Você está na página 1de 23

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PRE, INTRA, POST PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSA FRAKTUR CRURIS TERTUTUP DI INSTALASI BEDAH


SENTRAL RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Peminatan Kamar Bedah

Disusun Oleh :

Afton Feriadi

A11501079

S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

TAHUN 2018
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang paling utama dalam kehidupan sehari-hari
dimana semua orang dapat beraktivitas tanpa ada gangguan atau hambatan. Menurut
Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan bahwa kesehatan merupakan
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia
yaitu pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan ketentraman hidup maka
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Apabila tujuan tersebut tidak
dapat tercapai maka akan menjadi sebuah masalah keseahatan.
Masalah kesehatan yang paling sering dijumpai oleh setiap orang adalah
penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular dapat berupa
HIV/AIDS, TB Paru, Hepatitis dan penyikit menular seks lainnya. Sedangkan
penyakit tidak menular dapat berupa hipertensi, diabetes melitus, asam urat, dan lain-
lain. Selain itu, kecelakaan yang dialami seseorang bisa mengakibatkan seseorang
mengalami sakit bahkan kematian.
Kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja, merupakan suatu keadaaan yang
tidak diinginkan yang terjadi pada semua usia dan secara mendadak. Badan kesehatan
dunia (WHO,) mencatat di tahun 2011 lebih dari 5,6 juta orang meninggal
dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami kecacatan fisik.
Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yaitu insiden
fraktur ekstremitas bawah sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Fraktur
merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas pada tulang. Penyebab
terbanyaknya adalah insiden kecelakaan, tetapi factor lain seperti proses degenerative
dan osteoporosis juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya fraktur (Depkes RI,
2011).
Asuhan yang diberikan kepada pasien dengan fraktur cruris dapat berupa
pengkajian/ anamnesa, perumusan diagnosa melalui analisa data, intervensi tindakan,
implementasi dan evaluasi. Intervensi yang diberikan dapat berupa mandiri dan
kolaborasi. Tindakan mandiri yang diberikan biasanya pengurangan nyeri dengan
latihan nafas dalam, relaksasi distraksi dan mengalihkan ke sesuatu yang diminati.
Sedangkan tindakan kolaboratif dapat berupa rontgen, dan pembedahan. Dalam
pembedahan tetap dilakukan pengkajian sampai dengan evaluasi berdasarkan kondisi
yang dialami pasien. Dalam proses pembedahan perlu dilakukan persiapan yang
matang agar tidak terjadi kesalah pembedahan mulai dari pre op, intra op dan post op.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merumuskan suatu masalah yaitu bagaimanakah melakukan asuhan keperawatan
perioperatif pada pasien Fraktur Cruris Sinistra.
C. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ini hanya akan membahas terkait asuhan keperawatan perioperatif
dengan kasus Fraktur Cruris Sinistra.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini yaitu mampu melaksanakan asuhan keperawatan
perioperatif pada pasien dengan Fraktur Cruris Sinistra.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien Fraktur Cruris
Sinistra
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Pre, Intra dan Post operasi.
c. Mempu membuat tindakan keperawatan pada pasien dengan Fraktur Cruris
Sinistra pada Pre, Intra dan Post.
d. Mampu melaksanakan persiapan-persiapan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien Fraktur Cruris Sinistra.
E. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dengan adanya tugas makalah ini diharapkan dapat membandingkan antara teori
yang didapatkan saat perkuliahan dengan kasus secara nyata dilapangan terkait
pelaksaan atau perawatan pada pasien khususnya kasus fraktur cruris sinistra.

