Você está na página 1de 96

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2017

Uji Daya Terima dan Kandungan Gizi


Selai Kulit Buah Naga (Hylocereus polyrhizus)

Hutauruk, Astri Handayani

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1464
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI
SELAI KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus)

SKRIPSI

OLEH
ASTRI HANDAYANI HUTAURUK
NIM. 131000578

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI
SELAI KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus)

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
ASTRI HANDAYANI HUTAURUK
NIM. 131000578

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “UJI DAYA

TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI SELAI KULIT BUAH NAGA

(Hylocereus polyrhizus)” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya

sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Oktober 2017


Yang Membuat Pernyataan

Astri Handayani Hutauruk


NIM. 131000578

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus) selama ini hanya dianggap


sebagai limbah oleh masyarakat karena dianggap tidak berguna padahal pada kulit
buah naga masih mengandung zat gizi yang bermanfaat untuk kesehatan, antara
lain vitamin C, vitamin E, vitamin A, terpenoid, flavonoid, juga memiliki
akitivitas antioksidan yang lebih besar dibandingkan aktivitas pada daging
buahnya. Kulit buah naga dapat dimanfaatkan menjadi produk makanan, salah
satunya adalah selai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima
serta kandungan vitamin C dan serat dari selai kulit buah naga.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan acak
lengkap menggunakan dua perlakuan yaitu kulit buah naga 60%:40% gula pasir
halus, dan kulit buah naga 50%:50% gula pasir halus. Uji daya terima selai kulit
buah naga dilakukan terhadap 30 mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
(FKM) Universitas Sumatera Utara dan analisis kandungan zat gizi dilakukan di
Laboratorium Biokimia/KBM FMIPA Universitas Sumatera Utara. Data uji
organoleptik dianalisis dengan Uji T – Independent Test.
Hasil analisis kandungan gizi selai kulit buah naga dengan perlakuan A1
(60%:40%) memiliki kandungan vitamin C sebesar 48,4% dan serat sebesar 5,4%.
Hasil analisis kandungan gizi selai kulit buah naga dengan perlakuan A2
(50%:50%) memiliki kandungan vitamin C sebesar 36,66% dan serat sebesar
4,53%. Berdasarkan uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur,
diketahui bahwa panelis lebih menyukai selai dengan perbandingan kulit buah
naga 50% dan gula pasir halus 50%. Uji T – Independent Test menunjukkan
perbedaan uji daya terima dari kedua selai kulit buah naga ditinjau dari indikator
warna, aroma, rasa dan tekstur.
Disarankan kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan kulit buah naga
menjadi selai sebagai alternatif makanan tambahan sebagai isian roti. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan zat mikro lainnya yang
terdapat pada selai kulit buah naga.

Kata kunci : kulit buah naga, selai, uji daya terima, vitamin C, serat

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Dragon fruit peel (Hylocereus polyrhizus) has been considered only a


leftover by the community as it is well-thought-out useless while the dragon fruit
peel still contains nutrients that are beneficial to the health such as vitamine C,
vitamine E, vitamine A, terpenoid, and flavonoid. It also has greater antioxidant
activity than fruit flesh itself. Dragon fruit peel can be untilized into food
products, one of which is jam. The purpose of this study is to know the acceptance
as well as the nutrition of vitamine C and fiber in dragon fruit peel jam.
This study was an experimental study with completely randomized design
using two treatments: Dragon fruit peel 60%: 40% fine sugar and dragon fruit
peel 50%: 50% fine sugar. The acceptability of dragon fruit peel jam was
conducted on 30 students of the Faculty of Public Health University of Sumatera
Utara and nutritional content analysis conducted in the Biochemistry Laboratory
FMIPA University of Sumatera Utara. Organoleptic test data were analyzed by T
Test - Independent Test.
The result analysis of nutrient content of dragon fruit peel jam with A1
treatment (60%:40%) had vitamin C content of 48.4% and fiber 5.4%. The result
analysis of nutritional content of dragon fruit peel with A2 treatment (50%: 50%)
had vitamine C content of 36.66% and fiber of 4.53%. Based on organoleptic tests
on color, aroma, taste and texture, it has been known that panelists prefer jam
with a ratio of 50% dragon fruit peel and 50% fine sugar. T Test - Independent
Test showed the difference of acceptability test from both dragon fruit peel jam
crusts in terms of color, smell, taste, and texture indicator.
It is suggested that the public be able to utilize the dragon fruit peel to be jam
as an additional food alternative as bread stuffing. Further research is needed on
the content of other micro substances confined in dragon fruit peel.

Keywords: dragon fruit peel, jam, acceptability test, vitamine C, fiber

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus karena

berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Uji Daya Terima dan Kandungan Gizi Selai Kulit Buah Naga

(Hylocereus polyrhizus)” yang merupaka salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui

kesulitan dan hambatan namun berkat bimbingan, bantuan dan motivasi dari

berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran

masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, Msi selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si., selaku Ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat dan Penguji II yang telah banyak membantu dalam

perbaikan skripsi ini.

4. Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan saran, masukan, dan

petunjuk dalam penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


5. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan saran, masukan, dan

petunjuk dalam penulisan skripsi ini. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes

6. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes selaku Penguji I yang telah banyak

memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

7. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina Simatupang, MS selaku Dosen

Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan akademik selama

penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi di Departemen Gizi Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Orang tua tercinta, Hotma Hutauruk dan Sedima Silalahi yang tiada henti

mendoakan, mendukung, memberikan kasih sayang, nasihat kepada

penulis serta setia menjadi tempat berbagi keluh kesah sehingga penulis

dapat selalu bersemangat untuk menjalani masa perkuliahan hingga

menyelesaikan skripsi ini.

10. Kakak dan Abang tersayang, Dian Hutauruk, Jefri Samuel Hutauruk,

Sofyan Fernandes Hutauruk yang telah mendoakan, memberikan

keceriaan dan motivasi sehingga penulis dapat selalu bersemangat untuk

menjalani masa perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.

11. Someone Special, Desandy Mekalindo Ferdana Siringoringo, SKM yang

selalu setia menjadi tempat berbagi keluh kesah, mendoakan serta

vi

Universitas Sumatera Utara


memberikan dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat selalu

bersemangat hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Kakak Senior Terbaik, Yosephin Grace Natali Marpaung, SKM yang

selalu setia mendukung, memberi semangat, menjadi tempat berbagi keluh

kesah, sehingga penulis dapat selalu bersemangat hingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman Seperjuangan, Anna, Eka, Ruth dan Iren yang selalu setia menjadi

teman sekaligus keluarga, memberikan dukungan, motivasi, dan keceriaan

sehingga penulis dapat selalu bersemangat untuk menjalani masa

perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.

14. Anak Gadis, Febby, Vanny, Bidari, Sarah, Mutia, dan Lestary yang selalu

setia menjadi teman sekaligus keluarga, memberikan dukungan, semangat,

motivasi, dan keceriaan sehingga penulis dapat selalu bersemangat untuk

menjalani masa perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.

15. Keluarga Baper Hipertensi, Lisandy, Astri, Ribka, dan Cindy yang selalu

setia menjadi teman sekaligus keluarga, memberikan dukungan, motivasi,

dan keceriaan sehingga penulis dapat selalu bersemangat menyelesaikan

skripsi ini.

16. Untuk seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,

yaitu Sifra, Ivany, Rani, Irma, serta teman-teman lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu, memberikan

dukungan dan doa selama ini.

vii

Universitas Sumatera Utara


Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan

Medan, Agustus 2017


Penulis,

Astri Handayani Hutauruk

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... ..1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................... ..1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... ..6
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... ..6
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... ..6
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. ..6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... ..7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ ..8


2.1 Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) .......................................................... ..8
2.1.1 Klasifikasi Buah Naga....................................................................... 10
2.1.2 Jenis Buah Naga ................................................................................ 10
2.1.3 Kandungan Gizi Buah Naga.............................................................. 13
2.1.4 Kulit Buah Naga................................................................................ 14
2.1.5 Pemanfaatan Kulit Buah Naga .......................................................... 15
2.1.6 Tujuan Pemanfaatan Kulit BuahNaga............................................... 17
2.2 Selai ............................................................................................................ 18
2.3 Bahan –Bahan dalam Pengolahan Selai ..................................................... 19
2.3.1 Bahan Dasar dalam Pembuatan Selai ................................................ 19
2.3.2 Resep Dasar dan Cara Pembuatan Selai Kulit Buah Naga Merah .... 22
2.4 Daya Terima ............................................................................................... 24
2.4.1 Penampilan dan Cita Rasa Makanan ................................................. 24
2.4.2 Konsistensi atau Tekstur Makanan ................................................... 25
2.4.3 Rasa dan Aroma Makanan ................................................................ 26
2.5 Uji Organoleptik......................................................................................... 26
2.6 Panelis ........................................................................................................ 27
2.7 Kerangka Konsep ....................................................................................... 30

ix

Universitas Sumatera Utara


BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 31
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 31
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 31
3.2.1 Tempat Penelitian.............................................................................. 31
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................................... 32
3.3 Obyek Penelitian ........................................................................................ 32
3.4 Definisi Operasional................................................................................... 32
3.5 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen ............................................................. 33
3.5.1 Alat .................................................................................................... 33
3.5.2 Bahan................................................................................................. 33
3.6 Tahapan Penelitian ..................................................................................... 35
3.6.1 Proses Pembuatan Selai..................................................................... 35
3.7 Penilaian Uji Daya Terima ......................................................................... 37
3.8 Analisis Proksimat ..................................................................................... 39
3.8.1 Uji Kadar Vitamin C ............................................................................... 39
3.8.2 Uji Kadar Serat........................................................................................ 40
3.9 Pengolahan dan Analisis Data .................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 44


4.1 Karakteristik Selai Kulit Buah Naga .......................................................... 44
4.2 Dekspritif Panelis ....................................................................................... 45
4.3 Analisis Organoleptik Warna Selai Kulit Buah Naga ................................ 45
4.4 Analisis Organoleptik Aroma Selai Kulit Buah Naga ............................... 46
4.5 Analisis Organoleptik Rasa Selai Kulit Buah Naga ................................... 46
4.6 Analisis Organoleptik Tekstur Selai Kulit Buah Naga .............................. 47
4.7 Analisis Kandungan Vitamin C dan Serat Selai Kulit Buah Naga ............ 48

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 49

5.1 Karakteristik Selai Kulit Buah Naga .......................................................... 49


5.2 Daya Terima Selai Kulit Buah Naga.......................................................... 49
5.2.1 Daya Terima Panelis Terhadap Warna Selai Kulit Buah Naga .............. 50
5.2.2 Daya Terima Panelis Terhadap Aroma Selai Kulit Buah Naga .............. 52
5.2.3 Daya Terima Panelis Terhadap Rasa Selai Kulit Buah Naga ................. 53
5.2.4 Daya Terima Panelis Terhadap Tekstur Selai Kulit Buah Naga ............. 54
5.3 Analisis KandunganVitamin C dan Serat Selai Kulit Buah Naga..............55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 58


6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 58
6.2 Saran........................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 59


DAFTAR LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi Buah Naga per 100 gram ................................ 14
Tabel 2.2 Kandungan Gizi Kulit Buah Naga ................................................... 15
Tabel 2.2 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gr Selai Kulit Jeruk Manis ............ 19
Tabel 3.1 Rincian Perlakuan ............................................................................ 31
Tabel 3.2 Rancangan Pembuatan Selai Kulit Buah Naga ................................ 34
Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Panelis pada Uji Hedonik ............................... 37
Tabel 3.4 Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan ...................................... 43
Tabel 4.1 Karakteristik Selai Kulit Buah Naga................................................ 44
Tabel 4.2 Hasil Analisis Organoleptik Warna Selai Kulit Buah Naga ............ 45
Tabel 4.3 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Selai Kulit Buah Naga ............ 46
Tabel 4.4 Hasil Analisis Organoleptik Rasa Selai Kulit Buah Naga ............... 47
Tabel 4.5 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Selai Kulit Buah Naga........... 47
Tabel 4.6 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Selai Kulit Buah Naga
Dan Selai Kulit Jeruk Manis.............................................................49

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Buah Naga dan Kulit Buah Naga ................................................. ...8

Gambar 2.2 Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) ....................................... .11

Gambar 2.3 Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) ................................. .12

Gambar 2.4 Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis) .................. .12

Gambar 2.5 Buah Naga Kuning (Selenicereus megalanthus).......................... .13

Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ .30

Gambar 3.1 Diagram Proses Pembuatan Selai ................................................. .35

Gambar 4.1 Selai Kulit Buah Naga Perlakuan A1 ........................................... .44

Gambar 4.2 Selai Kulit Buah Naga Perlakuan A2 ........................................... .44

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Uji Kesukaan .............................................................. 62


Lampiran 2. Rekapitulasi Hasil Uji Organoleptik Selai Kulit
Buah Naga A1 ............................................................................ 63
Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Uji Organoleptik Selai Kulit
Buah Naga A2 ............................................................................ 64
Lampiran 4. Hasil Analisis Data Uji Organoleptik Selai Kuit
Buah Naga A1 dan A2 Denga SPSS ......................................... 65
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ................................................................... 71
Lampiran 6. Surat Izin Memakai Laboratorium Gizi FKM USU ................. 72
Lampiran 7. Surat Selesai Penelitian .............................................................. 73
Lampiran 8. Hasil Laboratorium .................................................................... 75
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian ............................................................. 76

xiii

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Astri Handayani Hutauruk dilahirkan di Medan pada tanggal 22 Februari

1995 dan merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari Ayah Hotma

Hutauruk dan Ibu Sedima Silalahi.

Tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD

Negeri 060820 Medan, lulus Sekolah Menengah Pertama dari SMP Negeri 8

Medan pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas dari SMA Swasta Santa

Maria Medan pada tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan pada tahun yang

sama di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara melalui jalur

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), kemudian

mengambil peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, dan memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat pada Tahun 2017.

xiv

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan makanan dan minuman

senantiasa terus meningkat. Makanan yang beranekaragam dapat diciptakan

dengan memvariasikan berbagai bahan pokok dengan teknologi pengolahan

pangan. Produk pangan yang dikehendaki oleh masyarakat modern saat ini tidak

hanya untuk menghilangkan rasa lapar, akan tetapi mempertimbangkan kualitas

gizi yang terdapat pada makanan tersebut. Oleh karena itu beragamnya jenis

makanan dan minuman yang ditawarkan, menuntut masyarakat untuk lebih pandai

dalam memilih makanan dan minuman yang bergizi (Elastri, 2015).

