Você está na página 1de 10

AKHLAK TERHADAP SESMA MANUSIA

Dalam persoalan akhlak, manusia sebagai makhluk berakhlak berkewajiban menunaikan dan
menjaga akhlak yang baik serta menjauhi dan meninggalkan akhlak yang buruk. Akhlak
mearupakan dimensi nilai dari syariat Islam. Kualitas keberagaman justru ditentukan oleh nilai
akhlak. Jika syariat berbicara tentang syarat rukun, sah atau tidak sah, maka akhlak menekankan
pada kualitas dari perbuatan, misalnya beramal dilihat dari keikhlasannya, sholat dilihat dari
kekhusuannya, berjuang dilihat dari kesabarannya, Haji dilihat dari kemabrurannya, ilmu dilihat
dari konsistensinya dengan perbuatan, harta dilihat dari aspek mana dari mana dan untuk apa,
jabatan dilihat dari ukuran apa yang telah diberikan, bukan apa yang diterima. Dengan demikian,
dikarenakan akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat Islam, maka Islam sebagai Agama yang
bias dilihat dari berbagai dimensi, sebagai keyakinan, sebagai ajaran dan sebagai aturan. Agama
Islam sebagai aturan atau sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata kehidupan manusa.
Sebagai aturan, Agama berisi perintah dan larangan, ada perintah keras (wajib) dan larangan keras
(haram), ada juga perintah anjuran (sunnah) dan larangan anjuran (makruh).

Apalagi pada zaman sekarang ini, banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak.
Disatu sisi, kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini,
berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang
diperhatikan, sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari
kalangan awam, seperti ungkapan, “wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua”, atau
ucapan: “dia sih agamanya bagus, tapi sama tetangga tidak pedulian”, dan lain-lain.

Seharusnya, ucapan-ucapan seperti ini atau pun semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita
untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak Islam, bukanlah agama yang mengabaikan akhlak,
bahkan Islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat, bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti,
Islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara
penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat, Tauhid merupakan realisasi
akhlak seorang hamba terhadap ALLAH, dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba.
Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya, berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin
sempurna tauhid seseorang, maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seseorang wahhid
memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
pembahasan akan dititikberatkan pada “Akhlak Kepada Sesama Manusia”.

Akhlak yang baik terhadap sesama manusia antara lain:


