Você está na página 1de 3

Dua hari berturut-turut saya harus pergi ke sekolah anak kami.

Undangan hari pertama untuk si


sulung karena ada penjelasan tentang visi, misi, dan kurikulum dari sekolah. Undangan hari kedua
untuk si bungsu, seminar mengenai "sex education". Untuk seminar mengenai "sex education" inilah
saya ingin sedikit "share".

Mengapa saya ingin "share" tentang seminar ini? karena dalam seminar tentang sex untuk anak,
biasanya yang dibahas adalah tentang bagaimana mendidik atau mengenalkan sex kepada anak kita.
Tapi pagi hari ini (31 juli 2009) pembicara tidak membawa kita ke arah tersebut, dia beralasan
pembicaraan seperti itu lebih banyak hanya membahas persoalan anatomi manusia. Pembicara
seminar membawa kita melihat hal yang lain ketika kita mendidik persoalan sex pada anak kita yaitu
pentingnya "kehidupan yang kudus". Lebih spesial lagi sorotan utamanya adalah untuk para
ayah/suami. Jadi lebih tepat yang harusnya hadir mendengarkan seminar ini adalah para ayah,
sayangnya (memang pada umunnya seperti demikian) yang hadir mayoritas adalah para ibu.

[block:views=similarterms-block_1]

Saya menjadi beruntung karena ketidaksengajaan, istri harus pergi ke Solo karena ada acara
keluarga, maka "ayah" harus hadir menggantikan ibu. Ini sebuah keberuntungan karena saya belajar
beberapa hal yang penting. Apa yang saya tulis hanyalah berdasarkan dari ingatan saja, sebab pada
saat seminar berlangsung sungguh saya tidak mempersiapkan diri dengan baik, sehingga tidak
membawa alat tulis untuk mencatat. Namun ada hal penting yang saya ingat dengan jelas, jadi
meskipun tidak lengkap saya tetap mencoba "share" hal ini, semoga yang membaca mendapat
"pengertian baru" dalam membina kehidupan berkeluarga.

PERTAMA, pembicara menekankan tentang apa yang akan diwariskan kepada anak kita. Pada
umumnya yang menjadi fokus adalah mewariskan harta/kekayaan. Mayoritas orang tua ketika
ditanya mengapa bekerja keras dalam mencari uang? Maka jawabnya adalah supaya ada harta yang
cukup untuk diwariskan. Pemikiran seperti ini tidak salah, namun tidak cukup, karena anak bisa salah
mengelola harta warisan. Hal penting yang harus diwariskan pada anak adalah kehidupan yang
mengasihi Tuhan. Sebab ketika hubungan dengan Tuhan beres, maka apapun yang dilakukan oleh
anak tersebut akan baik dan benar. Warisan ini perlu, sebab dengan demikian kita yakin bahwa
hidupnya ada dalam pimpinan Tuhan. Supaya bisa terjadi warisan seperti ini, maka hidup kita
sebagai orang tua harus menjadi teladan. Caranya menjadi teladan adalah dengan menjaga
kekudusan hidup dalam perkawinan. Ketika masyarakat pada umumnya mulai menganggap normal
jika suami punya "wil" dan istri punya "pil", maka soal menjaga kekudusan perkawinan menjadi
masalah yang tidak mudah untuk dilakukan. Dibutuhkan sebuah komitmen yang serius untuk
menjaga kekudusan ini, sebab jika orang tua tidak kudus dalam perkawinannya, kemungkinan besar
anaknya mempunyai masalah dalam hal sex.
KEDUA, pembicara menyoroti masalah seksual dari sudut kehidupan ayah, karena laki-laki lebih
banyak mengalami "godaan" seksual. Laki-laki lebih mudah untuk gagal dalam masalah menjaga
kekudusan hidup. Tidak berarti ibu kebal terhadap godaan seksual, namun pada umumnya ayah
yang lebih banyak di luar rumah, berhubungan dengan banyak orang, maka mereka lebih rentan
menghadapi godaan ini. Dengan kondisi ini pula maka ibu harus memperhatikan persoalan ini
dengan bijaksana, jangan menjadi beban bagi suami tapi menjadi pendamping yang bisa mengelola
rumah tangga dengan baik.

KETIGA, di dalam keluarga untuk urusan pendidikan cenderung dilakukan oleh ibu, padahal
seharusnya kendali pendidikan (dalam hal karakter dan moral) dalam keluarga adalah dalam tangan
ayah. Pembicara mengungkapkan sebuah fakta yang mengerikan yaitu para pelaku kejahatan seksual
100% tidak memiliki figur ayah yang baik dalam kehidupannya. Ayah yang harus turun tangan
langsung dalam mendidik, mengajarkan nilai-nilai moral tentang kebenaran dan dibantu oleh ibu.
Pembicara mengilustrasikan ayah sebagai kepala sekolah dan ibu sebagai wakil kepala sekolah, ayah
sering kali "keenakan" karena ada wakil jadi terus saja ibu yang mengurus pendidikan anak. Hal
mendidik secara diwakilkan ini tidak boleh terjadi, sebab dalam banyak kasus bukan hanya
diwakilkan oleh ibu tapi cenderung juga masalah pendidikan diserahkan kepada pihak lain yang tidak
jelas kompetensinya. Ingat, anak adalah peniru yang baik, jika mereka meniru yang salah akan sulit
untuk memperbaikinya.