2. Bagi Rumah Sakit


Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi rumah
sakit tentang asuhan keperawatan perioperatif pada pasien fraktur cruris sinistra
dan membantu mendukung pelayanan tindakan operasi yang optimal.
3. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah bahan bacaan bagi mahasiswa lain terkait dengan
asuhan keperawatan perioperatif pada pasien fraktur cruris sinistra.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi
Muskuloskeletal merupakan suatu sistem yang menjelaskan tentang otot, tendon,
rangka, tulang dan sendi. Muskuloskeletal terdiri dari 2 kata yaitu muskulo dan
skeletal. Skeletal merupakan ranngkaian tulang yang mendukung dan melindungi
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga dapat
menjadi alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan yang berkaitan dengan
otot-otot kerangka. Berikut pembagian skeletal : Bagian axila :
1. Bagian kepala
1 tulang kepala belakang (occipital), 2 tulang ubun-ubun (pariental), 1 tulang
dahi (frontal), 2 tulang pelipis (temporal), 2 tulang tapis (ethmoid), 2 tulang
speniodal (sphenoidal).
2. Tulang wajah
1 tulang rahang atas (maxila), 2 tulang rahang bawah (mandibulla), 2 tulang
pipi (zygomatic), 2 tulang hidung (nasale), 2 tulang langit-langit (pallatum), 1
tulang lidah (hyoidium), 2 tulang air mata (lacrimale), 1 tulang rongga mata
(orbitale).
3. Tulang dada
Tulang hulu (manubrium sterni), tulang badan (corpus sterni), taju pedang
(proccesus xypoideius).
4. Tulang rusuk
7 pasang tulang rusuk sejati (costa vera), 3 pasang tulang rusuk palsu (costa
sporia), 2 pasang tulang rusuk melayang (costa fluctuantes).
5. Tulang gelang bahu
2 tulang belikat (scavula) dan 2 tulang selangka (clavicula)
6. Tulang gelang panggul
2 tulang duduk (ichium), 2 tulang kemaluan (pubis), 2 tulang panggul (illium).
7. Tulang belakang
7 ruas tulang leher (vertebra servikal), 12 ruas tulang punggung (vertebra
thorakalis), 5 ruas tulang pinggang (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang
kelangkang (vertebra cacrum), 4 ruas tulang ekor (vertebra corcigious).