1. Belas kasihan atau sayang (Asy-Syafaqah), yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berbuat
baik dan menyantuni orang lain;
2. Rasa persaudaraan (Al-Ikhaa), yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan baik dan
bersatu dengan orang lain, karena ada keterikatan bathin dengannya;
3. Member nasihat (An-Nashiihah), yaitu suatu upaya untuk memberi petunjuk-petunjuk
yang baik kepada orang lain dengan menggunakan perkataan, baik ketika orang yang
dinasihati telah melakukan hal-hal yang buruk, maupun belum. Sebab kalau dinasihati
ketika ia telah melakukan perbuatan buruk, berarti diharapkan agar ia berhenti
melakukannya. Tetapi kalau dinasihati ketia ia belum melakukan perbuatan itu, berarti
diharapkan agar ia tidak akan melakukannya;
4. Memberi pertolongan (An-Nashru), yaitu suatu upaya untuk membantu orang lain, agar
tidak mengalami suatu kesulitan;
5. Menahan amarah (Kazmul Ghaizhi), yaitu upaya menahan emosi, agar tidak dikuasai
oleh perasaan marah terhadap orang lain;
6. Sopan santun (Al-Hilmu), yaitu sikap jiwa yang lemah lembut terhadap orang lain,
sehingga dalam perkataan dan perbuatannya selalu mengandung adab kesopanan yang
mulia;
7. Suka memaafkan (Al-Afwu), yaitu sikap dan perilaku seseorang yang suka memaafkan
kesalahan orang lain yang pernah diperbuat terhadapnya.
Akhlak yang buruk terhadap sesama manusia antara lain:
1. Mudah marah (Al-Ghadhab), yaitu kondisi emosi seseorang yang tidak dapat ditahan oleh
kesadarannya, sehingga menonjolkan sikap dan perilaku yang tidak menyenangkan orang
lain. Kemarahan dalam diri setiap manusia, merupakan bagian dari kejadiannya. Oleh
karena itu, agama Islam memberikan tuntunan, agar sifat itu dapat terkendali dengan
baik;
2. Iri hati atau dengki (Al-Hasadu atau Al-Hiqdu), yaitu sikap kejiwaan seseorang yang
selalu menginginkan agar kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bisa hilang sama
sekali;
3. Mengadu-adu (An-Namiimah), yaitu suatu perilaku yang suka memindahkan perkataan
seseorang kepada orang lain, dengan maksud agar hubungan social keduanya rusak;
4. Mengumpat (Al-Ghiibah), yaitu suatu perilaku yang suka membicarakan perkataan
seseorang kepada orang lain;
5. Bersikap congkak (Al-Ash’aru), yaitu suatu sikap dan perilaku yang menampilkan
kesombongan, baik dilihat dari tingkah lakunya maupun perkataannya;
6. Sikap kikir (Al-Bukhlu), yaitu suatu sikap yang tidak mau memberikan nilai materi dan
jasa kepada orang lain;
7. Berbuat aniaya (Azh-Zhulmu), yaitu suatu perbuatan yang merugikan orang lain, baik
kerugian materiil maupun non materiil. Dan ada juga yang mengatakan, bahwa seseorang
yang mengambil hak-hak orang lain, termasuk perbuatan dzalim (menganiaya).
8. Akhlak kepada sesama manusia dapat dikelompokan menjadi:

A. Akhlak terhadap Orang tua


1. Peranan orang tua dalam kehidupan seorang anak
Tidak dapat dipungkiri, bahwa manusia lahir ke dunia ini adalah melalui ibu-bapak.Susah
dan payah dialami oleh ibu dan bapak untuk memelihara anaknya, baik ketika masih
dalam kandungan, maupun setelah lahir ke dunia.Pertama-tama ibu harus mengandung
kita selama kurang lebih 9 bulan.Selama dalam kandungan, ibu menanggung kepayahan,
keletikan dan kesakitan.
Sementara agar beban yang ditanggung oleh ibu-bapak jangan terlalu berat, maka tiap
sebulan sekali atau setengah bulan sekali diperiksa ke dokter.Hal ini dilakukan demi
keselamatan bayi yang ada dalam kandungan.Demikian pula ketika hendak melahirkan,
perasaan gelisah, takut, sakit menjadi satu, dan nyawa ibulah sebagai
taruhannya.Bersamaan itu pula bapak berdoa agar istrinya melahirkan dengan selamat,
dan anak yang lahir ke dunia juga dalam keadaan selamat dan sehat.
Setelah bayi lahir ke dunia, lalu dipelihara dan dijaganya dengan penuh perhatian,
disusui, disuapi makanan, dimandikan, diayun dan dibuai ketika menangis, agar cepat
diam dan tidur.Kalau bayi sakit, ibu dan bapak gelisah pula, mereka mencarikan obat
agar cepat pulih kembali kesehatannya.
Selanjutnya, ibu dan bapak mengajarkan kita duduk, berdiri, berjalan, bercakap-cakap,
bermain-main dan menjaga agar kesehatan kita tetap baik dan pertumbuhan fisik dan
rohaninya tetap normal.

Ibu-bapak kita benar-benar berjasa, dan jasanya tidak bias dibeli sama sekali dan tak
dapat diukur oleh apapun juga. Merekalah yang mengusahakan agar kita dapat makan
dan membelikan pakaian untuk kita. Selanjutnya kita dimasukkan ke lembaga
pendidikan, mulai dari sekolah pendidikan dasar sampai menengah dan mungkin sampai
ke perguruan tinggi, agar kita berakhlak baik, teguh mengamalkan ajaran-ajaran agama
dan mempunyai masa depan yang gemilang.

