Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh:
JAKARTA
1436 H/2015 M
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
maka Akupun akan mengingatnya dalam diriKu, apabila dia mengingatKu dalam
suatu jemaah manusia, maka Akupun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan
makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekatiKu sejengkal, maka
Aku akan mendekatinya sehasta, apabila dia mendekatiKu sehasta, maka Aku
akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepadaKu dengan berjalan,
Segala puja dan puji kepada Zat yang maha dahsyat, Zat yang
mengenggam segala unsur duniawi dan ukhrawi, Zat yang meliputi apa yang
terfikir dan apa yang tidak terfikir. Maha besar Allah SWT atas segala nikmat dan
membimbing hambanya dari zaman primitif hingga zaman modern saat ini.
kepada Allah atas segala rahmat dan petunjuknya, sehingga karya ilmiah ini dapat
terselesaikan. Karena tanpa pertolongan dari yang Maha Agung mustahil karya ini
dapat selesai.
Dengan penuh dengan kesadaran penulis merasa bahwa tanpa bantuan dan
dukungan baik moril maupun materil peneliti tidak akan dapat menyelesaikan
ii
motivasi serta doa dari semua pihak, seperti Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan kali ini, peneliti mengucapkan amat banyak terima kasih
1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
jajarannya.
Komunikasi dan Penyiaran Islam, terima kasih atas segala dukungan dan
akademik.
4. Prof. Dr. H.M. Yunan Yusuf. MA, Selaku dosen pembimbing yang senantiasa
5. Seluruh dosesn Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
iii
yang telah memberikan kemudahan penulis untuk mendapatkan berbagai
7. Segenap pihak Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang telah
khususnya Bapak Ahmad Rivai, Bapak Mamat Sutedi, Ibu Ernawati, Ibu Siti
Rohmah, Ibu Nurmilah, dan Ibu Fujiati yang berkenan memberikan banyak
8. Kepada ayahanda tercinta Juaeni, dan ibunda tersayang Siti Hasanah. Terima
Hampir setiap nafas yang kau hembuskan hanya untuk berdoa agar semua
9. Kakakku tercinta Agung Cahya Nugraha, SE. Terima kasih atas dukungan
10. Adikku tercinta Sayyid Fajrin Nugraha. Terima kasih atas dukungan dan
saling membantu dan memberikan dukungan agar kita bisa sukses bersama.
atas dukungan, motivasi dan doanya yang selalu diberikan kepada penulis
iv
13. Sahabat-sahabat La-Flamme terima kasih untuk tetap terus berkembang
persahabatankitaakantetapterusberlangsungselaludanselamanya.
14. Sahabatku Siti Khafidoh, Faramudita Dwi Iriyani, Siti Roudhotul Fushiah,
persahabatan kita tidak berhenti sampai disini. Dan terima kasih pula atas
15. Sahabat-sahabat KKN KITA Desa Karya Mekar, Kecamatan Cariu, Bogor
semua pihak yang telah membantu, mendukung dan mendoakan kepada peneliti.
Semoga Allah SWT semakin memberikan karunianya kepada kita semua. Terima
kasih atas segalanya dan mohon maaf atas segala kekhilafan. Semoga skripsi ini
dapat selalu bermanfaat bagi pembaca, dan khusunya bagi peneliti. Amin Yaa
Robbal Alamiiin.
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................ I
KATA PENGANTAR ...................................................................................................11
DAFTAR ISI ................................................................................................................VII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................................8
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................8
D. Signifikansi Penelitian ...............................................................................9
E. Metodologi Penelitian ..............................................................................10
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................................18
G. Sistematika Penulisan ..............................................................................20
vi
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT JIWA DR. H. MARZOEKI
MAHDI BOGOR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
dipungkiri oleh kita sebagai makhluk sosial. Komunikasi akan semakin efektif
jika didasari dengan rasa pengertian, keterbukaan, empati dan kepercayaan antara
sesama peserta komunikasi. Dan jika setiap individu memahami betul unsur-unsur
balik (feed back). Dalam proses komunikasi perubahan sikap dalam diri penerima
(receiver) penting adanya karena hal itu sebagai pembuktian bahwa komunikasi
telah berjalan secara efektif meski prosesnya berjalan secara tatap muka atau
tidak.
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non
verbal.1 Adapun komunikasi ini dapat dilaksanakan antara orang tua dan anak,
guru dan murid dan juga hubungan antara perawat dan pasien.
dapat merawat pasien yang sedang sakit, baik sakit fisik maupun sakit karena
1
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal (Jogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 3.
1
2
dengan karakteristik, kemampuan, dan prestasi diri; hubungan yang tidak efektif
atau tidak memuaskan; tidak puas hidup didunia atau koping yang tidak efektif
mental ini juga kerap disebut dengan psikosis dan psikosis ini biasanya di
klasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu psikosis organik dan psikosis
fungsional. Psikosis fungsional ialah gangguan mental yang berat dan sangat
skizofrenia ini merupakan suatu gangguan mental yang berat dengan ciri-ciri
khasnya adalah tingkah laku aneh (bizar), pikiran-pikiran aneh, dan halusinasi-
pasien yang memiliki kondisi emosional yang tidak stabil, psikologis yang tidak
kondusif dan pola pikir yang dipenuhi dengan halusinasi agar pasien mau
2
Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Jakarta: Keperawatan: 2008), h. 4.
3
Yustinus Semiun, OFM, Kesehatan Mental 3 (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 20.
4
Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 4.
3
skizofrenia yang tengah sibuk dengan dunianya sendiri agar pasien mau
bagaimana cara perawat membujuk pasien untuk mengikuti terapi dan menjaga
banyaknya hambatan dan rintangan yang akan dihadapi oleh petugas kesehatan
namun tetap saja ia dituntut untuk bisa menghadapi kesulitan tersebut. dan berkat
menyembuhkan pasien skizofrenia tidak hanya pihak rumah sakit saja namun
juga masyarakat luas. Karena, penderita penyakit ini juga merupakan bagian dari
mereka sangat berbahaya, bodoh, aneh, dan tidak bisa disembuhkan, padahal
sudah banyak bukti yang berbicara sebaliknya. Pendapat ini juga selaras dengan
laahi’azza wa jalla.
4
Artinya: “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai
Namun stigma tersebut terus saja melekat dalam diri penderita skizofrenia
ini akan membuat penderita semakin merasa terkucilkan dan tidak diperdulikan,
sendiri agar penderita tidak membuat kegaduhan. Padahal hal itu justru akan
membuat kondisi mental penderita penyakit ini semakin menurun karena mereka
juga seorang manusia yang sudah sepantasnya diberi perlakuan yang sama dengan
manusia lainnya atau justru seharusnya mereka diberi perlakuan yang spesial agar
bahwa penderita penyakit ini perlu diasingkan dari masyarakat dan dikirim ke
Indonesia memiliki banyak rumah sakit namun tak semua rumah sakit
menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. 7 Oleh karena
itu berdirinya rumah sakit ini bertujuan agar masalah-masalah dalam masyarakat
5
Dadang Hawari, Psikiater, Al-qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa
(Yogyakarta: Pt. Dana Bhakti Prima Yasa, 1995), h. 13.
6
Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 348.
7
Hawari, Psikiater, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan jiwa, h. 288.
5
disembuhkan. Inilah beberapa contoh dari lembaga rumah sakit jiwa yang ada di
mayarakat:
1. RSJ Soeharto Herdjan, Grogol. Rumah sakit ini beralamatkan di Jl. Prof. Dr.
Latumenten 1 dan memiliki visi untuk menjadi pusat unggulan kesehatan jiwa
A.
sakit pendidikan.
kedokteran.
3. RSJ Marzuki Mahdi Bogor, rumah sakit ini beralamatkan di Jl. Dr. Sumeru
No. 114, Bogor. Adapun visi yang dimiliki ialah ingin menjadikan rumah sakit
ini sebagai Rumah sakit jiwa rujukan nasional dengan unggulan layanan
rehabilitasi psikososial pada tahun 2019, Sedangkan misi yang dimiliki yaitu:
psikososial
kesejahteraan.
4. RSJ Menur Surabaya, alamat dari rumah sakit ini ialah di jalan Menur No.
120, Menur Prumpung, Sukolali Surabaya, Jawa Timur. Adapun visi yang
kemajuan IPTEK.
Akibat visi dan misi yang berbeda di setiap rumah sakit yang ada
Berdasarkan asumsi yang ada semakin lama instansi tersebut berdiri maka
semakin banyak pengalaman dan pelajaran yang diambil. Sehingga telah banyak
Melihat dari pengalaman yang telah dilalui beberapa contoh rumah sakit di
atas maka rumah sakit jiwa Marzuki Mahdi Bogor telah memenuhi kualifikasi
yang ada sebagai rumah sakit jiwa terbesar setelah rumah sakit Lawang di Jawa
Rumah sakit jiwa Marzuki Mahdi Bogor merupakan rumah sakit pertama
yang didirikan pada masa Hindia Belanda pada tanggal 1 Juli 1882, proses
perbaikan kualitas pelayanan terus dilakukan oleh rumah sakit ini. sebagai contoh
kini RSJ Marzuki Mahdi Bogor bukan hanya ada pelayanan kesehatan gangguan
jiwa saja namun juga ada perawatan bagi seorang pecandu narkoba, psikotropika,
8
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 13
8
Meningkatkan Kesadaran”.
1. Pembatasan Masalah
Upaya peneliti agar proses dan hasil penelitian dapat dipahami secara
dan tipe paranoid isolasi sosial (ISOS) di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki
2. Perumusan Masalah
berikut:
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti ialah untuk mengetahui dan
perawat rumah sakit jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ketika menghadapi
pasien Skizofrenia hingga akhirnya pasien tersebut dapat mengikuti instruksi dari
D. Signifikansi Penelitian
1. Manfaat Akademis
ilmu komunikasi. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi sumber referensi
bagi peneliti lainnya yang hendak melakukan penelitian di bidang yang sama,
serta dapat pula dijadikan buku pegangan bagi masyarakat yang memiliki
ini.
2. Manfaat Praktis
sekitar yang mengalami gangguan jiwa jenis ini, sehingga baik perawat
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
view that guides the investigator, not only in choices of methode but in
paradigma ialah sistem keyakinan dasar atau cara memandang dunia yang
10
membimbing peneliti, tidak hanya dalam pemilihan metode, tetapi juga cara-
pengamatan sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan. Jadi, hasil penelitian
ada.