Penganekaragaman bahan makanan sudah dikenal masyarakat untuk

meningkatkan gizi dan mempertahankan status gizi. Usaha penganekaragaman

pangan dapat dilakukan dengan mencari bahan pangan baru atau bahan dari

pangan yang sudah ada di lingkungan dan dikembangkan menjadi bahan pangan

yang beraneka ragam dengan harga yang relatif terjangkau oleh masyarakat

(Debora, 2015).

Buah merupakan sumber vitamin, mineral, dan kaya enzim.

Penelitian membuktikan, mereka yang mengonsumsi buah-buahan tertentu, maka

hidupnya akan lebih sehat. Buah membantu meningkatkan jumlah energi dan

meredakan kelelahan. Buah juga berperan dalam proses detoksifikasi untuk

membuang racun-racun yang ada di dalam tubuh. Tidak heran jika setiap hari

1
Universitas Sumatera Utara
2

hampir seluruh manusia di muka bumi ini mengkonsumsi buah-buahan. Namun

tidak semua tahu apa saja khasiat dari buah yang masuk ke dalam tubuhnya

tersebut. Tidak semua buah memiliki khasiat yang sama. Dengan kata lain, setiap

jenis buah memiliki khasiat yang berbeda dengan buah lain.

Buah naga merupakan buah eksotik yang telah menjadi primadona di

berbagai negara. Buah naga berbentuk bulat lonjong yang memiliki jumbai-

jumbai di seluruh bagian kulitnya (Evira, 2013). Buah naga mengandung vitamin

C yang cukup tinggi dibandingkan dengan vitamin A dan vitamin E yaitu 525,32

µg serta memiliki kandungan serat sebesar 10,1 gram yang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan protein, lemak, dan karbohidrat.

Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke

Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan Cina buahnya dianggap

membawa berkah. Oleh sebab itu, buah ini selalu diletakkan di antara dua ekor

patung naga berwarna hijau di atas meja altar. Dari kebiasaan inilah buah itu di

kalangan orang Vietnam yang sangat terpengaruh budaya Cina dikenal dengan

Thang loy (buah naga). Istilah Thang loy kemudian diterjemahkan di Eropa dan

negara lain yang berbahasa Inggris sebagai dragon fruit (buah naga) (Indah dan

Bagus, 2013).

Berdasarkan uji klinis, ternyata tak hanya daging buah naga yang

menyimpan sejuta khasiat. Kulit buah naga yang dianggap sebagai limbah,

mengandung zat yang bisa membasmi zat asing yang membahayakan tubuh. Tak

hanya itu, kulit buah naga juga dapat mencegah penyakit diabetes dan penyakit

jantung (Handayani, 2014).

Universitas Sumatera Utara


3

Kulit buah naga mengandung vitamin C, vitamin E, vitamin A, terpenoid,

flavonoid, tiamin, niasin, piridoksin, kobalamin, fenolik, karoten, dan fitoalbumin

(Jaafar, et al.,2009 yang dikutip oleh Ketut dkk.,2015), juga mengandung air,

protein, lemak, abu, betasianin, dan karbohidrat (International Food Research

Journal 18: 279-286., 2011).

Menurut penelitian Wu, et al (2006) keunggulan kulit buah naga yaitu

kaya polifenol dan merupakan antioksidan. Selain itu aktivitas antioksidan pada

kulit buah naga lebih besar dibandingkan aktivitas pada daging buahnya, sehingga

berpotensi untuk dikembangkan menjadi antioksidan alami. Selain itu aktivitas

antioksidan kulit buah naga juga didukung dengan penelitian oleh Mitasari (2012)

yang menyatakan bahwa ekstrak koloform kulit buah naga merah memiliki

aktivitas antioksidan sebesar 43,836 µg/mL. Ditambah oleh penelitian Wahyuni

(2011), tentang pemanfaatan kulit buah naga super merah sebagai sumber

antioksidan dan pewarna alami pada pembuatan jelly adalah rerata kadar

antoiksidan pada berbagai kombinasi perlakuan berkisar antara 20,856%-

20,885%.

Perubahan gaya hidup yang berslogan “Back to nature for better life”, di

berbagai dunia termasuk Indonesia membuat masyarakat mulai melirik pangan

fungsional, makanan suplemen, atau produk herbal yang terbuat dari buah-buahan

saja. Kulit buah akan disingkirkan karena dianggap tidak berguna dan banyak

orang merasa aneh jika harus memakan kulit buah karena rasanya yang tidak

enak, pahit, asam, atau hambar, sehingga orang cenderung membuangnya,

Universitas Sumatera Utara


4

padahal beberapa kulit buah memiliki nilai gizi yang tidak kalah dengan buahnya

salah satunya kulit buah naga.

Pengenalan penggunaan kulit buah naga kepada masyarakat akan lebih

efektif bila diterapkan sebagai bahan baku atau tambahan dalam pembuatan

makanan yang sudah dikenal oleh masyarakat, salah satunya adalah selai. Selain

sebagai pemanfaatan, pengolahan kulit buah naga menjadi selai juga bertujuan

untuk menambah keanekaragaman makanan yang pada umumnya selai dibuat dari

bahan baku buah, karena biasanya kulit buah merupakan bahan buangan (limbah)

yang tidak dikonsumsi oleh masyarakat.

Selai didefenisikan sebagai suatu bahan pangan setengah padat yang

dibuat kurang dari 45% dari bagian berat zat penyusun sari buah dan 55% dari

bagian berat gula dengan komponen asam pH 3,10 - 3,46 pektin 0,75% - 1,5%.

Campuran ini dikentalkan sampai mencapai kadar zat padat terlarut tidak kurang

dari 65% (Desroiser, 1988 yang dikutip oleh Debora, 2015). Bahan utama

pembuatan selai adalah kulit buah naga yang mana selama ini selai yang

dikonsumsi mengandung zat gizi makro dan zat gizi mikro yaitu karbohidrat,

protein, lemak, vitamin B, vitamin C dan mineral (Kamal, 2015).

Selai disukai banyak orang karena rasanya yang manis dan dapat

dikonsumsi oleh semua golongan umur. Selai tidak hanya dimakan saja, tetapi

biasanya dipakai sebagai tambahan pemanis beberapa makanan, seperti sebagai

bahan isian pada roti. Selai dapat bertahan lama karena dalam proses

pembuatannya melalui proses pendidihan yang membuat bahan utama pembuatan

Universitas Sumatera Utara


5

selai tersebut benar-benar meresap masuk kedalam tekstur yang padat, sehingga

rasa yang terdapat dalam bahan utama pembuatannya sangat melekat dalam selai.

Pada umumnya selai yang biasa dikonsumsi mengandung zat gizi mikro

dan makro yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin B, vitamin C, dan mineral.

Sehingga diharapkan dengan penambahan gula pasir dapat menambah energi pada

selai, serta dapat mengurangi ketergantungan terhadap selai yang dibuat dari

buah-buahan yang merupakan bahan-bahan yang dikenal selama ini yang diolah

sebagai selai. Sehingga masyarakat yang menganggap selai sebagai bahan pangan,

tidak hanya sebagai bahan isian pada roti yang dapat mengenyangkan perut

melainkan dapat menambah asupan gizi mereka.

Bahan utama pembuatan selai adalah kulit buah naga lalu diberi bahan

tambahan lainnya seperti gula, garam, air dan vanili sebagai penambah cita rasa.

Pada penelitian kali ini akan dilakukan pembuatan selai dengan bahan dasar kulit

buah naga sebesar 50%, dan 60% dari berat bahan (kulit buah naga) yang diulang

sebanyak 2 kali pada pembuatan selai dengan maksud untuk memperkecil eror

atau kesalahan yang mungkin terjadi pada saat penimbangan bahan yang

digunakan dalam pembuatan selai. Kulit buah naga yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kulit buah naga merah karena aktivitas antioksidannya yang

lebih tinggi, warnanya yang lebih menarik, serta lebih mudah di dapat dari sumber

peneliti. Penetapan konsentrasi kulit buah naga adalah sebesar 50% pada saat

dilakukan uji coba, karena berdasarkan rasa, warna, tekstur dan aroma nya sesuai

dengan selai secara umum.

Universitas Sumatera Utara


6

Selai dari kulit buah naga termasuk produk yang masih baru, sehingga

masih perlu dilakukan penelitian. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti

ingin membuat eksperimen yaitu “Uji Daya Terima dan Kandungan Gizi Selai

Kulit Buah Naga (Hylocereus polyrhizus)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka

yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana uji

daya terima kulit buah naga menjadi selai dan kandungan gizinya.”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya

terima selai dari kulit buah naga serta kandungan gizinya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui daya terima masyarakat terhadap selai dengan penambahan

kulit buah naga 60% dan 50% dilihat dari indikator warna.

2. Mengetahui daya terima masyarakat terhadap selai dengan penambahan

kulit buah naga 60% dan 50% dilihat dari indikator rasa.

3. Mengetahui daya terima masyarakat terhadap selai dengan penambahan

kulit buah naga 60% dan 50% dilihat dari indikator aroma.

4. Mengetahui daya terima masyarakat terhadap selai dengan penambahan

kulit buah naga 60% dan 50% dilihat dari indikator tekstur.

5. Untuk mengetahui kandungan gizi vitamin C dan serat pada selai dengan

penambahan kulit buah naga 60% dan 50%.

Universitas Sumatera Utara


7

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberi informasi kepada masyarakat tentang potensi limbah kulit buah

naga merah sebagai salah satu sumber pelengkap pada roti yang dapat

dibuat menjadi selai.

2. Memberi informasi kepada masyarakat tentang cara pengolahan yang

berbeda akan kulit buah naga.

3. Menghasilkan produk makanan yang bervariasi dari hasil kulit buah naga.

4. Sebagai salah satu upaya penganekaragaman bahan makanan dari kulit

buah naga.

Universitas Sumatera Utara


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Naga (Hylocereus polyrhizus)

Tanaman buah naga (dragon fruit) awalnya dikenal sebagai tanaman hias

ini sudah cukup lama dikenal masyarakat Taiwan, Vietnam, maupun Thailand.

Terlebih saat diketahui bahwa buahnya dapat dimakan, semakin banyak yang

mengenalnya. Dalam upaya pengembangan buah naga, iklim Indonesia sangat

mendukung pembudidayaannya. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan bila

buah naga pun dapat memasyarakat di Indonesia (Kristanto,2003).

(a) (b)

Gambar 2.1
Buah Naga dan Kulit Buah Naga
Keterangan :
(a) Buah naga
(b) Kulit buah naga

Tanaman buah naga (dragon fruit) awalnya dikenal sebagai tanaman hias

ini sudah cukup lama dikenal masyarakat Taiwan, Vietnam, maupun Thailand.

Terlebih saat diketahui bahwa buahnya dapat dimakan, semakin banyak yang

8 Universitas Sumatera Utara


9

mengenalnya. Dalam upaya pengembangan buah naga, iklim Indonesia sangat

mendukung pembudidayaannya. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan bila

buah naga pun dapat memasyarakat di Indonesia (Kristanto,2003).

Tanaman yang buahnya berwarna merah menyala dan bersisik hijau

memang belum lama diusahakan di Indonesia.Ini disebabkan tanaman ini

merupakan pendatang baru bagi dunia pertanian Indonesia dan melengkapi

koleksi jenis tanaman yang diusahakan.

Bagi sebagian orang, buah naga mungkin termasuk buah yang tergolong

mewah, karena harganya mahal dan masih jarang di pasaran. Bentuknya yang

unik dengan warna mencolok, mengundang keingintahuan orang. Kini, buah naga

telah dibudidayakan di Indonesia. Selain bentuk buahnya yang menarik, ternyata

pohonnya juga unik karena memiliki bunga yang harum semerbak. Karena itu,

pohon buah naga bisa dijadikan tanaman hias penyemarak taman.

Buah naga biasanya dikonsumsi secara langsung sebagai penghilang

dahaga, karena kandungan kadar airnya sangat tinggi, sekitar 90% dari berat buah.

Rasanya manis sebab mengandung kadar gula mencapai 13-18 briks. Buah naga

banyak diburu oleh konsumen bukan hanya karena rasanya yang nimat, tetapi juga

karena kandungan manfaat yang penting di dalamnya. Buah naga memiliki

manfaat yaitu mengobati kanker, tumor, sakit mata, asam urat, dan jantung,

menyembuhkan reumatik, penyeimbang kadar gula darah, pengontrol kolesterol,

menguatkan ginjal dan tulang serta menajamkan penglihatan (Nur, 2015).

Buah naga memiliki kandungan karoten yang bermanfaat bagi kesehatan

mata dan menguatkan otak anak. Selain itu, buah ini juga mengandung vitamin B1

Universitas Sumatera Utara


10

yang bermanfaat untuk mencegah demam pada anak serta kalsium yang dapat

menguatkan tulangnya (Lubna, 2016).

2.1.1 Klasifikasi Buah Naga

Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau family

Cactaceae dan subfamily Hylocereanea. Dalam subfamily ini terdapat beberapa

genus, sedangkan buah naga termasuk dalam genus Hylocereus. Genus ini pun

terdiri dari sekitar 16 spesies. Dua di antaranya memiliki buah komersial, yaitu

Hylocereus undatus (berdaging putih) dan Hylocereus costaricencis (daging

merah). Adapun klasifikasi buah naga tersebut sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo : Cactales

Famili : Cactaceae

Subfamili : Hylocereanea

Genus : Hylocereus

Spesies : - Hylocereus undatus (buah naga merah daging putih)

- Hylocereus polyrhizus (buah naga merah daging merah)

- Hylocereus costaricensis (buah naga merah daging super merah)

- Selenicerius megalanthus (buah naga kuning daging putih)

2.1.2 Jenis Buah Naga

Hingga kini ada empat jenis tanaman buah naga yang diusahakan dan

memiliki prospek baik. Menurut Kristanto (2003), keempat jenis tersebut :

Universitas Sumatera Utara


11

1. Hylocereus Undatus

Hylocereus Undatus yang lebih popular dengan sebutan white pitaya adalah

buah naga yang kulitnya berwarna merah dan daging berwarna putih. Warna

merah buah ini sangat kontras dengan warna daging buah. Pada kulit buah

terdapat sisik atau jumbai berwarna hijau. Di dalam buahnya terdapat banyak

biji berwarna hitam. Berat buah rata-rata 400-500 gram, bahkan ada yang

dapat mencapai 650 gram. Rasa buahnya masam bercampur manis. Dibanding

jenis lainnya, kadar kemanisannya tergolong rendah, sekitar 10-13 briks.