2. Cara berbuat baik kepada orang tua


Cara berbuata baik kepada ibu-bapak diantaranya:
a. Mendengarkan nasihat-nasihatnya dengan penuh perhatian, mengikuti anjurannya dan
tidak melanggar larangannya;
b. Tidak boleh membentak ibu-bapak, menyakiti hatinya, apalagi memukul. Ibu dan
bapak harus diurus atau dirawat dengan baik;
c. Bersikap merendahkan diri dan mendoakan agar mereka selalu dalam ampunan dan
kasih sayang Allah S.W.T.;
d. Sebelum berangkat dan pulang sekolah hendaklah membantu orang tua;
e. Menjaga nama baik kedua orang tua di masyarakat;
f. Memberi nafkah, pakaian, dan membayarkan hutangnya kalau mereka tidak mampu
atau sudah tua;
g. Menanamkan hubungan kasih sayang terhadap orang yang telah ada hubungan kasih
sayang oleh ibu-bapaknya;

3. Membiasakan diri berbuat baik kepada kedua orang tua


Membiasakan diri berbuat baik kepada kedua orang tua adalah perbuatan yang amat
mulia.Bahkan dianjurkan setiap setelah shalat mendoakan kedua orang tua. Apabila
kedua orang tua itu telah meninggal misalanya, maka kita sebagai anaknya berkewajiban
berbakti kepada mereka seperti:

a. Menyembahyangkan jenazahnya;
b. Memintakan ampunan kepada Allah;
c. Menyempurnakan janjinya;
d. Memuliakan sahabatnya;
e. Menghubungi anak keluarganya yang bertalian dengan keduanya.

B. Akhlak terhadap Saudara


1. Peranan Saudara dalam kehidupan sehari-hari
Peranan saudara dalam kehidupan kita sangatlah penting, karena pada dasarnya kita
adalah makhluk sosial yang senantiasa saling bantu-membantu dalam menempuh
kehidupannya, terutama saudaranya yang terdekat.
Oleh karena itu, saudara masih ada hubungan darah dengan kita, maka merekalah yang
paling pertama kita minta bantuannya.Lebih-lebih bila kita sedang mendapat musibah
atau bencana lainnya, misalnya sakit, kecurian dan sebagainya. Karena itu, hubungan
antara saudara dengan saudara haruslah dipelihara dengan sebaik-baiknya, jangan sampai
retak, jangan sampai timbul hal-hal yang menyebabkan tali silaturahmi terputus, apalagi
kalau sampai timbul perpecahan atau permusuhan dan percekcokan satu sama lain.
2. Cara berbuat baik kepada saudara
Cara berbuat baik kepada saudara diantaranya:
a. Menghormati dan mencintai mereka. Karena kita dengan saudara asal-mulanya dari
ayah dan ibu. Mencintai mereka sama dengan kita mencintai diri sendiri;
b. Menghormati saudara yang lebih tua sebagaimana menghormati orang tua,
mengindahkan nasihat-nasihatnya dan tidak menentang perintahnya;

c. Mencintai dan menyayangi yang lebih kecil dengan penuh kasih sayang sebagaimana
orang tua menyayangi mereka;
d. Saling bantu-membantu sekuat tenaga, sabar terhadap mereka. Jika bersalah, berilah
peringatan secara halus dan ramah-tamah.

C. Akhlak terhadap Tetangga


1. Peranan Tetangga dalam kehidupan seseorang
Kita hidup ditengah-tengah masyarakat, laksana ikan dengan air.Harus saling menghidupi
dan menjernihkan. Tidak boleh sombong kepada orang lain, terutama dengan kerabat dan
tetangga. Mereka ini adalah saudara kita yang paling dekat dan cepat menolong dikala
kita mendapat musibah atau malapetaka.Meskipun mempunyai family sekian banyak dan
terkemuka, tetapi tak mustahil tempat tinggalnya berjauhan.
Oleh karena itu, dikala kita mendapat musibah seperti sakit, meninggal dunia, atau
kesusahan-kesusahan lainnya, maka yang paling duluan tampil datang adalah tetangga
kita.Karena itu berlakulah kepadanya secara baik menurut tuntunan agama.

