Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1464
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI
SELAI KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus)
SKRIPSI
OLEH
ASTRI HANDAYANI HUTAURUK
NIM. 131000578
OLEH
ASTRI HANDAYANI HUTAURUK
NIM. 131000578
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “UJI DAYA
(Hylocereus polyrhizus)” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya
sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang
etika keilmuan dalam karya saya, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
Kata kunci : kulit buah naga, selai, uji daya terima, vitamin C, serat
iii
iv
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus karena
berjudul “Uji Daya Terima dan Kandungan Gizi Selai Kulit Buah Naga
kesulitan dan hambatan namun berkat bimbingan, bantuan dan motivasi dari
berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran
masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada
1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, Msi selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si., selaku Ketua Departemen Gizi
9. Orang tua tercinta, Hotma Hutauruk dan Sedima Silalahi yang tiada henti
penulis serta setia menjadi tempat berbagi keluh kesah sehingga penulis
10. Kakak dan Abang tersayang, Dian Hutauruk, Jefri Samuel Hutauruk,
vi
12. Kakak Senior Terbaik, Yosephin Grace Natali Marpaung, SKM yang
13. Teman Seperjuangan, Anna, Eka, Ruth dan Iren yang selalu setia menjadi
14. Anak Gadis, Febby, Vanny, Bidari, Sarah, Mutia, dan Lestary yang selalu
15. Keluarga Baper Hipertensi, Lisandy, Astri, Ribka, dan Cindy yang selalu
skripsi ini.
16. Untuk seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,
yaitu Sifra, Ivany, Rani, Irma, serta teman-teman lainnya yang tidak bisa
vii
Untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini
viii
Halaman
ix
Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi Buah Naga per 100 gram ................................ 14
Tabel 2.2 Kandungan Gizi Kulit Buah Naga ................................................... 15
Tabel 2.2 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gr Selai Kulit Jeruk Manis ............ 19
Tabel 3.1 Rincian Perlakuan ............................................................................ 31
Tabel 3.2 Rancangan Pembuatan Selai Kulit Buah Naga ................................ 34
Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Panelis pada Uji Hedonik ............................... 37
Tabel 3.4 Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan ...................................... 43
Tabel 4.1 Karakteristik Selai Kulit Buah Naga................................................ 44
Tabel 4.2 Hasil Analisis Organoleptik Warna Selai Kulit Buah Naga ............ 45
Tabel 4.3 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Selai Kulit Buah Naga ............ 46
Tabel 4.4 Hasil Analisis Organoleptik Rasa Selai Kulit Buah Naga ............... 47
Tabel 4.5 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Selai Kulit Buah Naga........... 47
Tabel 4.6 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Selai Kulit Buah Naga
Dan Selai Kulit Jeruk Manis.............................................................49
xi
Gambar 2.1 Buah Naga dan Kulit Buah Naga ................................................. ...8
Gambar 2.4 Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis) .................. .12
xii
xiii
1995 dan merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari Ayah Hotma
Negeri 060820 Medan, lulus Sekolah Menengah Pertama dari SMP Negeri 8
Medan pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas dari SMA Swasta Santa
Maria Medan pada tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan pada tahun yang
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
pangan. Produk pangan yang dikehendaki oleh masyarakat modern saat ini tidak
gizi yang terdapat pada makanan tersebut. Oleh karena itu beragamnya jenis
makanan dan minuman yang ditawarkan, menuntut masyarakat untuk lebih pandai
pangan dapat dilakukan dengan mencari bahan pangan baru atau bahan dari
pangan yang sudah ada di lingkungan dan dikembangkan menjadi bahan pangan
yang beraneka ragam dengan harga yang relatif terjangkau oleh masyarakat
(Debora, 2015).
hidupnya akan lebih sehat. Buah membantu meningkatkan jumlah energi dan
membuang racun-racun yang ada di dalam tubuh. Tidak heran jika setiap hari
1
Universitas Sumatera Utara
2
tidak semua tahu apa saja khasiat dari buah yang masuk ke dalam tubuhnya
tersebut. Tidak semua buah memiliki khasiat yang sama. Dengan kata lain, setiap
berbagai negara. Buah naga berbentuk bulat lonjong yang memiliki jumbai-
jumbai di seluruh bagian kulitnya (Evira, 2013). Buah naga mengandung vitamin
C yang cukup tinggi dibandingkan dengan vitamin A dan vitamin E yaitu 525,32
µg serta memiliki kandungan serat sebesar 10,1 gram yang lebih tinggi jika
Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke
Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan Cina buahnya dianggap
membawa berkah. Oleh sebab itu, buah ini selalu diletakkan di antara dua ekor
patung naga berwarna hijau di atas meja altar. Dari kebiasaan inilah buah itu di
kalangan orang Vietnam yang sangat terpengaruh budaya Cina dikenal dengan
Thang loy (buah naga). Istilah Thang loy kemudian diterjemahkan di Eropa dan
negara lain yang berbahasa Inggris sebagai dragon fruit (buah naga) (Indah dan
Bagus, 2013).
Berdasarkan uji klinis, ternyata tak hanya daging buah naga yang
menyimpan sejuta khasiat. Kulit buah naga yang dianggap sebagai limbah,
mengandung zat yang bisa membasmi zat asing yang membahayakan tubuh. Tak
hanya itu, kulit buah naga juga dapat mencegah penyakit diabetes dan penyakit
(Jaafar, et al.,2009 yang dikutip oleh Ketut dkk.,2015), juga mengandung air,
kaya polifenol dan merupakan antioksidan. Selain itu aktivitas antioksidan pada
kulit buah naga lebih besar dibandingkan aktivitas pada daging buahnya, sehingga
antioksidan kulit buah naga juga didukung dengan penelitian oleh Mitasari (2012)
yang menyatakan bahwa ekstrak koloform kulit buah naga merah memiliki
(2011), tentang pemanfaatan kulit buah naga super merah sebagai sumber
antioksidan dan pewarna alami pada pembuatan jelly adalah rerata kadar
20,885%.
Perubahan gaya hidup yang berslogan “Back to nature for better life”, di
fungsional, makanan suplemen, atau produk herbal yang terbuat dari buah-buahan
saja. Kulit buah akan disingkirkan karena dianggap tidak berguna dan banyak
orang merasa aneh jika harus memakan kulit buah karena rasanya yang tidak
padahal beberapa kulit buah memiliki nilai gizi yang tidak kalah dengan buahnya
efektif bila diterapkan sebagai bahan baku atau tambahan dalam pembuatan
makanan yang sudah dikenal oleh masyarakat, salah satunya adalah selai. Selain
sebagai pemanfaatan, pengolahan kulit buah naga menjadi selai juga bertujuan
untuk menambah keanekaragaman makanan yang pada umumnya selai dibuat dari
bahan baku buah, karena biasanya kulit buah merupakan bahan buangan (limbah)
dibuat kurang dari 45% dari bagian berat zat penyusun sari buah dan 55% dari
bagian berat gula dengan komponen asam pH 3,10 - 3,46 pektin 0,75% - 1,5%.
Campuran ini dikentalkan sampai mencapai kadar zat padat terlarut tidak kurang
dari 65% (Desroiser, 1988 yang dikutip oleh Debora, 2015). Bahan utama
pembuatan selai adalah kulit buah naga yang mana selama ini selai yang
dikonsumsi mengandung zat gizi makro dan zat gizi mikro yaitu karbohidrat,
Selai disukai banyak orang karena rasanya yang manis dan dapat
dikonsumsi oleh semua golongan umur. Selai tidak hanya dimakan saja, tetapi
bahan isian pada roti. Selai dapat bertahan lama karena dalam proses
selai tersebut benar-benar meresap masuk kedalam tekstur yang padat, sehingga
rasa yang terdapat dalam bahan utama pembuatannya sangat melekat dalam selai.