Sumber : Internet
Gambar 2.2 Buah Naga Putih (Hylocereus Undatus)

2. Hylocereus polyrhizus

Hylocereus polyrhizus yang lebih banyak dikembangkan di Cina dan Australia

ini memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan daging berwarna merah

keunguan. Kulitnya terdapat sisik atau jumbai hijau. Rasa buah lebih

manisdibanding Hylocereus undatus, kadar kemanisan mencapai 13-15 briks.

Universitas Sumatera Utara


12

Gambar 2.3 Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)

3. Hylocereus costaricensis

Buah Hylocereus costaricensis sepintas memang mirip dengan buah

Hylocereus polyrhizus. Namun, sebenarnya terdapat perbedaan, yaitu pada

warna daging buahnya yang lebih merah dibanding Hylocereus polyrhizus.

Itulah sebabnya tanaman ini disebut buah naga berdaging super merah.

Batangnya bersosok lebih besar dibanding Hylocereus polyrhizus. Rasa manis

dengan kadar kemanisan mencapai 13-15 briks.

Sumber : Internet
Gambar 2.4 Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis)

Universitas Sumatera Utara


13

4. Selenicereus megalanthus

Selenicereus megalanthus berpenampilan berbeda dibanding jenis anggota

genus Hylocereus. Kulit buahnya berwarna kuning tanpa sisik sehingga

cenderung lebih halus. Walaupun tanpa sisik, kulit buahnya masih

menampilkan tonjolan-tonjolan. Rasa buahnya jauh lebih manis dibanding

buah naga lainnya karena memiliki kadar kemanisan mencapai 15-18 briks.

Sumber : Internet
Gambar 2. 5 Buah Naga Kuning (Selenicereus megalanthus)

2.1.3 Kandungan Gizi Buah Naga

Dari beberapa media massa disebutkan bahwa buah naga memiliki

khasiat untuk kesehatan manusia, di antaranya ialah sebagai penyeimbang kadar

gula darah, pencehag kanker usus, pelindung kesehatan mulut, serta pengurangan

kolesterol, pencegah pendarahan, dan obat keluhan keputihan (Kristanto, 2003).

Adanya khasiat-khasiat tersebut disebabkan oleh kandungan nutrisi dalam

buahnya yang sangat mendukung kesehatan tubuh manusia. Tabel 2.1

memberikan informasi tentang kandungan nutrisi dalam buah naga.

Universitas Sumatera Utara


14

Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi Buah Naga per 100 gram
No Komponen Zat Gizi Kuantitas
1 Air 87,3 gram
2 Energi 89,43 kcal
3 Protein 0,16 gram
4 Lemak 0,23 kcal
5 Karbohidrat 1,48 gram
6 Serat 10,1 gram
7 Kalsium 5,7mg
8 Fosfor 23 mg
9 Magnesium 28,3 µg
10 Natrium 50,15 µg
11 Kalium 56,96 mg
12 Besi 3,4 mg
13 Tetangga 0,031 mg
14 Tiamin 48,9 µg
15 Riboflavin 40,75 µg
16 Niasin 513,78 µg
17 Pridokasin 20,579 µg
18 Kobalamin 15,61 µg
19 Vitamin C 525, 32 µg
20 Vitamin A 120,13 µg
21 Vitamin E 105,67 µg
22 Likopen 14,35 mg
Sumber :Indah SY dan Bagus S (2013)

2.1.4 Kulit Buah Naga

Pada umumnya kulit buah merupakan bahan buangan karena menurut

banyak orang kulit buah tidak dapat di konsumsi layaknya buah. Banyak orang

menganggap bahwa kulit buah sebagai limbah dan menggunakannya sebagai

makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Ketebalan kulit buah naga

adalah 2-3 cm dan dipermukaan kulit buah terdapat jumbai atau jambul berukuran

1-2 cm (Kristanto, 2003). Kulit buah naga yang beratnya sekitar 30-35% dari

berat buah dengan warnanya yang merah dapat juga dijadikan produk pangan,

contohnya selai, karena kulit buah naga mengandung pektin cukup tinggi

(10,79%) (Prasetyo, 2013). Hasil uji in vitro yang dilakukann Li Chen Wu,

Universitas Sumatera Utara


15

peneliti Departemen of Applied Chemistry, di National Chi-Nan University,

menunjukkan ekstrak kulit buah naga berdaging merah berpotensi menghambat

pertumbuhan sel tumor B16F20 pada dosis 25 gr. Banyak orang tidak mengetahui

bahwa kulit buah naga memiliki manfaat dan khasiat yang tidak kalah dari

buahnya.

Hasil penelitian Physico-chemical characteristics of red pitaya

(Hylocereus polyrhizus) peel di Universitas Putra Malaysia dapat dijadikan

sumber untuk mengetahui kandungan gizi kulit buah naga.

Tabel 2.2 Kandungan Gizi Kulit Buah Naga


No Parameter Kandungan Gizi
1 Daging g/100g 64,5
2 Kulit g/100g 21
3 Kelembaban 92,65%
4 Protein 0,95%
5 Lemak 0,10%
6 Abu 0,10%
7 Karbohidrat 6,20%
Sumber : Jamilah, B., dkk. (2011)

2.1.5 Pemanfaatan Kulit Buah Naga

Buah bisa diolah menjadi apa saja. Menjadi makanan, minuman segar,

sampai obat yang cukup berkhasiat. Untuk pengolahan menjadi obat, salah

satunya adalah memanfaatkan kulit dari buah. Pemanfaatan kulit buah untuk

terapi pengobatan kini mulai banyak dilakukan. Bentuknya ada berupa rebusan

kulit buah segar, jus, serbuk, dan belakangan ini sudah ada yang diproduksi

dalam bentuk kapsul berisi ekstrak bahan aktifnya.

Umumnya buah naga dapat dinikmati dalam keadaan segar ataupun

dalam bentuk olahan seperti es buah, puding, selai, jus, dan banyak jenis kue yang

di olah dari buah naga.Dalam penelitian Hartandria (2014), tentang “Uji Kadar

Universitas Sumatera Utara


16

Protein pada Pembuatan Bolu Kukus dari Tepung Singkong (Manihot esculenta

Crantz) dan Penambahan Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)

dengan Konsentrasi yang Berbeda, diketahui bahwa penambahan tepung singkong

(Manihot esculenta Crantz) dan ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)

berpengaruh secara nyata terhadap uji organolptik bolu kukus. Kadar protein

tertinggi sebesar 5,22% dan kadar protein terendah sebesar 3,86%.

Selain buahnya, kulit buah naga juga dapat digunakan sebagai pewana

alami dan diolah menjadi manisan basah atau manisan kering. Menurut Elastri

(2015), ternyata kulit buah naga juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan es

krim. Hal ini dibuktikan dengan penelitiannya tentang pengaruh substitusi ekstrak

kulit buah naga terhadap kualitas es krim. Hasil analisisnya menunjukkan terdapat

pengaruh yang nyata terhadap warna es krim, terdapat perbedaan pengaruh

substitusi ekstrak kulit buah naga merah terhadap kualitas aroma es krim, terdapat

perbedaan nyata pengaruh penambahan ekstrak kulit buah naga merah terhadap

kualitas tekstur (lembut) pada es krim, tidak terdapat perbedaan nyata pengaruh

substitusi ekstrak kulit buah naga merah terhadap kualitas rasa (manis) pada es

krim.

Selain sebagai modifikasi bahan pangan, kulit buah naga juga dijadikan

sebagai pewarna alami pada kain bati. Seperti pada penelitian Evaardinna dkk.

(2016) tentang “Ekstraksi Kulit Buah Naga (Dragon Fruit) Sebagai Zat Pewarna

Alami Pada Kain Batik”, zat pewarna alami telah diperoleh melalui proses

ekstraksi kulit buah naga. Hasil yang diperoleh adalah pigmen dengan warna

merah yang berasal dari antosianin.Analisis menggunakan spektrometer UV

Universitas Sumatera Utara


17

Visnear didapatkan nilai absorbansi dari pigmen. Semakin besar massa kulit buah

naga yang digunakan maka semakin besar nilai absorbansi pada pigmen. Pada

daerah panjang gelombang sinar tampak antara 450-500 nm diketahui mempunyai

nilai absorbansi yang maksimum. Nilai absorbansi yang baik ini selanjutnya

menunjukkan bahwa pigmen kulit buah naga dapat diaplikasikan sebagai pewarna

alami pada kain batik.

Dalam penelitian Kusumorini dkk. (2016) tentang “Aktivitas Antioksi dan

Krim Ekstrak Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricencis) dengan

Basis VCO (Virgin Coconut Oil)”, dapat disimpulkan bahwa krim antioksidan

dengan penambahan ekstrak kulit buah naga super merah memiliki kualitas yang

cukup baik pada keseluruhan formula dengan warna, bau, dan tekstur yang stabil

selama masa penyimpanan. Penambahan ekstrak kulit buah naga super merah

mampu meningkatkan aktivitas antioksidan basis krim VCO dengan nilai IC50

121 ppm.

2.1.6 Tujuan Pemanfaatan Kulit Buah Naga

Setiap kegiatan yang bermanfaat pasti memiliki tujuan. Sama halnya

dengan kulit buah naga yang memiliki tujuan dan bila dikelola maka ada tujuan

yang diperoleh. Menurut Apriadji (1986) yang dikutip oleh Kamal (2015), ada 2

(dua) tujuan yang bisa diperoleh yaitu:

1. Tujuan langsung

Tujuan langsung hasilnya dapat dilipatgandakan yaitu memenuhi kebutuhan

gizi keluarga saja atau hasil yang berlebihan dipasarkan untuk membeli

kebutuhan lainnya dan ditabung bagi pendapatan keluarga. Yang penting bila

Universitas Sumatera Utara


18

hasilnya dikonsumsi keluarga haruslah yang bermutu baik sehingga nilai

gizinya dapat dipertahankan dan berguna bagi tubuh.

2. Tujuan tidak langsung

Tujuan tidak langsung dari pemanfaatan kulit buah naga dapat digunakan

sebagai percontohan bagi masyarakat sekitarnya. Berarti memperluas ruang

lingkup UPGK tidak sebatas hanya dirumah saja tapi berkembang dalam

masyarakat diversifikasi pangan dan gizi keluarga.

2.2 Selai

Selai atau selei (bahasa inggris; jam, bahasa perancis: confiture) adalah

salah satu jenis makanan awetan berupa sari buah atau buah-buahan yang sudah

dihancurkan, ditambah gula dan dimasak hingga kental atau berbentuk setengah

padat. Selai tidak dimakan begitu saja, melainkan untuk dioleskan di atas roti

tawar atau sebagai isi roti manis, selai juga digunakan sebagai isi pada kue-kue

seperti nastar atau pemanis pada minuman seperti yogurt dan es krim. Selai yang

didalamnya masih ditemukan potongan buah dalam berbagai ukuran disebut

preserve atau conserves, sedangkan selai yang dibuat dari sari buah dan kulit buah

genus citrus disebut marmalade (Kamal, 2015).

Pada umumnya, selai dibuat dari buah-buahan yang sudah masak, tapi

tidak terlalu matang dan mempunyai rasa sedikit masam (misalnya selai nenas,

stroberi, mangga, apel, anggur) ataupun dari bahan yang buka buah (misalnya

kacang, tempe, kelapa, dan lain-lain). Tidak banyak orang yang mengetahui

bahwa selai juga telah dimodifikasi dari bahan selain buah yaitu kulit buah, antara

lain kulit buah pisang dan kulit buah jeruk manis.

Universitas Sumatera Utara


19

Adapun kandungan gizi dari selai kulit jeruk manis itu sendiri dapat dilihat

dalam Tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Selai Kulit Jeruk Manis
No Zat Gizi Kandungan Gizi Selai Kulit Jeruk Manis (% b/b)
1 Kadar Air 67,25
2 Kadar Abu 0,78
3 Kadar Protein 0,56
4 Kadar Kalsium 0,67
5 Kadar Lemak 0,35
6 Kadar Karbohirat 31,06
7 Kadar Vitamin C 29,60
Sumber : Debora (2015)

2.3 Bahan – Bahan dalam Pengolahan Selai

2.3.1 Bahan Dasar dalam Pembuatan Selai

1. Kulit Buah Naga Merah

Seperti yang kita ketahui bahwa pada umumnya selai dibuat dari bahan

dasar buah- buahan saja. Buah-buahan yang dapat digunakan dalam pengolahan

selai antara lain nanas, sirsak, srikaya, papaya, tomat, durian, mangga, jambu biji,

kacang-kacangan, kulit pisang, kulit jeruk dan buah-buah musiman lainnya. Buah

yang digunakan untuk membuat selai adalah buah yang masak tetapi tidak terlalu

matang dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang masih muda tidak dapat

digunakan untuk pembuatan selai atau jeli karena masih banyak mengandung zat

pati (karbohidrat) dan kandungan pektinnya rendah (Warsito dkk., 2015).