Bagian Appendikular
1. Alat gerak bagian atas
Tulang belikat (skapula), tulang selangka (clavicula), tulang lengan atas
(humerus), tulang hasta (ulna), tulang lengan bawah (radius), tulang pangkal
tangan (carpal), tulang telapak tangan (metacarpal), 8 ruas tulang jari tangan
(phalanges).
2. Alat gerak bagian bawah
2 tulang paha (femur), 2 tulang kering (tibia), 2 tulang betis (fibula), 2 tulang
tumit (calcaneus), 2 tulang tempurung lutut (patella), 14 tulang pergelangan
kaki (tarsal), 10 tulang telapal kaki (meta tarsal), 10 tulang jari kaki (phalanges
pedis), 28 ruas tulang jari kaki (digiti phalanges pedis).
Struktur Tulang
1. Periosteum
Bagian luar tulang diselimuti oleh membran fibrus padat yang dinamakan
periosteum. Periosteum mengandung syaraf, pembuluh darah, dan limfatik.
Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblas yang
merupakan sel pembentuk tulang.
2. Osteon
Yaitu unit fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon terdapat
kapiler, disekelilingi kapiler tersebut merupakan matrik tulang yang
dinamakan lamela.
3. Lamela
Adalah lapisan-lapisan tulang tipis didalamnya terdapat osteosit yang
memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut dalam kanakuli yang
halus.
4. Canaliculi
Tulang yang dilintasi oleh saluran longitudinal yang disebut canalis havers
yang saling beranastomose dengan hubungan yang transversal dari permukaan
peristeum ke endosteum yang disebut sebagai canalis volkman.
5. Kanal volkman
Pembuluh peristeum mengangkat darah ke tulang kompak melalui kanal
volkman yang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrien yang menembus
peristeum dan memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang kecil)
arteri nutrien memasok darah ke sumsum dan tulang.
6. Endosteum
Membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan
rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklas melarutkan tulang untuk
memelihara rongga sumsum.
7. Trabekulae (batang) tulang
Trabekulae terlihat seperti spons tapi kuat sehingga disebut tulang spon yang
didalamnya terdapat bone marrow yang membentuk sel-sel darah merah.
Muskuler/ otot
Jaringan otot merupakan salah satu dari 4 jenis jaringan primer terutama
terdiri dari sel otot yang khusus untuk berkontraksi. Ada tiga jenis jaringan otot yaitu
otot polos, otot jantung dan otot rangka. Otot rangka yaitu berfungsi untuk
menggerakkan anggota tubuh. Selain itu fungsi dari otot ini yaitu menghasilkan
gerakan otot, mempertahankan postur dan posisi tubuh terhadap gaya gravitasi,
menjaga panas tubuh dan mengatur gerak pada tulang dan sebagai alat gerak aktif.
Otot polos ditemukan di dinding saluran dan organ berongga seperti kandung
kemih dan uterus serta pada dinding tuba yang terdapat pada sistem respiratorik,
pencernaan, reproduksi, urinarius dan sirkulasi darah. Otot polos ini berfungsi sebagai
membantu dalam pencernaan makanan dan juga memaksa makanan dari satu organ ke
organ lain dalam sistem pencernaan, mengatur kontraksi dari kerja organ pencernaan,
pernafasan, reproduksi, serta organ-organ lainnya kecuali jantung.
Otot jantung hanya terdapat dalam jantung secara struktural dan fungsional
memiliki kesamaan dengan otot rangka dan otot polos unit tunggal seperti otot
rangka, otot jantung memperlihatkan serat lintang karena filament tebal dan tipisnya
tersusun sangat teratur menjadi pola pita yang reguler. Otot jantung memiliki fungsi
yaitu mengatur fungsi jantung, memompa darah keluar dari serambi dan bilik ke
pembuluh darah kiri /tubuh/sistemik dan kanan/ paru-paru, memeras darah keluar dari
jantung untuk pasokan ke paru-paru atau ke bagian tubuh lainnya dan menyimpan
energi dalam bentuk kratin fosfat.
B. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis dan
luasnya (smeltzer & Bare, 2002)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price
& Wilson, 2006).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang/tulang rawan
yang biasanya disebabkan karena ruda paksa. (Arief Mansjoer, Dkk, 2000).
C. Tanda dan gejala
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitus, pembengkakan local, dan perubahan warna.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya.
Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas
(terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan
dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm.
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan maka akan teraba adanya derik tulang
yang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya, (uji krepitus akan mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih
berat).
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi selesai
beberapa jam atau hari setelah cedera.
D. Patofisiologi
Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan
tekanan yang memuntir, fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan memuntir mendadak, dan bahkan kontraksi ekstrem, sehingga
tulang mengalami kegagalan menahan tekanan terutama tekanan membengkok,
memutar dan tarikan. Fraktur akan mempengaruhi jaringan sekitarnya yaitu kerusakan
pada saraf sensori, kerusakan jaringan lemak dapat menyebabkan luka terbuka
sehingga memungkinkan terjadinya infeksi. Untuk kerusakan pembuluh darah dapat
menyebabkan perdarahan, inflamasi, dan rupture tendon sehingga terjadinya