2. Pendekatan Penelitian
dengan pengaturan yang alami atau sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.
lalu setelah data tersebut terkumpul maka akan di analisa sesuai dengan sudut
9
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik (Jakarta: Bumi Aksara,
2003), h. 26.
10
John W. Creswell, Qualitatif Inquiry and Research Design: Choosing among five
traditions (California: Sage Publications, 1997), h. 15.
11
dan akurat agar tujuan dapat tercapai dan rumusan masalah dapat
terpecahkan.
3. Metode Penelitian
case study methode. Adapun kasus yang diangkat ialah satu kasus saja (single
case). Metode ini dinilai cocok karena dapat dilihat dari rumusan masalah
yang telah disusun yang mengangkat unsur bagaimana sebuah kasus itu
terjadi di dunia sosial. Dan juga meski masalah utama ialah mengenai
gangguan jiwa pasien skizofrenia namun yang menjadi fokus penelitian ialah
peralatan, wawancara, dan observasi. Lebih dari itu, dalam beberapa situasi
11
Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012) h. 12.
12
a. Subjek Penelitian
b. Objek Penelitian
Bogor.
penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi
a. Studi Kepustakaan/dokumentasi
akan ejaan dan judul yang benar dari organisasi-organisasi yang telah
maka peneliti mempunyai alasan untuk meneliti lebih jauh topik yang
13
lalu petunjuk-petunjuk pelaksaan dan teknis apa saja yang harus dipatuhi
oleh perawat ketika menghadapi pasien rawat inap, dan juga mengenai
yang memiliki tema yang sama dengan objek penelitian sehingga hasil
penelitian tidak hanya dapat dibuktikan secara praktis saja namun juga
b. Rekaman Arsip
tertentu.
12
Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, h.105.
14
c. Wawancara
masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua
Tipe wawancara yang akan digunakan ialah tipe wawancara yang tidak
terstruktur agar sesi tanya jawab lebih bersifat luwes dan terbuka. Peneliti
Marzuki Mahdi.
d. Dokumenter
13
Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, h. 160.
15
e. Observasi
Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang berarti melihat dan
langsung, dan proses ini merupakan alat yang ampuh untuk melihat
sebuah realitas.
di lapangan.
dengan data.
4) Data yang diperoleh dari teknik lain dikhawatirkan adanya bias oleh
1) Ruang dan tempat, setiap gejala (benda, peristiwa, orang dan hewan)
peneliti.
14
Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, h. 143.
16
ciri tertentu.
4) Kegiatan, dalam hal ini peneliti juga harus mengamati kegiatan apa
6) Peristiwa, jika terjadi suatu peristiwa diluar dari rutinitas yang ada
subjek penelitian dan dapat dilihat dari ekspresi muka dan gerak
sebenarnya tersimpan dalam hati dan fikirannya dan hal ini dapat
Adapun tipe observasi yang akan digunakan oleh peneliti ialah tipe
yang diamati di lapangan baik dari setting tempat maupun proses yang
terjadi di lapangan.
15
Imam Gunawan,Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 149-150.
16
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h.153.
17
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 154.
18
Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, h. 210.
18
Setelah data terkumpul maka data akan diolah dengan cara di reduksi
terlebih dahulu data-data yang relevan agar sinkron dengan tujuan penelitian
dan data yang didapat dilapangan yang masih dikatakan data mentah
data dirangking maka data dianalisis atau diolah dengan wujud kata-kata
kedalam tulisan yang lebih luas dan mudah difahami dan bukan hanya itu
F. Tinjauan Pustaka
proposal yang telah ada sebelumnya agar hasil tulisan lebih sistematis karena
Klinik Makmur Jaya oleh Putri Rachmania. Dalam skripsi ini peneliti ingin
19
Abraham Wahyu Nugroho, Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien:
Studi Deskriptif Kualitatif Aktifitas Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Terhadap Pasien di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta (Surakarta: FISIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2009).
19
mengetahui pola komunikasi yang seperti apa yang digunakan oleh seorang
dokter non psikiatri terhadap pasien non psikiatri agar pesan kesehatan yang
baik.20
yang menolak kehadiran pasien tersebut dan faktor penolakan inilah yang
kembali.21
komunikasi yang digunakan oleh perawat terhadap pasien psikiatri agar pesan
kembali pulih berkat adanya interaksi yang baik antara perawat dan pasien.
20
Putri Rachmania, Pola Komunikasi Dokter Terhadap Pasien Dalam Proses
Penyembuhan Di Klinik Makmur Jaya (Jakarta: FIDKOM UIN JAKARTA, 2011)
21
Muhammad Salahuddin, Peran Keluarga Terhadap Proses Penyembuhan Pasien
Gangguan Jiwa: Studi Kasus di Yayasan Dian Atma Jaya Lawang Kabupaten Lawang (Malang:
Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), 2009
20
G. Sistematika Penulisan
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertai) yang telah di susun oleh
masalah penelitian skripsi ini. Didalamnya juga dijelaskan batasan dan rumusan
penelitian.
Bab III membahas tentang profil dan gambaran umum Rumah Sakit Jiwa
Bab IV Pembahasan dan Analisis Data. Pada bab ini terdiri pembahasan
tentang analisis pola komunikasi antara perawat dan pasien skizofrenia di rumah
Bab V kesimpulan dan saran akan menjadi butir-butir pada bab kelima
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal
1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 60.
2
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal (Jogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 3.
21
22
3
Djuara P. Lubis, Siti Suguah Megniesyah, Ninuk Purnaningsih, Sutisna Riyanto, Yatri I.
Kusumastuti, Hadiyanto, Amiruddin Shaleh, Sumardjo, Sarwiti S. Agung, Siti Amanah, dan Anna
Fatchiya, Dasar-Dasar Komunikasi (Bogor: Sains KPM IPB Press, 2008), h. 7
4
H.A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h. 12
23
dan juga merupakan buah dari ide dan perasaan pengirim.6 Pesan
terbagi kedalam dua jenis yaitu pesan verbal dan pesan nonverbal.
bahwa jika pesan merupakan buah dari ide dan perasaan, maka
yaitu:
1) Umum
Berisikan hal-hal umum dan mudah dipahami oleh
komunikan/audience, bukan soal-soal yang hanya dipahami
oleh seseorang atau kelompok tertentu.
2) Jelas dan gamblang
Pesan yang disampaikan tidak samar-samar. Jika menggunakan
perumpamaan diusahakan contohnya senyata mungkin, agar
tidak ditafsirkan menyimpang dari yang dikehendaki.
3) Bahasa yang jelas
5
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 7.
6
Arni Muhammad, komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 17.
7
Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h.
62.
24
1) Informatif
Komunikator memberikan beberapa keterangan dimana setelah
itu komunikanlah yang akan mengambil kesimpulan sendiri.
2) Persuasif
Bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran
seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan
rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan. Tetapi
perubahan yang terjadi merupakan kehendak sendiri, misalkan
proses lobbying.
3) Koersif
Pesan yang disampaikan bersifat memaksa dengan
menggunakan sanksi-sanksi, seperti agitasi dengan penekanan
yang menumbuhkan tekanan batin dan ketakutan.Pesan yang
mengandung unsur koersi berbentuk perintah, instruksi untuk
penyampaian akan suatu target.9
dan tujuan dari komunikasi itu sendiri. Jika tujuan dari komunikasi
8
Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 15-16.
9
Widjaja, Komunikasi dan Hubungan masyarakat, h. 15.
25
produk, pada saat itu yang diinginkan oleh penjual bukan hanya
terdapat penjahat baru di kantor polisi tidak jujur akan apa yang
10
Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 62.
11
Lubis, Megniesyah, Purnaningsih, Riyanto, Kusumastuti, Hadiyanto, Shaleh, Sumardjo,
Agung, Amanah, dan Fatchiya, Dasar-Dasar Komunikasi, h. 8.
26
dan psikomotorik.
1) Dampak kognitif
informasi.15
2) Dampak afektif
3) Dampak behavioral/psikomotorik
12
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 8.
13
Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 46
14
Lubis, Megniesyah, Purnaningsih, Riyanto, Kusumastuti, Hadiyanto, Shaleh, Sumardjo,
Agung, Amanah, dan Fatchiya, Dasar-Dasar Komunikasi, h. 8.
15
Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi,h. 65.
16
Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 20.
27
pertemuan.18
kata.19
proses ini didukung juga oleh usur-unsur yang lain, seperti media/saluran,
17
Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 2
18
Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 46.
19
Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 46.
28
ialah:
Langkah 1
Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6
keinginan Decoding
Encoding oleh pengiriman penerimaan oleh
Umpan
berkomuni pesan pesan balik
komunikator komunikan
kasi
agar dapat dengan mudah dipahami oleh komunikan. Ketiga, tahap dimana
komunikator.
20
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 11
29
dari komunikasi ini ialah arus pesan dua arah, suasana nonformal, umpan
balik segera, peserta komunikasi memiliki jarak yang dekat, dan proses
21
Lubis, Megniesyah, Purnaningsih, Riyanto, Kusumastuti, Hadiyanto, Shaleh, Sumardjo,
Agung, Amanah, dan Fatchiya, Dasar-Dasar Komunikasi, h. 247.
22
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal h. 16.
23
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 16.
30
24
belah pihak. Penulis dapat memahami bahwa dalam metode
psikologis.
25
d. Suasana nonformal, maksudnya adalah dikarenakan proses
proses komunikasi bersifat santai, tidak kaku dan tidak terpaku dengan
dan spontan, baik secara verbal maupun non verbal, dalam metode
positif maupun netral. Contoh dari respon verbal yaitu dengan adanya
24
Lubis, Megniesyah, Purnaningsih, Riyanto, Kusumastuti, Hadiyanto, Shaleh, Sumardjo,
Agung, Amanah, dan Fatchiya, Dasar-Dasar Komunikasi, h. 247
25
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 16.
26
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h.16
27
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 16.
28
Suranto AW, Komunikasi Interpersona, h. 16.
31
sesuatu kepada orang lain, maka ucapan itu sudah tidak dapat diubah
atau diulang.
dilakukan dengan cara tatap muka sehingga sekecil apapun kesalahan dalam
kegiatan yang dilakukan untuk tujuan tertentu, adapun tujuan tersebut ialah:
sejauhmana kita harus membuka diri pada orang lain. Selain itu,
29
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 16.