KEEMPAT, sebagai orang tua selalu berharap anaknya memiliki kehidupan yang benar, tapi kita lupa
bahwa tuntutan hidup yang benar itu harusnya terlebih dahulu dilakukan terhadap diri sendiri.
Ketika anak tidak boleh salah dalam hal seksual, maka ayah harus terlebih dahulu tidak boleh salah
dalam hal seksual. Anak kita adalah peniru yang baik, ketika ayah melakukan kekerasan terhadap
ibu, maka ketika besar mereka cenderung berperilaku seperti itu. Pembicara banyak
mengungkapkan contoh perilaku seksual yang jelek dari ayah, langsung berdampak pada anaknya,
salah satu contohnya adalah seorang ayah yang terlihat sempurna namun akhirnya diketahui oleh si
istri bahwa suaminya sudah tidak menjaga kekudusan dalam perkawinannya. Ketika masalah ini
diselesaikan, maka si ayah mencoba bertanya kepada anaknya tentang masalah pornografi, pada
mulanya si anak mengelak tapi akhirnya mengakui dia ada masalah dalam hal pornografi. Ayahnya
cukup heran karena akses internet tidak ada dalam rumah mereka, setelah ditanya lebih lanjut,
anaknya mengatakan pertama kali melihat gambar porno adalah dalam komputer di kantor ayahnya.
Kita lihat di sini, hidup kudus adalah di mulai dari diri sendiri terlebih dahulu.

KELIMA, soal bagaimana kita menata waktu untuk anak-anak kita. Banyak ayah lebih suka hidup
dengan "dunianya". Para ayah lupa untuk membuat komunikasi yang baik dengan anak-anaknya.
Padahal fokus ayah harus lebih banyak untuk berkomunikasi dengan keluarga. Jelas mencari uang itu
penting untuk jaman sekarang. Hanya saja, komunikasi dan memperhatikan anak kita harus
mendapat porsi yang utama dibandingkan hal-hal lainnya. Anak tidak cukup hanya ditanya
keberadaannya di mana, karena sudah dibekali "handphone", tapi kita harus senantiasa berdialog
secara konservatif dengan mereka, mata dengan mata, hati dengan hati, berbicara langsung untuk
mengetahui perasaan, keingintahuan, apa pikiran anak. Sehingga dalam mendidik mereka kita bisa
bersikap "pro aktif" bukan "reaktif". Sikap proaktif adalah sikap kita dalam menangani anak, dengan
terlebih dahulu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan tindakan negatif dari anak. Kita bisa
bertindak demikian jika banyak berkomunikasi dengan anak, sehingga orang tua menjadi peka
dengan apa yang terjadi pada anaknya. Sedangkan sikap reaktif hanyalah sebuah sikap yang timbul
karena sebuah tindakan sudah terjadi. Jika tindakan negatif yang dilakukan maka sudah terlambat
untuk mencegahnya. Di sisi lainnya sikap reaktif, jika dilakukan dalam rangka mencegah sebuah
tindakan maka bisa jadi itu merupakan pelarangan tanpa dasar yang kuat. Dengan kata lain sikap
reaktif tidak akan menyelesaikan sebuah persoalan secara mendasar, hanya akan menyentuh bagian
luar dari permasalahan.

Demikianlah hal-hal penting yang saya ingat, sekali lagi mudah-mudahan tulisan ini ada manfaatnya.
Sebab saya tidak ingin menjadi ayah yang baik sendirian di dunia ini, namun saya ingin ada jutaan
atau milyaran ayah yang baik di dunia ini sehingga masyarakat b

Você também pode gostar

  • Kuasa
    Kuasa
    Documento2 páginas
    Kuasa
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Power
    Power
    Documento2 páginas
    Power
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • More Powerfull
    More Powerfull
    Documento2 páginas
    More Powerfull
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Tuhan
    Tuhan
    Documento5 páginas
    Tuhan
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Sabar
    Sabar
    Documento1 página
    Sabar
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Yakin
    Yakin
    Documento1 página
    Yakin
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Syukur
    Syukur
    Documento2 páginas
    Syukur
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Kita Salah
    Kita Salah
    Documento2 páginas
    Kita Salah
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Ciri Iman
    Ciri Iman
    Documento1 página
    Ciri Iman
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Percaya Saja
    Percaya Saja
    Documento2 páginas
    Percaya Saja
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Meimei
    Meimei
    Documento2 páginas
    Meimei
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Tahap Iman
    Tahap Iman
    Documento2 páginas
    Tahap Iman
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Iman Vs Uang
    Iman Vs Uang
    Documento2 páginas
    Iman Vs Uang
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Percaya Lebih
    Percaya Lebih
    Documento3 páginas
    Percaya Lebih
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Tahap Iman
    Tahap Iman
    Documento2 páginas
    Tahap Iman
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Takut Vs Iman
    Takut Vs Iman
    Documento3 páginas
    Takut Vs Iman
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Time
    Time
    Documento1 página
    Time
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Ayat
    Ayat
    Documento3 páginas
    Ayat
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Dijawab Doa
    Dijawab Doa
    Documento3 páginas
    Dijawab Doa
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Kudus
    Kudus
    Documento2 páginas
    Kudus
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Kehendak MU
    Kehendak MU
    Documento2 páginas
    Kehendak MU
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Anak Digital
    Anak Digital
    Documento2 páginas
    Anak Digital
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Taat
    Taat
    Documento9 páginas
    Taat
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Takut Vs Iman
    Takut Vs Iman
    Documento3 páginas
    Takut Vs Iman
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Per Caya
    Per Caya
    Documento2 páginas
    Per Caya
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Ketaatan Kepada Tuhan
    Ketaatan Kepada Tuhan
    Documento6 páginas
    Ketaatan Kepada Tuhan
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • TDK Dijawab Doa
    TDK Dijawab Doa
    Documento2 páginas
    TDK Dijawab Doa
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Percaya Saja
    Percaya Saja
    Documento2 páginas
    Percaya Saja
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações
  • Hari Anak
    Hari Anak
    Documento1 página
    Hari Anak
    Lulu Riani
    Ainda não há avaliações