penekanan syaraf akan menyebabkan nyeri selain itu juga akan mempengaruhi
korteks tulang dan periosteum sehingga akan mengalami deformitas dan pemendekan
tulang. Hal itu menyebabkan ekstremitas terganggu.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan rontgen
Menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma.
2. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI ; memperlihatkan fraktur, juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan tulang.
3. Arteriogram, dilakukan jika kerusakan vascular dicurigai
4. Hitung darah lengkap, Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple).
5. Profil koagulasi, perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
multiple atau cedera hati.
F. Terapi
1. Reduksi tulang (setting tulang)
Mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
dengan manipulasi dan traksi manual. Reduksi terbuka dilakukan dengan
pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi alat fiksasi interna (ORIF) dalam
bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang
yang solid terjadi.
2. Imobilisasi fraktur
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan
dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi
dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna (OREF) meliputi : Pembalutan, gips,
bidai, traksi continue pin, dan teknik gips atau fiksator ekterna, implant logam
dapat digunakan untuk fiksasi interna (ORIF) yang berperan sebagai bidai interna
untuk mengimobilisasi fraktur yang dilakukan dengan pembedahan.
3. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan ini dapat dilakukan dengan melihat kebersihan luka pada pasien,
perawatan luka pada pasien, pemberian obat, amati yang terjadi pada pasien
terkait komplikasi atau kejadian potensial pasca operasi.
G. Fokus pengkajian
1. Biodata pasien meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan.
2. Keluhan utama yang dirasakan pasien saat dikaji.
3. Riwayat penyakit sekarang merupakan penyakit yang menyertainya pada pasien
saat dilakukan pengkajian atau dari awal masuk RS sampai dilakukan asuhan
keperawatan.
4. Riwayat penyakit dahulu meliputi adakah penyakit yang menyertainya berkaitan
dengan riwayat penyakit sekarang.
5. Riwayat penyakit keluarga meliputi riwayat penyakit keluarga yang diderita oleh
pasien.
6. Pemeriksaan fisik head to toe dilakukan supaya mengetahui letak benjolan yang
dirasakan oleh pasien.
H. Intervensi keperawatan
Intervensi yang dilakukan pada pasien dengan Fraktur cruris berdasarkan diagnosa
yang ditegakkan oleh perawat meliputi perioperatif. Diagnosa yang muncul pada
pasien dengan fraktur cruris yaitu :
1. Kecemasan
a. Kaji tingkat kecemasan
b. Orientasikan dengan tim anastesi/bedah
c. Jelaskan jenis prosedur tindakan pembedahan
d. Beri dorongan pasien untuk mengungkapkan perasaan
e. Dampingi pasien untuk mengurangi rasa cemas
f. Ajarkan teknik relaksasi
2. Resiko infeksi area pembedahan
Kontrol infeksi : Intraoperatif
a. Monitor dan jaga suhu ruangan antara 20 dan 24 derajat.
b. Monitor dan jaga kelembapan relatif antara 20% dan 60%.
c. Monitor teknik isolasi yang sesuai
d. Pisahkan alat-alat yang steril dan non steril
e. Buka persediaan peralatan steril dengan menggunakan teknik aseptik
f. Lakukan tindakan pencegahan universal
g. Oleskan salep antimikroba pada lokasi pembedahan sesuai kebijakan
h. Monitor area yang steril untuk menghilangkan kesterilan dan penentuan
waktu istirahat yang benar sesaui indikator.
3. Risiko infeksi
Kontrol Infeksi
a. Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
b. Batasi jumlah pengunjung
c. Ajarka pasien mengenai cuci tangan
d. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
e. Pakai sarung tangan steril ketika akan melakukan perawatan luka
f. Lakukan perawatan luka
g. Dorong intake pasien
h. Jaga lingkungan aseptik
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Hari : Selasa
Tanggal : 27 November 2018
Tempat : Instalasi Bedah Sentral
Jam : 13.20 WIB
Metode : Exisi
Sumber : Bangsal
Oleh : .....
1. Identitas Pasien
Nama : An. D
Umur : 12 Th
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Gombong, Kebumen
Pekerjaan : Pelajar
Status : Pelajar
Diagnosa : Fraktur Cruris Sinistra
No. RM : 36485XX
Tgl masuk : 27 November 2018
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. M
Umur : 40 Tahun
Alamat : Gombong, Kebumen
Hubungan dengan pasien : Ibu
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien nyeri di kaki kiri akibat kecelakaan lalu lintas
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien masuk ke IBS pada pukul 08.00 WIB dengan keluhan nyeri di
bagian kaki sinistra. Pasien mengatakan nyeri akibat . Saat dibangsal
pasien sudah mengenakan pakaian Operasi dan sudah dipuasakan sejak
pukul 03.00 WIB. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 120/80, S :
37,2, N : 78, RR : 20. Pasien terpasang infus RL 500 ml 20 tpm, pasien
sudah dilakukan injeksi Intra Cutan dengan hasil tidak ada riwayat alergi
obat-obatan.
c. Riwayat dahulu
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit seperti pasien.
4. Pola Fungsional Virginia Henderson
a. Keb. Bernafas dengan normal
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa
bantuan alat.
Saat dikaji : pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa
menggunakan alat bantu nafas. RR : 20 x/mnt.
