Você está na página 1de 10

I.

Analisis Masalah
1. Tn. A umur 40 tahun seorang laki-laki bekerja sebagai buruh bangunan, sejak 5 bulan
yang lalu mengeluh ada benjolan di leher kanan awalnya kecil, kemudian membesar
seperti kelereng makin lama makin membesar dan sekarang teraba sebesar telur ayam.
Benjolan tersebut tidak nyeri, demam ada tapi tidak terlalu tinggi, mudah berkeringat,
nafsu makan menurun.
a. Apa makna benjolan semakin membesar dan tidak nyeri sejak 5 bulan yang lalu?
(KILA, AYU, ZAHWAN)
Tn A kemungkinan mengalami pembesaran kelenjar getah bening yang sangat
progresif, karena cepat mengalami perubahan bentuk selama 5 bulan. Gejala klinis
tidak nyeri menyingkirkan penyebab infeksi dan gejala mudah berkeringat dan
menurunnya nafsu makan terjadi akibat peningkatan metabolisme tubuh karena
pembesaran benjolan di leher.
b. Apa saja organ yang terlibat dan bagaimana anatomi dan histologi dari organ
tersebut? (KILA, ZAHWAN, AYU)
Organ yang terlibat adalah kelenjar getah benih pada regio leher.
KGB di daerah kepala dan leher tersusun dalam beberapa kelompok regional
dan terminal.Kelompok regional atau oksipital, retroaurikula, parotis, facial
(buccales), submandibular, submental, cervikalis anterior, cervikalis superfisialis,
retroparingeal, laryngeal, dan trakhealis.
Nodi lympodea kelompok terminal menampung semua pembuluh limfe dari kepala dan
leher, secara langsung ataupun tidak langsung melalui salah satu kelompok
regional.Kelompok terminal berhubungan dengan selubung carotis, terutama dengan v.
jugularis interna dan disebut juga kelompok servikalis profunda.
1. Nodi lymphoidei occipitalis, terletak diatas os occipital pada puncak trigonum colli
posterior dan menampung cairan limfe dari bagian belakang kulit kepala. Pembuluh limfe
eferen bermuara ke nodi lymphoidei cervicalis profunda.
2. Nodi lymphoidei retroauricularis (masteidei), terletak diatas permukaan lateral processus
mastoideus os temporal dan menampung cairan limfe dari sebagian kulit kepala diatas
auricular dan dari dinding posterior meatus acusticus auiricular dan dari dinding posterior
meatus acusticus externus. Pembuluh limfe eferen bermuara ke nodi lymphoidei cervicales
profundi.
3. Nodi lymphoidei buccales (facial), terletak diatas m. buccinators, dekat v. facialis. Nodi ini
terletak sepanjang perjalanan pembuluh limfe yang akhirnya bermuara ke nodi lympoidei
submandibulares.
4. Nodi lymphoidei paratidei, terletak diatas atau diantara glandula paratidea dan
menampung cairan limfe dari sebagian kulit kepala diatas glandula paratiroidea, dari
permukaan lateral aurikula dan dinding anterior meatus acusticus eksternus, dan dari
bagian lateral kelopak mata. Kelenjar yang terletak profunda terhadap glandula
paratiroidea juga menerima cairan limfe dari telinga tengah pembuluh limfe eferen
bermuara ke nodi lympoidei cervicales profundi.
5. Nodi lymphoidei submandibulares, terletak pada permukaan superficial glandula
submandibular, dibawah lamina superficialis facia colli profundae. Nodi ini dapat di
palpasi tepat dibawah pinggir bawah corpus mandibular, dan menerima cairan limfe dari
area yang luas, termasuk bagian depan kulit kepala hidung dan daerah pipi yang
berdekatan, bibir atas dan bawah (kecuali bagian tengah) sinus frontalis, maksilaris, dan
ethmoidalis, gigi atas dan bawah (kecuali incisivus bawah), dua pertiga bagian anterior
lidah (kecuali ujung lidah), dasar mulut dan vestibulum, serta gusi. Pembuluh limfe eferen
bermuara ke nodi lympoidei cervicalis profunda.
6. Nodi lymphoidei submental, terletak didalam trigonum submental diantara v. anterior m.
digastrikus kiri dan kanan. Nodi ini menampung cairan limfe dari ujung lidah, dasar mulut
dibawah ujung lidah, gigi incisivus dan gusi yang berdekatan, bagian tengah bibir bawah,
dan kulit diatas dagu. Pembuluh limfe aferen bermuara ke nodi lympoidei submandibularis
dan servikalis profunda.
7. Nodi lymphoidei cervicales anterior, terletak sepanjang v. jugularis anterior. Nodi ini
menampung cairan limfe dari kulit dan jaringan superficial leher bagian depan. Pembuluh
limfe eferen bermuara ke nodi lympoidei cervikalis profundi.
8. Nodi lymphoidei cervikalis superfisialis, terletak sepanjang v. jugularis eksterna. Nodi ini
menampung cairan limfe dari kulit diatas sudut rahang, kulit diatas apex glandula
paratidea dan lobus telinga. Pembuluh limfe eferen bermuara ke nodi lympoidei cervikalis
profundi.
9. Nodi lymphoidei retropharyngeales, terletak di spatium retropharyngeum, celah antara
dinding phaynx dan lamina prevertebralis. Nodi ini menampung cairan limfe dari
nasopharyng, tuba auditiva, dan bagian atas columna vertebrae cervicales. Pembuluh limfe
eferen bermuara ke nodi lympoidei cervicales. Pembuluh limfe eferen bermuara ke nodi
lympoidei cervicales profundii.
10. Nodi lymphoidei laryngeales, terletak didepan larynx pada ligamentum cricothyroideum.
Satu atau dua nodus kecil mungkin ditemukan didepan membrane thyroidea. Nodi ini
menampung cairan limfe eferen nya bermuara ke nodi lympoidei cervicales profundi.
11. Nodi lymphoidei tracheales, terletak lateral terhadap trachea (nodi lymphoidei para
trachealis) dan didepan trachea (nodi lymphoidei pretrachealis). Keduanya menampung
cairan limfe dari struktur yang berdekatan, termasuk glandula thyroidea. Pembuluh limfe
bermuara ke nodi lymphoidei cervicales profundi.
12. Nodi lymphoidei cervicales profundi, membentuk sebuah rantai sepanjang v. jugularis
interna, dari cranium sampai ke pangkal leher. Nodi ini tertanam diatas facia selubung
carotis dan tunica advantisia v. jugularis interna; sebagian besar terletak pada aspek
anterolateral v. jugularis interna. Dua dari kelenjar ini sering dirujuk di klinik, yaitu
nodus jugulodigastrikus dan jugulo omohyoideus. Nodus jugulodigastrikus terletak tepat
dibawah venter posterior m. digastrici dan terletak tepat dibawah dan belakang angulus
mandibula. Nodus ini terutama berhubungan dengan aliran limfe dari tonsil dan
lidah.Nodus juguloomohyoideus berhubungan dengan tendo intermedius m.
omohyoideus dan terutama berhubungan dengan aliran limfe lidah. Nodi lymphoidei
cervicales profunsi menerima cairan limfe dari struktur yang berdekatan dan dari semua
nodi lymphoidei kelompok regional di kepala dan leher. Pembuluh limfe eferen bersatu
membentuk truncus jugularis, truncus ini bermuara kedalam ductus lymphaticus dextra.
Selain itu dapat pula bermuara kedalam truncus subclavius atau kedalam v.
brahiosephalica (Vikramjit S Kanwar, 2014)
2. Dalam satu bulan ini Tn. A berobat ke dokter umum, diberi obat kemudian dilakukan
pemeriksaan darah dan rontgen dada, namun benjolan tersebut tidak mengecil dan
malah membesar.
a. Apa makna dari kalimat di atas? (AYU, KILA, ZAHWAN)
Pembesaran kelenjar getah bening akibat infeksi akan mengecil ke ukuran normal
setelah pengobatan simtomatik dan pemberian singkat antibiotik dalam 4-6 minggu
dari pertama kali diduga infeksi. Benjolan yang menetap selama lebih dari waktu
tersebut perlu dievaluasi untuk mencegah kemungkinan keganasan.