Menurut Indah dan Bagus (2013), limbah kulit buah naga mengandung

banyak manfaat, salah satunya mengandung senyawa aktif seperti pentacyclic

triyepene taraxast. Senyawa ini sangat ampuh menjaga serta melindungi

kelenturan pembuluh darah. Bahkan keampuhan ini menyamai obat Troxerutin

yang dikenal sebagai obat berbahan kimia yang digunakan untuk melindungi

Universitas Sumatera Utara


20

pembuluh darah mikro. Obat ini banyak beredar di pasaran dan popular digunakan

untuk mereduksipotensi pembuluh darah pecah. Dengan ditemukannya kandungan

pada kulit buah naga ini, tentu akan menjadi alternatif alami untuk mencegah

pecahnya pembuluh darah.

2. Gula

Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan makanan pokok.Selain

sebagai salah satu bahan makanan pokok, gula juga merupakan sumber kalori bagi

masyarakat selain beras, jagung dan umbi-umbian serta sebagai bahan pemanis

dan pengawet makanan dan minuman. Keberadaan pemanis buatan dan pemanis

lainnya sampai saat ini belum sepenuhnya bisa menggantikan keberadaan gula.

Karenanya gula menjadi semakin penting perannya pada kebutuhan pangan

masyarakat.

Menurut Mudjajanto dan Lilik (2004) yang dikutip oleh Kamal (2015), gula

yang digunakan dalam pembuatan selai adalah gula halus agar mudah larut dan

hancur dalam adonan. Gula yang tidak kering akan mempengaruhi adonan karena

adonan akan menggumpal, sedangkan adonan yang menggumpal tidak bisa

bercampur rata dengan bahan lainnya sehingga rasanyapun tidak merata.

Selain untuk menambah cita rasa pada selai, penambahan gula juga

berfungsi sebagai pengawet pada selai, karena bahan pangan yang memiliki kadar

gula tinggi mempunyai daya tahan yang lebih baik daripada bahan yang

mempunyai kadar gula rendah.

Universitas Sumatera Utara


21

3. Air

Air memiliki fungsi cukup penting, salah satunya mengangkut zat-zat gizi,

termasuk diantaranya vitamin yang larut dalam air dan beberapa mineral yang

diperlukan tubuh. Selain itu, fungsi air yang tak kalah penting adalah mengatur

suhu tubuh (Ali, 2014).

Meskipun sering diabaikan, air merupakan salah satu unsur penting dalam

makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, tingkat

kerenyahan produk serta cita rasa makanan. Air berfungsi sebagai media reaksi

untuk membantu proses pelumatan dari kulit buah naga, dan melarutkan bahan

campuran lainnya dalam pembuatan selai kulit buah naga.

4. Garam

Di Indonesia, garam adalah bahan yang sangat penting dalam pengawetan

makanan, terutama ikan, telur, daging, serta bahan pangan lainnya. Garam akan

berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu.

Garam juga mempengaruhi aktivitas air dari bahan, serta mengendalikan

pertumbuhan mikroorgamisme dengan suatu metode yang bebas dari pengaruh

racunnya. Garam ditambahkan terutama sebagai bahan flavor tetapi juga untuk

memperbaiki tekstur dan daya awetan (Kamal, 2015).

5. Vanili

Vanili mempunyai nama ilmiah Vanilla planifolia, termasuk familia

Orchidaceae (bangsa anggrek). Tanaman ini berasal dari Meksiko, yang masuk ke

Indonesia sekitar tahun 1819, dibawa oleh seorang ahli botani Antweper Belanda.

Di Indonesia tanaman vanili ini pertama kali ditanam di Kebun Raya Bogor.

Universitas Sumatera Utara


22

Tanaman vanili mempunyai arti ekonomis, karena buahnya mengandung zat

vanillin yang menyebabkan aroma wangi. Aroma ini akan meningkat lagi setelah

mengalami proses fermentasi (Henuhili, 2004).

Produk turunan vanili cukup banyak, antara lain ekstrak vanili, pasta

vanili, concentrated vanilla extract, vanilla flavouring, concentrated vanilla

flavouring, oleoresin vanili, dan bubuk vanili. Dari beberapa produk turunan

vanili tersebut, bubuk vanili menawarkan kemudahan pemanfaatan dan

penggunaannya. Vanili dalam bentuk bubuk memiliki umur simpan lama, bentuk

sangat praktis sehingga penyimpanan lebih hemat tempat, siap pakai dan

penggunaannya lebih luas.

Vanili tidak cuma dipakai sebatas pada pembuatan kue saja, namun buat

jenis makanan lainnya juga disarankan supaya tampilan menjadi lebih menarik

serta dapat membuat siapapun pasti menyukainya. Makanan yang menggunakan

vanili sebagai pengharum serta pelezat tambahan dalam olahan makanan ialah

kolak, putu mayang, getuk, bolu kukus, klepon serta lain sebagainya.

2.3.2 Resep Dasar dan Cara Pembuatan Selai Kulit Buah Naga Merah

Resep dasar dalam membuat selai kulit buah naga ini dimodifikasi dari

resep umum pembuatan selai buah, yaitu :

1. Kulit buah naga 100 gr

2. Gula pasir halus 100 gr

3. Garam 1 gr

4. Air 60 ml

5. Vanili 1 gr

Universitas Sumatera Utara


23

Cara membuat selai kulit buah naga meliputi beberapa proses. Selai dibuat

dengan cara mencampurkan kulit buah naga yaitu bagian dalam dari kulit buah

naga yang memiliki tebal sekitar 1-2 cm dan penyusun bahan lainnya. Pembuatan

selai dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu proses pemilihan bahan, pembuatan

adonan dan pemasakan. Ketiga proses ini akan menentukan mutu hasil akhir selai.

Pembuatan selai meliputi proses pemilihan, penghalusan, pengadukan,

pemasakan.

1. Proses pemilihan bahan

Proses ini erat kaitannya dengan kualitas yang ingin dicapai, sehingga dalam

pembuatan selai perlu dilakukan pemilihan kulit buah naga yang mencakup

dari pemilihan kulit buah naga yang matang (berwarna merah), segar, tidak

busuk, tidak dalam keadaan lecet (memar) dan dicuci hingga bersih dengan air

mengalir.

2. Proses penghalusan (penghancuran)

Proses penghalusan dilakukan dimana kulit buah naga terlebuh dahulu di

pisahkan bagian dalam dan jumbai luarnya, kemudian dicuci dengan air

mengalir lalu dihaluskan menggunakan parutan keju untuk mendapatkan

tekstur yang diinginkan sebelum dicampur dengan bahan lainnya.

3. Proses pemasakan

Proses memasak dilakukan dengan memasukkan kulit buah naga yang sudah

dihaluskan bersama air kemudian gula halus serta bahan tambahan lainnya

menggunakan api kecil sambil diaduk secara merata sampai selai kulit buah

naga mendidih dan bahan tercampur rata.

Universitas Sumatera Utara


24

4. Proses pengadukan

Proses ini merupakan suatu proses yang sangat penting dalam pembuatan

selai, dalam hal ini bisa dilihat dari pemerataan bahan-bahan yang sudah

dicampur dengan bahan dasarnya secara merata yang pada akhirnya dapat

dinilai kekentalannya.

2.4 Daya Terima

Uji penerimaan atau uji daya terima produk ini digunakan untuk

mengevaluasi daya terima produk atau untuk menentukan apakah satu atau lebih

produk tertentu lebih diterima daripada produk lainnya. Pengujian daya terima

produk harus diterapkan menggunakan konsumen sebagai panelisnya. Oleh karena

itu, uji daya terima produk ini sering dipandang sebagai salah satu fungsi dari

penelitian pasar dalam industri pangan. Walaupun demikian analisis sensori dapat

juga merupakan uji daya terima produk dalam skala terbatas untuk mendapatkan

indikasi tentang daya terima suatu produk.

Menurut Suhardjo (1989) yang dikutip oleh Debora (2015), daya terima

atau prefensi makanan dapat didefenisikan sebagai tingkat kesukaan atau

ketidaksukaan individu terhadap suatu jenis makanan. Tingkat kesukaan ini

berbeda setiap individu. Sehingga berpengaruh terhadap konsumsi pangan.

2.4.1 Penampilan dan Cita Rasa Makanan

Menurut Moehyi (1992) yang dikutip oleh Hairunissa (2016), cita rasa

makanan mencakup 2 aspek utama yaitu penampilan makanan sewaktu

dihidangkan dan rasa makanan pada saat dimakan karena kedua aspek tersebut

sama pentingnya untuk diperhatikan agar betul-betul dapat menghasilkan

Universitas Sumatera Utara


25

makanan yang memuaskan. Daya penerimaan terhadap suatu makanan ditentukan

oleh rangsangan yang ditimbulkan oleh makanan melalui indera penglihat,

penciuman serta perasa atau pengecap bahkan mungkin pendengar. Walaupun

demikian faktor utama yang akhirnya mempengaruhi daya penerimaan terhadap

makanan yaitu raangsangan cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan itu. Oleh

karenanya penting sekali dilakukan penilaian cita rasa untuk mengetahui daya

terima konsumen.

Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan

makanan karena merupakan rangsangan pertama pada indera mata. Warna

makanan yang menarik dan tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa. Oleh

sebab itu dalam penyelenggaraan makanan harus mengetahui prinsip-prinsip

dasar untuk mempertahankan warna makanan yang alami, baik dalam bentuk

teknik memasak maupun dalam penanganan makanan yang dapat mempengaruhi

makanan (Debora, 2015).

2.4.2 Konsistensi atau Tekstur Makanan

Konsistensi atau tekstur makanan juga merupakan komponen yang

turut menentukan cita rasa makanan karena sesitifitas indera cita rasa dipengaruhi

oleh konsistensi makanan. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan

memberikan rangsangan lebih lambat terhadap indera kita.

Penyajian makanan merupakan faktor tertentu dalam penampilan

hidangan yang disajikan. Jika penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik,

seluruh upaya yang telah dilakukan guna menampilkan makanan dengan cita rasa

tinggi tidak akan berarti. Penampilan makanan waktu disajikan akan merangsang

Universitas Sumatera Utara


26

indera terutama penglihatan yang berkaitan dengan konsistensi atau tekstur

makanan tersebut.

2.4.3 Rasa dan Aroma Makanan

Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa

makanan setelah penampilan makanan itu sendiri. Apabila makanan yang

disajikan merangsang saraf melalui indera penglihatan sehingga mampu

membangkitkan selera untuk mencicipi makanan itu, maka pada tahap

selanjutnya rasa makanan itu akan ditentukan oleh rangsangan terhadap indera

penciuman dan indera perasa.

Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang

sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan

selera. Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang

mudah menguap sebagai akibat atau reaksi karena pekerjaan enzim atau dapat

juga terbentuk tanpa bantuan reaksi enzim.

2.5 Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses

pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu

kesadaran atau pengenalan alat indera atas sifat benda karena adanya rangsangan

yang diterima alat indera yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga

berarti reaksi mental (sensation) jika alat indera mendapat rangsangan (stimulus).

Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap

untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda

penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah

Universitas Sumatera Utara


27

reaksi psikologis atau reaksi subyektif. Pengukuran terhadap nilai atau tingkat

kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran subyektif atau penilaian subyektif.

Disebut pengukuran subyektif karena hasil penilaian atau pengukuran sangat

ditentukan oleh pelaku atau yang melakukan pengukuran (Modul Penanganan

Mutu Fisis (Organoleptik)).

Menurut Agusman (2013) yang dikutip oleh Grace (2016), pada

prinsipnyaterdapat 3 jenis uji organoleptik, yaitu uji pembedaan, uji deskripsi dan

uji afektif. Uji pembedaan digunakan untuk memeriksa apakah ada perbedaan

diantara contoh-contoh yang disajikan. Uji deskripsi digunakan untuk menentukan

sifat dan intensitas perbedaan tersebut. Kedua kelompok uji di atas membutuhkan

panelis yang terlatih atau berpengalaman. Uji afektif didasarkan pada pengukuran

kesukaan (penerimaan). Penggunaan uji ini membutuhkan jumlah panelis yang

tidak dilatih. Uji afektif terdiri atas Uji Perbandingan Pasangan, Uji Hedonik dan

Uji Ranking. Uji hedonik merupakan pengujian paling banyak digunakan untuk

mengukur tingkat kesukaan terhadap produk. Tingkat kesukaan ini disebut skala

hedonik, misalnya sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak suka,

sangat tidak suka dan lain-lain. Skala hedonik dapat direntangkan menurut

rentangan skala yang dikehendaki.

2.6 Panelis

Panelis merupakan anggota panel atau orang yang terlibat dalam penilaian

organoleptik dari berbagai kesan subjektif produk yang disajikan. Panelis

merupakan instrumen atau alat untuk menilai mutu dan analisa sifat-sifat sensorik

suatu produk (Ayustaningwarno, 2014).

Universitas Sumatera Utara


28

Menurut Rahayu (1998) yang dikutip oleh Kamal (2015), dalam penilaian

organoleptik dikenal tujuh macam panelis, yaitu panelis perseorangan, panelis

terbatas, panelis terlatih, panelis agak terlatih, panelis tidak terlatih, panelis

konsumen dan panelis anak-anak. Perbedaan ketujuh panelis tersebut didasarkan

pada keahlian dalam melakukan penilaian organoleptik.

1. Panelis Perseorangan

Panelis perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan

spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang

sangat intensif. Panelis perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara

pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisa

organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah

kepekaan tinggi, bias dapat dihindari, dan penilaian efisien. Panelis perseorangan

biasanya digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu banyak

dan mengenali penyebabnya.

2. Panelis Terbatas

Panelis terbatas tediri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi

sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-

faktor dalam penelitian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan

pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.

3. Panelis Terlatih

Panelis terlatih terdiri dari 15-25 yang mempunyai kepekaan cukup baik.

Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan.

Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau spesifik.

Universitas Sumatera Utara


29

4. Panelis Agak Terlatih

Panelis agak terlatih tediri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk

mengetahui sifat-sifat tertentu. Panelis agak terlatih dapat dipilih dari kalangan

terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat

menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.

5. Panelis Tidak Terlatih

Panelis tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih

berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial, dan pendidikan. Panelis tidak

terlatih diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti sifat

kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Panelis tidak

terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama

dengan panelis wanita.