30
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 19
32
tindakan orang lain.31 Penulis dapat memahami bahwa tujuan ini akan
disekitar kita karena berkat mereka kita bisa mendapatkan wawasan dan
serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.33
31
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek (Jakarta: Graha Ilmu: 2009), h. 78
32
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 20
33
Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek, h. 79
34
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 21
33
langsung.36
Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh profesi yang
terprediksi, teori Jauhari Window dan masih banyak yang lainnya. Namun
35
Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek, h. 80
36
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, h. 21
37
Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek, h. 80
38
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, h. 21.
34
dari beberapa teori tersebut peneliti berasumsi bahwa teori yang paling tepat
mengenal satu sama lain. Model ini juga melibatkan self-disclosure tetapi
dalam menjalani hubungan dengan orang lain.40 Maksudnya adalah teori ini
theory, yaitu:
39
Lubis, Megniesyah, Purnaningsih, Riyanto, Kusumastuti, Hadiyanto, Shaleh, Sumardjo,
Agung, Amanah, dan Fatchiya, Dasar-Dasar Komunikasi, h. 265.
37
Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Kencana Prenada Group,
2013), h. 296.
35
lebih intim.41
yang tidak intim bergerak menuju hubungan yang intim karena adanya
yang dapat menghubungkan dua kubu. Ketika kedua belah pihak baik
lain. Sehingga akan timbul rasa nyaman dan rasa saling ingin
mempertahankan kedekatan/hubungan.
41
Richard West& Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan
Aplikasi(Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2012), h. 197.
42
West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi,h. 199.
43
West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi,h. 199.
36
hubungan disini orang akan membiarkan orang lain untuk mengenal dirinya
secara bertahap.44
berisi informasi superfisial seperti nama, alamat atau umur. Ketika lapisan
ini sudah terkelupas kita semakin mendekati lapisan terdalam yaitu lapisan
44
S. Djuarsa Sendjaja, Ph.D., dkk. Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka:
1994), h.80
45
Sendjaja, dkk. Teori Komunikasi, h. 80.
46
West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi, h. 205.
37
selanjutnya.
dimana komunikasi sering kali berjalan spontan hal ini karena peserta
saling terbuka. Oleh sebab itu, pada tahap ini kedua belah pihak tak
hanya saling mendengar dan menanggapi saja namun kini mereka sudah
47
West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi, h. 205.
48
West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi,h. 206.
49
West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi, h. 207
38
saling mengevaluasi dan mengkritik satu sama lain. Dan hal ini akan
C. Komunikasi Terapeutik
50
West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi, h. 209
51
Sheila L. Videbeck, PhD, Rn, Buku Ajar Keperawatan Jiwa: Psychiatric Mental
Health Nursing (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 2008), h. 123.
39
perilaku orang lain. Ketiga, komunikasi adalah hubungan itu sendiri; tanpa
52
Gail Wiscarz Stuart dan Sandra J. Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa:Pocket
Guide to Psychiatric Nursing (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 1998), h. 16
53
Kholid Rosyidi MN, S.Kep, Ns, Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 2 (Jakarta:
Penerbit Buku Kesehatan, 2013), h. 77
40
diungkapkan klien.54
itu sendiri seperti informasi tentang biografi, ide, pikiran serta perasaan
54
Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa,h. 125
55
Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa ,h. 126.
56
Monica Ester, S.Kep, Pedoman Perawatan Pasien (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC), h. 6
57
Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 127.
58
Nursalam, Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek (Jakarta:
Salemba Medika, 2009), h. 35.
41
ketika ia berkomunikasi.59
teknik komunikasi ini ialah membayangkan diri anda berada dalam posisi
mereka.60
trust dapat terlaksana, terlebih terhadap pasien gangguan jiwa yang kerap
59
Videbeck, Buku Ajar Keperawatan, h. 128.
60
Ester, Pedoman Perawatan Pasien, h. 7.
61
Ester, Pedoman Perawatan Pasien, h. 9
42
verbal atau nonverbal yang menandakan kata kunci atau isu untuk
62
Videbeck, Buku Ajar Keperawatan, h. 130
63
Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 130
64
Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 130
65
Videbeck, Buku Ajar Keperawatan jiwa, h. 131
43
cermat apa yang disampaikan lewat pesan verbal dan apa yang
suara pengingat seperti “uh huh”, ruang, waktu, batasan, dan gerakan
tubuh. Adapun komunikasi ini juga meliputi pikiran bawah sadar yang
66
Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 138.
44
tubuh pasien. Karena wajah pasien atau tekanan suara, atau cara
disampaikan. 71
67
Ester, S.Kep, Pedoman Perawatan Pasien, h. 7.
68
Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 141.
69
Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 141.
70
Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 141
71
Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 141
72
Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h.141
45
ketika menghadapi pasien agar tidak ada tingkah laku atau bahkan
73
Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, h. 142
46
D. Skizofrenia
1. Pengertian Skizofrenia
Menurut Mark Durand dan David H. Barlow yang dikutip oleh Herri,
Bethsaida dan Marti bahwa Istilah gangguan skizofrenia ini terdiri dari dua
74
Rosyidi, Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 2, h. 77-78.
47
perilaku.75
yang berat dengan ciri-ciri khasnya adalah tingkah laku aneh (bizar),
antarpribadi.
tingkah laku yang tidak koheren serta pola hubungan antarpribadi yang
kurang kondusif.
75
Herri Zan Pieter, Bethsaida Janiwarti, Ns. Marti Saragih, Pengantar Psikopatologi
untuk Keperawatan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 329.
76
Yustinus Semiun, OFM, Kesehatan Mental 3 (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 20.
77
Richad P. Halgin & Susan Krauss Whitbourne, Abnormal Psychology : Clinical
Perspectives on Psychology Disorder (New York: Mc Graw Hill, 2007), h. 278.
48
(alogia, avolisi, anhedonia) dan juga penarikan diri dari kehidupan sosial.
Jika ciri-ciri ini terjadi pada pasien skizofrenia secara terus menerus selama
enam bulan maka pasien sudah benar-benar positif menderita gangguan jiwa
tipe skizofrenia.78
a. Delusi
secara sosial dan besikap curiga pada orang lain.79 Contohnya ia selalu
menertawakannya.
b. Halusinasi
persepsi pada berbagai hal yang dianggap dapat dilihat, didengar ataupun
78
Jeffrey S. Nevid, Spencer A Rathus, Beverly Greene, Psikologi Abnormal (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 105.
79
Herry Zan Pieter & Namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi Dalam
Keperawatan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 112.
80
Pieter&Lubis, Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan, h. 113.
49
yang terbalik-balik.83
dengan kegaduhan, agitasi liar dan tidak melakukan apapun dalam waktu
yang sangat lama (katatonik), cara berpakaian yang tak jelas dan tak pas
pada situasinya.84
f. Anhedonia
81
Menciptakan kata atau kalimat yang aneh-aneh, tidak menjawab pertanyaan dan
memberikan jawaban yang menyimpang dari pertanyaan
82
Pieter, Janiwarti & Saragih, Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, h.333.
83
Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi, Pengantar Psiokologi Abnormal (Bandung:
Reflika Aditama, 2005), h. 34
84
Pieter, Janiwarti & Saragih, Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, h.333.
85
Wiramihardja, Pengantar Psiokologi Abnormal, h. 137.
86
Pieter, Janiwarti & Saragih, Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, h.334
50
pertama.
faktor biokimia.
tinggi.90
87
Richard P. Halgin & Susan Krauss Whitbourne, Abnormal Psychology: Clinical
Perspectives on Psychological Disorders (New York: McGraw Hill, 2007), h. 282.
88
Nevid, Rathus & Greene, Psikologi Abnormal, h. 121.
89
Pieter&Lubis, Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan, h. 112
90
Pieter&Lubis, Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan, h. 112
91
Nevid, Rathus&Greene, Psikologi Abnormal, h. 123.
51
dan skizofrenia yang tidak terperinci. Adapun yang akan menjadi objek
biasanya tipe skizofrenia ini diderita oleh kalangan remaja dan tipe ini
dengan tipe yang lain karena pasien sudah benar-benar hidup dengan
92
Nevid, Rathus&Greene, Psikologi Abnormal, h. 118.
93
Semiun, Kesehatan Mental 3, h. 28.
52
Jika penyakit ini semakin parah maka pasien akan bertingkah laku
kanak. Saat tahap ini telah terjadi maka tidak ada yang bisa dilakukan.94
b. Skizofrenia Paranoid
dibanding dengan gejala skizofrenia yang lainnya, adapun ciri khas dari
lain.95
orang lain sebagai penyebab dari kegagalannya. Dan jika perspektif ini
People with this type are preoccupied with one or more bizzare
delusions or have auditory hallucinations related to a theme of being
persecuted or harassed, but without disorganized speech or distrubed
behaviour. The hallucination are usually related to the content of the
dellucions; however, cognitive functioning and effect are reasonable
normal. People with the paranoid type of schizophrenia have tremendous
interpersonal problems, because of their suspicious and argumentative
style.97
94
Semiun, Kesehatan Mental 3, h. 29.
95
Pieter&Lubis, Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan, h. 116.
96
Semiun, Kesehatan Mental 3, h. 32.
97
Halgin & Whitbourne, Abnormal Psychology: Clinical Perspectives on Psychological
Disorders, h. 283.
53
asyik dengan satu atau lebih delusi-delusi yang aneh/ganjil atau mereka
menggangu, tetapi tanpa pola berbicara yang baik dan mereka bertingkah
Pemilihan nama tersebut sebagai bentuk apresiasi atas jasa-jasa beliau sebagai
pemimpin pribumi pertama di rumah sakit jiwa bogor ini sejak 17 Agustus
1945 hingga desember 1950. Nama tersebut diresmikan pada tahun 2002.1 Hal
Rumah sakit Marzoeki Mahdi ini merupakan rumah sakit jiwa pertama di
Lembaga ini resmi beroperasi pada masa pemerintahan Hindia Belanda sejak
Rumah sakit ini dibangun dengan tujuan untuk memperbaiki sistem perawatan
RS Tentara, Penjara dan kantor polisi dengan sistem perawatan yang kurang
1
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 14
2
Wawancara pribadi dengan Ibu Sumarni S., SKM. Bogor, Rabu 25 Maret 2015.