Pada umumnya selai yang biasa dikonsumsi mengandung zat gizi mikro
dan makro yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin B, vitamin C, dan mineral.
Sehingga diharapkan dengan penambahan gula pasir dapat menambah energi pada
selai, serta dapat mengurangi ketergantungan terhadap selai yang dibuat dari
buah-buahan yang merupakan bahan-bahan yang dikenal selama ini yang diolah
sebagai selai. Sehingga masyarakat yang menganggap selai sebagai bahan pangan,
tidak hanya sebagai bahan isian pada roti yang dapat mengenyangkan perut
Bahan utama pembuatan selai adalah kulit buah naga lalu diberi bahan
tambahan lainnya seperti gula, garam, air dan vanili sebagai penambah cita rasa.
Pada penelitian kali ini akan dilakukan pembuatan selai dengan bahan dasar kulit
buah naga sebesar 50%, dan 60% dari berat bahan (kulit buah naga) yang diulang
sebanyak 2 kali pada pembuatan selai dengan maksud untuk memperkecil eror
atau kesalahan yang mungkin terjadi pada saat penimbangan bahan yang
digunakan dalam pembuatan selai. Kulit buah naga yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kulit buah naga merah karena aktivitas antioksidannya yang
lebih tinggi, warnanya yang lebih menarik, serta lebih mudah di dapat dari sumber
peneliti. Penetapan konsentrasi kulit buah naga adalah sebesar 50% pada saat
dilakukan uji coba, karena berdasarkan rasa, warna, tekstur dan aroma nya sesuai
Selai dari kulit buah naga termasuk produk yang masih baru, sehingga
ingin membuat eksperimen yaitu “Uji Daya Terima dan Kandungan Gizi Selai
yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana uji
daya terima kulit buah naga menjadi selai dan kandungan gizinya.”
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya
kulit buah naga 60% dan 50% dilihat dari indikator warna.
kulit buah naga 60% dan 50% dilihat dari indikator rasa.
kulit buah naga 60% dan 50% dilihat dari indikator aroma.
kulit buah naga 60% dan 50% dilihat dari indikator tekstur.
5. Untuk mengetahui kandungan gizi vitamin C dan serat pada selai dengan
naga merah sebagai salah satu sumber pelengkap pada roti yang dapat
3. Menghasilkan produk makanan yang bervariasi dari hasil kulit buah naga.
buah naga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman buah naga (dragon fruit) awalnya dikenal sebagai tanaman hias
ini sudah cukup lama dikenal masyarakat Taiwan, Vietnam, maupun Thailand.
Terlebih saat diketahui bahwa buahnya dapat dimakan, semakin banyak yang
(a) (b)
Gambar 2.1
Buah Naga dan Kulit Buah Naga
Keterangan :
(a) Buah naga
(b) Kulit buah naga
Tanaman buah naga (dragon fruit) awalnya dikenal sebagai tanaman hias
ini sudah cukup lama dikenal masyarakat Taiwan, Vietnam, maupun Thailand.
Terlebih saat diketahui bahwa buahnya dapat dimakan, semakin banyak yang
Bagi sebagian orang, buah naga mungkin termasuk buah yang tergolong
mewah, karena harganya mahal dan masih jarang di pasaran. Bentuknya yang
unik dengan warna mencolok, mengundang keingintahuan orang. Kini, buah naga
pohonnya juga unik karena memiliki bunga yang harum semerbak. Karena itu,
dahaga, karena kandungan kadar airnya sangat tinggi, sekitar 90% dari berat buah.
Rasanya manis sebab mengandung kadar gula mencapai 13-18 briks. Buah naga
banyak diburu oleh konsumen bukan hanya karena rasanya yang nimat, tetapi juga
manfaat yaitu mengobati kanker, tumor, sakit mata, asam urat, dan jantung,
mata dan menguatkan otak anak. Selain itu, buah ini juga mengandung vitamin B1
yang bermanfaat untuk mencegah demam pada anak serta kalsium yang dapat
genus, sedangkan buah naga termasuk dalam genus Hylocereus. Genus ini pun
terdiri dari sekitar 16 spesies. Dua di antaranya memiliki buah komersial, yaitu
Ordo : Cactales
Famili : Cactaceae
Subfamili : Hylocereanea
Genus : Hylocereus
Hingga kini ada empat jenis tanaman buah naga yang diusahakan dan
1. Hylocereus Undatus
Hylocereus Undatus yang lebih popular dengan sebutan white pitaya adalah
buah naga yang kulitnya berwarna merah dan daging berwarna putih. Warna
merah buah ini sangat kontras dengan warna daging buah. Pada kulit buah
terdapat sisik atau jumbai berwarna hijau. Di dalam buahnya terdapat banyak
biji berwarna hitam. Berat buah rata-rata 400-500 gram, bahkan ada yang
dapat mencapai 650 gram. Rasa buahnya masam bercampur manis. Dibanding
Sumber : Internet
Gambar 2.2 Buah Naga Putih (Hylocereus Undatus)
2. Hylocereus polyrhizus
ini memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan daging berwarna merah
keunguan. Kulitnya terdapat sisik atau jumbai hijau. Rasa buah lebih
3. Hylocereus costaricensis
Itulah sebabnya tanaman ini disebut buah naga berdaging super merah.
Sumber : Internet
Gambar 2.4 Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis)
4. Selenicereus megalanthus
buah naga lainnya karena memiliki kadar kemanisan mencapai 15-18 briks.
Sumber : Internet
Gambar 2. 5 Buah Naga Kuning (Selenicereus megalanthus)
gula darah, pencehag kanker usus, pelindung kesehatan mulut, serta pengurangan
Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi Buah Naga per 100 gram
No Komponen Zat Gizi Kuantitas
1 Air 87,3 gram
2 Energi 89,43 kcal
3 Protein 0,16 gram
4 Lemak 0,23 kcal
5 Karbohidrat 1,48 gram
6 Serat 10,1 gram
7 Kalsium 5,7mg
8 Fosfor 23 mg
9 Magnesium 28,3 µg
10 Natrium 50,15 µg
11 Kalium 56,96 mg
12 Besi 3,4 mg
13 Tetangga 0,031 mg
14 Tiamin 48,9 µg
15 Riboflavin 40,75 µg
16 Niasin 513,78 µg
17 Pridokasin 20,579 µg
18 Kobalamin 15,61 µg
19 Vitamin C 525, 32 µg
20 Vitamin A 120,13 µg
21 Vitamin E 105,67 µg
22 Likopen 14,35 mg
Sumber :Indah SY dan Bagus S (2013)
banyak orang kulit buah tidak dapat di konsumsi layaknya buah. Banyak orang
makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Ketebalan kulit buah naga
adalah 2-3 cm dan dipermukaan kulit buah terdapat jumbai atau jambul berukuran
1-2 cm (Kristanto, 2003). Kulit buah naga yang beratnya sekitar 30-35% dari
berat buah dengan warnanya yang merah dapat juga dijadikan produk pangan,
contohnya selai, karena kulit buah naga mengandung pektin cukup tinggi
(10,79%) (Prasetyo, 2013). Hasil uji in vitro yang dilakukann Li Chen Wu,
pertumbuhan sel tumor B16F20 pada dosis 25 gr. Banyak orang tidak mengetahui
bahwa kulit buah naga memiliki manfaat dan khasiat yang tidak kalah dari
buahnya.