6. Panelis Konsumen

Panelis konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada

target pemasaran komoditi. Panelis ini mempunyai sifat yang sangat umum dan

dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

7. Panelis Anak-anak

Panelis yang khas adalah panelis yang menggunakan anak-anak berusia 3-

10 tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-

produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya.

Cara penggunaan panelis anak-anak harus bertahap yaitu dengan pemberitahuan

atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta responnya

terhadap produk yang dinilai.

Universitas Sumatera Utara


30

2.7 Kerangka Konsep

Berikut adalah kerangka konsep dari uji daya terima dan kandungan gizi

selai kulit buah naga.


Daya Terima Selai dari
Kulit Buah Naga (Warna,
Aroma, Tekstur, dan Rasa)
Selai dari Kulit
Buah Naga

Kandungan Gizi Selai


dari Kulit Buah Naga

Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Bagan di atas menjelaskan bagaimana selai dengan bahan dasar kulit buah

naga dapat mempengaruhi daya terima yang meliputi warna, aroma, tekstur, dan

rasa. Kemudian selai dari kulit buah naga di uji berdasarkan kandungan zat

gizinya.

Universitas Sumatera Utara


31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

menggunakan rancangan penelitian acak lengkap yang terdiri dari kulit buah naga

dan gula dengan 2 perlakuan yaitu kulit buah naga (50% dan 60%) dan gula pasir

(50% dan 40%) dengan simbol A2, dan A1 yang semuanya diulang sebanyak 2

kali pada saat proses pembuatan selai kulit buah naga dengan maksud untuk

memperkecil eror atau kesalahan yang mungkin terjadi pada saat penimbangan

bahan yang digunakan dalam pembuatan selai.

Tabel 3.1 Rincian Perlakuan


Ulangan (U)
Perlakuan (T)
1 2
A1 Y11 Y12
A2 Y21 Y22

Keterangan :
A1 : Penambahan kulit buah naga 60% dan gula halus 40%
A2 : Penambahan kulit buah naga 50% dan gula halus 50%
Y11 : Perlakuan A1 pada ulangan ke-1
Y12 : Perlakuan A1 pada ulangan ke-2
Y21 : Perlakuan A2 pada ulangan ke-1
Y22 : Perlakuan A2 pada ulangan ke-2

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian pembuatan selai dilakukan di Laboratorium FKM USU.

Pengujian kandungan zat gizi dilakukan di Laboratorium Biokimia/KBM FMIPA

Universitas Sumatera Utara. Uji daya terima dilakukan di Fakultas Kesehatan

31
Universitas Sumatera Utara
32

Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM-USU) dengan panelis (panelis

tidak terlatih) yaitu mahasiswa FKM USU sebanyak 30 orang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2016 sampai Juni 2017.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pemanfaatan kulit buah naga 60% dan 50%

lalu ditambahkan gula pasir halus dan ditambah dengan beberapa bahan penyusun

lainnya , yaitu air, vanili dan garam.

3.4 Definisi Operasional

1. Selai kulit buah naga adalah selai yang yang terbuat dari kulit buah naga.

2. Daya terima selai adalah tingkat kesukaan panelis terhadap selai dari kulit

buah naga dan gula pasir dalam pembuatan selai meliputi indikator warna,

tekstur, aroma dan rasa yang dilakukan pada mahasiswa FKM USU.

3. Warna adalah corak rupa yang dihasilkan oleh selai kulit buah naga dan yang

dirasakan secara subyektif oleh indera penglihatan.

4. Rasa adalah daya terima panelis terhadap selai kulit buah naga dan yang

diraskan secara subyektif oleh indera pengecap.

5. Aroma adalah bau khas yang dihasilkan oleh selai kulit buah naga dan gula

pasir yang dibedakan oleh indera pencium.

6. Tekstur adalah konsistensi atau kelembutan dari selai kulit buah naga dan

yang diukur secara subyektif oleh indera pengecap.

7. Kandungan gizi adalah kuantitas zat gizi dalam selai kulit buah naga.

Universitas Sumatera Utara


33

3.5 Prosedur Pelaksanaan Eksperimen

Prosedur pelaksanaan eksperimen merupakan langkah-langkah yang telah

ditentukan dalam melaksanakan pencobaan pembuatan selai dari kulit buah naga.

Adapun prosedur pelaksanaan meliputi alat dan bahan.

3.5.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian dipilih yang

kondisinya masih baik dan higienis. Adapun alat yang digunakan dalam

pengolahan selai kulit buah naga merah adalah :

a. Alat yang digunakan untuk pembuatan selai kulit buah naga merah

Alat yang digunakan dalam pembuatan selai kulit buah naga merah antara

lain timbangan, pisau, baskom atau wadah, parutan keju, sendok, talam, kompor,

panci.

b. Alat untuk uji daya terima

Alat yang digunakan yaitu formulir penilaian, alat tulis, dan air minum

kemasan.

3.5.2 Bahan

Penggunaan bahan dalam pengolahan selai kulit buah naga ini dipilih

bahan yang berkualitas baik, kondisi bahan masih baik, segar, tidak busuk, tidak

berubah warna dan tidak kadalauarsa. Pada penelitian kali ini, kulit buah naga

yang digunakan adalah kulit buah naga bagian dalam yang berkisar 1-2 cm,

bagian permukaan buah yang memiliki jumbai tidak dipergunakan. Bahan yang

digunakan terdiri dari dua jenis bahan yaitu bahan utama dan bahan tambahan.

Universitas Sumatera Utara


34

Bahan utama yang digunakan yaitu kulit buah naga merah, gula pasir halus, dan

air. Sedangkan bahan tambahan yang digunakan yaitu garam dan vanili.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut :

Tabel 3.2 Rancangan Pembuatan Selai Kulit Buah Naga


Bahan Kelompok Eksperimen
A1 A2
Kulit Buah Naga Merah (gr) 120 100
Gula Pasir Halus (gr) 80 100
Garam (gr) 1 1
Vanili (gr) 1 1
Air (ml) 60 60

Keterangan :
Berat total dari bahan utama = 200 gram
A1 : kulit buah naga masak 60% dan gula pasir halus 40%
A2 : kulit buah naga masak 50% dan gula pasir halus 50%

Universitas Sumatera Utara


35

3.6 Tahapan Penelitian

3.6.1 Proses Pembuatan Selai

Tahapan pembuatan selai kulit buah naga dan gula pasir halus dapat di

lihat dari diagram 3.1 di bawah ini

Kulit buah naga merah Gula pasir (80gr,


(Hylocereus polyrhizus) yang dan 100 gr)
sudah di parut (120 gr, dan 100
gr)

- Garam (1 gr)
- Vanili (1gr) Pencampuran bahan
- Air (60 ml)

Panaskan panci dengan api


kecil

Masukkan bahan yang


sudah dicampur kedalam
panci

Aduk sampai rata

Selai matang

Gambar 3.1 Diagram Proses Pembuatan Selai

Bagan di atas menjelaskan tahapan-tahapan pembuatan selai dengan

perbandingan 50%:50% dan 60%:40%. Prosedur pembuatan selai dengan kulit

buah naga dan gula pasir dilakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.

Universitas Sumatera Utara


36

1. Tahap Persiapan

a. Menyiapkan semua alat, bahan utama dan bahan tambahan yang

diperlukan dalam pembuatan selai.

b. Menimbang bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan selai

c. Mencuci dan menimbang kembali bahan – bahan setelah dicuci dengan

air mengalir.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dalam pembuatan selai dari kulit buah naga merah

sebagai berikut :

a. Pencampuran

Kulit buah naga yang sudah dicuci dengan air mengalir kemudian

dihaluskan dengan menggunakan parutan keju lalu dimasukkan kedalam

kuali , lalu campurkan air, dan gula pasir halus lalu aduk hingga merata.

b. Pemasakan

Setelah bahan-bahan sudah tercampur rata maka masukkan bahan

tambahan lainnya seperti vanili dan garam lalu aduk lagi hingga matang.

c. Pendinginan

Setelah selai matang, diangkat dan dipindahkan kedalam wadah lalu di

dinginkan.

3. Tahap Penyelesaian

a. Selai dimasukkan kedalam kemasan sesuai dengan kelompoknya.

Pengemasan dilakukan setelah selai dingin.

Universitas Sumatera Utara


37

b. Dilakukan uji organoleptik selai (aroma, warna, rasa, dan tekstur). Uji

organoleptik dilakukan dengan menggunakan panelis.

3.7 Penilaian Uji Daya Terima

Penilaian secara subyektif dilakukan dengan uji organoleptik. Uji

organoleptik adalah penilaian yang menggunakan indera. Jenis organoleptik yang

digunakan adalah ujikesukaan/hedonik menyatakan suka atau tidaknya terhadap

suatu produk. Dalam penelitian ini panelis berperan dalam menilai daya terima

berdasarkan indikator warna, rasa, tekstur dan aroma. Uji hedonik adalah

pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat daya terima konsumen

dengan mempergunakan skala hedonik sebagai acuan, namun mempermudah

panelis dan peneliti skala ini diperkecil menjadi 3 tingkatan dengan skor yang

paling rendah 1 dan skor yang paling tinggi adalah 3. Berdasarkan tingkatannya,

tingkat penerimaan konsumen dapat diketahui sesuai dengan table 3.3 berikut :

Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Panelis pada Uji Hedonik


Organoleptik Skala hedonik Skala Numerik
Warna Sangat suka 3
Suka 2
Kurang suka 1
Rasa Sangat suka 3
Suka 2
Kurang suka 1
Aroma Sangat suka 3
Suka 2
Kurang suka 1
Tekstur Sangat suka 3
Suka 2
Sangat suka 1

Universitas Sumatera Utara


38

1. Panelis

Untuk penilaian kesukaan atau analisa sifat sensoris suatu komoditi

diperlukan alat instrumen, alat yang digunakan terdiri dari orang atau kelompok

orang yang disebut panel, orang yang bertugas sebagai panel disebut panelis. Jenis

panelis yang digunakan dalam penelitian ini adalah panelis tidak terlatih sebanyak

30 orang.

2. Pelaksana Penilaian

a. Tempat

Penilaian uji daya terima terhadap selai dengan kulit buah naga

dilaksanakan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

b. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah selai kulit buah naga dengan perbandingan

50%:50% dan 60%:40%, dan air minum. Sedangkan alat yang digunakan adalah

formulir penilaian dan alat tulis.

3. Langkah-langkah Pada Uji Daya Terima

a. Mempersilahkan panelis untuk duduk di ruangan yang telah disediakan.

b. Membagikan sampel sesuai variasi, air minum dalam kemasan, formulir dan

alat tulis.

c. Memberikan penjelasan singkat kepada panelis untuk memberikan penilaian

pada lembar formulir penilaian.

d. Memberikan kesempatan kepada panelis untuk memberikan penilaian pada

lembar formulir penilaian.

e. Mengumpulkan formulir yang telah diisi oleh panelis.

Universitas Sumatera Utara


39

f. Setelah formulir penilaian dikumpulkan kemudian di analisis dengan

menggunakan analisis deskriptif.

3.8 Analisis Proksimat

Pada analisis proksimat dilakukan uji laboratorium yang dilaksanakan di

Laboratorium Biokimia/KBM FMIPA Universitas Sumatera Utaradan

Laboratorium FKM USU. Selai yang telah dibuat dengan 2 perlakuan di uji

vitamin C dan serat. Ukuran selai yang digunakan sebanyak 2 - 5 gram dengan

dua kali percobaan setiap satu formula selai. Ini dilakukan untuk menghindari

terjadinya kesalahan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam proses

pengujian adalah sebagai berikut :

3.8.1 Uji Kadar Vitamin C

Cara kerja :

1. Diukur sampel sebanyak 10 ml.

2. Sampel dimasukkan kedalam labu takar 100 ml.

3. Ditambahkan aquades hingga garis batas.

4. Dihomogenkan.

5. Dipipet sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet volume.

6. Dimasukkan kedalam Erlenmeyer.

7. Ditambahkan 3 tetes indikator amilum.

8. Dititrasi dengan larutan iodium 0,01 N hingga warna larutan berubah menjadi

merah anggur (jingga).

9. Dicatat volume titran yang terpakai.

10. Dihitung kadar vitamin C :

Universitas Sumatera Utara


40

Keterangan :

fp : faktor pengencer

3.8.2 Uji Kadar Serat

1. Menimbang kurang lebih 3 – 5 gram sampel.

2. Masukkan kedalam Erlenmeyer dan tambahkan 150 ml asam sulfat H2SO4

0,255 N, lalu panaskan di atas selama kurang lebih 30 menit.

3. Lakukan penyaringan menggunakan kertas saring.

4. Cuci residu dengan air panas hingga residu semua terlarut.

5. Tampung filtrat didalam Erlenmeyer.

6. Tambahkan 150 ml NaOH 0,355 N lalu panaskan kembali.

7. Saring dengan kertas saring yang telah diketahui bobot konstannya.

8. Lakukan penyaringan hingga filtrat menjadi netral.

9. Tuangkan 10 – 15 ml K2SO4 10% secara merata ke kertas saring yang berisi

residu, lalu tuangkan kembali 15 ml C2H5OH 70% secara merata ke kertas

saring untuk memastikan bahwa filtrate dari residu benar-benar netral.

10. Ambil kertas saring dan letakkan kedalam cawan petri yang telah diketahui

bobotnya, kemudian dan masukkan ke dalam oven dengan suhu 105°C selama

kurang lebih 3 jam.

11. Dinginkan kertas saring dan cawan petri kedalam eksikator selama kurang

lebih 15 menit, lalu timbang cawan petri berisi kertas saring.

12. Ulang proses pemanasan didalam oven, dinginkan didalam eksikator, dan

timbang hingga didapat bobot konstan dari kertas saring.

Universitas Sumatera Utara


41

13. Dihitung dengan rumus :

( )

Keterangan :

: bobot kertas saring + residu (konstan)

: bobot kertas saring konstan

: bobot sampel

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data adalah cara mengevaluasi data yang diperoleh dari

penyimpulan data. Analisis data bertujuan menjawab permasalahan yang diajukan

dalam membuktikan hipotesis yang meliputi kualitasselai kulit buah naga ditinjau

dari warna, aroma, tekstur dan rasa serta kesukaan masyarakat terhadap produk

hasil eksperimen.