b. Apa indikasi pemeriksaan darah dan rontgen dada pada Tn. A? (AYU, ZAHWAN,
KILA)
Pemeriksaan darah pada Tn. A untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien secara
umum. Dilakukan karena limfoma merupakan kanker darah. Rontgen dada
dilakukan untuk mengetahui adanya metastasis dari paru atau organ sekitar, karena
pasien ada riwayat merokok sejak usia 20 tahun dan ibunya menderita kanker
payudara.
3. Riwayat batuk lama tidak ada, riwayat keluarga batuk lama tidak ada, riwayat sakit
kepala tidak ada, riwayat makan obat anti TB atau OAT tidak ada, dan keluhan nyeri
sendi tidak ada. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Tn. A memiliki kebiasaan merokok
sejak usia 20 tahun, rata-rata 2 bungkus perhari. Tn. A jarang minum obat-obatan atau
jamu-jamuan. Riwayat keluarga tidak ada penyakit seperti ini, ibu Tn. A menderita
karsinoma payudara.
a. Apa makna klinis dari pernyataan di atas? (AYU, KILA, ZAHWAN)
Riwayat keluarga batuk lama tidak ada serta minum obat oat tidak ada
(menyingkirkan Limfadenitis TB) dan keluhan nyeri sendi tidak ada
(menyingkirkan penyakit autoimun, misal SLE / RA)