2. Cara berbuat baik kepada tetangga


Cara berbuat baik kepda tetangga diantaranya:
a. Menolong dan membantunya bila membutuhkan pertolongan, walaupun mereka tidak
mau membantu kita;
b. Member hutang bila meminta bantuan hutang kepada kita;
c. Ikut meringankan beban dan kesengsaraan bila tetangga itu miskin dan sengsara,
sekiranya kita mempunyai kelebihan;
d. Menjenguknya bila sakit atau membantunya dengan obat;
e. Bila tetangga ada yang meninggal dunia, hendaknya ikut belasungkawa, dan
mengantarkan jenazahnya ke kuburnya;
f. Bila tetangga mendapat kesenangan atau nasib baik dan menggembirakan, sebaiknya
menyampaikan ucapan selamat kepadanya;
g. Ikut meringankan beban musibah tetangga yang meninggal;
h. Bila ingin membuat rumah bertingkat, sebaiknya minta izin atau sepengetahuan
tetangganya, disamping minta izin kepada pemerintah;
i. Menghindari perkataan atau tindakan yang menyakitkan tetangga. Bila berkata atau
bertindak salah, sebaiknya segera minta maaf;
j. Jika boleh memamerkan sesuatu yang dibeli atau yang dimiliki kepada tetangga, baik
berupa makanan ataupun yang lainnya, bila kita tidak ingin memberinya;
k. Jangan menyalakan atau membunyikan radio tape recorder atau TV terlalu keras, yang
dapat membisingkan tentangga.

3. Membiasakan diri berbuat baik terhadap tetangga


a. Supaya senantiasa berbuat baik terhadap tetangga dalam segala situasi, dalam
kehidupan sehari-harinya hingga meninggalnya tetangga itu;
b. Setiap orang muslim wajib memuliakan tetangganya, karena memuliakan tetangga
merupakan salah satu akhlak mulia, yang harus dimiliki setiap muslim;
c. Kita diperintahkan agar suka member makanan kepada tetangga, terutama tetangga
yang terdekat.

D. Akhlak terhadap Sesama Muslim


1. Peranan Persaudaraan sesame Muslim
Diantara sesama muslim yang lain adalah bersaudara. Oleh sebab itu, kita harus bersikap
baik terhadap sesama muslim. Mereka itu bagaikan satu anggota badan, bilamana yang
satu sakit atau ditimpa musibah, maka yang lain ikut merasakannya. Misalnya, kalau gigi
seorang sakit, maka anggota badan yang lainnya ikut pula merasakannya. Demikian pula
umat Islam, kalau ada salah seorang dari umat Islam ditimpa malapetaka, maka yang lain
harus ikut merasakannya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara bergotong royong dalam
meringankan bebannya.

2. Cara berbuat baik terhadap sesama muslim


Cara berbuat baik terhadap sesama muslim diantaranya:
a. Member salam;
b. Memenuhi undangannya, terutama hari pertama dalam walimatul uruz;
c. Saling member nasihat;
d. Menjenguk ketika sakit, sambil mendoakan;
e. Mengantarkan jenazah orang islam;
f. Tidak bermusuhan selama 3 hari;
g. Tidak boleh bersikap sombong;
h. Tidak melahirkan kegembiraan disaat orang Islam yang lain ditimpa kesusahan;
i. Mau membela sesama muslim;
j. Menjunjung tinggi kehormatan, harta dan jiwa;
k. Mau mengusahakan perdamaian kalau terjadi perselisihan diantara sesama muslim;
l. Menutupi rahasianya;
m. Memberi bantuan disaat membutuhkan;
n. Menyantuni orang-orang miskin dan lemah di kalangan umat Islam;
o. Ikut membahagiakan sesama muslim.