Data yang sudah dikumpulkan, diolah secara manual kemudian dianalisis

dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Untuk mengetahui tingkat

kesukaan dari panelis dilakukan analisis deskriptif kualitatif persentase yaitu

kualitatif yang diperoleh dari panelis harus dianalisis dahulu untuk dijadikan data

kuantitatif.

Skor nilai untuk mendapatkan persentase dirumuskan sebagai berikut (Ali,

1992) :

Universitas Sumatera Utara


42

Keterangan:

% = skor persentase

n = jumlah skor kualitas (warna, rasa aroma dan tekstur)

N = skor ideal (skor tertinggi x jumlah panelis)

Untuk mengubah data skor presentase menjadi nilai kesukaan, analisisnya

sama dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda, yaitu sebagai berikut:

Nilai tertinggi = 3 (sangat suka)

Nilai terendah = 1 (kurang suka)

Jumlah kriteria yang ditentukan = 3 kriteria

Jumlah panelis = 30 orang

a. Skor maximum = jumlah panelis x nilai tertinggi

= 30 x 3 = 90

b. Skor minimum = jumah panelis x nilai terendah

= 30 x 1 = 30

c. Persentase maksimum = x 100%

= x 100% = 100 %

d. Persentase minimum = x 100%

= x 100 % = 33,3%

e. Rentangan = Nilai tertinggi – nilai terendah

= 100 % - 33,3% = 66,7%

f. Interval presetase = Rentangan : Jumlah kriteria

= 66,7% : 3 = 22,2 % ≈ 22 %

Universitas Sumatera Utara


43

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat dibuat interval

presentase dan kriteria kesukaan sebagai berikut :

Tabel 3.4 Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan


Persentase (%) Kriteria kesukaan
78– 100 Sangat Suka
56 – 77,99 Suka
34 – 55,99 Kurang Suka

Tabel interval persentase dan kriteria kesukaan menunjukkan bahwa pada

persentase 34-55,99 panelis tidak menyukai dan tidak tertarik terhadap selai kulit

buah naga yang terbuat dari kulit buah naga berdasarkan aroma, tekstur, warna,

dan rasa sehingga termasuk dalam kriteria tidak suka. Pada persentase 56-77,99

panelis menyukai dan tertarik terhadap selai kulit buah naga yang terbuat dari

kulit buah naga berdasarkan aroma, tekstur, warna, dan rasa sehingga termasuk

dalam kriteria kurang suka. Pada persentase 78-100 panelis sangat menyukai dan

sangat tertarik terhadap selai kulit buah naga yang terbuat dari kulit buah naga

berdasarkan aroma, tekstur, warna, dan rasa sehingga termasuk dalam kriteria

suka.

Setelah mengetahui bagaimana penerimaan panelis terhadap selai kulit

buah naga, langkah selanjutnya adalah mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

pada organoleptik selai kulit buah naga dengan dua perlakuan pada jumlah

penambahan gula, maka dapat dilakukan dengan Uji T – Independent Test.

Analisis dilakukan dengan program computer (SPSS).

Universitas Sumatera Utara


44

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Selai Kulit Buah Naga

Berdasarkan kedua perlakuan yang berbeda terhadap selai kulit buah naga

maka dihasilkan selai yang berbeda pada setiap perlakuan. Perbedaan kedua selai

kulit buah naga yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.2, dan Tabel 4.1

Gambar 4.1 Gambar 4.2


Selai Kulit Buah Naga Perlakuan A1 Selai Kulit Buah Naga Perlakuan A2

Tabel 4.1 Karakteristik Selai Kulit Buah Naga


Karakteristik Selai Kulit Buah Naga
A1 A2
Warna Merah gelap Merah
Aroma Aroma khas kulit buah Aroma khas kulit
naga (aromanya lebih buah naga
kuat sedikit dari A2)
Rasa Manis Manis (lebih manis
dari A1)
Tekstur Kental (lebih kental dari Kental
A2)
Keterangan :
A1 : Selai kulit buah naga 60% dan gula pasir halus 40%
A2 : Selai kulit buah naga 50% dan gula pasir halus 50%

44
Universitas Sumatera Utara
45

4.2 Deskriptif Panelis

Panelis yang digunakan dalam penelitian ini adalah panelis tidak terlatih

yaitu 30 orang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas

Sumatera Utara (USU) yang masih aktif kuliah. Panelis terdiri dari 21 orang

perempuan dan 9 orang laki-laki. Umur panelis berkisar antara 19-23 tahun. Pada

saat diminta tanggapan atau penilaiannya, panelis tidak sedang mengalami sakit

karena jika dalam keadaan sakit, maka umumnya indera perasa dan penciuman

akan berkurang kemampuannya dalam melakukan atau menentukan pilihannya

baik dari indikator aroma, rasa, warna, dan tekstur.

4.3 Analisis Organoleptik Warna Selai Kulit Buah Naga

Hasil analisis organoleptik warna selai kulit buah naga yang telah

dilakukan dengan panelis mahasiswa FKM USU dapat dilihat pada tabel 4.2

berikut ini :

Tabel 4.2 Hasil Analisis Organoleptik Warna Selai Kulit Buah Naga
Kriteria Selai Kulit Buah Naga
Warna A1 A2
Panelis Skor Skor (%) Panelis Skor Skor (%)
Sangat Suka 14 42 46,6 4 12 13,3
Suka 16 32 35,5 23 46 51,1
Kurang Suka 0 0 0 3 3 3,3
Total 30 74 82,1 30 60 67,7

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat hasil analisis organoleptik warna selai

kulit buah naga dengan dua perlakuan, yaitu total skor untuk warna selai kulit

buah naga A1 adalah 74 (82,1%), selai kulit buah naga A2 adalah 60 (67,7%).

Hal ini menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai warna selai kulit buah naga

dan gula pasir halus A1.

Universitas Sumatera Utara


46

Hasil Uji Independent-Sample T Test terhadap penilaian organoleptik

warna selai kulit buah naga diperoleh nilai p = 0,000. Dari hasil uji tersebut,

didapatkan hasil bahwa nilai p < 0,05 artinya ada perbedaan yang nyata terhadap

warna selai kulit buah naga pada perlakuan A1 dan A2.

4.4 Analisis Organoleptik Aroma Selai Kulit Buah Naga

Hasil analisis organoleptik aroma selai kulit buah naga yang telah

dilakukan dengan panelis mahasiswa FKM USU dapat dilihat pada tabel 4.3

berikut ini :

Tabel 4.3 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Selai Kulit Buah Naga
Kriteria Selai Kulit Buah Naga
Aroma A1 A2
Panelis Skor Skor (%) Panelis Skor Skor (%)
Sangat Suka 2 6 6,6 8 24 26,6
Suka 20 40 44,4 18 36 40
Kurang Suka 8 8 8,8 4 4 4,4
Total 30 54 59,8 30 64 71

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat hasil analisis organoleptik aroma selai

kulit buah naga dengan dua perlakuan, yaitu total skor untuk selai kulit buah naga

A1 adalah 54 (59,8%), dan selai kulit buah naga A2 adalah 64 (71%). Hal ini

menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai aroma selai kulit buah naga dan gula

pasir halus A2.

Hasil Uji Independent-Sample T Test terhadap penilaian organoleptik

aroma selai kulit buah naga diperoleh nilai p = 0,033. Dari hasil uji tersebut,

didapatkan hasil bahwa nilai p < 0,05 artinya ada perbedaan yang nyata terhadap

warna selai kulit buah naga pada perlakuan A1 dan A2.

4.5 Analisis Organoleptik Rasa Selai Kulit Buah Naga

Hasil analisis organoleptik rasa selai kulit buah naga yang telah dilakukan

Universitas Sumatera Utara


47

dengan panelis mahasiswa FKM USU dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Hasil Analisis Organoleptik Rasa Selai Kulit Buah Naga
Kriteria Rasa Selai Kulit Buah Naga
A1 A2
Panelis Skor Skor (%) Panelis Skor Skor (%)
Sangat Suka 3 9 10 15 45 50
Suka 22 44 48,8 15 30 33,3
Kurang Suka 5 5 5,5 0 0 0
Total 30 58 64,3 30 75 83,3

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat hasil analisis organoleptik rasa selai

kulit buah naga dengan dua perlakuan, yaitu total skor untuk rasa selai kulit buah

naga A1 adalah 58 (64,3%), selai kulit buah naga A2 adalah 75 (83,3%). Hal ini

menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai rasa selai kulit buah naga dan gula

pasir halus A2.

Hasi Uji Independent-Sample T Test terhadap penilaian organoleptik rasa

selai kulit buah naga diperoleh nilai p = 0,000. Dari hasil uji tersebut, didapatkan

hasil bahwa nilai p < 0,05 artinya ada perbedaan yang nyata terhadap rasa selai

kulit buah naga pada perlakuan A1 dan A2.

4.6 Analisis Organoleptik Tekstur Selai Kulit Buah Naga

Hasil analisis organoleptik tekstur selai kulit buah naga yang telah

dilakukan dengan panelis mahasiswa FKM USU dapat dilihat pada tabel 4.5

berikut ini :

Tabel 4.5 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Selai Kulit Buah Naga
Kriteria Selai Kulit Buah Naga
Tekstur A1 A2
Panelis Skor Skor (%) Panelis Skor Skor (%)
Sangat Suka 5 15 16,6 14 42 46,6
Suka 21 42 46,6 14 28 31,1
Kurang Suka 4 4 4,4 2 2 2,2
Total 30 61 67,6 30 72 79,9

Universitas Sumatera Utara


48

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat hasil analisis organoleptik tekstur selai

kulit buah naga dengan dua perlakuan, yaitu total skor untuk tekstur selai kulit

buah naga A1 adalah 61 (67,6%), selai kulit buah naga A2 adalah 72 (79,9%).

Hal ini menunjukkan bahwa panelis menyukai tekstur selai kulit buah naga dan

gula pasir halus A2.

Hasi Uji Independent-Sample T Test terhadap penilaian organoleptik

tekstur selai kulit buah naga diperoleh nilai p = 0,019. Dari hasil uji tersebut,

didapatkan hasil bahwa nilai p < 0,05 artinya ada perbedaan yang nyata terhadap

tekstur selai kulit buah pada perlakuan A1 dan A2.

4.7 Analisis Kandungan Vitamin C dan Serat pada Selai Kulit Buah Naga

Hasil analisis kandungan vitamin C dan serat dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.6 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Selai Kulit Buah Naga dan
Selai Kulit Jeruk Manis
Zat Gizi Kandungan Gizi
A1 A2 Selai Kulit Jeruk Manis
Vitamin C 48,4 36,66 29,60
Serat 5,4 4,53 -
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat hasil dari kandungan gizi selai kulit

buah naga menunjukkan bahwa kandungan vitamin C paling tinggi terdapat pada

selai kulit buah naga dengan perlakuan A1 yaitu 48,4%. Kandungan serat paling

tinggi juga terdapat pada perlakuan A1 yaitu 5,4%.

Pada Tabel 4.7 juga dapat dilihat hasil dari kandungan gizi vitamin C

dalam selai kulit jeruk manis yaitu 29,60% (Debora, 2015), sehingga jika

dibandingkan dengan kandungan vitamin C pada selai kulit buah naga maka

diketahui bahwa kandungan vitamin C selai kulit buah naga lebih unggul

dibandingkan dengan selai kulit jeruk manis.

Universitas Sumatera Utara


49

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Selai Kulit Buah Naga

Berdasarkan dua perlakuan yang dilakukan selai kulit buah naga, maka

dihasilkan karakteristik selai kulit buah naga yang berbeda. Selai kulit buah naga

pada perbandingan 60%:40% berwarna merah gelap, beraroma khas kulit buah

naga (aromanya lebih kuat sedikit dari A2), rasanya manis, dan memiliki tekstur

yang kental (lebih kental dari A2). Selai kulit buah naga pada perbandingan

50%:50% berwarna merah, beraroma khas kulit buah naga, rasanya manis (lebih

manis dari A1), dan memiliki tekstur yang kental.

Sementara itu, pada selai kulit pisang raja memiliki warna kuning

kecoklatan, beraroma khas kulit pisang raja, rasanya manis dan khas kulit pisang

raja, dan teksturnya setengah padat (kental). Pada selai kulit buah jeruk manis

memiliki rasa seperti selai pada umumnya ditambah dengan rasa getir sedikit yang

merupakan rasa khas dari kulit jeruk manis itu sendiri, berwarna kuning, beraroma

khas kulit jeruk, dan memiliki tektur yang kental ditambah dengan serat yang

halus dan lembut.

5.2 Daya Terima Selai Kulit Buah Naga

Berdasarkan hasil uji daya terima panelis yaitu kepada 30 mahasiswa

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara (USU)

diperoleh hasil bahwa selai kulit buah naga pada perbandingan 60%:40%

memiliki total skor yaitu 253 (280, 6%) dan pada perbandingan 50%:50%

diperoleh total skor yaitu 271 (300,8%), dilihat dari total skor berdasarkan kriteria

49
Universitas Sumatera Utara
50

warna, aroma, rasa dan tekstur. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa panelis

lebih menyukai selai kulit buah naga pada perbandingan 50%:50%

Uji daya terima dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)

Universitas Sumatera Utara (USU) dan tepatnya di Laboratorium Gizi Kesehatan

Masyarakat (FKM) USU yang berlangsung pada pukul 09.00 sampai 13.00 WIB.

5.2.1 Daya Terima Panelis Terhadap Warna Selai Kulit Buah Naga

Warna yaitu corak yang sukar diukur sehingga menimbulkan pendapat

yang berlainan dalam menilai kualitas warnanya. Perbedaan warna disebabkan

setiap orang memiliki perbedaan penglihatan, meskipun mereka dapat

membedakan warna namun setiap orang memiliki kesukaan yang berbeda.