Bak bab tidak ada keluhan (menyingkirkan riwayat perdarahan)

Riwayat merokok lama (dugaan keganasan akibat zat rokok)

Riwayat ibu kanker payudara (adanya mitasi gen yang menjadi faktor risiko
keganasan pada pasien)
b. Apa kandungan yang terdapat di dalam rokok yang menjadi faktor risiko dari
keluhan Tn. A? (KILA, AYU)
Kandungan Tar merupakan bahan karsinogenik yang dapat menyebabkan mutasi
DNA sel menjadi faktor risiko kanker pada pasien.
4. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum tampak sakit sedang, TD 120/80 mmHg, denyut nadi 88 x/menit,
frekuensi napas 20 x/menit, suhu 36,9 O C, TB 165 cm, BB 42 kg.
Keadaan Spesifik :
Kepala: Konjungtiva pucat (-), ikterik (-)
Mulut stomatitis (-), Faring Hiperemis (-), Tumor (-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O
Regio Cervikalis dekstra: teraba benjolan ukuran 4x4x3 cm, nyeri tekan (-
), konsisten lunak, mobile
Regio Cervikalis sinistra: teraba benjolan ukuran 2x2x1 cm, nyeri tekan (-
), konsistensi lunak, mobile
Thorax: Paru: dbn
Jantung: dbn
Abdomen: hepar dan lien tidak teraba massa
Ektremitas Superior: dbn
Ekstremitas inferior: dbn
KGB: di supraklavikula, aksila dan inguinal tidak teraba
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik di atas? AYU, KILA,
ZAHWAN
Hasil Nilai normal Interpretasi
Pemeriksaan fisik
Tekanan Darah 120/80 mm/Hg 120/80 mm/Hg Normal
Keadaan umum Tampak sakit Compos mentis Abnormal
sedang
RR 20x/menit 16-24x/menit Normal
HR 88x/menit 60-100x/menit Normal
Suhu 36,90C 36,5 – 37,5OC Normal
Kepala
Konjungtiva Tidak pucat Tidak Normal
palpebra Anemi/pucat
Sklera Tidak ikterik Putih Normal
Mulut Tidak stomatitis Tidak stomatitis Normal
Leher JVP (5-2) cmH2O 52 cmH2O. Normal

Regio Teraba benjolan Tidak teraba Abnormal


cervicalis ukuran 4x4x3
dextra cm, nyeri tekan (-
), konsistensi
lunak, mobil
Regio Teraba benjolan Abnormal
cervicalis ukuran 2x2x1
sinistra cm, nyeri tekan (-
), konsistensi
lunak, mobil
Thorax Dalam batas Dalam batas Normal
( paru, jantung) normal normal
Abdomen Hepar dan lien Tidak teraba Normal
tidak teraba
Ekstremitas Dalam batas Dalam batas Normal
superior dan normal normal
inferior
Kelenjar getah Di Tidak teraba Normal
bening supraclavicula,
aksila dan
inguinal tidak
teraba

5. Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin: Hb 10,2 gr %, leukosit 8000/mm3, hitung jenis: 0/2/6/70/21/1, LED 60
mm/jam
Kimia darah: ureum 50 gr/dl, kreatinin 1,3 mg./dl , asam urat 8,5 mg/dl, LDH 565 U/l
Rontgen Thoraks PA: dbn
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium dan rontgen di atas?
AYU KILA
Nilai normal Hasil laboratorium Interpretasi
Hemoglobin 14-17 gr% 10,2 gr% Abnormal
Leukosit 4.000-10.000/mm3 8.000/mm3 Normal
Hitung jenis 0-1/1-3/2-6/50-70 0/2/6/70/21/1 Normal
/20-40/2-8

LED 0-15 mm/jam 60 mm/jam Abnormal


ureum 5-40 mg/dL 50 mg/dL Abnormal
kreatinin 0,7-1,3 mg/dL 1,3 mg/dL Normal
Asam urat 2,5-8 mg/dL 8,5 mg/dL Abnormal
LDH 60-100 U/L 585 U/L Abnormal