54
55
terjadi karena pasien ini dianggap berbahaya untuk masyarakat dan diri pasien
sendiri.3 Dan hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Sumarni, S,
SKM.
“Pada saat itu masyarakat yang terkena gangguan jwa dirawat di RSU,
Kantor polisi di tempat tentara sehingga penangannyapun dengan
kekerasan jadi akhirnya bangsa belanda punya keinginan dan niat yang
baik. Akhirnya dibuatlah rumah sakit khusus gangguan jiwa”.4
Berdasarkan kutipan diatas penulis dapat memahami bahwa sebenarnya
niat yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda saat itu sangat baik karena
F.H. Bauer, psikiater RSJ di Belanda dan Dr. W.M. Smit dokter angkatan laut
3. Harus dapat mampu dan cocok untuk merawat 400 pasien jiwa5
cocok dengan persyaratan diatas, karena letaknya yang dekat dengan pusat
pemerintahan dan memiliki udara yang sejuk sehingga dianggap cocok untuk
proses penyembuhan pasien gangguan jiwa. Rumah sakit ini terletak di jalan
3
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 13
4
Wawancara pribadi dengan Ibu Sumarni S., SKM. Bogor, Rabu 25 Maret 2015.
5
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 13
56
Dr.Sumeru, no.144, kota Bogor, kode pos 16111, telepon (0251) 8324025 dan
fax 8324026, dengan luas tanahnya yaitu 113,5601 hektar dan memiliki batas
alamiah yang terbentuk oleh anak sungai cisadane dan cikema. Pada tanggal 4
maret 1866, Bogor resmi menjadi tempat pembangunan rumah sakit jiwa
pertama di Indonesia.
dokter yaitu 2 dokter Eropa dan 1 dokter jawa yaitu Dr. Sumeru.
sakit ini justru dijadikan sebagai tempat penampungan dan karantina tentara
jepang dan masyarakat yang terserang wabah kolera. Hal ini sesuai dengan
6
Wawancara pribadi dengan Ibu Sumarni S., SKM. Bogor, Rabu 25 Maret 2015.
57
1. Visi
2. Misi
psikososial
kesejahteraan.7
3. Tujuan
7
Wawancara pribadi dengan Ibu Sumarni S., SKM. Bogor, Rabu 25 Maret 2015.
58
Agar tujuan rumah sakit dapat tercapai maka ada beberapa harapan
rasa percaya, dan empati juga dianggap sebagai memahami orang lain
8
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 11
59
yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita. Dan juga memiliki arti
membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan
b. Makna Logo
b) Hewan yang suka belajar, sebuah harapan agar organisasi RS. Dr.
9
Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc, Psikologi Komunikasi (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya,
2012), h. 131
60
dalam segala kondisi, dan hal ini telah terbukti dengan tetap
dan penelitian.
dan zat adiktif lainnya dan juga pasien yang terkena penyakit
HIV/AIDS.11
10
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 20
11
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 20
61
dalam, penyakit mata, kulit, telinga, gigi, kesehatan ibu dan anak
Warna yang terdapat dalam logo ialah warna biru, kuning, dan
hijau. Hal ini menggambarkan Tri Upaya Bina Jiwa, yang berarti
b) Usaha kuratif
c) Usaha rehabilitatif14
12
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 25
13
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 26
14
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 12
62
Pendapat inipun senada dengan apa yang dikatakan oleh ibu Sumarni,
yaitu:
“Alasan logo lumba-lumba yang dipilih menjadi icon logo RSJ ini
karena lumba-lumba merupakan binatang yang penyayang/penolong,
suka tantangan terus kalo misalnya kalau ketengah laut selalu
bersama-sama itulah yang mendasari kita mengambil lumba-lumba
sebagai logo lalu mengapa 4, hal ini sesuai dengan 4 pilar RSJ yang
pertama pelayanan kesehatan jiwa, pelayanan kesehatan umum,
pelayanan NAPZA dan yang terakhir DIKLIT dan jika semuanya
maju maka akan bergerak bersama. Dan warnanya biru itu kuratif,
bentuknya bulat agar terus berputar dan tidak berhenti.”
Dapat disimpulkan bahwa makna logo dan tujuan rumah sakit RS.
Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor memiliki titik poin yang sama yaitu agar
jam bagi pasien psikiatri maupun non psikiatri, apotik, laboratorium, ruang
15
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 18
63
intermediate.
16
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 18
17
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 18
18
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 18
64
dipulangkan.
penyuluhan keluarga.
dalam, mata, telinga dan lain sebagainya. Pelayanan jenis ini mulai
19
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 20
20
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 21-23
21
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 24
22
Profil Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor: 128 Tahun (1882-2010), h. 26
66
melakukan penelitian.
D. Ketenagakerjaan
1. Tenaga kedokteran
2. Tenaga fasmasi/apoteker
3. Psikolog
yaitu 12 orang.25
23
Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
24
Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
67
4. Tenaga Keperawatan
orang.
rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ini sebanyak 1072 orang.27
Chart Title
200.000
150.000 147579 134.516 136.298
100.000 91301 81.452 79.419 87.942 103.932 115.520
50.000
48.333
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Grafik 3.1 kinerja pelayanan di rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor28
25
Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
26
Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
27
Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
28
Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
68
Dari grafik diatas dapat dipahami bahwa kunjungan rawat jalan pasien
mencapai 81.452.
79.419 pasien.
10. Kunjungan pasien pada tahun 2014 mencapai angka 136. 298.
kunjungan pasien di Rs. Dr. H. Marzuki Mahdi Bogor tidak menentu, karena
paling sedikit ada pada tahun 2005 dengan jumlah 48.333 pasien dan
a. Paranoid schizoprenia, total pasien baru berjumlah 628 orang, dengan laki-
laki berjumlah 389 orang, perempuan 239 orang. Sedangkan total pasien
29
Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
70
lama berjumlah 1014 orang dengan laki-laki 703 orang, perempuan 311
orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 1642 orang.
mencapai 21 orang.
g. Epilepsy unspecified, total pasien baru berjumlah 4 orang, dengan laki- laki
mencapai 13 orang.
pasien rawat darurat psikiatri dengan kasus baru berjumlah 874 sedangkan total
pada kasus lama total berjumlah 1078. Dari total jumlah tersebut dapat
72
jika dibandingkan antara total pasien psikiatri laki-laki yang berjumlah 1296
dan total pasien psikiatri perempuan hanya berjumlah 657. Dari total tersebut
dapat dilihat bahwa ternyata pasien yang selama ini mendatangi ruang gawat
darurat tersebut dominan kaum laki-laki. Kesimpulan ketiga, jika dilihat dari
total pasien di setiap diagnosa penyakit kejiwaan diatas paling banyak pada
1642 sedangkan total pasien di kasus lain jauh dibawah itu, maka dapat diambil
paranoid.
a. Paranoid schizopernia, total pasien baru berjumlah 1611 orang, dengan laki-
laki berjumlah 990 orang, perempuan 621 orang. Sedangkan total pasien
lama berjumlah 17980 orang dengan laki-laki 11932 orang, perempuan 6048
orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 19591 orang.
berjumlah 330 orang, dengan laki- laki berjumlah 185 orang, perempuan 145
orang. Sedangkan total pasien lama berjumlah 460 orang dengan laki-laki
270 orang, perempuan 190 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis
dengan laki- laki berjumlah 144 orang, perempuan 144 orang. Sedangkan
total pasien lama berjumlah 331 orang dengan laki-laki 113 orang,
d. Anxiety disorder unspecified, total pasien baru berjumlah 233 orang, dengan
laki- laki berjumlah 110 orang, perempuan 123 orang. Sedangkan total
pasien lama berjumlah 359 orang dengan laki-laki 187 orang, perempuan
172 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 592
orang.
Sedangkan total pasien lama berjumlah 285 orang dengan laki-laki 127
orang, perempuan 158 orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini
orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 277 orang.
orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 210 orang.
orang. Sedangkan total pasien lama berjumlah 120 orang dengan laki-laki 53
Kesimpulan pertama, bahwa total pasien pada rawat jalan kasus psikiatri untuk
kasus baru berjumlah 3031, sedangkan kasus lama mencapai angka 20.003, hal
ini membuktikan bahwa pasien yang telah dirawat dirumah sakit jiwa
pasien gangguan jiwa. Kesimpulan kedua, total pasien perempuan baik kasus
baru maupun lama berjumlah 8399 pasien, sedangkan untuk total pasien laki-
laki mencapai angka 14.635 pasien. Dari total hitungan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa kasus psikiatri ini lebih banyak dialami oleh kaum laki-laki.
Kesimpulan ketiga, dari penjabaran diatas jika kita bandingkan total jumlah
pasien dari setiap diagnosa kasus psikiatri untuk rawat jalan yang ada maka
2014
Tabel 3.4 10 besar diagnosa rawat inap kasus psikiatri tahun 2013-201431
psikiatri ini untuk periode 2013-2014, seperti paranoid schizoprenia, acute and
a. Paranoid Schizofrenia, total pasien baru berjumlah 343 orang, dengan laki-
31
Arsip Rumah Sakit DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
77
orang. Sehingga total keseluruhan jenis diagnosis ini mencapai 1089 orang.
berjumlah 350 orang, dengan laki- laki berjumlah 262 orang, perempuan 88
orang.
mencapai 63 orang.
mencapai 61 orang.
Sedangkan total pasien lama berjumlah 2 orang dengan laki-laki tidak ada,
mencapai 49 orang.
yaitu: kesimpulan pertama, total jumlah pasien baru yang jumlahnya mencapai
79
1210, sedangkan pasien lama mencapai 943. Dari total jumlah tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa penghuni rawat inap kasus psikiatri lebih banyak
pasien baru. Kesimpulan kedua, jika kita bandingkan total pasien perempuan
yang mencapai 753, sedangkan laki-laki mencapai 1400. Dari total perolehan
rumah sakit jiwa ini lebih banyak laki-laki dibanding perempuan. Kesimpulan
ketiga, jika kita melihat pada total jumlah pasien di setiap jenis penyakit
gangguan kejiwaan lainnya pendapat ini dilandasi oleh data pasien yang
Dari kesimpulan tiga tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada
tahun 2014 ini pasien yang seringkali mengunjungi ruang gawat darurat, ruang
rawat jalan maupun ruang rawat inap pikiatri dominan pasien lama, dan
berjenis kelamin laki-laki, adapun jenis kasus psikiatri yang melanda ialah jenis
BOGOR
A. Identifikasi Informan
Bogor
Ahmad Riva’I, pak Mamat Sutedi, ibu ernawati, ibu Nurmilah, ibu Siti
menjadi perawat di rumah sakit ini sejak tahun 1990 hingga sekarang.