Buah bisa diolah menjadi apa saja. Menjadi makanan, minuman segar,
sampai obat yang cukup berkhasiat. Untuk pengolahan menjadi obat, salah
satunya adalah memanfaatkan kulit dari buah. Pemanfaatan kulit buah untuk
terapi pengobatan kini mulai banyak dilakukan. Bentuknya ada berupa rebusan
kulit buah segar, jus, serbuk, dan belakangan ini sudah ada yang diproduksi
dalam bentuk olahan seperti es buah, puding, selai, jus, dan banyak jenis kue yang
di olah dari buah naga.Dalam penelitian Hartandria (2014), tentang “Uji Kadar
Protein pada Pembuatan Bolu Kukus dari Tepung Singkong (Manihot esculenta
(Manihot esculenta Crantz) dan ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)
berpengaruh secara nyata terhadap uji organolptik bolu kukus. Kadar protein
Selain buahnya, kulit buah naga juga dapat digunakan sebagai pewana
alami dan diolah menjadi manisan basah atau manisan kering. Menurut Elastri
(2015), ternyata kulit buah naga juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan es
krim. Hal ini dibuktikan dengan penelitiannya tentang pengaruh substitusi ekstrak
kulit buah naga terhadap kualitas es krim. Hasil analisisnya menunjukkan terdapat
substitusi ekstrak kulit buah naga merah terhadap kualitas aroma es krim, terdapat
perbedaan nyata pengaruh penambahan ekstrak kulit buah naga merah terhadap
kualitas tekstur (lembut) pada es krim, tidak terdapat perbedaan nyata pengaruh
substitusi ekstrak kulit buah naga merah terhadap kualitas rasa (manis) pada es
krim.
Selain sebagai modifikasi bahan pangan, kulit buah naga juga dijadikan
sebagai pewarna alami pada kain bati. Seperti pada penelitian Evaardinna dkk.
(2016) tentang “Ekstraksi Kulit Buah Naga (Dragon Fruit) Sebagai Zat Pewarna
Alami Pada Kain Batik”, zat pewarna alami telah diperoleh melalui proses
ekstraksi kulit buah naga. Hasil yang diperoleh adalah pigmen dengan warna
Visnear didapatkan nilai absorbansi dari pigmen. Semakin besar massa kulit buah
naga yang digunakan maka semakin besar nilai absorbansi pada pigmen. Pada
nilai absorbansi yang maksimum. Nilai absorbansi yang baik ini selanjutnya
menunjukkan bahwa pigmen kulit buah naga dapat diaplikasikan sebagai pewarna
Krim Ekstrak Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricencis) dengan
Basis VCO (Virgin Coconut Oil)”, dapat disimpulkan bahwa krim antioksidan
dengan penambahan ekstrak kulit buah naga super merah memiliki kualitas yang
cukup baik pada keseluruhan formula dengan warna, bau, dan tekstur yang stabil
selama masa penyimpanan. Penambahan ekstrak kulit buah naga super merah
mampu meningkatkan aktivitas antioksidan basis krim VCO dengan nilai IC50
121 ppm.
dengan kulit buah naga yang memiliki tujuan dan bila dikelola maka ada tujuan
yang diperoleh. Menurut Apriadji (1986) yang dikutip oleh Kamal (2015), ada 2
1. Tujuan langsung
gizi keluarga saja atau hasil yang berlebihan dipasarkan untuk membeli
kebutuhan lainnya dan ditabung bagi pendapatan keluarga. Yang penting bila
Tujuan tidak langsung dari pemanfaatan kulit buah naga dapat digunakan
lingkup UPGK tidak sebatas hanya dirumah saja tapi berkembang dalam
2.2 Selai
Selai atau selei (bahasa inggris; jam, bahasa perancis: confiture) adalah
salah satu jenis makanan awetan berupa sari buah atau buah-buahan yang sudah
dihancurkan, ditambah gula dan dimasak hingga kental atau berbentuk setengah
padat. Selai tidak dimakan begitu saja, melainkan untuk dioleskan di atas roti
tawar atau sebagai isi roti manis, selai juga digunakan sebagai isi pada kue-kue
seperti nastar atau pemanis pada minuman seperti yogurt dan es krim. Selai yang
preserve atau conserves, sedangkan selai yang dibuat dari sari buah dan kulit buah
Pada umumnya, selai dibuat dari buah-buahan yang sudah masak, tapi
tidak terlalu matang dan mempunyai rasa sedikit masam (misalnya selai nenas,
stroberi, mangga, apel, anggur) ataupun dari bahan yang buka buah (misalnya
kacang, tempe, kelapa, dan lain-lain). Tidak banyak orang yang mengetahui
bahwa selai juga telah dimodifikasi dari bahan selain buah yaitu kulit buah, antara
Adapun kandungan gizi dari selai kulit jeruk manis itu sendiri dapat dilihat
Tabel 2.3 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Selai Kulit Jeruk Manis
No Zat Gizi Kandungan Gizi Selai Kulit Jeruk Manis (% b/b)
1 Kadar Air 67,25
2 Kadar Abu 0,78
3 Kadar Protein 0,56
4 Kadar Kalsium 0,67
5 Kadar Lemak 0,35
6 Kadar Karbohirat 31,06
7 Kadar Vitamin C 29,60
Sumber : Debora (2015)
Seperti yang kita ketahui bahwa pada umumnya selai dibuat dari bahan
dasar buah- buahan saja. Buah-buahan yang dapat digunakan dalam pengolahan
selai antara lain nanas, sirsak, srikaya, papaya, tomat, durian, mangga, jambu biji,
kacang-kacangan, kulit pisang, kulit jeruk dan buah-buah musiman lainnya. Buah
yang digunakan untuk membuat selai adalah buah yang masak tetapi tidak terlalu
matang dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang masih muda tidak dapat
digunakan untuk pembuatan selai atau jeli karena masih banyak mengandung zat
Menurut Indah dan Bagus (2013), limbah kulit buah naga mengandung
yang dikenal sebagai obat berbahan kimia yang digunakan untuk melindungi
pembuluh darah mikro. Obat ini banyak beredar di pasaran dan popular digunakan
pada kulit buah naga ini, tentu akan menjadi alternatif alami untuk mencegah
2. Gula
sebagai salah satu bahan makanan pokok, gula juga merupakan sumber kalori bagi
masyarakat selain beras, jagung dan umbi-umbian serta sebagai bahan pemanis
dan pengawet makanan dan minuman. Keberadaan pemanis buatan dan pemanis
lainnya sampai saat ini belum sepenuhnya bisa menggantikan keberadaan gula.
masyarakat.
Menurut Mudjajanto dan Lilik (2004) yang dikutip oleh Kamal (2015), gula
yang digunakan dalam pembuatan selai adalah gula halus agar mudah larut dan
hancur dalam adonan. Gula yang tidak kering akan mempengaruhi adonan karena
Selain untuk menambah cita rasa pada selai, penambahan gula juga
berfungsi sebagai pengawet pada selai, karena bahan pangan yang memiliki kadar
gula tinggi mempunyai daya tahan yang lebih baik daripada bahan yang
3. Air
Air memiliki fungsi cukup penting, salah satunya mengangkut zat-zat gizi,
termasuk diantaranya vitamin yang larut dalam air dan beberapa mineral yang
diperlukan tubuh. Selain itu, fungsi air yang tak kalah penting adalah mengatur
Meskipun sering diabaikan, air merupakan salah satu unsur penting dalam
kerenyahan produk serta cita rasa makanan. Air berfungsi sebagai media reaksi
untuk membantu proses pelumatan dari kulit buah naga, dan melarutkan bahan
4. Garam
makanan, terutama ikan, telur, daging, serta bahan pangan lainnya. Garam akan
racunnya. Garam ditambahkan terutama sebagai bahan flavor tetapi juga untuk
5. Vanili
Orchidaceae (bangsa anggrek). Tanaman ini berasal dari Meksiko, yang masuk ke
Indonesia sekitar tahun 1819, dibawa oleh seorang ahli botani Antweper Belanda.