Fungsi warna pada suatu makanan sangatlah penting, karena dapat

membangkitkan selera. Warna makanan yang menarik dapat mempegaruhi dan

meningkatkan selera makan pada konsumen, bahkan warna dapat menjadi

petunjuk bagi kualitas makanan yang dihasilkan. Warna juga mempunyai peran

dan arti pada pangan karena dapat mempengaruhi penerimaan konsumen pada

pangan tersebut. Bila suatu makanan menyimpang dari warna yang umumnya

berlaku, makanan tersebut pastinya tidak dipilih oleh konsumen, walaupun

sesungguhnya makanan tersebut masih baik kondisinya. Meskipun demikian,

warna juga tidak selalu identik dengan suatu rasa tertentu (Astawan, 2008).

Suka atau tidak sukanya panelis terhadap selai kulit buah naga pertama

kali dipengaruhi oleh tertarik atau tidak tertariknya panelis terhadap warna yang

dihasilkan selai kulit buah naga. Uji daya terima selai kulit buah naga terhadap

warna oleh panelis menunjukkan bahwa selai kulit buah naga pada perbandingan

Universitas Sumatera Utara


51

60%:40% lebih disukai oleh panelis. Selai kulit buah naga pada perbandingan

60%:40% memiliki skor yang lebih tinggi dari selai pada perbandingan 50%:50%.

Jika dilihat dari total skor warna selai kulit buah naga, selai kulit buah naga pada

perbandingan 60%:40% memiliki skor 74 (82,1%) dikategorikan ke dalam

kategori sangat suka. Dan selai kulit buah naga pada perbandingan 50%:50%

memiliki skor 60 (67,7%) dikategorikan ke dalam kategori suka.

Tingginya skor pada perbandingan 60%:40% disebabkan karena panelis

lebih menyukai warna merah pada perbandingan 60%:40%. Warna merah pada

kedua perlakuan selai kulit buah naga dihasilkan dari warna merah oleh kulit buah

naga itu sendiri. Perbedaan warna selai kulit buah naga pada perbandingan

60%:40% dan perbandingan 50%:50% disebabkan karena penambahan jumlah

kulit buah naga dan gula pasir halus yang berbeda. Penambahan kulit buah naga

yang paling banyak terdapat pada selai kulit buah naga pada perbandingan

60%:40%, sehingga menghasilkan warna yang lebih merah dibandingkan dengan

perbandingan 50%:50%. Perbedaan inilah yang menyebabkan panelis lebih

menyukai warna selai kulit buah naga pada pada perbandingan 60%:40%.

Menurut Hendry (1996) yang dikutip oleh Sari (2014), warna makanan

dan minuman memengaruhi persepsi tentang rasa makanan dan minuman juga

tentang seberapa manis makanan dan minuman itu karena rasa manis mempunyai

hubungan erat dengan warna yang ditampilkan dari makanan dan minuman

tersebut.

Universitas Sumatera Utara


52

5.2.2 Daya Terima Panelis Terhadap Aroma Selai Kulit Buah Naga

Aroma merupakan bau khas yang dihasilkan oleh suatu makanan dan

dinilai subjektif oleh indera penciuman. Menurut Wheat (1981) yang dikutip oleh

Grace (2016), aroma yaitu bau yang sukar diukur sehingga menimbulkan

pendapat yang berlainan dalam menilai kualitas aromanya. Perbedaan pendapat

ini disebabkan karena setiap orang memiliki perbedaan penciuman, meskipun

mereka dapat membedakan aroma namun setiap orang mempunya kesukaan yang

berlainan.

Uji daya terima panelis terhadap aroma selai kulit buah naga menunjukkan

bahwa panelis lebih menyukai selai kulit buah naga pada perbandingan 50%:50%.

Selai kulit buah naga dan gula pasir halus 50%:50% memiliki skor yang lebih

tinggi dibandingkan dengan selai kulit buah naga pada perbandingan 60%:40%.

Jika dilihat dari total skor, selai kulit buah naga 60%:40% memiliki skor 54

(59,8%) dikategorikan ke dalam kategori suka. Dan selai kulit buah naga

50%:50% memiliki skor 64 (71%) dikategorikan ke dalam kategori suka.

Aroma pada selai dihasilkan oleh aroma khas kulit buah naga beserta

bahan penyusun selai lainnya. Pada selai kulit buah naga perbandingan 60%:40%

aroma kulit buah naga yang dihasilkan lebih khas dikarenakan jumlah kulit buah

naga yang ditambahkan lebih besar dibanding selai kulit buah naga 50%:50%,

selain itu bahan tambahan yaitu vanili lebih menutupi aroma khas kulit buah naga

pada pada perbandingan 50%:50% karena jumlah kulit buah naga lebih sedikit

dibandingkan dengan selai kulit buah naga pada perbandingan 60%:40%.

Universitas Sumatera Utara


53

Indera penciuman sangat senstif terhadap bau dan kecepatan timbulnya

bau lebih kurang 0,8 detik. Kepekaan indera penciuman diperkirakan berkurang

setiap bertambahnya umur satu tahun. Penerimaan indera penciuman akan

berkurang oleh adanya senyawa-senyawa tertentu seperti formaldehida. Kelelahan

daya penciuman terhadap bau dapat terjadi dengan cepat (Winarno,2004).

5.2.3 Daya Terima Panelis Terhadap Rasa Selai Kulit Buah Naga

Rasa timbul akibat adanya rangsangan kimiawi yang dapat diterima oleh

indera pencicip atau lidah. Rasa adalah faktor yang memengaruhi penerimaan

produk pangan. Jika aroma, warna dan tekstur baik tetapi konsumen tidak

menyukai rasanya maka konsumen tidak akan menerima produk pangan tesebut

(Rahmawan, 2006 yang dikutip oleh Grace, 2016).

Penilaian rasa selai kulit buah naga merupakan penilaian subjektif oleh

panelis berdasarkan indera pengecap. Penilaian suka atau tidak suka terhadap rasa

selai kulit buah naga didasarkan pada enak atau tidaknya selai sesuai dengan

selera masing-masing. Pengujian daya terima terhadap rasa oleh panelis

menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai rasa selai kulit buah pada

perbandingan 50%:50% dengan skor 75 (83,3%) yang termasuk dalam kategori

sangat suka dan selai kulit buah naga pada perbandingan 60%:40% dengan skor

58 (64,3%) termasuk dalam kategori suka.

Rasa lebih banyak melibatkan panca indera yaitu lidah, agar suatu

senyawa dapat dikenali rasanya. Rasa suatu bahan makanan dipengaruhi oleh

senyawa kimia, suhu, konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.

Setiap orang mempunyi batas konsentrasi terendah terhadap suatu rasa agar masih

Universitas Sumatera Utara


54

bisa dirasakan (threshold). Batas ini tidak sama pada tiap-tiap orang dan threshold

seseorang terhadap rasa yang berbeda juga tidak sama (Winarno, 2004).

Rasa selai kulit buah naga pada pada perbandingan 50%:50% lebih manis

dibanding dengan selai kulit buah naga pada pada perbandingan 60%:40%. Hal ini

disebabkan karena jumlah kulit buah naga yang ditambahkan lebih besar

jumlahnya dan gula pasir halus yang lebih sedikit jumlahnya pada perbandingan

60%:40%, serta kulit buah naga yang sama jumlahnya dengan gula pasir halus

gula pasir 50%:50%. Sehingga panelis lebih menyukai selai kulit buah naga pada

perbandingan 50%:50% karena rasanya yang lebih manis.

5.2.4 Daya Terima Panelis Terhadap Tekstur Selai Kulit Buah Naga

Penilaian tekstur suatu produk makanan merupakan penilaian berdasarkan

indra peraba. Tesktur makanan berkaitan dengan sensasi sentuhan. Memandang

suatu produk dapat memberi gagasan apakah suatu produk tersebut kasar, halus,

keras atau lembek (Shewfelt, 2014).

Pengujian terhadap tekstur oleh panelis menunjukkan bahwa bahwa

panelis lebih menyukai tekstur selai kulit buah naga pada perbandingan 50%:50%

dengan skor 72 (79,9%) termasuk dalam kategori sangat suka dan selai kulit buah

naga pada pada perbandingan 60%:40% dengan skor 61 (67,6%) termasuk dalam

kategori suka.

Tekstur selai kulit buah naga dan gula pasir halus 50%:50% lebih disukai

panelis karena tekstur yang lembut dan tidak terlalu kental seperti selai kulit buah

naga pada perbandingan 60%:40%. Hal ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi

bahan utama yaitu kulit buah naga dan gula pasir halus.

Universitas Sumatera Utara


55

Seperti yang kita ketahui bahwa gula yang dipanaskan akan mengental.

Kulit buah naga sendiri sudah mengandung senyawa gula yaitu glukosa (4,15%),

maltosa (3,37%), dan fruktosa (0,86%) (Jamilah, B., dkk. 2011). Sehingga

semakin banyak kulit buah naga yang digunakan maka tekstur selai itu sendiri

akan semakin kental. Hal inilah yang menyebabkan selai pada perbandingan A1

lebih kental dibanding dengan A2.

Menurut Winarno (1997), tekstur dan konsistensi suatu bahan akan

memengaruhi cita rasa yang ditimbulkan bahan tersebut karena dapat

memengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan terhadap sel reseptor dan kelenjar

air liur. Semakin kental suatu bahan, penerimaan terhadap intensitas rasa, bau dan

cita rasa semakin berkurang.

5.3 Analisis Kandungan Vitamin C dan Serat pada Selai Kulit Buah Naga

Hasil analisis kandungan vitamin C dan serat pada selai dengan dua

perlakuan yaitu dengan kulit buah naga dan gula pasir halus (60%:40%), dan kulit

buah naga dan gula pasir halus (50%:50%) dan hasil dari kandungan gizi selai

menunjukkan kandungan vitamin C pada masing-masing perlakuan yaitu pada

perbandingan 60%:40% sebesar (48,4) dan pada perbandingan 50%:50% sebesar

(36,6). Sedangkan kandungan serat pada perbandingan 60%:40% sebesar (5,4)

dan pada perbandingan 50%:50% sebesar (4,53). Kandungan vitamin C paling

tinggi terdapat pada selai kulit buah naga dan gula pasir halus 60%:40% yaitu

sebesar 48,4% dan kandungan serat paling tinggi juga terdapat pada selai kulit

buah naga dan gula pasir halus 60%:40% yaitu sebesar 5,4%. Jadi dapat diketahui

bahwa semakin tinggi jumlah kulit buah naga yang ditambahan, maka semakin

Universitas Sumatera Utara


56

tinggi pula kandungan vitamin C dan seratnya. Menurut perbandingan selai kulit

jeruk manis dan selai kulit buah naga diketahui bahwa selai kulit buah naga lebih

unggul dari segi vitamin C karena memiliki kandungan vitamin C yang lebih

besar dibandingkan dengan selai kulit jeruk manis. Kandungan vitamin C dalam

selai kulit buah naga adalah 36,6% sedangkan pada selai kulit jeruk manis yaitu

29,60%.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2013 tentang angka

kecukupan gizi, panelis dianjurkan untuk mengonsumsi vitamin C perharinya

yaitu sebesar 90 miligram untuk laki-laki dan 75 miligram untuk perempuan yang

berusia 19-29 tahun. Serta mengonsumsi serat perharinya yaitu sebesar 38 gram

untuk laki-laki dan 32 gram untuk perempuan yang berusia 19-29 tahun.

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa panelis lebih menyukai selai kulit

buah naga pada pada perbandingan 50%:50%, maka dapat diketahui bahwa selai

kulit buah naga pada pada perbandingan 50%:50% dapat menyumbang vitamin C

sebanyak 36,6 miligram dari 100 gram selai kulit buah naga dan dapat

menyumbang serat sebanyak 4,53 gram dari 100 gram selai kulit buah naga. Jika

panelis mengkonsumsi sebanyak 25 gram (1 sdm) selai kulit buah naga, maka

dapat menyumbang 9,15 miligram vitamin C dan 1,132 gram serat.

Biaya produksi buah naga ini masih cukup terjangkau. Untuk kulit buah

naga sendiri tidak memerlukan biaya apapun karena kulit buah naga merupakan

bahan buangan (limbah), gula pasir halus memiliki harga Rp 18.000,- per

kilogram, dan bahan penyusun lainnya adalah bahan yang sudah ada di dapur.

Untuk estimasi biaya produksi tiap 100 gram selai kulit buah naga pada

Universitas Sumatera Utara


57

perbandingan 60%:40% adalah sekitar Rp 1.720,-. Buah naga yang digunakan

adalah 300 gram untuk mendapatkan 60 gram kulit buah naga, dan tidak

memerlukan biaya. Kemudian menggunakan gula pasir halus sebanyak 40 gram

atau setara dengan harga Rp 720,-. Jumlah biaya bahan penyusun lainnya seperti

garam, vanili dan air diestimasikan memiliki total harga Rp 1.000,-.

Sedangkan untuk estimasi biaya produksi tiap 100 gram selai kulit buah

naga pada perbandingan 50%:50% adalah sekitar Rp 1.900,-. Buah naga yang

digunakan adalah 250 gram untuk mendapatkan 50 gram kulit buah naga, dan

tidak memerlukan biaya. Kemudian menggunakan gula pasir halus sebanyak 50

gram atau setara dengan harga Rp 900,-. Jumlah biaya bahan penyusun lainnya

seperti garam, vanili dan air diestimasikan memiliki total harga Rp 1.000,-. Harga

bahan penyusun pada perlakuan A1 lebih kecil dibanding A2 karena jumlah gula

yang dipakai berbeda.

Universitas Sumatera Utara


58

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Secara keseluruhan, selai kulit buah naga yang paling disukai adalah selai

pada perbandingan 50%:50%

2. Berdasarkan warna, selai kulit buah naga yang paling disukai adalah selai

pada perbandingan 60%:40%, sedangkan berdasarkan aroma, rasa, dan

tekstur yang paling disukai adalah selai pada perbandingan 50%:50%.

3. Kandungan gizi selai kulit buah naga pada perbandingan 60%:40%

mengandung vitamin C dan serat yang lebih tinggi dibandingkan dengan

selai kulit buah naga pada perbandingan 50%:50%.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil peneltian yang telah dilakukan, hal yang dapat

disarankan sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih memanfaatkan kulit buah naga

yang selama ini dibuang, dimanfaatkan sebagai bahan pangan selai sebagai

isian dan bahan oles pada roti karena kulit buah naga juga mengandung

nilai gizi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat kandungan zat gizi

mikro lainnya yang terdapat pada selai kulit buah naga.