b. Keb. Nutrisi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan makan 2-3 x/hr, dengan lauk pauk
seadanya, porsi habis. Minum 6-8 gelas sedang perhari dengan minum air
putih.
Saat dikaji : pasien mengatakan makan seperti biasanya 3 x/hr dengan
lauk pauk sesuai dengan diit yang diberikan rumah sakit, pasien
dipuasakan sejak pukul 06.00 WIB pada tanggal 15 November 2018. Porsi
habis dan minum 4-6 gelas perhari dengan air putih.
c. Keb. Eliminasi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan BAK 5-6 x/hr, dengan warna
kekuningan, berbau khas. BAB 1 x/hr dengan konsistensi lembek, warna
kekuningan, berbau khas.
Saat dikaji : pasien mengatakan BAB tidak pernah, BAK 3-4 kali perhari
dengan warna kuning, berbau khas. Pasien tidak terpasang Down Cateter.
d. Keb. Gerak dan keseimbangan tubuh
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mampu beraktivitas tanpa bantuan
orang lain, pasien tetap melakukan aktivitas sehari-hari.
Saat dikaji : pasien mengatakan aktivitasnya berkurang sejak dirawat di
Rumah sakit, pasien ke kamar mandi dibantu oleh keluarga.
e. Keb. Istirahat dan tidur
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak tanpa
gangguan orang lain, sering begadang.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidur berkurang sering terbangun dengan
suasana rumah sakit yang kurang nyaman.
f. Keb. Berpakaian
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat mengenakan pakaiannya
sendiri tanpa bantuan orang lain atau keluarga.
Saat dikaji : pasien mengatakan dibantu ketika mengenakan pakaian oleh
keluarganya.
g. Keb. Mempertahankan suhu tubuh dan temperatur
Sebelum dikaji : pasien mengatakan ketika dingin mengenakan jaket
ketika panas mengenakan kaos.
Saat dikaji : pasien mengatakan ketika dingin mengenakan selimut, ketika
panas mengenakan kaos biasa. Suhu : 37, 2.
h. Keb. Personal hygiene
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, keramas 2 kali
sehari, menggosok gigi 2 kali sehari tanpa bantuan orang lain atau
keluarga.
Saat dikaji : pasien mengatakan hanya diseka oleh keluarga.
i. Keb. Rasa aman dan nyaman
Sebelum dikaji : pasien mengatakan merasakan nyaman ketika berada
dilingkungan rumahnya.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi rumah sakit.
j. Keb. Komunikasi dengan orang lain
Sebelum dikaji : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam
berkomunikasi kepada orang lain.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
k. Keb. Spiritual
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat melaksanakan ibadah sholat 5
waktu dengan berjamaah, akan tetapi kadang-kadang tidak berjamaah.
Saat dikaji : pasien mengatakan melaksanakan ibadah 5 waktu dengan
dududan tidak berjamaah.
l. Keb. Bekerja
Sebelum dikaji : pasien belum bekerja
Saat dikaji : pasien belum bekerja
m. Keb. Rekreasi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan kadang-kadang pergi bermain dengan
teman-temannya
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak bisa bepergian dikarenakan kaki
sebelah kiri tidak bisa digunakan untuk berjalan.
n. Keb. Belajar
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi dari internet, dari
bangku sekolah.
Saat dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi kesehatan terkait
penyakitnya dari dokter dan perawat.
5. Kesadaran Umum
Suhu : 36o c
Nadi : 88 x/mnt
TD : 130/80 mmHg
RR : 20 x/mnt
BB : 48 kg
TB : 160 cm
6. Pemeriksaan Fisik
KU : Baik
Kesadaran : CM
Cepalo-Caudal
Kepala : bentuk simetris, tidak ada benjolan, distribusi rambut merata, rambut
berwarna hitam.
Wajah : wajah simetris, tidak ada moonface.
Mata : konjungtiva ananemis, sklera anikterik, pupil anisokor.
Telinga : bentuk simetris kanan=kiri, tidak ada penumpukan serumen.
Hidung : bentuk simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada penumpukan
kotoran.
Mulut : bentuk simetris atas dan bawah, bibir kering, gigi bersih, tidak ada
stomatitis.
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada benjolan, reflek
menelan baik.
Jantung : I : Tidak ada jejas, bentuk simetris, P : Tidak ada nyeri tekan, P :
pekak di ICS 2- 4 lapangan paru kanan Sampai ICS ke 2-5 lapangan paru kiri,
A : suara jantung I dan II tidak ada suara tambahan.
Paru : I : bentuk simetris, tidak ada jejas, P : Tidak ada nyeri tekan pada kedua
lapang paru, stemfremitus kanan=kiri, P : sonor pada kedua lapang paru, A :
bunyi nafas vesikuler.
Abdomen : I : Tidak ada jejas, tidak ada benjolan, A : peristaltik usus 12
x/mnt, P : tidak ada nyeri tekan pada semua kuadran, P : suara pekak.
Ekstremitas atas : dapat bergerak bebas, tangan kanan terpasang infus RL 20
tpm.
Ekstremitas bawah : dapat digerakkan bebas ke semua arah.
Kekuatan otot : 44 44
Kulit : turgor kulit kering.
7. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
- Foto Rontgen
8. Terapi
Pre Medikasi : Infus RL 500 ml 20 tpm, Antibiotik Ceftriaxon 1 gr
Intra Operasi : Asering 20 tpm, Ceftriaxon 1 gr, gentamicin 80 gr 1 Amp
Post Operasi : Rl 500 ml 20 tpm.
B. PRE OPERASI
1. Data Fokus
Subyektif : pasien mengatakan baru pertama kali dilakukan operasi, pasien merasa
takut dan khawatir dengan tindakan yang akan dilakukan.
Obyektif : pasien terlihat gelisah, wajah terlihat tegang, TD : 130/87, N : 80, RR :
22, S : 36 oC, pasien dilakukan general anastesi.
2. Analisa data Pre OP