Di Indonesia tanaman vanili ini pertama kali ditanam di Kebun Raya Bogor.
vanillin yang menyebabkan aroma wangi. Aroma ini akan meningkat lagi setelah
Produk turunan vanili cukup banyak, antara lain ekstrak vanili, pasta
flavouring, oleoresin vanili, dan bubuk vanili. Dari beberapa produk turunan
penggunaannya. Vanili dalam bentuk bubuk memiliki umur simpan lama, bentuk
sangat praktis sehingga penyimpanan lebih hemat tempat, siap pakai dan
Vanili tidak cuma dipakai sebatas pada pembuatan kue saja, namun buat
jenis makanan lainnya juga disarankan supaya tampilan menjadi lebih menarik
vanili sebagai pengharum serta pelezat tambahan dalam olahan makanan ialah
kolak, putu mayang, getuk, bolu kukus, klepon serta lain sebagainya.
2.3.2 Resep Dasar dan Cara Pembuatan Selai Kulit Buah Naga Merah
Resep dasar dalam membuat selai kulit buah naga ini dimodifikasi dari
3. Garam 1 gr
4. Air 60 ml
5. Vanili 1 gr
Cara membuat selai kulit buah naga meliputi beberapa proses. Selai dibuat
dengan cara mencampurkan kulit buah naga yaitu bagian dalam dari kulit buah
naga yang memiliki tebal sekitar 1-2 cm dan penyusun bahan lainnya. Pembuatan
selai dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu proses pemilihan bahan, pembuatan
adonan dan pemasakan. Ketiga proses ini akan menentukan mutu hasil akhir selai.
pemasakan.
Proses ini erat kaitannya dengan kualitas yang ingin dicapai, sehingga dalam
pembuatan selai perlu dilakukan pemilihan kulit buah naga yang mencakup
dari pemilihan kulit buah naga yang matang (berwarna merah), segar, tidak
busuk, tidak dalam keadaan lecet (memar) dan dicuci hingga bersih dengan air
mengalir.
pisahkan bagian dalam dan jumbai luarnya, kemudian dicuci dengan air
3. Proses pemasakan
Proses memasak dilakukan dengan memasukkan kulit buah naga yang sudah
dihaluskan bersama air kemudian gula halus serta bahan tambahan lainnya
menggunakan api kecil sambil diaduk secara merata sampai selai kulit buah
4. Proses pengadukan
Proses ini merupakan suatu proses yang sangat penting dalam pembuatan
selai, dalam hal ini bisa dilihat dari pemerataan bahan-bahan yang sudah
dicampur dengan bahan dasarnya secara merata yang pada akhirnya dapat
dinilai kekentalannya.
Uji penerimaan atau uji daya terima produk ini digunakan untuk
mengevaluasi daya terima produk atau untuk menentukan apakah satu atau lebih
produk tertentu lebih diterima daripada produk lainnya. Pengujian daya terima
itu, uji daya terima produk ini sering dipandang sebagai salah satu fungsi dari
penelitian pasar dalam industri pangan. Walaupun demikian analisis sensori dapat
juga merupakan uji daya terima produk dalam skala terbatas untuk mendapatkan
Menurut Suhardjo (1989) yang dikutip oleh Debora (2015), daya terima
Menurut Moehyi (1992) yang dikutip oleh Hairunissa (2016), cita rasa
dihidangkan dan rasa makanan pada saat dimakan karena kedua aspek tersebut
makanan yaitu raangsangan cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan itu. Oleh
karenanya penting sekali dilakukan penilaian cita rasa untuk mengetahui daya
terima konsumen.
makanan yang menarik dan tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa. Oleh
dasar untuk mempertahankan warna makanan yang alami, baik dalam bentuk
turut menentukan cita rasa makanan karena sesitifitas indera cita rasa dipengaruhi
oleh konsistensi makanan. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan
hidangan yang disajikan. Jika penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik,
seluruh upaya yang telah dilakukan guna menampilkan makanan dengan cita rasa
tinggi tidak akan berarti. Penampilan makanan waktu disajikan akan merangsang
makanan tersebut.
selanjutnya rasa makanan itu akan ditentukan oleh rangsangan terhadap indera
mudah menguap sebagai akibat atau reaksi karena pekerjaan enzim atau dapat
kesadaran atau pengenalan alat indera atas sifat benda karena adanya rangsangan
yang diterima alat indera yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga
berarti reaksi mental (sensation) jika alat indera mendapat rangsangan (stimulus).
Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap
untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda
reaksi psikologis atau reaksi subyektif. Pengukuran terhadap nilai atau tingkat
kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran subyektif atau penilaian subyektif.
prinsipnyaterdapat 3 jenis uji organoleptik, yaitu uji pembedaan, uji deskripsi dan
uji afektif. Uji pembedaan digunakan untuk memeriksa apakah ada perbedaan
sifat dan intensitas perbedaan tersebut. Kedua kelompok uji di atas membutuhkan
panelis yang terlatih atau berpengalaman. Uji afektif didasarkan pada pengukuran
tidak dilatih. Uji afektif terdiri atas Uji Perbandingan Pasangan, Uji Hedonik dan
Uji Ranking. Uji hedonik merupakan pengujian paling banyak digunakan untuk
mengukur tingkat kesukaan terhadap produk. Tingkat kesukaan ini disebut skala
hedonik, misalnya sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak suka,
sangat tidak suka dan lain-lain. Skala hedonik dapat direntangkan menurut
2.6 Panelis
Panelis merupakan anggota panel atau orang yang terlibat dalam penilaian
merupakan instrumen atau alat untuk menilai mutu dan analisa sifat-sifat sensorik
Menurut Rahayu (1998) yang dikutip oleh Kamal (2015), dalam penilaian
terbatas, panelis terlatih, panelis agak terlatih, panelis tidak terlatih, panelis
1. Panelis Perseorangan
spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang
sangat intensif. Panelis perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara
kepekaan tinggi, bias dapat dihindari, dan penilaian efisien. Panelis perseorangan
2. Panelis Terbatas
Panelis terbatas tediri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-
3. Panelis Terlatih
Panelis terlatih terdiri dari 15-25 yang mempunyai kepekaan cukup baik.
Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan.
Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau spesifik.
Panelis agak terlatih tediri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk
mengetahui sifat-sifat tertentu. Panelis agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat
Panelis tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih
berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial, dan pendidikan. Panelis tidak
kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Panelis tidak
terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama
6. Panelis Konsumen
Panelis konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada
target pemasaran komoditi. Panelis ini mempunyai sifat yang sangat umum dan
7. Panelis Anak-anak
produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya.
Berikut adalah kerangka konsep dari uji daya terima dan kandungan gizi
Bagan di atas menjelaskan bagaimana selai dengan bahan dasar kulit buah
naga dapat mempengaruhi daya terima yang meliputi warna, aroma, tekstur, dan
rasa. Kemudian selai dari kulit buah naga di uji berdasarkan kandungan zat
gizinya.
