EVIDENCE BASED PRACTICE INTRADIALYTIC EXERCISE
UNTUK PENGELOLAAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) STAGE V
Prima Daniyati K*
ABSTRACT
Background: Chronic Kidney [Disease (CKD) is # progressive disorder of kidney function and can not be revovered back.
Haemodialysis aerves as therapy of lass of kidney function, Patients typically undergo hemodialysis uraemic
syndrome, «collection of symptoms that can lead to cafdiovasculir diseases, suchas hypertension, Intradialyti exercise is
aan exercise that isdoce atthe time of undergoing hemodialysis,
‘Objective: This study aims to manage blood pressure in patients undergoing hemodialysis und hypertension by itradialytic
exercise action.
Method: The method used survey and used a sample of 30 people withthe intake sample by purposive surmple. Based on the
measurement of blood pressure pre and post-exercise looks intradialytic blood pressure changes and blood pressure
stability.
Result; Based on the evaluation of the implementation of intradialytic exercise that as been curried out for 3 weeks (6umee
exercise) occurs stability of blood pressure during exercise, The results of observations in patients who had stable blood
pressure at pre and post-HD shows that they follow intradialytic exercise with the maximum moverment in accordance with
‘the instructions provided and regularly every 2 times a Week, Whereas in patients who have unstable blood pressure at pre
and post-HD can be affected by several factors such as frequency of exercise, stress conditions, and sleep clisorders.
‘Conclusion: Patients are expected to exercise regularly time of dialysis, soit can decrease blood pressure is near normal or
blood pressure remained stable.
Keywords: Chronic Kidney Disesse, Blood Pressure, Intratialytic exercise
LATAR BELAKANG
Chronic Kidney Disease (CKD) atau pagal
ginjal kronis adalah gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana
tubuh tidsk dapat memelihara metabolismne dan
gagal memelihara keseimbangan cairan dan
elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum
(uremi)’.
‘Angka kejadian CKD di Amerika Serika(
Jebih dari 450.000 orang pada tahun 2005. Angka
Kejadian End Stage Renal Desease (ESRD) terus
meningkat setiap tahunnya. Di Indonesia, angks
kejadian CKD terus bertambah. Jumlah penderita
CKD di Indonesia diperkirakan sekitar 150,000
orang, dan yang membutuhkan terapi pengganti
fungsi ginjal tidak kurang dari 3000 orang.
Hemodialisa (HD) merupakan salah satu
terapi pengganti ginjal yang bisa dilakukan,
dengan ginjal buatan berupa dialiser’.
Hemodialisa berfungsi sebagai terapi pengganti
dari hilangnya fungsi ginjal, pasien HD umumnya
mengalami kumpulan gejala sindroma uremia
seperti neuropati otonom dan motorik, miopati
pada otot jantung atau skeletal, perubahan
vaskuler perifer (peningkatan daya tahan perifer,
xangguan oksigenasi), anemia, disfungsi
metabolisme tulang, bahaya imunologis, dan
berbagai macam keluhan fisiologis (nial,
‘muntah, iasomnia, fatigue, depresi, ansietas)’.
Peuyakit kardiovaskuler merupakan
penyebab utama kematian penderita hemodialisa
kronik, Hipertensi berperan besar akibat
kematian skibat penyakit kardiovaskuler,
Berdasarkan hasi) studi selama kurang lebih 65
bulan dengan melibatkan 193 pasien hemodialisa.
diperolch hasil 82 pasien meuinggal, 11 pasien
tidak melanjutkan terapi, dan 100 pasien masib
hidup dengan kelanjutan terapi, Penyebab
kematian utama adalah penyakit jantung
mencapai 27%, diikuti infeksi 24%, dimensia
dengan cerebrovaskuler accident 16%, tidak
diketahui 12%, keganasan 11%. Studi ini
* Dosen Akademi Keperuwatan NotokusumaJURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO Vol. 1. No, 1, Ayustus 2013 4
mendukung pernyataan bahwa hipertensi
‘merupakan salah satu Faktor yang mes i
angka mortlitas dan morbilites pada pasien
hemodialisa dan penyakit kardiovaskuler masih
merupakan penyebab utama kematian pada
pasien hemodiallisa kronik’,
Intreutialytic exercise tmerupakan tatihan
‘yang dilakukan pada saat menjalani hemodialisis.
