan lihat
1. Klien meningkat
respon pasien saat
dalam aktivitas
latihan
fisik
2. Kaji kemampuan
2. Mengerti tujuan
pasien dalam
dari mobilitas

24
fisik mobilisasi
3. Memverbalisasika Edukasi/penyuluhan
n perasaan dalam
3. Ajarkan pasien atau
meningkatkan dan
tenaga kesehatan lain
kemampuan
tentang teknik
berpindah
ambulasi
4. Memperagakan
4. Ajarkan pasien
penggunaan alat
bagaimana merubah
bantu untuk
posisi dan berikan
mobilisasi
bantuan jika
diperlukan

Tindakan mandiri
keperawatan

5. Bantu klien untuk


menggunakan alat
bantu saat berjalan
dan cegah terhadap
cedera
6. Latih pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan

Kolaborasi

7. Konsultasikan dengan
terapi fisik tentang
rencana ambulasi
sesuai dengan
kebutuhan

24
5. Nyeri akut b.d 1. Pain level Label NIC: Pain
inflamasi dan 2. Pain control management:
kerusakan 3. Comfort level Observasi/monitoring
jaringan 1. Lakukan pengkajian
Kriteria Hasil :
nyeri secara
1. Mampu
komprehensif
menontrol nyeri
(PQRST)
2. Melaporkan
2. Kaji tipe dan sumber
bahwa nyeri
nyeri
berkurang dengan
3. Observasi reaksi
menggunakan
nonverbal dari
manajemen nyeri
ketidaknyamanan
3. Mampu
4. Kaji kultur yang
mengenali nyeri
mempengaruhi
4. Menyatakan rasa
respon nyeri
nyaman setelah
5. Monitor penerimaan
nyeri berkurang
pasien tentang
manajemen nyeri

Edukasi/penyuluhan

6. Ajarkan pasien
tentang teknik
relaksasi nafas dalam

Tindakan mandiri
keperawatan

7. Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri

24
pasien
8. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri

Kolaborasi

11. Kolaborasikan
dengan tim
farmakologi untuk
pemberian analgetik
untuk mengurangi
nyeri
12. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
6. Retensi urin b.d 1. Urinary Label NIC: Urinary
inhibisi arkus elimination Retention Care
refleks 2. Urinary Observasi/penyuluhan
continence 1. Monitor intake dan
Kriteria Hasil : output
2. Monitor tanda dan
1. Kandung kemih
gejala retensi urin
kosong secara

24
penuh 3. Monitor derajat
2. Tidak ada residu distensi bladder
urin > 100-200cc 4. Monitor tanda dan
3. Tidak ada spasme gejala ISK
bladder Edukasi/penyuluhan
4. Balance cairan
5. Instruksikan pada
seimbang.
pasien dan keluarga
untuk mencatat
output urin
6. Ajarkan kepada
pasien mengenai
tanda dan gejala
infeksi saluran kemih

Tindakan mandiri
keperawatan

7. Kateterisasi bila perlu


8. Batasi cairan
9. Sediakan privacy
untuk eliminasi

2.2.9 Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu
perlakuan atau tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini
meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai
melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi
sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu
pada kriteria hasil yang diharapkan.
Adapunevaluasi yang di harapkan pada klien dengan kasus SLE
( Sistemisc lupus erythematosus ) ialah :
a. Skala nyeri normal dan nyeri berkurang.

24
b. Aktivitas sehari – hari teratur sesuai kebutuhan dan di sesuaikan
dengan kondisi klien.
c. Klien dapat melakukan imobilisasi dalam memenuhi kegiatan sehari –
harinya.
d. Integritas kulit kembali normal ( Elastis, Halus dan bersih ).
e. Klien mengerti dan menerima terhadap penyakitnya.

2.2.10 Perencanaan Pulang


Dalam perencanaan diperlukan adanya kolaborasi dengan team
kesehatan lainnya, diskusi dengan keluarga dan pemberian penkes.
Pendekatan yang digunakan pada discharge planning difokuskan pada 6
area penting dari pemberian penkes yang dikenal dengan istilah
”METHOD” dan disesuaikan dengan kebijakan masing-masing rumah
sakit (Slevin, 1996) :
1. M : Medication
Pasien diharapkan mengetahui tentang: nama obat, dosis yang
harus di komsumsi, waktu pemberiannya, tujuan penggunaan obat,
efek obat, gejala yang mungkin menyimpang dari efek obat dan hal-
hal spesifik lain yang perlu dilaporkan.

2. E : Environment
Pasien akan dijamin tentang: instruksi yang adekuat mengenai
ketrampilanketrampilan penting yang diperlukan di rumah, investigasi
dan koreksi berbagai bahaya di lingkungan rumah, support emosional
yang adekuat, investigasi sumber-sumber dukungan ekonomi,
investigasi transportasi yang akan digunakan klien
3. T : Treatment
Pasien dan keluarga dapat: mengetahui tujuan perawatan yang
akan dilanjutkan di rumah, serta mampu mendemonstrasikan cara
perawatan secara benar.

24
4. H : Health
Pasien akan dapat: mendeskripsikan bagaimana penyakitnya atau
kondisinya yang terkait dengan fungsi tubuh, mendeskripsikan makna-
makna penting untuk memelihara derajat kesehatan, atau mencapai
derajat kesehatan yang lebih tinggi
5. O : Outpatient Referral
Pasien dapat: mengetahui waktu dan tempat untuk kontrol
kesehatan, mengetahui dimana dan siapa yang dapat dihubungi untuk
membantu perawatan dan pengobatannya.
6. D : Diet
Pasien diharapkan mampu: mendeskripsikan tujuan pemberian
diet, merencanakan jenis-jenis menu yang sesuai dengan dietnya.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien SLE adalah :
1. Retensi urine b/d sumbatan
2. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi
Berdasarkan  retensie urine b/d sumbatan dan kelebihan volume cairan b/d
gangguan mekanisme regulasi. Di harapkan klien mampu mendemonstrasikan 
intake output yang normal dan terbebas dari edem dan menjelaskan indicator
kelebihan volume cairan kembali secara normal.

3.2 SARAN
1. Perawat atau tenaga medis lain yang memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan SLE yang di derita pasien setiap petugas medis di
harapkan saling berkolaborasi. 
2. Rumah sakit di harapkan memiliki dan memberikan fasilitas yang
memadai untuk menangani klien dengan keluhan tersebut.

24
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC, 2001

Robbins & cotran. Buku saku dasar patologis penyakit. Edisi 7. Jakarta:    EGC,2008

https://www.scribd.com/doc/98802057/Askep-SLE-Sistemic-Lupus-Erythematosus

http://eprints.undip.ac.id/44553/3/Dinda_Welltsazia_Rindhi_2201011012011_BAB2
KTI.pdf

24

Você também pode gostar