BAB III
METODE PENELITIAN
menggunakan rancangan penelitian acak lengkap yang terdiri dari kulit buah naga
dan gula dengan 2 perlakuan yaitu kulit buah naga (50% dan 60%) dan gula pasir
(50% dan 40%) dengan simbol A2, dan A1 yang semuanya diulang sebanyak 2
kali pada saat proses pembuatan selai kulit buah naga dengan maksud untuk
memperkecil eror atau kesalahan yang mungkin terjadi pada saat penimbangan
Keterangan :
A1 : Penambahan kulit buah naga 60% dan gula halus 40%
A2 : Penambahan kulit buah naga 50% dan gula halus 50%
Y11 : Perlakuan A1 pada ulangan ke-1
Y12 : Perlakuan A1 pada ulangan ke-2
Y21 : Perlakuan A2 pada ulangan ke-1
Y22 : Perlakuan A2 pada ulangan ke-2
31
Universitas Sumatera Utara
32
Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2016 sampai Juni 2017.
Objek penelitian ini adalah pemanfaatan kulit buah naga 60% dan 50%
lalu ditambahkan gula pasir halus dan ditambah dengan beberapa bahan penyusun
1. Selai kulit buah naga adalah selai yang yang terbuat dari kulit buah naga.
2. Daya terima selai adalah tingkat kesukaan panelis terhadap selai dari kulit
buah naga dan gula pasir dalam pembuatan selai meliputi indikator warna,
tekstur, aroma dan rasa yang dilakukan pada mahasiswa FKM USU.
3. Warna adalah corak rupa yang dihasilkan oleh selai kulit buah naga dan yang
4. Rasa adalah daya terima panelis terhadap selai kulit buah naga dan yang
5. Aroma adalah bau khas yang dihasilkan oleh selai kulit buah naga dan gula
6. Tekstur adalah konsistensi atau kelembutan dari selai kulit buah naga dan
7. Kandungan gizi adalah kuantitas zat gizi dalam selai kulit buah naga.
ditentukan dalam melaksanakan pencobaan pembuatan selai dari kulit buah naga.
3.5.1 Alat
kondisinya masih baik dan higienis. Adapun alat yang digunakan dalam
a. Alat yang digunakan untuk pembuatan selai kulit buah naga merah
Alat yang digunakan dalam pembuatan selai kulit buah naga merah antara
lain timbangan, pisau, baskom atau wadah, parutan keju, sendok, talam, kompor,
panci.
Alat yang digunakan yaitu formulir penilaian, alat tulis, dan air minum
kemasan.
3.5.2 Bahan
Penggunaan bahan dalam pengolahan selai kulit buah naga ini dipilih
bahan yang berkualitas baik, kondisi bahan masih baik, segar, tidak busuk, tidak
berubah warna dan tidak kadalauarsa. Pada penelitian kali ini, kulit buah naga
yang digunakan adalah kulit buah naga bagian dalam yang berkisar 1-2 cm,
bagian permukaan buah yang memiliki jumbai tidak dipergunakan. Bahan yang
digunakan terdiri dari dua jenis bahan yaitu bahan utama dan bahan tambahan.
Bahan utama yang digunakan yaitu kulit buah naga merah, gula pasir halus, dan
air. Sedangkan bahan tambahan yang digunakan yaitu garam dan vanili.
berikut :
Keterangan :
Berat total dari bahan utama = 200 gram
A1 : kulit buah naga masak 60% dan gula pasir halus 40%
A2 : kulit buah naga masak 50% dan gula pasir halus 50%
Tahapan pembuatan selai kulit buah naga dan gula pasir halus dapat di
- Garam (1 gr)
- Vanili (1gr) Pencampuran bahan
- Air (60 ml)
Selai matang
buah naga dan gula pasir dilakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap persiapan,
1. Tahap Persiapan
air mengalir.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dalam pembuatan selai dari kulit buah naga merah
sebagai berikut :
a. Pencampuran
Kulit buah naga yang sudah dicuci dengan air mengalir kemudian
kuali , lalu campurkan air, dan gula pasir halus lalu aduk hingga merata.
b. Pemasakan
tambahan lainnya seperti vanili dan garam lalu aduk lagi hingga matang.
c. Pendinginan
dinginkan.
3. Tahap Penyelesaian
b. Dilakukan uji organoleptik selai (aroma, warna, rasa, dan tekstur). Uji
suatu produk. Dalam penelitian ini panelis berperan dalam menilai daya terima
berdasarkan indikator warna, rasa, tekstur dan aroma. Uji hedonik adalah
panelis dan peneliti skala ini diperkecil menjadi 3 tingkatan dengan skor yang
paling rendah 1 dan skor yang paling tinggi adalah 3. Berdasarkan tingkatannya,
tingkat penerimaan konsumen dapat diketahui sesuai dengan table 3.3 berikut :
1. Panelis
diperlukan alat instrumen, alat yang digunakan terdiri dari orang atau kelompok
orang yang disebut panel, orang yang bertugas sebagai panel disebut panelis. Jenis
panelis yang digunakan dalam penelitian ini adalah panelis tidak terlatih sebanyak
30 orang.
2. Pelaksana Penilaian
a. Tempat
Penilaian uji daya terima terhadap selai dengan kulit buah naga
Bahan yang digunakan adalah selai kulit buah naga dengan perbandingan
50%:50% dan 60%:40%, dan air minum. Sedangkan alat yang digunakan adalah
b. Membagikan sampel sesuai variasi, air minum dalam kemasan, formulir dan
alat tulis.
Laboratorium FKM USU. Selai yang telah dibuat dengan 2 perlakuan di uji
vitamin C dan serat. Ukuran selai yang digunakan sebanyak 2 - 5 gram dengan
dua kali percobaan setiap satu formula selai. Ini dilakukan untuk menghindari
Cara kerja :
4. Dihomogenkan.
8. Dititrasi dengan larutan iodium 0,01 N hingga warna larutan berubah menjadi
Keterangan :
fp : faktor pengencer
10. Ambil kertas saring dan letakkan kedalam cawan petri yang telah diketahui
bobotnya, kemudian dan masukkan ke dalam oven dengan suhu 105°C selama
11. Dinginkan kertas saring dan cawan petri kedalam eksikator selama kurang
12. Ulang proses pemanasan didalam oven, dinginkan didalam eksikator, dan
( )
Keterangan :
: bobot sampel
Teknik analisis data adalah cara mengevaluasi data yang diperoleh dari
dalam membuktikan hipotesis yang meliputi kualitasselai kulit buah naga ditinjau
dari warna, aroma, tekstur dan rasa serta kesukaan masyarakat terhadap produk
hasil eksperimen.
kualitatif yang diperoleh dari panelis harus dianalisis dahulu untuk dijadikan data
kuantitatif.
1992) :
Keterangan:
% = skor persentase
sama dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda, yaitu sebagai berikut:
= 30 x 3 = 90
= 30 x 1 = 30
= x 100% = 100 %
= x 100 % = 33,3%
= 66,7% : 3 = 22,2 % ≈ 22 %
persentase 34-55,99 panelis tidak menyukai dan tidak tertarik terhadap selai kulit
buah naga yang terbuat dari kulit buah naga berdasarkan aroma, tekstur, warna,
dan rasa sehingga termasuk dalam kriteria tidak suka. Pada persentase 56-77,99
panelis menyukai dan tertarik terhadap selai kulit buah naga yang terbuat dari
kulit buah naga berdasarkan aroma, tekstur, warna, dan rasa sehingga termasuk
dalam kriteria kurang suka. Pada persentase 78-100 panelis sangat menyukai dan
sangat tertarik terhadap selai kulit buah naga yang terbuat dari kulit buah naga
berdasarkan aroma, tekstur, warna, dan rasa sehingga termasuk dalam kriteria
suka.