No Hari/tgl/jam Data Masalah Etiologi


1 Selasa, 27 Ds : Ansietas Ancaman pada
November - pasien status terkini
2018, pukul mengatakan takut
08.00 dan khawatir
dengan tindakan
yang akan
dilakukan, pasien
baru pertama kali
dilakukan operasi.
- Pasien
mengatakan deg
degan sebelum
dioperasi
Do : pasien terlihat
gelisah, wajah terlihat
tegang, TD : 130/87,
N : 80, RR :22, S :
36,7.

3. Rumusan diagnosa keperawatan


a. Ansietas berhubungan dengan ancaman status terkini
4. Rencana Keperawatan Pre OP

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat 1. Untuk
berhubungan selama 1 x 1 jam diharapkan kecemasan mengetahui
dengan masalah ansietas dapat teratasi 2. Orientasikan tingkat
ancaman dengan kriteria hasil : dengan tim kecemasan
status terkini Tingkat Kecemasan anastesi/bed yang
Indikator Awal Tujuan ah dialami
Perasaan 3 5 3. Jelaskan oleh pasien
gelisah jenis 2. Untuk
Wajah 3 5 prosedur mengurangi
tegang tindakan rasa
Keringat 3 5 pembedahan khawatir
dingin 4. Beri dan takut
Peningkatan 3 5 dorongan pada pasien
TD pasien untuk dalam
Keterangan : mengungka pelaksanaan
1. Berat pkan proses
2. Cukup berat perasaan pembedaha
3. Sedang 5. Dampingi n.
4. Ringan pasien untuk 3. Untuk
5. Tidak ada mengurangi mengurangi
rasa cemas rasa
6. Ajarkan kecemasan
teknik pasien
relaksasi sehingga
pasien
mengerti
prosedur
yang
nantinya
akan
dilakuakan
4. Untuk
mengurangi
rasa
ketakutan
pada
pasien.
5. Untuk
mengurangi
rasa cemas
dengan
mengajak
obrolan
dengan
keluarga
atau
perawat
6. Untuk
menenangk
an perasaan
pasien
sehingga
tidak ada
rasa takut
dan
khawatir.

5. Pelaksanaan dan evaluasi Pre OP


No. dx Tgl/ jam Implementasi Evaluasi
1 Kamis, 15 November 1. Memberikan S : pasien
2018, pukul 13.00 motivasi kepada mengatakan
pasien dengan memahami apa
memberikan yang dijelaskan
penjelasan oleh perawat.
terkait operasi O : pasien tampak
yang akan rileks, KU : baik,
dilakaukan. wajah sudah
2. Memberikan terlihat ceria.
penjelasan
tentang prosedur S : pasien
tindakan dan mengatakan
pengenalan tim paham apa yang
bedah dan dijelaskan oleh
anestesi. perawat terkait
prosedur tindakan
yang akan
dilakukan.
O : pasien tampak
rileks, pasien
terlihat bingung,
KU : baik, TD :
110/70 mmHg.

C. INTRA OPERASI
1. Data fokus
Pasien dilakukan general anastesi, pasien dilakukan pembedahan di supraclavicula
sinistra, TD : 130/80, N : 88, SpO2 : 100 %, suhu dingin diruang operasi, jumlah
personel berlebih selama prosedur pembedahan.
2. Analisa data intra OP

No Hari/tgl/jam Data Masalah Etiologi


1 Selasa, 27 Ds : - Risiko infeksi Prosedur
November Do : pasien dilakukan area invasif
2018, pukul pembedahan
pembedahan di
09.25
supraclavicula
sinistra, TD : 130/80,
N : 88, SpO2 : 100 %,
suhu dingin diruang
operasi, jumlah
personel berlebih
selama prosedur
pembedahan.

3. Rumusan Diagnosa Keperawatan


a. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur invasif
4. Rencana Intra OP

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o
1 Risiko Setelah dilakukan tindakan Kontrol 1. Untuk
infeksi area keperawatan selama 1 x 1 infeksi : menguran
pembedaha jam, diharapkan masalah Intraoperatif gi
n risiko infeksi area 1. Monitor terjadinya
berhubunga pembedahan dapat teratasi dan jaga infeksi
n dengan dengan kriteria hasil ; suhu pada
prosedur Pengetahuan : Manajemen ruangan proses
invasif Risiko Infeksi antara 20 pembeda
Indikator Awa Tujua dan 24 han.
l n derajat. 2. Untuk
Cara 4 5 2. Monitor menguran
penularan dan jaga gi infeksi
Praktik 3 5 kelembap yang
yang an relatif berkemba
mengurang antara ng pada
i transmisi 20% dan proses
Pentingnya 3 5 60%. pembeda
sanitasi 3. Monitor han.
tangan teknik 3. Untuk
Prosedur 3 5 isolasi menguran
Pemantaua yang gi
n untuk sesuai penularan
infeksi 4. Pisahkan infeksi
Keterangan : alat-alat dari
1. Tidak ada yang steril penyakit
pengetahuan dan non menular
2. Pengetahuan terbatas steril atau tidak
3. Pengetahuan sedang 5. Buka menular.
4. Pengetahuan banyak persediaa 4. Untuk
5. Pengetahuan sangat n mencegah
banyak peralatan terjadinya
steril infeksi
dengan pada luka
mengguna operasi.
kan teknik 5. Untuk
aseptik menguran
6. Lakukan gi
tindakan terjadinya
pencegaha infeksi
n pada area
universal pembeda
7. Oleskan han.
salep 6. Untuk
antimikro menguran
ba pada gi infeksi
lokasi secara
pembedah menyelur
an sesuai uh.
kebijakan 7. Untuk
8. Monitor mencegah
area yang terajdinya
steril infeksi
untuk pada luka
menghilan operasi.
gkan 8. Untuk
kesterilan mencegah
dan infeksi
penentuan yang
waktu berkemba
istirahat ng.
yang
benar
sesaui
indikator.