80
81
b. Mamat Sutedi, Amd kep. Biasa dipanggil dengan sebutan Pak Mamat,
hal yang menurutnya menarik ialah saat pasien mudah untuk diajak
2004 lalu. Menurutnya yang menjadi kesulitan saat bertugas ialah saat
1
Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Riva’I , Amd Kep, Perawat RSJ Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor, Bogor 18 Mei 2015
2
Wawancara pribadi dengan bapak Mamat Sutedi , Amd Kep, Perawat RSJ Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor, Bogor 18 Mei 2015
82
rumah sakit ini sejak 11 tahun yang lalu atau sejak tahun 2004.
e. Siti Rohmah, Amd Kep. Biasa dipanggil dengan nama ibu Siti. Ia
telah mengabdi di rumah sakit ini sejak tahun 2003 yang lalu.
3
Wawancara pribadi dengan Ibu Ernawati , Amd Kep, Perawat RSJ Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor, Bogor 18 Mei 2015
4
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurmilah , Amd Kep, Perawat RSJ Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor, Bogor 18 Mei 2015
83
saat pasien hanya bisa berbicara dan mengerti bahasa daerahnya saja.
pasien yang masih gelisah dan menutup diri sehingga perawat sulit
kelompok).5
f. Fujiati, Amd Kep. Biasa dipanggil dengan ibu Fuji dan telah bekerja
hambatan saat bertugas saat terapi yang diberikan oleh pihak rumah
optimal, dan saat dimana pasien suka keluyuran sendiri. Adapun hal
5
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Rohmah , Amd Kep, Perawat RSJ Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor, Bogor 18 Mei 2015
6
Wawancara pribadi dengan Ibu Fujiati , Amd Kep, Perawat RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor, Bogor 18 Mei 2015
84
Terdapat dua pasien yang terlibat dalam proses penelitian ini yang
terhadap orang lain. Rasa marah, rasa kesal, rasa tidak percaya diri ia
hal ini dipicu oleh halusinasi auditori dan visualnya yang kuat.
pintu.8
tipe paranoid ISOS (isolasi sosial) sejak awal bulan januari 2015, ia
adalah seorang lelaki yang berasal dari daerah Bogor dan dirawat
yang memiliki keluhan utama selalu diam dan sangat amat sulit untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan hal ini dipicu oleh sifat
7
Hasil wawancara pribadi dengan salah satu keluarga pasien yaitu bapak Suhendra, Bogor
18 Mei 2015
8
Data dari rekam medis pasien kejiwaan RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada tanggal
18 Mei 2015
86
bentuk tubuh yang besar dan terdapat banyak bercak putih di wajah
terapi ECT yaitu nama terapi agar memori dalam pikirannya terbuka
dilaksanakan respon yang ia berikan tetap saja diam. Dan faktor diam
sakit ini.9
Jika ditarik benang merah dari kedua kasus tersebut, maka dapat
ialah rasa rendah diri dan sifat introvertnya yang berlebihan yang
cukup lama dan akibat konsep dirinya yang kurang baik mereka larut oleh
Kesadaran
9
Hasil wawancara dengan Perawat ruangan Yudistira Ibu Nurmilah pada tanggal 18 mei
2015
87
Skizofrenia
mental pasien yang proses interaksinya akan lebih berjalan jika terdapat
yang luas. Keempat, memiliki sikap yang baik. Kelima, memiliki daya
yang diasuhnya karena setiap awal masa perawatan, pasien akan didata
10
Wawancara pribadi dengan bapak Riva’i, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi
Bogor, ruang yudistira, Bogor 18 Februari 2015
89
Begitupun ciri yang terdapat dalam onjek penelitian ini, yaitu: prosesnya
terjalin secara dua arah, suasana nonformal, umpan balik segera, peserta
1) Suasana nonformal
kaku dan tidak terpaku dengan jabatan lawan bicara karena dalam
personal.
lain.
cenderung negatif karena ia lebih suka berdiam diri dan sukar untuk
berbicara banyak.
12
Wawancara pribadi dengan ibu Fujiati, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi Bogor,
ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
13
Wawancara pribadi dengan ibu Nurmilah, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi
Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
92
yang ingin ia dengar dan apa yang ingin ia bicarakan hanyalah seputar
keinginannya saja.
14
Wawancara pribadi dengan ibu Ernawati, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi
Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
15
Wawancara pribadi dengan ibu Ernawati, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi
Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
93
Pasien
bersifat umum, jelas dan gamblang, bahasa yang jelas, positif, seimbang,
ini pesan/bahasa yang digunakan bersifat jelas dan umum. Hal ini
16
Percakapan antara perawat ruangan Yudistira dengan pasien skizofrenia tipe paranoid
wahambernama Iwan pada tanggal 20 Februari 2015
17
Wawancara pribadi dengan bapak Mamat Sutedi, Amd Kep, Perawat di rumah sakit
Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Februari 2015
94
jawa dan bahasa daerah lainnya sesuai dengan latar belakang pasien. hal
ini bertujuan agar pasien merasa nyaman dan merasa akrab dengan
“Kalau dari segi bahasa paling pakai bahasa indonesia, kalo yang
dari sunda ya pake bahasa sunda.”18
Pasien hebefrenik adalah pasien yang hanya akan membicarakan
“Perawat: kalo yang hebefrenik sih susah yah, kadang kalo kita
ngomong engga di denger, dia kan udah sibuk yah dengan
dunianya.
Peneliti: lalu, saat keadaan yang seperti itu, maka bagaimana cara
berkomunikasi dengan mereka agar mereka mau mendengarkan
perawat?
Perawat: yah, kita ngikutin mereka dulu”.19
Dari beberapa poin diatas dapat disimpulkan bahwa pesan yang
karena secara kodrati manusia tak ingin mendengarkan dan melihat hal-
hal yang tidak menyenangkan dari dirinya. Oleh karena itu, setiap pesan
Begitupun dalam kasus ini bentuk pesan yang digunakan dalam proses
18
Wawancara pribadi dengan ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
19
Percakapan antara peneliti dengan perawat ibu Nurmilah di ruang Yudistira pada
tanggal 17 Februari 2015
95
apa yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap
sehingga ada perubahan. Hal ini dapat diidentifikasi dari cara perawat
“Kita tanya baik-baik dan selidiki dengan bahasa yang baik, Berarti
kita bujuk/persuasi.”
d. Tujuan Proses Komunikasi Perawat terhadap Pasien Skizofrenia
Pada intinya segala hal yang diberikan oleh pihak rumah sakit
petani maka setelah keluar rumah sakit perawat berharap agar pasien
bentuk komunikasi dan konten yang disampaikan tetap saja selalu ada
pesan penyembuhan disana. Oleh karena itu, proses ini bertujuan untuk
perawat dan pasien ialah demi terbentuknya kembali jati diri, mengisi
dari tidak intim menuju hubungan yang intim dengan praktek komunikasi
(isolasi sosial), karena ia tidak akan mau berbicara dengan perawat jika
indikasi keterbukaan ini dapat dilihat ketika pasien sudah terbuka akan
20
Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Riva’I, Amd Kep, Perawat di rumah sakit
Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
98
keterbukaan dapat terjalin maka harus ada rasa percaya pasien terhadap
perawat. Sisi kepercayaan ini sangat terlihat pada pasien ISOS karena ia
tidak akan memberikan respon apapun pada orang yang baru ia temui.
kepercayaan terlebih dahulu, dan hal ini menyebabkan pasien hanya diam
yang memang telah lama menjalin interaksi sebelumnya, dan benar saja
respon yang diberikan bersifat positif karena pada saat itu pasien sudi
Karena jika kepercayaan tidak ada, pasien tidak akan terbuka kepada
“Kalau awal iya pasti ada basa-basi dulu untuk bina trust, tapi
setelah bina trust terjalin maka kita langsung difokuskan tentang
apa yang akan kita ketahui tentang dia.”21
“Intinya adalah trust atau percaya karena ketika pasien sudah trust
maka ia akan mencari kita (perawat). Dan untuk membangun trust
itu maka perawat harus punya kesabaran yang tinggi karena bukan
hanya orang sakit saja kadang orang yang normal saja kalau
melakukan pendekatan kalau orang itu benci kadang kita enggan
untuk berkomunikasi jadi yang penting harus bersabar ekstra.”23
“Seiring dengan seringnya kita berinteraksi dengan pasien dan
tergantung dengan pandai tidaknya perawat berinteraksi dengan
pasien maka pasien akan sedikit-demi sedikit terbuka. Terlebih jika
sudah ada bina trust.”24
sampai sebulan atau bahkan lebih. Hal ini ditentukan oleh kecakapan
“Kita tidak bisa pastikan waktu, kalo untuk bina trust pasien-
pasien, Mungkin bisa seminggu, mungkin bisa dua minggu,
tergantung pasiennya dan tergantung pendekatan si petugasnya.
Semakin sering berinteraksi maka pasiennya mungkin bisa,”25
21
Wawancara pribadi dengan ibu Ernawati, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
22
Wawancara pribadi dengan ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
23
Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Riva’i, Amd Kep, Perawat di rumah sakit
Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Februari 2015
24
Wawancara pribadi dengan ibu Fujiati, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
25
Wawancara pribadi dengan ibu Fujiati, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi Bogor,
ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
100
wajahnya, dan fokus pada apa yang ia lakukan, seperti melihat jari-
sedang memperhatikannya.
26
Wawancara pribadi dengan Bapak Mamat Sutedi, Amd Kep, Perawat di rumah sakit
Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Februari 2015
102
tinggi
27
Wawancara pribadi dengan Bapak Mamat Sutedi, Amd Kep, Perawat di rumah sakit
Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Februari 2015
103
jenuh.
menghadapinya.
menjawab.
28
Wawancara pribadi dengan ibu Fujiati, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
29
Wawancara pribadi dengan ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
30
Wawancara pribadi dengan ibu Ernawati, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
31
Wawancara pribadi dengan ibu Fujiati, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
104
32
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Ri’vai, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
105
33
Wawancara pribadi dengan Bapak Mamat Sutedi, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
34
Wawancara pribadi dengan ibu Siti Rohmah, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi
Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
35
Wawancara pribadi dengan bapak Mamat Sutedi, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
106
“owalah enak yah, kan kamu sudah sembuh yah, jadi besok
oleh perawat.