58
Universitas Sumatera Utara
59

DAFTAR PUSTAKA

Ali, S. A. 2014. Master Jus Alami Buah & Sayuran. Jakarta: PT. Buku Kita
Astawan, M. 2008. Sehat Dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Penebar
Swadaya. Jakarta

Debora, R. S. 2015. Uji Daya Terima Selai Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis
L) dan Nilai Gizinya. Skripsi. Diakses Pada Tanggal 12 Juli 2016
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes RI Nomor 75 Tahun
2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa
Indonesia. Jakarta
Elastri, A. 2015.Pengaruh Substitusi Ekstrak Kulit Buah Naga Merah
Terhadap Kualitas Es Krim. Skripsi. Diakses Pada Tanggal 14 Februari
2017
Ervira, D. P. 2013. The Miracle of Fruits. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka
Fachruddin, L. 1997. Membuat Aneka Selai. Yogyakarta : Kanisius
Grace, Y. 2016. Daya Terima Bubur Bayi Instan Dengan Penambahan Umbi
Bit (Beta Vulgaris L.) Serta Kandungan Zat Gizi. Skripsi. Diakses Pada
Tanggal 22 Februari 2017
Hani, R., J. Edward. 2016. 350 Jus Kesehatan & Kebugaran. Jakarta : PT
Agromedia Pustaka
Hairunnisa, S. 2016. Penambahan Sari Bit (Beta Vulgaris L.) Sebagai Warna
Alami Terhadap Daya Terima dan Kandungan Zat Gizi Kerupuk
Merah. Skripsi. Diakses Pada Tanggal 21 Januari 2017
Handayani, S. 2014. Kandungan Kimia Beberapa Tanaman dan Kulit Buah
Berwarna Serta Manfaatnya Bagi Kesehatan. Jurnal. Diakses Pada
Tanggal 23 Februari 2017
Hartandria, F. 2014. Uji Kadar Protein Pada Pembuatan Bolu Kukus dari
Tepung Singkong (Manihot esculenta Crantz) dan Penambahan
Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) dengan
Konsentrasi yang Berbeda. Skripsi. Diakses Pada Tanggal 14 Februari
2017
Henuhili, V. 2004.Budidaya Tanaman Vanili. Jurnal. Diakses pada tanggal 27
Maret 2017.
Idawati, N. 2014.Budidaya Buah Naga Hitam. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

59 Universitas Sumatera Utara


60

Indah, SY., B. Supriyanto. 2013. Keajaiban Kulit Buah. Surabaya: Tribun


Media
Internet. 2017. https://manfaat.co/kandungan-dan-manfaat-buah-naga-putih.html
Internet. 2017. https://www.bukalapak.com/p/hobi-koleksi/berkebun/qklpm-jual-
benih-biji-buah-naga-kuning-yellow-dragonfruit
Internet. 2017. https://www.tokopedia.com/red-dragonubud/bibit-buah-naga-
super-red
Jamilah, B., dkk. 2011. Physico-chemical characteristics of redpitaya
(Hylocereuspolyrhizus) peel. International Food Research Journal 18:
279-286
Kamal, M. 2015.Pemanfaatan Pisang Raja (Musa textilia) Menjadi Selai
Sebagai Isian Roti Serta Daya Terima dan Kandungan Zat Gizinya.
Skripsi. Diakses Pada Tanggal 12 Juli 2016
Ketut, N., dkk. 2015. Aktivitas Antioksidan Antosianin dalam Ektrak Etanol
Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricencis) dan Analisis
Kadar Totalnya. Jurnal. Diakses Pada Tanggal 25 Juli 2016
Kristanto, D. 2003. Buah Naga: Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Jakarta:
Penebar Swadaya
Lubna, M. 2016. Jus Sehat Untuk Tumbuh Kembang Anak. Yogyakarta:
FlashBooks

Mitasari, A., 2012.Uji Aktivitas Ekstrak Kloroform Kulit Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus Britton & Rose) Menggunakan Metode DPPH
(1,1- Defenil-2-Pikril Hidrazil). Skripsi. Diakses Pada Tanggal 26 Juli
2016

Nur, M. A. 2015. Aneka Buah Berkhasiat Obat. Yogyakarta: Real Books


Prasetyo, E. G. 2013. Rasio Jumlah Daging dan Kulit Buah pada Pembuatan
Selai Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) ditambah Rosela
(Hibiscus sabdafiffa L.) dan Kayu Manis (Cinnamomum Sp). Skripsi.
Diakses Pada Tanggal 26 Mei 2017
Suryani, A., dkk. 2006. Bisnis Kue Kering. Jakarta: Penebar Swadaya
Warsito, H., Rindiani., F. Nurdyansyah. 2015. Ilmu Bahan Makanan Dasar.
Yogyakarta: Nuha Medika
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Universitas Sumatera Utara


61

Wu, L. C., Hsu, H. W., Chen, Y., Chiu, C. C., and Ho, Y. I., 2006. Antioxidant
and Antiproliferative Activities of Red Pitaya, Food Chemistry
Volume, 95 : 319-327. Jurnal. Diakses Pada Tanggal 27 Juli 2016

Universitas Sumatera Utara


62

LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Uji Kesukaan

FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK)

Nama :

Umur :

JenisKelamin : L / P

Peminatan :

Petunjuk

1. Cicipilah sampel satu persatu dengan sebai-baiknya.


2. Berikanlah penilaian berdasarkan pendapat anda tentang apa yang
dirasakan oleh indera. Kemudian berikan penilaian dengan skor berikut :
Sangat Suka :3
Suka :2
Kurang Suka :1
3. Jika sudah selesai mencicipi sampel pertama dan memberikan penilaian,
silahkan menetralkan indera pengecap anda dengan minum air putih
kemudian lanjutkan dengan mencicipi sampel kedua.

Sampel
Indikator A1 A2
Warna
Aroma
Rasa
Tekstur

Universitas Sumatera Utara


63

Lampiran 2. Rekapitulasi Hasil Uji Organoleptik Selai Kulit Buah NagaA1

Panelis Warna Aroma Rasa Tekstur


1 2 2 2 2
2 3 2 2 1
3 2 2 1 2
4 3 3 2 2
5 3 2 2 2
6 3 2 2 2
7 3 2 1 3
8 2 3 2 2
9 2 1 3 2
10 2 1 2 1
11 3 1 2 2
12 2 2 2 2
13 2 2 1 2
14 3 1 2 2
15 3 2 2 2
16 2 2 1 1
17 3 2 2 3
18 2 2 2 2
19 2 2 2 2
20 2 2 2 2
21 2 1 2 2
22 3 2 3 3
23 2 2 2 1
24 2 1 2 3
25 3 2 2 2
26 2 1 2 2
27 3 2 1 2
28 3 1 2 2
29 2 2 2 2
30 3 2 3 3

Universitas Sumatera Utara


64

Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Uji Organoleptik Selai Kulit Buah Naga A2

Panelis Warna Aroma Rasa Tekstur


1 3 2 2 2
2 3 3 3 3
3 2 2 2 2
4 2 2 3 2
5 2 3 2 2
6 2 3 2 2
7 2 2 2 3
8 2 3 3 3
9 2 2 3 3
10 2 1 2 2
11 2 1 3 3
12 2 2 3 2
13 2 2 2 1
14 2 2 2 3
15 2 3 3 2
16 2 2 3 2
17 2 3 2 3
18 2 2 3 3
19 1 2 3 3
20 1 2 3 2
21 2 1 2 2
22 2 3 3 3
23 1 2 2 1
24 2 1 2 2
25 3 2 2 3
26 2 2 3 3
27 2 2 2 2
28 3 2 3 3
29 2 3 3 3
30 2 2 2 2

Universitas Sumatera Utara


65

Lampiran 4. Hasil Analisis Data Uji Organoleptik Selai Kulit Buah Naga A1
dan A2 dengan SPSS

1. Tabel Frekuensi

Warna_A1
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Suka 16 53,3 53,3 53,3
Sangat Suka 14 46,7 46,7 100,0
Total 30 100,0 100,0

Warna_A2
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang Suka 3 10,0 10,0 10,0
Suka 23 76,7 76,7 90,0
Sangat Suka 4 13,3 13,3 100,0
Total 30 100,0 100,0

Aroma_A1
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang Suka 8 26,7 26,7 26,7
Suka 20 66,7 66,7 93,3
Sangat Suka 2 6,7 6,7 100,0
Total 30 100,0 100,0

Aroma_A2
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang Suka 4 13,3 13,3 13,3
Suka 18 60,0 60,0 73,3
Sangat Suka 8 26,7 26,7 100,0
Total 30 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


66

Rasa_A1
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang Suka 5 16,7 16,7 16,7
Suka 22 73,3 73,3 90,0
Sangat Suka 3 10,0 10,0 100,0
Total 30 100,0 100,0

Rasa_A2
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Suka 15 50,0 50,0 50,0
Sangat Suka 15 50,0 50,0 100,0
Total 30 100,0 100,0

Tekstur_A1
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang Suka 4 13,3 13,3 13,3
Suka 21 70,0 70,0 83,3
Sangat Suka 5 16,7 16,7 100,0
Total 30 100,0 100,0

Tekstur_A2

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang Suka 2 6,7 6,7 6,7
Suka 14 46,7 46,7 53,3
Sangat Suka 14 46,7 46,7 100,0
Total 30 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


67

2. Uji Normalitas Data


Descriptives

kelompok Statistic Std. Error


Warna Perlakuan 1 Mean 2,47 ,093
95% Confidence Lower Bound 2,28
Interval for Mean Upper Bound
2,66

5% Trimmed Mean 2,46


Median 2,00
Variance ,257
Std. Deviation ,507
Minimum 2
Maximum 3
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness ,141 ,427
Kurtosis -2,127 ,833
Perlakuan 2 Mean 2,00 ,083
95% Confidence Lower Bound 1,83
Interval for Mean Upper Bound
2,17

5% Trimmed Mean 2,00


Median 2,00
Variance ,207
Std. Deviation ,455
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 0
Skewness ,000 ,427
Kurtosis 2,608 ,833
Aroma Perlakuan 1 Mean 1,80 ,101
95% Confidence Lower Bound 1,59
Interval for Mean Upper Bound
2,01

5% Trimmed Mean 1,78


Median 2,00
Variance ,303
Std. Deviation ,551
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -,106 ,427
Kurtosis ,097 ,833

Universitas Sumatera Utara


68

Perlakuan 2 Mean 2,13 ,115


95% Confidence Lower Bound 1,90
Interval for Mean Upper Bound
2,37

5% Trimmed Mean 2,15


Median 2,00
Variance ,395
Std. Deviation ,629
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -,098 ,427
Kurtosis -,321 ,833
Rasa Perlakuan 1 Mean 1,93 ,095
95% Confidence Lower Bound 1,74
Interval for Mean Upper Bound
2,13

5% Trimmed Mean 1,93


Median 2,00
Variance ,271
Std. Deviation ,521
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 0
Skewness -,109 ,427
Kurtosis 1,089 ,833
Perlakuan 2 Mean 2,50 ,093
95% Confidence Lower Bound 2,31
Interval for Mean Upper Bound
2,69

5% Trimmed Mean 2,50


Median 2,50
Variance ,259
Std. Deviation ,509
Minimum 2
Maximum 3
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness ,000 ,427
Kurtosis -2,148 ,833
Tekstur Perlakuan 1 Mean 2,03 ,102
95% Confidence Lower Bound 1,83
Interval for Mean Upper Bound
2,24

5% Trimmed Mean 2,04

Universitas Sumatera Utara


69

Median 2,00
Variance ,309
Std. Deviation ,556
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 0
Skewness ,022 ,427
Kurtosis ,623 ,833
Perlakuan 2 Mean 2,40 ,113
95% Confidence Lower Bound 2,17
Interval for Mean Upper Bound
2,63

5% Trimmed Mean 2,44


Median 2,00
Variance ,386
Std. Deviation ,621
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -,517 ,427

Universitas Sumatera Utara


70

3. Uji T – Indepentent Samples Test


Independent Samples Test

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std.
Mean Error 95% Confidence
Sig. (2- Differen Differen Interval of the
F Sig. t df tailed) ce ce Difference

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower


Warna Equal
variances 15,961 ,000 3,751 58 ,000 ,467 ,124 ,218 ,716
assumed
Equal
variances
3,751 57,320 ,000 ,467 ,124 ,218 ,716
not
assumed
Aroma Equal
variances ,131 ,719 -2,184 58 ,033 -,333 ,153 -,639 -,028
assumed
Equal
variances
-2,184 57,013 ,033 -,333 ,153 -,639 -,028
not
assumed
Rasa Equal
variances 6,254 ,015 -4,264 58 ,000 -,567 ,133 -,833 -,301
assumed
Equal
variances
-4,264 57,967 ,000 -,567 ,133 -,833 -,301
not
assumed
Tekstur Equal
variances 6,435 ,014 -2,408 58 ,019 -,367 ,152 -,671 -,062
assumed
Equal
variances
-2,408 57,297 ,019 -,367 ,152 -,672 -,062
not
assumed

Universitas Sumatera Utara


71

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


72

Lampiran 6. Surat Izin Pemakaian Laboratorium Gizi FKM USU

Universitas Sumatera Utara


73

Lampiran 7. Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


74

Universitas Sumatera Utara


75

Lampiran 8. Hasil Laboratorium

Universitas Sumatera Utara


76

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Peneliti memberikan sampel kepada panelis

Gambar 2. Panelis mengisi data diri

Universitas Sumatera Utara


77

Gambar 3. Panelis melakukan uji kesukaan dengan melihat warna selai

Gambar 4. Panelis melakukan uji kesukaan dengan mencium aroma selai

Universitas Sumatera Utara


78

Gambar 5. Panelis melakukan uji kesukaan rasa dan tekstur dengan


memakan selai

Gambar 6. Panelis saat mengisi penilaian terhadap uji kesukaan dari warna,
aroma, rasa dan tekstur selai

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Você também pode gostar