5. Pelaksanaan dan Evaluasi Intra OP

No. dx Tgl/ jam Implementasi Evaluasi


1 Selasa, 27 November 1. Memisahkan S:-
2018, pukul 09.25 alat-alat yang O : instrumen
steril dan non bedah diletakkkan
steril seperti meja operasi,
kassa (steril) dan kassa, betadin,
hipavik (non handscoon steril
steril). dan gown operasi.
2. Melakukan cuci Hipavik, gunting
tangan steril dan plester diletakkan
memakai APD diluar meja
sesuai SOP. operasi.
3. Membuka
peralatan steril S:-
dengan tepat O : perawat telah
sesuai dengan melakukan cuci
SOP. tangan steril
4. Melakukan sebelum memakai
setting suhu 20- sarung tangan dan
24 dan gown, perawat
kelembapan mengenakan
20% sesuai sarung tangan
dengan standar steril dan gown
kamar bedah. sesuai prosedur.

S:-
O : perawat
sirkuler membuka
peralatan seperti
kassa, benang
sesuai dengan
SOP.

S:-
O : suhu ruang 20
dan kelembapan
20%.

D. POST OPERASI
1. Data Fokus
Pasien terdapat bekas luka pada supraclavicula, Pasien tampak bingung, KU :
sedang, TD : 120/78, N : 80, RR : 20, S : 35, 7, SpO2 : 100 %.
2. Analisa data Post OP

No Hari/tgl/jam Data Masalah Etiologi


1 Selasa, 27 Ds : - Risiko Infeksi Prosedur
November Do : terdapat luka invasif
2018, pukul pada supraclavicula
13.20 sinistra, KU : sedang,
TD : 120/78, N : 80,
RR : 20, S : 35,7,
SpO2 : 100%.

3. Rumusan Diagnosa Keperawatan


Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
4. Rencana Post OP

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Risiko Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi 1. Untuk
infeksi keperawatan selama 1 x 30 menit 1. Pertahankan mencegah
diharapkan masalah risiko infeksi teknik terjadinya
dapat teratasi dengan kriteria hasil : isolasi yang infeksi dari
Kontrol Risiko : Proses Infeksi sesuai penyakit
Indikator Awal Tujuan 2. Batasi menular dan
Identifikasi 3 5 jumlah tidak
faktor risiko pengunjung menular.
infeksi 3. Ajarka 2. Untuk
Mempertahankan 3 5 pasien mengurangi
lingkungan yang mengenai infeksi yang
bersih cuci tangan nantinya
Monitor 3 5 4. Gunakan berkembang.
perubahan status sabun 3. Untuk
kesehatan antimikroba mencegah
Mencuci tangan 3 5 untuk cuci terjadinya
Keterangan : tangan infeksi pada
1. Tidak pernah menunjukkan 5. Pakai area luka
2. Jarang menunjukkan sarung 4. Untuk
3. Kadang-kadang tangan steril mencegah
menunjukkan ketika akan terjadinya
4. Sering menunjukkan melakukan infeksi.
5. Secara konsisten perawatan 5. Untuk
menunjukkan luka mencegah
6. Lakukan terjadinya
perawatan infeksi pada
luka luka post op.
7. Dorong 6. Untuk
intake meminimalk
pasien an infeksi
8. Jaga yang terjadi
lingkungan pada luka
aseptik post op.
7. Untuk
mencegah
terjadinya
infeksi dan
meningkatka
n nutrisi
pada pasien.
8. Untuk
mempertaha
nkan
lingkungan
yang aseptik
tanpa
mikroorganis
me.

5. Pelaksanaan dan Evaluasi Post OP

No. Tgl/ jam Implementasi Evaluasi


dx
1 Kamis, 15 1. Melakukan monitoring S : pasien
November status kesehatan (TTV) mengatakan hanya
2018, 2. Melakukan teknik aseptik mengeram dan
pukul pada lingkungan (Ruang menganggukkan
14.30 Pemulihan) kepala.
3. Melakukan cuci tangan O : TD : 118/80, N
: 80, RR : 22,
SpO2 : 100%.