Hipotesis: Tn. A, 40 tahun mengalami pembesaran di kedua leher diduga mengalami


Limfadenopati karena keganasan limfoma maligna

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penerbit FKUI. BukuAjar Onkologi Klinis Ed. 2. 2008. Jakarta: FKUI; Hal 547- 563
Isselbacher K.J, Braunwald E, Asdie H Dr Prof, et al. HARRISON Prinsip-prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. Volume 4. Edisi 13. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 2000.
Komite Nasional Penanggulangan Kanker (KPKN). 2015. Panduan Nasional Penanggulangan Kanker
Payudara. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Price, S.A dan Wilson, L.M. 2005. “Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Processes, Sixth
Edition”. Alih bahasa Pendit, Hartanto, Wulansari dan Mahanani. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC
Vinjamaram, S. 2010. Lymphoma, Non-Hodgkin. http://emedicine.medscape.com/article/20339-
overview. diakses pada 14 januari 2019 pukul 16.51
NAMA: NUR AKILA
NIM: 04011181621036
KELAS: BETA 2016/B6

HASIL KERJA MANDIRI

Learning issue

1. Limfoma Maligna
A. Diagnosis Kerja
Limfoma Maligna
B. Diagnosis Banding
 Limfoma maligna
 Infeksi (bakteri, jamur, parasit)
 Penyakit inflamasi (sarkoidosis, systemic lupus erythematosus, poliarteritis
nodusa)
 Proses neoplasma (karsinoma sel skuamosa atau sel basal, melanoma,
estesioneuroblastoma, karsinoma kistik adenoid, adenokarsinoma,
fibrosarkoma, mieloma sel plasma, limfoma sinonasal)
 Penggunaan kokain
 Trauma
C. Pemeriksaan Penunjang
- Biopsi eksisional atau core biopsi
- Pemeriksaan darah
- Limfografi fan limfosinsitiografi
- Rontgen thorax
- CT-Scan
D. Algoritma Penegakan diagnosis (Ayu, zahwan, kila)
Diagnosis limfoma maligna perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya. Pada anamnesis,
bisa ditanyakan kepada pasien apakah mengalami keluhan-keluhan yang
telah disebutkan di bagian manifestasi klinis sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik dalam pemeriksaan palpasi bisa ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri di leher terutama
supraklavikuler, aksila dan inguinal serta lien dan hati teraba membesar.
Perlu dilakukan pemeriksaan THT-KL secara menyeluruh untuk
mencari keterlibatan tonsil dalam penyakit limfoma malignum pada
penderita. Bisa ditemukan pembesaran tonsil unilateral atau bilateral, dan
ulserasi pada palatum, tonsil, nasofaring dan laring.

E. Tatalaksana
Bergantung pada tipe limfoma, stadium, sifat tumor (indolen/agresif), usia
dan keadaan umum pasien.
Pada dasarnya terapi yang diberikan adalah kemoterapi dan radiasi, namun
berdasarkan SKDI pemberian terapi tidak diberikan oleh dokter umum
melainkan oleh dokter spesialis.
F. Edukasi dan Pencegahan (Ayu, Mutiah, Rara, Kila, Dina)
- Edukasikan efek kemoterapi yang mungkin akan muncul
- Edukasikan pasien untuk tetap menjaga nutrisi dengan baik (tingkatkan
asupan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari)
- Anjuran untuk kontrol rutin setelah pengobatan
- Anjuran untuk menjaga pola hidup yang sehat.

2. Histologi Limfatik

• Diliputi oleh kapsul jar ikat  trabekula


• Dibagi atas : cortex dan medula
• Lokasi : sepanjang pemb limfe di axilla, lipat paha, leher, thorax, abdomen.
• Hilus : tempat masuknya arteri, saraf, dan keluarnya vena, pemb limf efferen
• Pemb limf afferen masuk melalui permukaan konveks nodus limfatikus
• Cortex dibagai atas
– Cortex luar  nodulus limfatikus (sel B, sel retikular, sel dendritik, serat
retikular)
– Cortex dalam (zona paracortex) thymus dependent zone t.d. jar limfoid
padat  limfosit T
• Di bawah kapsula terdapat sinus subkapsularis (sinus marginalis) & sinus trabekularis
berisi cairan limfe dari pemb limfe aferen  sinus medularis  pemb limfe eferen

• Medullary cord / korda medularis  pita-pita jar limfoid padat ( sel B, sel plasma )
dipisahkan oleh sinus medularis

• Fungsi : Filter cairan limfe


• Cairan limfe masuk ke nodus limfatikus melalui :
– Pemb limf aferen  sinus subkapsularis  sinus trabekularis  sinus
medularis  medula  pemb limfe eferen
• Antigen  99 % difagositosis oleh makrofag, sebagian lagi ditangkap oleh sel
dendritik  presentasi ke sel B  aktivasi sel B  pindah ke centrum germinativum
 sel plasma di jar ikat  antibodi
• Sel limfosit T mengalami resirkulasi antara cairan limfe dan darah.

Você também pode gostar