“Kalo ada tuh pasien yang cuma diem aja engga mau
ngomong sama sekali yah kita nanya sama jawab sendiri
aja pertanyaan kita entar juga dia terbiasa sama apa yang
kita cohtohin”.36
pasien, hal ini bertujuan agar pasien sadar bahwa ada seseorang
pasien yang mengalami riwayat ISOS parah dan salah satu hal
36
Wawancara bersama dengan dokter Pras di rumah sakit Dr. H. Marzuki Mahdi Bogor,
Bogor 19 Mei 2015
107
selama berminggu-minggu.
Perawat
penglihatannya.
Hebefrenik
teknik yang dapat digunakan saat menghadapi pasien jenis ini ialah
melamun.
“Kita ada teknik focusing, apa yang ingin kita dengar itu di
fokuskan. Jadi kalau dia muter-muter kemana-mana maka
diarahkan kesitu. Misalnya kita akan membicarakan tentang
37
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
109
bahwa kedua tipe ini merupakan tipe yang memang sulit untuk
mereka.
“Hanya saja buat pasien yang ISOS dan hebefrenik yah kita
yang aktif buat bicara. Karena kadang dia hanya jawabnya
ya, tidak, udah, belum. Gitu aja, mending kalo ada verbalnya.
Malah kadang dia Cuma diem. Makanya tergantung
kemampuan perawatnya sih mancing kemampuan
pasiennya.”41
38
Wawancara pribadi dengan Ibu Ernawati, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
39
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
40
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
41
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
110
pasien. Akibatnya menyebabkan emosi pasien tak stabil dan saat tidak
Hal ini sesuai dengan perkataan dari ibu Siti Rohmah, yaitu:
42
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Rohmah, Amd, Kep, Perawat di rumah sakit
Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
111
dengan cara baik-baik, namun tetap saja pasien tidak paham karena
ide, pikiran serta perasaan pribadi. Hal inipun terjadi dalam praktek
43
Wawancara pribadi dengan bapak Mamat Sutedi, Amd Kep, Perawat di rumah sakit
Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
112
membangun kepercayaan.
44
Wawancara pribadi dengan bapak Mamat Sutedi, Amd Kep, Perawat di rumah sakit
Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Februari 2015
45
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Rohmah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit
Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
46
Wawancara pribadi dengan Ibu Fujiati, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
113
ketika pasien berbicara perawat terfokus pada gerak gerik dan pada
salah satu pasien yang sedang marah dan memukul perawat dan pada
47
Hasil observasi yang dilakukan di rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor 19 Mei
2015.
114
dihindari.
untuk dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan juga untuk
48
Wawancara pribadi dengan Bapak Mamat Sutedi, Amd Kep, Perawat di rumah sakit
Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
115
Karena wajah pasien atau tekanan suara, atau cara bicara dapat
ia menyadari bahwa pasien sedang emosi. Hal ini terlihat dari rona
saat itu pasien memaki, “aing teu betah sia didie, sia awewe
stabil.
betah sia didie, sia awewe perusak rumah tangga aing”. Yang
tersebut.
Dan hal ini sesuai dengan tujuan dari proses komunikasi yang telah
diulas diatas bahwa ujung pangkal sakit yang diderita pasien ini ialah
jiwa dan spiritnya. Oleh karena itu, dengan proses komunikasi yang
49
Wawancara pribadi dengan bapak Ahmad Rivai, Amd Kep, Perawat di rumah sakit
Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Februari 2015
50
Wawancara pribadi dengan ibu Siti Rohmah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit
Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
118
Allah SWT. Menurut Bpk. Suganda selaku Da’i di ruang rehabilitasi, hal
umum dengan pasien gangguan jiwa ialah terletak pada materi yang
sehat fisiknya, seorang muslim, mau mengikuti aturan yang ada di ruang
dapat terlaksana. Acara pengajian ini terbagi menjadi dua sesi, sesi
pertama ialah sesi melafalkan doa/surat-surat pendek, dan sesi yang kedua
yaitu sesi tausiah. Pada sesi pertama pasien yang bersedia maju
didepan forum. Adapun surat yang mereka hafal diantaranya surat al-
fatihah, an-nas, alkautsar, dan adapula yang membaca doa selamat. Pada
sesi ini antusias pasien cukup tinggi karena banyak pasien yang semangat
pada sesi kedua ialah sesi penyampaian tausiah yang disampaikan oleh
khususnya menjalankan ibadah puasa. Pada sesi ini metode yang beliau
gunakan ialah memberi ruang secara bebas kepada pasien yang hendak
bertanya dan setelah itu barulah ustad memberi jawaban yang berbentuk
119
arahan/nasihat tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik untuk
yang ditanyakan pasien kepada ustad, “Kenapa sebelum sholat itu cemas”,
hafalan surat-surat pendek serta doa inilah yang membuktikan bahwa ada
akan beragama. Adapun pada akhir sesi pengajian, pasien diajak untuk
pengajian ini tidak dapat dibuktikan secara nyata oleh pasien karena meski
di pengajian pasien diajarkan untuk sholat, puasa dan jenis ibadah lainnya,
namun tetap saja tidak semua pasien melaksanakan apa yang dianjurkan di
tidak berjalan dengan baik yaitu gangguan mekanik dan juga gangguan
yaitu gangguan yang berasal dari dalam diri komunikator maupun komunikan
terjadi pada proses komunikasi antarpribadi antara perawat dan pasien ini
a. Halusinasi
dunianya sendiri.
“Kalo yang hebefrenik sih susah yah, kadang kalo kita ngomong
engga di denger, dia kan udah sibuk yah dengan dunianya.”51
Selain halusinasi akan kesenangan sendiri, adapula halusinasi
“Soalnya kan kenapa dia gak mau ngobrol karna emang ada
bisikan buat engga mau ngobrol.”52
51
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
52
Wawancara pribadi dengan Ibu Nurmilah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
121
emosional yang tidak stabil. Oleh karena itu, pihak rumah sakit
pasien tidak dapat berinteraksi sama sekali dan rasa gelisah yang masih
pasien karena jika dipaksakan bukan respon interaksi yang bagus yang
membahayakan.
gangguan jiwa karena jika kepercayaan pasien belum didapat, proses ini
komunikasi pasien jenis ini sama seperti proses komunikasi yang terjadi
53
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Rohmah, Amd Kep, Perawat di rumah sakit
Marzuki Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
122
“Kalau dia tidak mau bicara dengan kita berarti dia emang bener-
bener belum percaya.”54
d. Kengganan Pasien Untuk Berkomunikasi
untuk berinteraksi dengan sesama karena mood pasien yang tidak baik
54
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Rohmah , Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi
Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
55
Wawancara pribadi dengan bapak Mamat Sutedi, Perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Februari 2015
56
Percakapan antara peneliti dengan bapak Rivai pada tanggal 18 februari 2015
57
Wawancara pribadi dengan ibu Siti Rohmah, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi
Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
58
Wawancara pribadi dengan ibu Nurmilah, salah satu perawat di rumah sakit Marzuki
Mahdi Bogor, ruang Yudistira, Bogor 17 Februari 2015
123
antar sesama, karena jika perawat tidak cermat maka perawat akan
“Paling yah itu yang bikin interaksi agak sulit itu kalau pasien
ngomognya g jelas, ngelantur disitu kadang bingung yang dia
omongin itu maksudnya apa dan jadinya kadang kita suka salah
persepsi kalo engga bener-bener merhatiin mah.”60
banyak bahasa yang dijadikan acuan dalam berkomunikasi. Dan hal ini
akan menjadi masalah ketika lawan bicara tidak memahami apa yang
“Kalo ada pasien yang datang dari luar daerah tuh yang susah
banget buat diajak interaksi karena sering mereka pahamnya
cuma bahasa daerahnya aja kaya bahasa indonesia gitu g paham
dia, jadi kan kita g paham omongan dia, dan dia juga g paham
omongan kita.”61
59
Menciptakan kata atau kalimat yang aneh-aneh, tidak menjawab pertanyaan dan
memberikan jawaban yang menyimpang dari pertanyaan
60
Wawancara pribadi dengan ibu Nurmilah, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi
Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Mei 2015
61
Wawancara pribadi dengan ibu Siti Rohmah, Perawat di rumah sakit Marzuki Mahdi
Bogor, ruang Yudistira, Bogor 18 Mei 2015
124
dan pada kondisi seperti itu kadang pasien tidak mau mendengarkan
instruksi dari perawat untuk tetap tenang. Dan pada saat-saat seperti
PENUTUP
A. Kesimpulan
teramat dekat karena proses ini dilaksanakan secara tatap muka dan
rumah sakit ini, (3) umpan balik dapat secara spontan dilihat dan di
observasi meski umpan balik ini ada yang bersifat positif maupun
negatif.
pasien skizofrenia, ialah: (1) Faktor halusinasi yang ada dalam diri
125
126
akan efektif, (2) Keadaan jiwa yang belum stabil diantaranya ia masih
kepada orang lain ataupun kepada dirinya sendiri, (3) Belum adanya
rasa percaya dari pasien terhadap perawat, hal ini menjadi hambatan
karena pada realitas yang ada jika perawat tidak dapat meraih
berkembang dan biasanya hal ini dilandasi oleh rasa malas, capek,
bahasa medan sedangkan semua perawat berasal dari daerah sunda, (6)
pasien.
B. Saran
perawat lebih banyak lagi melatih diri agar tingkat kesabaran dan
127
full hanya disaat pagi hingga siang saja. Dari beberapa kegiatan
kegiatan yang sesuai dengan bakat pasien, seperti jika terdapat pasien
menjadi motivasi bagi generasi muda agar tidak kalah aktif dengan
pasien gangguan jiwa. Saran kedua untuk pihak rumah sakit ialah agar
4. Kepada peneliti yang akan meneliti tema yang sama, disarankan agar
tidak hanya meneliti di ruang tenang pasien saja tetapi dapat meneliti
juga di ruang ICU pasien. Hal ini bertujuan agar wawasan peneliti
EGC, 2005).
Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek. Jakarta: Graha Ilmu, 2009.