buah naga, langkah selanjutnya adalah mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
pada organoleptik selai kulit buah naga dengan dua perlakuan pada jumlah
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan kedua perlakuan yang berbeda terhadap selai kulit buah naga
maka dihasilkan selai yang berbeda pada setiap perlakuan. Perbedaan kedua selai
kulit buah naga yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.2, dan Tabel 4.1
44
Universitas Sumatera Utara
45
Panelis yang digunakan dalam penelitian ini adalah panelis tidak terlatih
Sumatera Utara (USU) yang masih aktif kuliah. Panelis terdiri dari 21 orang
perempuan dan 9 orang laki-laki. Umur panelis berkisar antara 19-23 tahun. Pada
saat diminta tanggapan atau penilaiannya, panelis tidak sedang mengalami sakit
karena jika dalam keadaan sakit, maka umumnya indera perasa dan penciuman
Hasil analisis organoleptik warna selai kulit buah naga yang telah
dilakukan dengan panelis mahasiswa FKM USU dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut ini :
Tabel 4.2 Hasil Analisis Organoleptik Warna Selai Kulit Buah Naga
Kriteria Selai Kulit Buah Naga
Warna A1 A2
Panelis Skor Skor (%) Panelis Skor Skor (%)
Sangat Suka 14 42 46,6 4 12 13,3
Suka 16 32 35,5 23 46 51,1
Kurang Suka 0 0 0 3 3 3,3
Total 30 74 82,1 30 60 67,7
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat hasil analisis organoleptik warna selai
kulit buah naga dengan dua perlakuan, yaitu total skor untuk warna selai kulit
buah naga A1 adalah 74 (82,1%), selai kulit buah naga A2 adalah 60 (67,7%).
Hal ini menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai warna selai kulit buah naga
warna selai kulit buah naga diperoleh nilai p = 0,000. Dari hasil uji tersebut,
didapatkan hasil bahwa nilai p < 0,05 artinya ada perbedaan yang nyata terhadap
Hasil analisis organoleptik aroma selai kulit buah naga yang telah
dilakukan dengan panelis mahasiswa FKM USU dapat dilihat pada tabel 4.3
berikut ini :
Tabel 4.3 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Selai Kulit Buah Naga
Kriteria Selai Kulit Buah Naga
Aroma A1 A2
Panelis Skor Skor (%) Panelis Skor Skor (%)
Sangat Suka 2 6 6,6 8 24 26,6
Suka 20 40 44,4 18 36 40
Kurang Suka 8 8 8,8 4 4 4,4
Total 30 54 59,8 30 64 71
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat hasil analisis organoleptik aroma selai
kulit buah naga dengan dua perlakuan, yaitu total skor untuk selai kulit buah naga
A1 adalah 54 (59,8%), dan selai kulit buah naga A2 adalah 64 (71%). Hal ini
menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai aroma selai kulit buah naga dan gula
aroma selai kulit buah naga diperoleh nilai p = 0,033. Dari hasil uji tersebut,
didapatkan hasil bahwa nilai p < 0,05 artinya ada perbedaan yang nyata terhadap
Hasil analisis organoleptik rasa selai kulit buah naga yang telah dilakukan
dengan panelis mahasiswa FKM USU dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Hasil Analisis Organoleptik Rasa Selai Kulit Buah Naga
Kriteria Rasa Selai Kulit Buah Naga
A1 A2
Panelis Skor Skor (%) Panelis Skor Skor (%)
Sangat Suka 3 9 10 15 45 50
Suka 22 44 48,8 15 30 33,3
Kurang Suka 5 5 5,5 0 0 0
Total 30 58 64,3 30 75 83,3
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat hasil analisis organoleptik rasa selai
kulit buah naga dengan dua perlakuan, yaitu total skor untuk rasa selai kulit buah
naga A1 adalah 58 (64,3%), selai kulit buah naga A2 adalah 75 (83,3%). Hal ini
menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai rasa selai kulit buah naga dan gula
selai kulit buah naga diperoleh nilai p = 0,000. Dari hasil uji tersebut, didapatkan
hasil bahwa nilai p < 0,05 artinya ada perbedaan yang nyata terhadap rasa selai
Hasil analisis organoleptik tekstur selai kulit buah naga yang telah
dilakukan dengan panelis mahasiswa FKM USU dapat dilihat pada tabel 4.5
berikut ini :
Tabel 4.5 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Selai Kulit Buah Naga
Kriteria Selai Kulit Buah Naga
Tekstur A1 A2
Panelis Skor Skor (%) Panelis Skor Skor (%)
Sangat Suka 5 15 16,6 14 42 46,6
Suka 21 42 46,6 14 28 31,1
Kurang Suka 4 4 4,4 2 2 2,2
Total 30 61 67,6 30 72 79,9
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat hasil analisis organoleptik tekstur selai
kulit buah naga dengan dua perlakuan, yaitu total skor untuk tekstur selai kulit
buah naga A1 adalah 61 (67,6%), selai kulit buah naga A2 adalah 72 (79,9%).
Hal ini menunjukkan bahwa panelis menyukai tekstur selai kulit buah naga dan
tekstur selai kulit buah naga diperoleh nilai p = 0,019. Dari hasil uji tersebut,
didapatkan hasil bahwa nilai p < 0,05 artinya ada perbedaan yang nyata terhadap
4.7 Analisis Kandungan Vitamin C dan Serat pada Selai Kulit Buah Naga
Hasil analisis kandungan vitamin C dan serat dapat dilihat pada Tabel 4.7
Tabel 4.6 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Selai Kulit Buah Naga dan
Selai Kulit Jeruk Manis
Zat Gizi Kandungan Gizi
A1 A2 Selai Kulit Jeruk Manis
Vitamin C 48,4 36,66 29,60
Serat 5,4 4,53 -
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat hasil dari kandungan gizi selai kulit
buah naga menunjukkan bahwa kandungan vitamin C paling tinggi terdapat pada
selai kulit buah naga dengan perlakuan A1 yaitu 48,4%. Kandungan serat paling
Pada Tabel 4.7 juga dapat dilihat hasil dari kandungan gizi vitamin C
dalam selai kulit jeruk manis yaitu 29,60% (Debora, 2015), sehingga jika
dibandingkan dengan kandungan vitamin C pada selai kulit buah naga maka
diketahui bahwa kandungan vitamin C selai kulit buah naga lebih unggul
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan dua perlakuan yang dilakukan selai kulit buah naga, maka
dihasilkan karakteristik selai kulit buah naga yang berbeda. Selai kulit buah naga
pada perbandingan 60%:40% berwarna merah gelap, beraroma khas kulit buah
naga (aromanya lebih kuat sedikit dari A2), rasanya manis, dan memiliki tekstur
yang kental (lebih kental dari A2). Selai kulit buah naga pada perbandingan
50%:50% berwarna merah, beraroma khas kulit buah naga, rasanya manis (lebih
Sementara itu, pada selai kulit pisang raja memiliki warna kuning
kecoklatan, beraroma khas kulit pisang raja, rasanya manis dan khas kulit pisang
raja, dan teksturnya setengah padat (kental). Pada selai kulit buah jeruk manis
memiliki rasa seperti selai pada umumnya ditambah dengan rasa getir sedikit yang
merupakan rasa khas dari kulit jeruk manis itu sendiri, berwarna kuning, beraroma
khas kulit jeruk, dan memiliki tektur yang kental ditambah dengan serat yang
diperoleh hasil bahwa selai kulit buah naga pada perbandingan 60%:40%
memiliki total skor yaitu 253 (280, 6%) dan pada perbandingan 50%:50%
diperoleh total skor yaitu 271 (300,8%), dilihat dari total skor berdasarkan kriteria
49
Universitas Sumatera Utara
50
warna, aroma, rasa dan tekstur. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa panelis
Masyarakat (FKM) USU yang berlangsung pada pukul 09.00 sampai 13.00 WIB.