3. Membiasakan diri untuk berbuat baik terhadap sesama Muslim


a. Harus saling memaafkan;
b. Harus saling menyelamatkan;
c. Jangan suka memfitnah;
d. Jangan berbuat dzalim;
e. Jangan berburuk sangka;
f. Jangan merusak

E. Akhlak terhadap Kaum Lemah


1. Pengertian dan cara berbuat baik kepada kaum lemah
Kaum lemah adalah orang-orang yang belum memiliki kemampuan dalam segala hal atau
bidang tertentu.Tidak memiliki kemampuan ini biasanya menjadi penghambat untuk
mencapai keinginannya (cita-citanya).Sebagai contoh yang termasuk orang-orang lemah
misalnya, orang bodoh (tak berilmu pengetahuan), orang miskin (tak berharta), dan
sebagainya.
Ajaran Islam telah menegaskan, bahwa siapa yang menolong orang lemah, niscaya Allah
akan memberikan pertolongan. Sebaliknya mereka yang tidak mau menolong kaum
lemah, niscaya Allah tidak menyukainya.
Pertolongan itu tidaklah hanya dilakukan terhadap sesama pemeluk agama Islam belaka,
tetapi setiap pemeluk agama Islam harus pula melakukan pertolongan kepada sesama
umat manusia, sekali pun lain agama.Bukankah agama Islam memerintahkan agar kita
tetap berbakti kepada orang tua, sekali pun kedua-duanya berlainan agama dengan kita,
juga memerintahkan kepada kita agar tetap berbuat baik kepada tetangga, sekali pun
mereka itu orang-orang yang musyrik.Demikian pula terhadap seluruh umat manusia,
baik Islam maupun bukan, kita harus selalu berakhlak baik kepada mereka, harus berkata
dengan perkataan yang bagus dan harus memperlakukan mereka dengan layak.

Pada hakikatnya menolong manusia berarti juga menolong diri sendiri. Misalnya kita
menjadi orang kaya yang sibuk dengan pekerjaannya, kemudian kita menolong beberapa
orang yang menganggur dengan memberikan pekerjaan kepada mereka dalam satu
perseroan terbatas yang kita pimpin. Tentu saja kerja mereka memberikan keuntungan
kepada kita.Disinilah letak rahasinya, kita memperoleh rahmat Allah baik langsung
maupun tidak, di dunia dan kelak di akhirat.
Sewajarnyalah bagi setiap pemuda dan pemudi yang masih berusia muda belia, segar
bugar, sehat jasmani dan rohaninya mempunyai rasa kasih sayang kepada orang-orang
lemah. Misalnya kepada orang cacat fisiknya atau mentalnya, orang yang lanjut usia, dan
orang yang ditimpa kemiskinan. Generasi tua telah memberikan tauladan yang baik yang
patut ditiru oleh generasi yang lahir pada periode berikutnya.

2. Membiasakan diri berbuat baik kepada kaum lemah


a. Menunjukkan kepada orang lain yang tersesat, dan menuntut orang buta di jalan yang
ramai;
b. Memberikan tempat duduk kepada orang yang telah tua, orang buta, anak-anak dan
wanita waktu berdesak-desakan kendaraan dalam bis, kereta api, dan sebagainya;
c. Memberi sedekah kepada peminta-minta dengan sikap yang baik;
d. Memberikan bantuan kepada panti asuhan yatim piatu dan rumah miskin;
e. Memberikan bantuan kepada korban bencana alam, berupa uang, pakaian, dan obat-
obatan;
f. Menganggap pembantu rumah tangga sebagai anggota keluarga sendiri;
g. Suka menolong orang lain yang sangat memerlukan bantuan, diantaranya membantu
orang miskin, orang cacat mental, orang cacat jasmani, dan lain-lain.

Diterangkan dalam Q.S Al Hujurat: 12 yang terjemahannya berbunyi,

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu
yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya sendiri yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah,
sungguh,Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.”

”Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi itu bagaikan satu tubuh. Apabila ada
salah satu anggota tubuh yang sakit, maka anggota (tubuh) yang lain merasakan demam. (HR. Bukhari)

Você também pode gostar