Lubis, Djuara P. dkk. Dasar-Dasar Komunikasi. Bogor: Sains KPM IPB Press,
2008.
Group, 2013.
129
130
Pieter, Herry Zan dan Lubis, Namora Lumonga. Pengantar Psikologi Dalam
Kesehatan, 2013.
Stuart, Gail Wiscarz dan Sundeen, Sandra J. Buku Saku Keperawatan Jiwa:
1998.
Aditama, 2005.
Yin, Robert K. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
STRUKTUR LEMBAGA
Dewan Pengawas
Komite Medik
Direktorat-direktorat
Instalasi
Instalasi
Kelompok jabatan fungsional
Instalasi
1. Bagaimana cara bapak agar pasien mendengarkan apa yang bapak bicarakan?
misalnya kenapa pasien akhirnya dibawa kemari, riwayat hal yang telah ia
dengan dokter biasanya dokter akan memberikan obat. Cara komunikasi yang
salam lalu evaluasi tentang apa yang telah ia lakukan. Misalnya apa yang
perilaku kekerasan. Kita evaluasi kembali jika pasien belum faham secara
kognitif dan psikomotorik lalu kita latih kembali. Sesuai dengan p yang dia
kegiatan lain seperti mengarahkan minat/bakat pasien dan juga obat untuk
mengurangi enzim-enzim yang berlebih yang ada dalam diri pasien. Untuk
mengatasi tindak prilaku kekerasan yaitu dengan cara tarik nafas dalam dan
hal ini bisa dilakukan beberapa kali sampai akhirnya pasien tenang karena
tanpa harus melukai orang lain. Mengungkapkan rasa kesal dengan cara
terbuka seperti dengan minta maaf dan hal tersebut diharapkan agar rasa kesal
tersampaikan dan yang terakhir dengan cara spiritual sesuai dengan ajaran
yang dianut.
fase keempat yaitu fase dimana pasien akan marah-marah terhadap orang lain.
Dengan cara terus mengingatkan terus agar pasien terbiasa. Dengan cara
Jawab: intinya adalah trust atau percaya karena ketika pasien sudah trust
maka ia akan mencari kita (perawat). Dan untuk membangun trust itu maka
perawat harus kesabaran yang tinggi karena bukan hanya orang sakit saja
kadang orang yang normal saja kalau melakukan pendekatan kalau orang itu
benci kadang kita enggan untuk berkomunikasi jadi yang penting harus
bersabar ekstra.
Jawab: saat fase halusinasi sudah mencapai tahap ke-4 dan juga saat efek
obat hilang maka tunggu mereka tenang. Pendekatan dengan pasien ISSOS
ialah dengan cara identifikasi dulu alasan kenapa mereka tidak mau
mengobrol dengan orang lain, menjelskan keuntungan dan kerugiannya tidak
dengan 2 orang seperti dengan cara sebutkan nama, nama panggilan. Lalu
to the point, ada yang membentak ada yang dengan cara baik-baik.
6. Apakah pasien harus mengikuti kegiatan di rumah sakit atau dibebaskan saja?
Jawab: pada saat-saat tertentu kan manusia ada perasaan bosen, malas, jenuh,
mau ikut.
Mengetahui
Jawab: untuk berkomunikasi diawali dengan perkenalan diri dulu, lalu baru
masih berhalusinasi atau tidak , udah punya temen belom, kalo belum nanti
diajarkan cara berkenalan, terus ditanya masih suka dengen suara-suara engga
kalo masih denger kita ajarin cara supaya mengalihkannya. Kalo masih suka
dilakukan?
Jawab: kalo untuk sekali itu engga berhasil yah kita tinggal dulu aja, kontak
kan sering yah. siangkan ketemu lagi yah. Yang penting ketemu singkat tapi
sering, kalo memang engga berhasil ya udah kita tinggalkan dulu tar dateng
lagi nanti. Kalo yang kooperatif mah lebih mudah yah, diajak ngobrolnya
lebih nyambung yah. Kecuali yang isos itu dia agak lama. Kalo kita nanya
engga dijawab kita sentuh kan yah, di tepak itu namanya untuk yang tumpul
yah. Karna orang yang seperti itu kalau diajak ngobrol an nunduk yah,
responnya lambat misalkan kita sentuh sambil nanya “rif namanya siapa?”,
kalo disentuh begitukan akhirnya dia nengokkan dan akhirnya dia mau jawab.
Kalau dia nunduk lagi kita sentuh lagi sambil nanya. Kalo pasien yang
tumpul/ISOS begitu kita sentuh yah atau intonasinya agak kenceng. Terus
kalo semkin hari dia mau ikut beraktifitas yah. Walaupun ngobrolnye engga
Jawab: kita liat dulu sebelum dia sakit. Kalo dia emang orangnya aktif bisa
dia jadi terbuka, tapi kalo yang awalnya emang pendiem yah mungkin sudah
pasien?
Jawab: kalo kata-katanya kita cari kata-kata yang mudah yah, kata-kata yang
mudah difahami mereka, bahasa yang sehari yang engga sulit mereka fahami
bahasan yang dasar-dasar aja misalkan tadi udah makan belum? Makannya
pakai apa?, jangan ditanya yang aneh-aneh kan susah juga yah buat mereka
tar jawabnya. Misalnya udah nikah belum,gimana tadi tidurnya? Terus tanya
kenapa sih diem aja. Nah itu kan berarti udah masuk yang ke permasalahan.
Misalnya dia jawab males ah, kalo senadinya dia udah jawab kasih pengertian
keuntungan bergaul misalnya ko ga mau punya temen sih, kalau kamu engga
punya temen tar kamu sedih loh. Jadi dijelasin dulu keuntungan dan
kerugiannya. Kita jelasin dulu jadi kalau kognitifnya udah tau nanti perlahan
Jawab: kalau untuk pasien yang memang sosialnya bagus butuh waktu yang
tidak cukup lama tetapi jika pasien tersebut ISSOS butuh waktu yang lama.
Jawab: waham, caranya mengembalikan ke dunia yang nyata. Dan itu susah.
Jawab: kita tanya baik-baik dan selidiki dengan bahasa yang baik misalnya “
emang dikejar-kejar sama siapa?” terus tanya lagi ke temannya “ bener engga
dikejar-kejar?” jika temannya tidak merasa seperti itu tidak ada, maka kita
kasih pengertian bahwa pasien salah misalnya “berarti yang bapak dengarkan
salah pak, berarti itu bapak tidak ada apa-apa” kita deskripsikan dulu apa
yang dia lihat lalu kita bandingkan dengan apa yang dilihat temannya lalu kita
kasih pengertian bahwa apa yang dilihatnya tidak benar adanya. Berarti kita
8. Jika pasien takut untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak mau
Jawab: makanya kita kenalkan dulu diri kita siapa misalnya “ saya namanya
pa ini, saya yang akan merawat bapak disini, itukan tujuannya pasien engga
takut, pasien percaya pada kita,, itu langkah awalnya untuk membangun rasa
percaya.
9. Untuk menghadapi pasien ini kita sebagai komunikator harus sabar dan
tenang dan dua tips itu tips yang sama saat menghadapi anak-anak yah pa,
lalu apa bedanya pak menghadapi pasien gangguan jiwa ini dengan anak-
anak?
Jawab: harus sabar, tidak seperti menghadapi orang yang normal langsung
faham, tetapi harus berulang-ulang. Dan belum tentu dia ngerti yah karna
pasien yang kita ajak ngobrol diem, dengan cara persuasif misalnya, “Coba
kamu diem dulu”. Tapi kalau seandainya dia tidak bisa diem , ya udah kamu
masuk dulu deh, ngbrolnya nanti (kita alihin) dan adakalanya butuh intonasi
tinggi kalau pasiennya di deketin secara halus engga bisa, agak sedikit
dibentak. Biasanya pasien takut misalnya, “Diem kamu, kamu masuk dulu
deh” intonasinya di tinggikan dan pasien jika melihat ekspresi kita begitu dia
takut juga ya. Biasanya dia nurut. Tetapi cara tersebut jika diperlukan saja
Mengetahui
Jawab: cara pada intinya sama, tapi cara penyerapan pasien yang berbeda,
kalo yang hebefrenik agak susah yah, dia mau diajarin yang gimana juga yah
begitu-begitu aja terus, kalo yang paranoid gampang sejalan dengan terapi
obat, terapi oral dari perawat jadi cepet, beda sama yang hebefrenik.
2. Lalu bagaimana strategi yang dilakukan oleh perawat ketika memang sulit
Jawab: kalo yang hebefrenik yah kita lebih ke pemenuhan ADL dia
3. Lalu bagaimana cara perawat mengajak pasien agar dia mau ikut memenuhi
kebutuhan ADLnya?
Jawab: yah kita fasilitasi, klo mandi kita fasilitasi alatnya, kita motivasi, kita
ajak, kalo yang paranoid kan dengan berjalannya waktu dia bisa sendiri tapi
anak sama bicara melantur dan sibuk dengan dunianya, lalu bagaimana
Jawab: macam-macam tipenya tapi yang tipenya seperti itu kita ada teknik
focusing, apa yang ingin kita dengar itu di fokuskan. Jadi kalau dia muter-
membicarakan tentang halusinasi dia ya udah kita bicara terkait halusinasi dia
5. Jadi message yang disampaikan langsung, jelas dan to the point tidak
Jawab: kalau awal iya pasti ada basa-basi dulu untuk bina trust, tapi setelah
bina trust terjalin maka kita langsung difokuskan tentang apa yang akan kita
6. Apakah ada feed back dari pasien saat perawat berinteraksi dengan pasien?
Jawab: ada cuman hampir rata-rata yang diomongin hampir sama, kalo hari
ini yang obrolin itu yah besok juga yang diobrolin akan sama juga. Kenapa
sama, karena yang ingin ia dengar, yang ingin ia bicarakan seputar itu-itu
saja. Tetapi paranoid lebih gampang kalo yang paranoid ditanya-tanya biasa
menjadi komunikator?
Jawab: ada beberapa kalo pasiennya ISOS ia akan jawabnya ia tidak, ia tidak
aja tapi kalo memang pasiennya yang kooperetif ia akan tanya balik.
Jawab: tujuannya yang untuk kesembuhan dia, saat pulang nanti seperti
Jawab: tergantung jika memang awal mulanya dia memang orangnya mau
bergaul tapi kalo memang tidak yah balik lagi sama. Jadi kembali sesuai
Mengetahui
1. Pendekatan personal yang seperti apa yang digunakan jika pasien sedang
agresif?