5.2.1 Daya Terima Panelis Terhadap Warna Selai Kulit Buah Naga
petunjuk bagi kualitas makanan yang dihasilkan. Warna juga mempunyai peran
dan arti pada pangan karena dapat mempengaruhi penerimaan konsumen pada
pangan tersebut. Bila suatu makanan menyimpang dari warna yang umumnya
warna juga tidak selalu identik dengan suatu rasa tertentu (Astawan, 2008).
Suka atau tidak sukanya panelis terhadap selai kulit buah naga pertama
kali dipengaruhi oleh tertarik atau tidak tertariknya panelis terhadap warna yang
dihasilkan selai kulit buah naga. Uji daya terima selai kulit buah naga terhadap
warna oleh panelis menunjukkan bahwa selai kulit buah naga pada perbandingan
60%:40% lebih disukai oleh panelis. Selai kulit buah naga pada perbandingan
60%:40% memiliki skor yang lebih tinggi dari selai pada perbandingan 50%:50%.
Jika dilihat dari total skor warna selai kulit buah naga, selai kulit buah naga pada
kategori sangat suka. Dan selai kulit buah naga pada perbandingan 50%:50%
lebih menyukai warna merah pada perbandingan 60%:40%. Warna merah pada
kedua perlakuan selai kulit buah naga dihasilkan dari warna merah oleh kulit buah
naga itu sendiri. Perbedaan warna selai kulit buah naga pada perbandingan
kulit buah naga dan gula pasir halus yang berbeda. Penambahan kulit buah naga
yang paling banyak terdapat pada selai kulit buah naga pada perbandingan
menyukai warna selai kulit buah naga pada pada perbandingan 60%:40%.
Menurut Hendry (1996) yang dikutip oleh Sari (2014), warna makanan
dan minuman memengaruhi persepsi tentang rasa makanan dan minuman juga
tentang seberapa manis makanan dan minuman itu karena rasa manis mempunyai
hubungan erat dengan warna yang ditampilkan dari makanan dan minuman
tersebut.
5.2.2 Daya Terima Panelis Terhadap Aroma Selai Kulit Buah Naga
Aroma merupakan bau khas yang dihasilkan oleh suatu makanan dan
dinilai subjektif oleh indera penciuman. Menurut Wheat (1981) yang dikutip oleh
Grace (2016), aroma yaitu bau yang sukar diukur sehingga menimbulkan
mereka dapat membedakan aroma namun setiap orang mempunya kesukaan yang
berlainan.
Uji daya terima panelis terhadap aroma selai kulit buah naga menunjukkan
bahwa panelis lebih menyukai selai kulit buah naga pada perbandingan 50%:50%.
Selai kulit buah naga dan gula pasir halus 50%:50% memiliki skor yang lebih
tinggi dibandingkan dengan selai kulit buah naga pada perbandingan 60%:40%.
Jika dilihat dari total skor, selai kulit buah naga 60%:40% memiliki skor 54
(59,8%) dikategorikan ke dalam kategori suka. Dan selai kulit buah naga
Aroma pada selai dihasilkan oleh aroma khas kulit buah naga beserta
bahan penyusun selai lainnya. Pada selai kulit buah naga perbandingan 60%:40%
aroma kulit buah naga yang dihasilkan lebih khas dikarenakan jumlah kulit buah
naga yang ditambahkan lebih besar dibanding selai kulit buah naga 50%:50%,
selain itu bahan tambahan yaitu vanili lebih menutupi aroma khas kulit buah naga
pada pada perbandingan 50%:50% karena jumlah kulit buah naga lebih sedikit
bau lebih kurang 0,8 detik. Kepekaan indera penciuman diperkirakan berkurang
5.2.3 Daya Terima Panelis Terhadap Rasa Selai Kulit Buah Naga
Rasa timbul akibat adanya rangsangan kimiawi yang dapat diterima oleh
indera pencicip atau lidah. Rasa adalah faktor yang memengaruhi penerimaan
produk pangan. Jika aroma, warna dan tekstur baik tetapi konsumen tidak
menyukai rasanya maka konsumen tidak akan menerima produk pangan tesebut
Penilaian rasa selai kulit buah naga merupakan penilaian subjektif oleh
panelis berdasarkan indera pengecap. Penilaian suka atau tidak suka terhadap rasa
selai kulit buah naga didasarkan pada enak atau tidaknya selai sesuai dengan
menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai rasa selai kulit buah pada
sangat suka dan selai kulit buah naga pada perbandingan 60%:40% dengan skor
Rasa lebih banyak melibatkan panca indera yaitu lidah, agar suatu
senyawa dapat dikenali rasanya. Rasa suatu bahan makanan dipengaruhi oleh
senyawa kimia, suhu, konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.
Setiap orang mempunyi batas konsentrasi terendah terhadap suatu rasa agar masih
bisa dirasakan (threshold). Batas ini tidak sama pada tiap-tiap orang dan threshold
seseorang terhadap rasa yang berbeda juga tidak sama (Winarno, 2004).
Rasa selai kulit buah naga pada pada perbandingan 50%:50% lebih manis
dibanding dengan selai kulit buah naga pada pada perbandingan 60%:40%. Hal ini
disebabkan karena jumlah kulit buah naga yang ditambahkan lebih besar
jumlahnya dan gula pasir halus yang lebih sedikit jumlahnya pada perbandingan
60%:40%, serta kulit buah naga yang sama jumlahnya dengan gula pasir halus
gula pasir 50%:50%. Sehingga panelis lebih menyukai selai kulit buah naga pada
5.2.4 Daya Terima Panelis Terhadap Tekstur Selai Kulit Buah Naga
suatu produk dapat memberi gagasan apakah suatu produk tersebut kasar, halus,
panelis lebih menyukai tekstur selai kulit buah naga pada perbandingan 50%:50%
dengan skor 72 (79,9%) termasuk dalam kategori sangat suka dan selai kulit buah
naga pada pada perbandingan 60%:40% dengan skor 61 (67,6%) termasuk dalam
kategori suka.
Tekstur selai kulit buah naga dan gula pasir halus 50%:50% lebih disukai
panelis karena tekstur yang lembut dan tidak terlalu kental seperti selai kulit buah
naga pada perbandingan 60%:40%. Hal ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi
bahan utama yaitu kulit buah naga dan gula pasir halus.
Seperti yang kita ketahui bahwa gula yang dipanaskan akan mengental.
Kulit buah naga sendiri sudah mengandung senyawa gula yaitu glukosa (4,15%),
maltosa (3,37%), dan fruktosa (0,86%) (Jamilah, B., dkk. 2011). Sehingga
semakin banyak kulit buah naga yang digunakan maka tekstur selai itu sendiri
akan semakin kental. Hal inilah yang menyebabkan selai pada perbandingan A1
air liur. Semakin kental suatu bahan, penerimaan terhadap intensitas rasa, bau dan
5.3 Analisis Kandungan Vitamin C dan Serat pada Selai Kulit Buah Naga
Hasil analisis kandungan vitamin C dan serat pada selai dengan dua
perlakuan yaitu dengan kulit buah naga dan gula pasir halus (60%:40%), dan kulit
buah naga dan gula pasir halus (50%:50%) dan hasil dari kandungan gizi selai
tinggi terdapat pada selai kulit buah naga dan gula pasir halus 60%:40% yaitu
sebesar 48,4% dan kandungan serat paling tinggi juga terdapat pada selai kulit
buah naga dan gula pasir halus 60%:40% yaitu sebesar 5,4%. Jadi dapat diketahui
bahwa semakin tinggi jumlah kulit buah naga yang ditambahan, maka semakin
tinggi pula kandungan vitamin C dan seratnya. Menurut perbandingan selai kulit
jeruk manis dan selai kulit buah naga diketahui bahwa selai kulit buah naga lebih
unggul dari segi vitamin C karena memiliki kandungan vitamin C yang lebih
besar dibandingkan dengan selai kulit jeruk manis. Kandungan vitamin C dalam
selai kulit buah naga adalah 36,6% sedangkan pada selai kulit jeruk manis yaitu
29,60%.
yaitu sebesar 90 miligram untuk laki-laki dan 75 miligram untuk perempuan yang
berusia 19-29 tahun. Serta mengonsumsi serat perharinya yaitu sebesar 38 gram
untuk laki-laki dan 32 gram untuk perempuan yang berusia 19-29 tahun.