Pada penelitian yang telah dilakukan olch
perkumpalin ‘Nefrologi Canada dinyatakan
bahwa dari perspektif fisiologi, iniradialytic
exercise dapal meningkarkan aliran darah otot dan
peningkatan jumlsh area kapiler pada otot yang.
sedang bekerja sebingga akan menghasilkan
aliran urea dan racun-racun yang lainnya dari
jatingan ke area vaskuler yang dipindahkan
selanjumya pada dinliser’. Manfaat lain dari
inmradialytic exercise oath pada pengaturm
tekanan darah. Pasien dengan hipertensi
mengalami penuninsn tekanan darah sistolik
setelah melakukan infradialytic exercise selarna 3
foulan, Walaupun terdapat banyak efek yang
positif dari dilakukannya intradialytic exercise,
tetapi pelaksanaannya masih rendah’. Kurangnya
kesadaran serta Kurangnya informasi tentang
Jatihan yang dilakukan saat hemodialisis
menjadikan terapi ini jarang dilakukan’.
METODE PENELITIAN
‘Metode yang digunakan dalam penelitiain ini
merupakan metode penelitian dengan survey dan
perlakuan pada pusien CKD yang sedang
menjalani hemodialisis yaitu dengan melakukan
pengumpuilan data, pengkajian terhadap pasien,
kemudian menetapkan pasien yang akan
dilakukan jntervensi. Setelah itu, dilakukan
implementasi dan evaluasi tentang tindakan yang
telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan di Rung
Hemodialisa RSUD Dr, Moewardi Surakana
dengan jumlsh sampel sebanyak 30 pasien
menggunakan metode purpasive sampling.
Infervensi yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah berupa tindakan intradialytic exercise
‘yaltu program latihan untuk moningkatkan fungst
fisik pasien, kapasitas latihan, dan meningkatkan
Kesehatan secara kescluruhan. Selain iru juga
‘untuk membuktikan adakah pengarh tindakant
‘ini terhadap perubahan dan kestabjlan tekanan,
darah pasien, Tekanan darah akan dipantau pada
saat sebelum dan sesudah pelaksanoan
intradialytic exercise.
Tindakan intradialytic exercise dilakukan
selama 3 minggu kepada 30 pasien CKD yang
menjalani hemodialysis, sclama 20-30 menit
untuk setiap tindakan. Tekanan darah pasien
diukur pada awal sebelum dan setclah dilakukan
intradialylic exercise, Kriteria inklusi dari sarripel
‘adalah pasein CKD yang menjalani hemodialisis
rutin dengan tekanan darah diatas 140/100 mmHy
dan pasien dengan risiko komplikusi selama
hemodialisis yang rendah.
ALASLL
Berdaxarkan pengukuran tekanan darah pre
dan post-intradialytic exercise terlibal perubahan
tekanan darah dan bagaimana kestabilan tekanan
darali pasien, Setelah dilakukan (ntervensi latihan
intradialytic exercise selama 3 minggu (6 kali
Jatihan) diperoleh data bahwa :
‘Tekanan Darah Sistollk
Va by Si Uiseetnaaraare =m
me ome
Gambar}, Pengukuran Tekanan Darah Sistolik
Gambar ! menunjukkan tekanan darah
sistolik selama dilakukan fatihan, 40% (12
pasien) memiliki TD stabil, 36, 67% (11 pasien)
TD tunun, dan 23,33% (7 pasien) TD naik,
Tekanaw Darah Dlastoll,
NP MaPrd thas
Gambar2, Pengukuran Tekanan Darah
Diastolik
Gambar 2 menunjukkan tekanan dara
diastolik selama ditakukan latiban, 30% (9
pasien) memiliki TD stabil , 46, 67% (14 pasicn)
TDrurun, dan 23,33% (7 pusicn) TD naik
PEMBAHASAN
Husil obseryasi pada pasien yang memiliki
tekanan darah yang stabil saat pre dan post-HD
menunjukkan bahwa mercka mengikuti
intradialytic exercise dengan maksimal yakni
miclakukan gerakan sesudi dengan instruks! yang
diberikan dan teratur setiap 2 kali perminggu.