Jawab: pendekatannya ya itu paling kita kontrak dulu, kalo misalkan mau
ngobrol dulu, kan kadang pasien suka moodnya suka g bagus jadi paling
bikin janji dulu. Engga langsung sih, paling kaya gini contohnya, nanti
misalkan jam 10 kita ngobrol yah trus perkenalan, ajak ngobrol tentang
ngontrol emosi. Pendekatannya juga sama kalo dari segi bahasa paling pakai
2. Jika tipe pasien isolasi sosial (ISOS) yang karakternya susah untuk
digunakan?
Jawab: kalo ISOS, paling kita dicoba berkali-kali, misalnya kalo engga mau
ngobrol hari ini bisa dideketin besok, yah intinya yang sering-sering aja,
soalnya kan kenapa dia gak mau ngobrol karna emang ada bisikan buat engga
mau ngobrol. Dan cara ngilangin bisikannya diajak ngikutin kegiatan aja.
Misalnya, ayo kita nyapu, ayo kita ikut terapi. Yah gimana trustnya sih yah.
3. lalu ketika ada pasien yang tidak percaya dengan susternya yang
Jawab: ya, kita kontrak terus sih yah, misalnya jam segini yah kita ketemu,
terus ngenalin diri aja kalo dia udah mau bareng kita. Salam terapeutik paling
komunikator?
Jawab: feed back mah ada pastinya kalo emang udah ada rasa percaya.
pasien agar mereka tidak merasa sedih dan tambah tertekan saat berpisah
dengan perawat?
Jawab: kita kasih pengertian aja, kan disini tuh engga selamanya, kan disini
Jawab: kalo yang hebefrenik sih susah yah, kadang kalo kita ngomong engga
7. Lalu, dengan keadaan pasien yang seperti itu, pendekatan apa yang
Jawab: yah, kita ngikutin mereka dulu, iya kalo dia lagi sibuk dengan
bicaranya pelan-pelan, yah kaya ngajak aja. Intinya yah harus sabar, terus
harus difokusin juga, kaya sini dengerin dulu suster bicara. Gitu. Hanya saja
buat pasien yang ISOS dan hebefrenik yah kita yang aktif buat bicara. Karena
kadang dia hanya jawabnya ya, tidak, udah, belum. Gitu aja, mending kalo
8. Mana yang lebih sulit, lebih sulit berkomunikasi dengan tipe pasien ISOS
Jawab: yah susahan yang hebefrenik yah, kadang suka engga nyambung.
Kalo yang ISOS masih mending yah karena ada timbal baliknya. Walaupun
aja. Paling yah kaya gitu-gitu aja yah kalo buat berkomunikasi paling kaya
Mengetahui
Jawab: kalau di ruang krisna kalo pasien yang baru dateng dimana kondisi
pasien masih sangat gelisah sehingga sulit untuk bina trust karena kita baru
pertam ketemu trus kondisi pasien juga masih sangat gelisah trus juga terus
belum dikasih obat, makanya di ruang ini kita minimalkan untuk banyak
soalnya di kasih obatnya juga lewat injeksi kadang-kadang kalo makin parah
kita isolasi, paling delapan jam kemudian ada evaluasi kalo seandainya
keadaan pasien udah mulai tenang baru di ajak interaksi dengan cara baik-
2. Lalu apakah pasien langsung memberikan feed back atas apa yang
ditanyakan?
Jawab: rata-rata pasien yang gelisah terus langsung di injeksi obat biasanya
maksimal, rata-rata sih suntikan tiga hari, kalo udah lebih dari tiga hari baru
udah mulai bisa ditanya. Awalnya kita bina trust dulu aja jangan terlalu
menyinggung tentang masalah dia, jangan memvonis kalau dia itu salah yah,
misalnya, kamu udah ngerusak rumah yah kamu, ngerusak kaca yah kamu,
misalnya, kenapa sih di rumah?, ada apa sih emangnya? Kegiatanya lagi apa?,
3. Lalu apakah ada pasien yang langsung emosi setelah ditanya tentang hal
tersebut?
Jawab: ada pasti misalnya, udh deh engga usah nanya-nanya, ada juga yang
langsung pergi.
seperti itu?
Jawab: yah, kalo misalkan dia engga mau berinteraksi kita engga bisa maksa,
kita tinggalin dulu aja. Sampai nanti kondisinya dia sudah makan, kita bisa
tanya lagi. Kalau dia tdak mau bicara dnegan kita berarti dia memang lagi
ngobrol selalu bisa interaksi engga apa-apa nunggu dulu. Kita harus ngikutin
kondisi pasien. Tar kalao dia udah mulai mau ngobrol nah baru kita mulai
masuk ke masalah dianya. Biasanya dia kan langsung cerita “ia nih di rumah
abisan saya g boleh ini, ya udah saya marahin aja saya pukul”. Gitu aja sih
kalo di ruang kresna (ICU Psikiatri) banyaknya tindakan sih yang. Soalnya
5. Lalu bagaimana cara perawat mengontrol pasien yang sedang sangat agresif
seperti itu?
Jawab: ya kalo masih bisa pake injeksi, kita injeksi dulu dan engga digabung
sama pasien lain sampe dia bener-bener tenang. Ciri-ciri engga tenangnya
Jawab: sebenarnya untuk menghilangkan rasa gelisah lebih efektif obat tapi
kalau obat saja tidak ada interaksi sama aja, ya istilahnya butuh perhatian,
disini ia dianggap ada, dia diperhatiian dia diajak ngobrol berarti fifty-fifty.
Mengetahui
Siti Rohmah
HASIL WAWANCARA
1. Bagaimana cara agar pasien isos mau untuk terbuka atau berbicara dengan
Jawab: pendekatannya sedikit tapi sering soalnya pasien yang isolasi sosial,
lebih banyak diam, makanya frekuensinya lebih sering tetapi dengan sedikit
pertanyaan. Jika nanti bertemu lagi nanya lagi. Misalnya: kenapa kok, diam
saja tidak mau gabung dengan yang lain? Jika pasien tidak mau menjawab
maka beri pertanyaan yang lain. Misalnya, kalo di rumah kenapa sih dibawa
kesini sama keluarga? Misalnya dia menjawab. Jika dari tiga pertanyaan dia
dapat menjawab 1 pertanyaan sebenarnya itu sudah bagus. Jika dari ekspresi
muka, gesture dan dia sudah tidak dapat diajak berinteraksi maka akhiri
hari. Dan jika sudah bertemu lagi maka jangan langsung ke pertanyaan yang
sama tetapi dimulai dengan pertnyaan basa-basi yang lain dulu, nanti setelah
dituju. Adapun pertanyaan yang dapat ditanyakan agar pasien mau terbuka
mau bergabung dengan yang lain? Mengapa interaksi ini penting agar pasien
setidaknya mau mengikut bujukan perawat untuk setidaknya mau menjaga
kebersihan dirinya.
Jawab: jika memang pasien ISOS (isolasi sosial) maka data akan didapat dari
keluarga, tetapi seiring dengan seringnya kita berinteraksi dengan pasien dan
pasien akan sedikit-demi sedikit terbuka. Terlebih jika sudah ada bina trust.
Jika pasien ISOS maka bagaimana perawat menggunakan, yah memang yah
setiap orang memiliki tekhniknya sendiri. Dan jika pasien dalam keadaan
kertas, karena itu akan membuat curiga pasien. Udah dia ISOS kan? Terus
Jawab: maksudnya kita jangan, dari pertanyaan sepuluh, kita jangan 10 juga
dapat jawaban. Karena dengan dua pertanyaan aja dapat di jawab oleh pasien
4. Butuh waktu berapa lama agar trust dapat terjalin antara perawat dengan
pasien ISOS?
Jawab: kita, tidak bisa pastikan waktu, kalo untuk bina trust pasien-pasien
mau berkomunikasi ?
Perawat: kalo nanya teknik saya, sepertinya banyak cara yah, bisa pendekatan
dulu, bisa kita sambil sentuh dia, bisa kasih pujian dia.
Jawab: sentuh dalam artian gini, saya kan suka menggandeng pasien tuh,
itukan secara tidak langsung kita bina trust juga, seperti yang tadi pasien baru
itu, dia kan memang pasien yang susah yah, akhirnya aku dengan sentuhan itu
7. Jadi intinya bina trust dulu hingga akhirnya pasien mau terbuka untuk
berinteraksi?
Jawab: yah, tentu karena kalo pasien langsung ditanya begini-begini, yah
belum bisa.
8. Apakah semua pasien gangguan jiwa dihadapi sengan cara yang serupa bu
Jawab: oh beda, hanya saja pasien ISOS itu agak sulit yah, karena untuk bina
trust aja susah. Tapi jika pasien yang dengn RPK (riwayat pelaku kekerasan)
tidak sesulit dengan pasien ISOS dan cara penanganannya juga beda, kalo
memang dia riwayat RPK ya, kita masih bisa komunikasnya bagus sama dia
terutama jika pasiennya udah agak lama yah. Misalnya kenapa sih kamu bisa
sampe sini? Kenapa sih kamu mecahin gelas? Jawaban pasien: saya marah,
perawat: kenapa kamu marah? Sekarang masih ada gak marahnya? Yah
seputar itulah.
Saat berkomunikasi meski ada teori tapi kita tidak terlalu berpacu
pada teori tersebut, artinya proses komunikasi bersifat natural saja dan sangat
Jawab: itu kembali kepada pasien dan kembali pada keluarga, bagaimana dia
dia pendiam. Tetep keluarga itu berperan penuh dalam mendidik anak,
kenapa ia jadi ISOS kenapa ia RPK tetep kembalinya pada keluarga. Jadi,
solusinya perawat harus intens dan sabar menggali informasi dan berinteraksi
10. Lalu dari segi pemilihan pesan atau redaksi, jenis redaksi yang seperti apa
Jawab: kita pake sistem family aja, jadi gini, seolah-olah kita sudah kenal
banget dengan lawan bicara kita itu. Kalo misalkan dia orang sunda ya
kitanya juga pake bahasa sunda, untuk mudah supaya lawan bicara lebih
terbuka kepada perawat. Kalo saya sih seperti itu, teknik-teknik seperti itu.
Mengetahui