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa panelis lebih menyukai selai kulit
buah naga pada pada perbandingan 50%:50%, maka dapat diketahui bahwa selai
kulit buah naga pada pada perbandingan 50%:50% dapat menyumbang vitamin C
sebanyak 36,6 miligram dari 100 gram selai kulit buah naga dan dapat
menyumbang serat sebanyak 4,53 gram dari 100 gram selai kulit buah naga. Jika
panelis mengkonsumsi sebanyak 25 gram (1 sdm) selai kulit buah naga, maka
Biaya produksi buah naga ini masih cukup terjangkau. Untuk kulit buah
naga sendiri tidak memerlukan biaya apapun karena kulit buah naga merupakan
bahan buangan (limbah), gula pasir halus memiliki harga Rp 18.000,- per
kilogram, dan bahan penyusun lainnya adalah bahan yang sudah ada di dapur.
Untuk estimasi biaya produksi tiap 100 gram selai kulit buah naga pada
adalah 300 gram untuk mendapatkan 60 gram kulit buah naga, dan tidak
atau setara dengan harga Rp 720,-. Jumlah biaya bahan penyusun lainnya seperti
Sedangkan untuk estimasi biaya produksi tiap 100 gram selai kulit buah
naga pada perbandingan 50%:50% adalah sekitar Rp 1.900,-. Buah naga yang
digunakan adalah 250 gram untuk mendapatkan 50 gram kulit buah naga, dan
gram atau setara dengan harga Rp 900,-. Jumlah biaya bahan penyusun lainnya
seperti garam, vanili dan air diestimasikan memiliki total harga Rp 1.000,-. Harga
bahan penyusun pada perlakuan A1 lebih kecil dibanding A2 karena jumlah gula
BAB VI
6.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Secara keseluruhan, selai kulit buah naga yang paling disukai adalah selai
2. Berdasarkan warna, selai kulit buah naga yang paling disukai adalah selai
6.2 Saran
yang selama ini dibuang, dimanfaatkan sebagai bahan pangan selai sebagai
isian dan bahan oles pada roti karena kulit buah naga juga mengandung
nilai gizi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat kandungan zat gizi
58
Universitas Sumatera Utara
59
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S. A. 2014. Master Jus Alami Buah & Sayuran. Jakarta: PT. Buku Kita
Astawan, M. 2008. Sehat Dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Penebar
Swadaya. Jakarta
Debora, R. S. 2015. Uji Daya Terima Selai Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis
L) dan Nilai Gizinya. Skripsi. Diakses Pada Tanggal 12 Juli 2016
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes RI Nomor 75 Tahun
2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa
Indonesia. Jakarta
Elastri, A. 2015.Pengaruh Substitusi Ekstrak Kulit Buah Naga Merah
Terhadap Kualitas Es Krim. Skripsi. Diakses Pada Tanggal 14 Februari
2017
Ervira, D. P. 2013. The Miracle of Fruits. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka
Fachruddin, L. 1997. Membuat Aneka Selai. Yogyakarta : Kanisius
Grace, Y. 2016. Daya Terima Bubur Bayi Instan Dengan Penambahan Umbi
Bit (Beta Vulgaris L.) Serta Kandungan Zat Gizi. Skripsi. Diakses Pada
Tanggal 22 Februari 2017
Hani, R., J. Edward. 2016. 350 Jus Kesehatan & Kebugaran. Jakarta : PT
Agromedia Pustaka
Hairunnisa, S. 2016. Penambahan Sari Bit (Beta Vulgaris L.) Sebagai Warna
Alami Terhadap Daya Terima dan Kandungan Zat Gizi Kerupuk
Merah. Skripsi. Diakses Pada Tanggal 21 Januari 2017
Handayani, S. 2014. Kandungan Kimia Beberapa Tanaman dan Kulit Buah
Berwarna Serta Manfaatnya Bagi Kesehatan. Jurnal. Diakses Pada
Tanggal 23 Februari 2017
Hartandria, F. 2014. Uji Kadar Protein Pada Pembuatan Bolu Kukus dari
Tepung Singkong (Manihot esculenta Crantz) dan Penambahan
Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) dengan
Konsentrasi yang Berbeda. Skripsi. Diakses Pada Tanggal 14 Februari
2017
Henuhili, V. 2004.Budidaya Tanaman Vanili. Jurnal. Diakses pada tanggal 27
Maret 2017.
Idawati, N. 2014.Budidaya Buah Naga Hitam. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Mitasari, A., 2012.Uji Aktivitas Ekstrak Kloroform Kulit Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus Britton & Rose) Menggunakan Metode DPPH
(1,1- Defenil-2-Pikril Hidrazil). Skripsi. Diakses Pada Tanggal 26 Juli
2016
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Wu, L. C., Hsu, H. W., Chen, Y., Chiu, C. C., and Ho, Y. I., 2006. Antioxidant
and Antiproliferative Activities of Red Pitaya, Food Chemistry
Volume, 95 : 319-327. Jurnal. Diakses Pada Tanggal 27 Juli 2016
LAMPIRAN
Nama :
Umur :
JenisKelamin : L / P
Peminatan :
Petunjuk
Sampel
Indikator A1 A2
Warna
Aroma
Rasa
Tekstur
Lampiran 4. Hasil Analisis Data Uji Organoleptik Selai Kulit Buah Naga A1
dan A2 dengan SPSS
1. Tabel Frekuensi
Warna_A1
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Suka 16 53,3 53,3 53,3
Sangat Suka 14 46,7 46,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
Warna_A2
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang Suka 3 10,0 10,0 10,0
Suka 23 76,7 76,7 90,0
Sangat Suka 4 13,3 13,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Aroma_A1
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang Suka 8 26,7 26,7 26,7
Suka 20 66,7 66,7 93,3
Sangat Suka 2 6,7 6,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
Aroma_A2
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang Suka 4 13,3 13,3 13,3
Suka 18 60,0 60,0 73,3
Sangat Suka 8 26,7 26,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
Rasa_A1
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang Suka 5 16,7 16,7 16,7
Suka 22 73,3 73,3 90,0
Sangat Suka 3 10,0 10,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
Rasa_A2
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Suka 15 50,0 50,0 50,0
Sangat Suka 15 50,0 50,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
Tekstur_A1
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang Suka 4 13,3 13,3 13,3
Suka 21 70,0 70,0 83,3
Sangat Suka 5 16,7 16,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
Tekstur_A2
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang Suka 2 6,7 6,7 6,7
Suka 14 46,7 46,7 53,3
Sangat Suka 14 46,7 46,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
Median 2,00
Variance ,309
Std. Deviation ,556
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 0
Skewness ,022 ,427
Kurtosis ,623 ,833
Perlakuan 2 Mean 2,40 ,113
95% Confidence Lower Bound 2,17
Interval for Mean Upper Bound
2,63
Gambar 6. Panelis saat mengisi penilaian terhadap uji kesukaan dari warna,
aroma, rasa dan tekstur selai