Sedangkan pada pasien yang memiliki tekanani JURNAL RUPERAWATAN NOTOKUSUMO Yol. 1, No. |, Agustus 20/3
darah tidak stabil saat pre dan post-HD dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
frekwensi latihan, kondisi stfess, dan gangguan
tidur,
Frekuensi /ntradialytie exercise dapat
rub Kestabjlan tekanan darah, Hal ini
diksrenakan latihen yang teratur dapat
meningkstkan aliran darah otot dan
‘Tmeningkatkan jumtah area kapiler pada orot yang
sedang bekerja sehinggs akan menghasillcan
aliran urea dan racun-ricun yang lainnya dari
jaringan ke area vaskuler yang. selanjuinya
dipindahkan ke dialiser, Hasil penelitian
menunjukkan bahwe mempertahankan
eefemtaren senam sangat penting watuk
hasil penurunan tekanan darah yang
Iebih baik, Manfoat penurunan tekanan daraly
pada frekuensi senam 2 kali perminggu
didspatkan bila dilakukan selama 9-15 minggu
bertarut-furut. Walaupun senam sudah dilakukan:
secara teratur sarmpai dengan 1S minggu bertunut-
turut, bila ditakukan dengan frekvensi kurang dari
2 kali perminggu tidak didapatkan manfaat
penurunin (ekanan darah' Hasil wawancara
dengan pasien yang memiliki (ekanan darah tidak
stabil samt pre dan post-HD, mengaku fidak atau
jarang melakukan latihan qaupun olabraya
ringan lainnya di rumah misalnya berjalan kaki
cepat,
Ketidakstabilan tekanan darah dapat juga
dipengaruhi oleh sires, Keadaan ketergantungan
pada mesim dialisa scumur hidupnya seria
penyesuaian diri terhadaj kondisi sakit
mengakibatkan texjadinya perubahan dalam
kehidupan pasien yang merupakan salah satu
‘pemicu lejadinya stres, yang diidentifikasikan
sebagal strevor. Pasien biasanya menghadapi
masaleh kevangan, kesulitan dalam
memperishankan pekerjaan, doromgan- seksual
yang menghilang sera impotensi, khawatir
p perkawinan dan ketakutan terhadap
kematian. Perubahan yang dialami pasion
hemodialis4 juga dirasakan oleh keluergs, karena
hemadialiga akan membutuhkan Waktu yang
dapat mengurangi pasien dalam melakukan
aktivitas sossal, dan dapat menimbutkan konlik,
frustasi, serta rasa bersalah di datsm keluarga’,
Kelerbatasan [nj menyebabkan pasien
hemodialist rentan terhadap stres, Stes yang
dialarni pasien ini akan meningkstkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung
Sehinggs akan menstimulasi aktivitas saraf
simpans,
Selain itu, ketidakstabilan (ekanan darah ini
juga disebubkan oleh gangguan tidur, Ganggian
tidur sebenarnya bukanlsh suatu penyakit
melainkan gejala dari berbagai gangguan fis.
smental dan spiritual. Tidur distur dalam sebuah
mekanisie, mekanisme ini sangat dipengaruh|
oleh RAS (Reticular Activity S\stem). Bila
aktivilas RAS ini meningkat orang tersebunt dala
weaclaan sadar, Aktivitas RAS menurun, orang
tersebut akan dalanm keadaan tidur; Aktivitas RAS.
ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas
neurotransmitter scpert| sistem seroloninergik,
noradrenergik, kolinergik dan histaminergik,
Kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan
meningkatnya risiko hipertensi, dengan kata laier
tekanan darah meningkat seiring dengan
tenadinya gangguan tidur. Kualitas tidur yang
buruk sering dialami oleh pasien gagal ginjal
karena mereka deprest dengun penyakit yang
dislaminya. Depresi Ini mempengaruhi sistem
kolinergik sentral yang pada akhimya berefek
pada pemendekan latonsi tidur REM’.
KESIMPULAN
Berdasarkan evaluasi dari \/plementasi
intradialytic exercise yang: telah ditakukun
selama 3 minggu (6 kali latihan) terjadi kestabilan:
tekanan darah selama melakukan latihan. Hasill
observasi pada pasien yang memiliki tckanan
darah yang stabil saat pre dan post-HD
menunjukkan bahwa mereka mengiku
intradialytic exercise dengan maksinal yakni
melakukan gorakan sesuai dengan instruksi yang
diberikan dan \eratur setiap 2 kali perminggu..
Sedangkan pada pasien yang memiliki (ekamun
durah tidak stabil sunt pre dan post-HD dapat
dipengaruhi oleh beberspa faktor diantaranya
frekuensi tatihan, kondisi sires, dan gangguan
tidur.
Adspun fuktor-faktor lain yang dapat
mempenaruhi ketidakstabilan tekanon darah
sclama latiban antara lain: durasi imradialyric
exervive dan intensitas latiban, peran obat anti
hipertensi, din ada tidaknya penyakit Inin,
menyebabkun hasil penerapan lalihan int belur
sepenuhnys menunjukkan efek dul iatradialysic
exercise (erhadap kestabilan tekanan darah yang.
sebenarya pada populasi. Bagi pasien
disarankan untuk melakukan latihan secara rutin
saat hemodialisis sehimgga dapat terjadi
penurunan tekanan darah yang mendekati normal
atau niluinya smbil, Bagi penelitian sclanjutnys
disarankan untuk melakukin penelitian lehih