S:-
O : menjauhkan
pasien dari
banyaknya
pengunjung,

S:-
O : perawat
melakukan cuci
tangan ketika akan
bersentuhan
dengan pasien.

BAB IV

PEMBAHASAN

Selama proses asuhan keperawatan perioperatif ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan persiapan dari pre operasi, intra operasi dan post operasi
sehingga dapat berjalan dengan baik proses asuhan kepada pasien dengan fraktur cruris
sinistra. Proses asuhan tersebut dimulai dari pengkajian, analisa data, intervensi,
implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam menggali informasi yang didapat dari pasien
untuk menetukan sebuah diagnosa dan intervensi yang akan dilakukan. Apabila prose
pengkajian yang dilakukan tidak sesuai dengan SOP maka akan berakibat buruk bagi
pasien. Proses pengkajian di awali dengan identitas pasien sampai dengan hasil
pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui area yang akan
dilakukan operasi. Pengkajian dilakukan dari pre operasi dan post operasi. Pengkajian
tersebut dilakukan secara sistematis sehingga fokus pada setiap sub yang akan
ditanyakan. Pada pengkajian pasien dengan Fraktur cruris sinistra didapatkan bahwa
pasien belum pernah dilakukan operasi sebelumnya sehingga perlu adanya motivasi
untuk mengurangi rasa takut yang dialami oleh pasien. Sebelum dilakukan
pembedahan pasien sudah di puasakan selama 6-8 jam dan sudah diberikan obat-obat
pre medikasi salah satunya adalah ceftriaxon atau antibiotik. Selama pre medikasi
pasien dipantau tanda-tanda vital nya hal tersebut untuk mengurangi terjadinya
komplikasi pada proses pembedahan.
B. Analisa data
Berdasarkan pengkajian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul
selama proses asuhan keperawatan perioperatif yaitu ;
1. Ansietas berhubungan dengan status terkini (Pre Op)
2. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur invasif (Intra Op)
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (Post Op)
C. Intervensi
Intervensi yang diberikan kepada pasien, penulis menggunakan NOC NIC untuk
memecahkan suatu masalah yang dihadapi pasien. Hal ini untuk mengurangi beban
yang di alami oleh pasien. Rencana tindakan ini dimulai dari pasien masuk ke ruang
induksi sampai keluar dari RR (Recovery Room). Rencana yang telah ditetapkan akan
berjalan dengan baik apabila ada komunikasi yang baik dari perawat, dokter, keluarga
pasien dan pasien. Pada saat pre op pasien didukung dengan anggota keluarganya
untuk mengurangi rasa cemas yang dihadapinya. Selain itu, latihan nafas dalam juga
diajarkan untuk merilekskan anggota tubuh supaya tidak merasa takut. Pendidikan
mengenai prosedur tindakan juga telah dijelaskan selama nanti proses intra operasi
dilakukan.
Pada saat intra operasi operator, asisten, perawat instrumen dan perawat sirkuler
memahami perannya masing-masing. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi
terjadinya infeksi pada luka yang dilakukan pembedahan. Selama proses operasi
pasien juga dipantau atau di monitor tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen. Selain
itu cairan yang diberikan juga perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya risiko
perdarahan yang berlebih. Hal tersebut dilakukan supaya tidak terjadi komplikasi
yang ditimbulkan.
Pada saat post operasi pasien dibawa dari ruang operasi ke ruang pemulihan. Pasien
tetap dipantau dengan memonitor tanda-tanda vital, respon dan saturasi oksigen. Hal
tersebut dipantau dengan menggunakan aldrete skor karena pasien dilakukan anastesi
general.
D. Implementasi dan evaluasi
Implementasi dan evaluasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
dibuat sehingga dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi pada post
operasi dapat memindahkan pasien ke ruang perawatan selanjutnya yaitu bangsal.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan
bahwa selama proses asuhan keperawatan perioperatif perlu memperhatikan
komunikasi, persiapan alat dan persiapan mental yang baik sehingga proses
pembedahan dapat berjalan dengan baik. Proses asuhan tersebut didapatkan tiga
diagnosa keperawatan perioperatif yaitu ansietas berhubungan dengan status terkini,
risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur invasif dan risiko
infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
B. Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan perioperatif perawat perlu mempersiapkan
pasien dari pre op, intra op sampai post op dengan baik. Apabila hal ini dilakukan
dengan baik sesuai standar prosedur operasional maka akan mengurangi terjadinya
komplikasi yang mungkin terjadi.
Daftar Pustaka
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. (2012). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC

Saefudin. (2010). Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika

Undang-Undang No 23 Tahun 1997 Tentang Kesehatan

Você também pode gostar