Você está na página 1de 14

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sumenep Tahun 2015

Latar Belakang Masalah

Pilar demokrasi bukan hanya partai politik atau pemilihan umum tapi juga Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah atau APBD. APBD merupakan jendela untuk melihat apakah demokratisasi di daeah
berjalan dengan baik atau tidak. Jika dalam proses perancangan hingga realisasi APBD suatu daerah
berjalan dengan transparan, melibatkan msyarakat, dan ditujukan bagi sebesar-besarnya kepentingan
rakyat maka dapat dikatakan demokrasi di daerah tersebut berjalan dengan baik.

Namun fenomena yang terjadi justru berkebalikan. Demi menggeber PAD yang tinggi daerah
memasang pajak dan retribusi yang justru memberatkan masyarakat ekonomi lemah alih-alih mengelola
sumber daya daerah denngan maksimal. Selain itu, dari tahun ke tahun APBD yang ada tidak
mencerminkan keberpihakan kepada rakyat. Anggaran belanja justru lebih besar untuk kepentingan-
kepentingan birokratis daripada menggenjot belanja modal demi kepentingan rakyat.

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sumenep Tahun 2015 ini akan
meperlihatkan fenomena-fenomena yang telah dijabarkan diatas. Fenomena yang sebenarnya telah
umum terjadi di berbagai daerah di Indonesia khususnya dalam tingkat pemerintahan kabupaten.
Kabupaten Sumenep yang sebenarnya kaya Sumber Daya Alam seharusnya bisa memanfaatkannya
dengan baik sebagai PAD tapi yang terjadi ,malah pemerintah menggeber pajak dan retribusi. Belanja
modal juga lebih kecil daripada belanja pegawai dan belanja barang dan jasa menunjukkan APBD yang
ada belum pro rakyat.

Kabupaten Sumenep pada khususnya dan daerah-daerah lain pada umumnya membutuhkan
APBD yang pro rakyat. Yang perlu dilakukan adalah melibatkan masyarakat sedari proses perancangan
APBD hingga realisasinya. Jika hal itu berhasil dilakukan artinya demokratisasi di aras lokal terwujud
lewat salah satu pilarnya, APBD.

Tujuan

Untuk menganilisis APBD Kabupaten Sumenep hingga diketahui sumber-sumber panggalian


pendapatan daerah. Dengan itu akan diketahui apakah dalam menggali pendapatan daerah dilakukan
dengan cara memaksimalkan potensi kekayaan daerah atau malah memberatkan masyarakat miskin.
Selain itu untuk mengetahui apakah Pemerintah Kabupaten Sumenep telah melakukan penggenjotan
terhadap Belanja Modal demi kepentingan rakyat.

Urgensi APBD Bagi Rakyat

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan indikator demokratisasi. Seperti yang kita
ketahui bahwa rakyat merupakan penyumbang terbesar dalam APBD lewat pajak dan retribusi. Oleh
karenanya jika suatu daerah ingin menegakkan kedaulatan rakyat maka APBD atau “uang rakyat” tadi
harus diarahkan sebesar-besarnya bagi kepentingan rakyat.

APBD sebagai suatu anggaran memiliki fungsi kebijakan fiskal dan fungsi manajemen. Fungsi kebijakan
fiscal untuk mengadakan public service dan pengadaan barang-barang, pemerataan kesejahteraan social,
dan fungsi stabilisasi yang dilakukan pemerintah saat terjadi ketimpangan yang sangat besar. Sedangkan
sebagai fungsi manajemen, APBD merupakan guide line bagi jalannya roda pemerintahan satu tahun
kedepannya juga sebagai alat control bagi masyarakat untuk mengetahui sejauh mana “kebutuhan”
mereka diperhatikan oleh pemerintah (http://suciohsuci.blogspot.com/2012/10/cara-analisa-apbd.html,
diakses 6 Juli 2015).

Sudah semestinya APBD sedari proses hingga pelaksanaannya mendapatkan kontrol dari masyarakat.
Banyaknya fenomena-fenomena pelanggaran dalam APBD seperti “dana siluman”, APBD yang
mementingkan kepentingan birokratis alih-alih kepentingan rakyat, hingga sasaran yang tidak tepat harus
kita insyafi dan perbaiki bersama. Proses-proses perancangan APBD harus kita kawal untuk menjaga
kepentingan rakyat sebagai penyumbang terbesar dalam APBD.

Analisis APBD Kabupaten Sumenep Tahun 2015

Melihat urgensi APBD sebagai salah satu pilar demokratisasi dan bagi terwujudnya kesejahteraan
rakyat di daerah maka analisis APBD adalah salah satu cara yang baik sebagai upaya controlling. Analisis
APBD Kabupaten Sumenep tahun 2015 ini dapat kita jadikan sarana untuk melihat seberapa jauh
kepentingan masyarakat Kabupaten Sumenep tertampung didalamnya
Setelah melalui proses-proses penggodokan oleh DPRD Kebupaten Sumenep, keluar Perbup untuk
merealisasikan APBD Kabupaten Sumenep 2015. Sampai saat ini, Juli 2015, realisasi APBD ini masih terus
berjalan. Untuk menganilis APBD Kabupaten Sumenep 2015 berikut Ringkasan APBD Kabupaten
Sumenep Tahun Anggaran 2015 yang didapat dari www.dataprimer.simenep.go.id.

KABUPATEN SUMENEP RINGKASAN APBD

TAHUN 2015

No

Uraian

Jumlah

PENDAPATAN DAERAH

1.854.424.218.273,00
1.1

PENDAPATAN ASLI DAERAH

166.654.327.740,00

1.1.1

Hasil Pajak Daerah

20.659.291.822,00

1.1.2

Hasil Retribusi Daerah

19.075.737.483,00

1.1.3

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

1.6404.175.000,00

1.1.4
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

110.515.123.435,00

1.2

DANA PERIMBANGAN

1.309.105.178.184,00

1.2.1

Bagi HASIL Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

208.202.357.184,00

1.2.2

Dana Alokasi Umum

1.010.159.421.000,00

1.2.3
Dana Alokasi Khusus

90.743.400.000,00

1.3

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

378.664.712.349,00

1.3.1

Pendapatan Hibah

1.889.139.246,00

1.3.2

Bagi Hasil Pajak dari Provinsi Dan Pemerintah Daerah Lainnya

58.632.732.846,00

1.3.3

Dana Penyesuaian Dan Otonomi Khusus


290.517.187.257,00

1.3.4

Bantuan Keuangan Dari Provinsi Atau Pemerintah Daerah Lainnya

27.625.653.000,00

BELANJA DAERAH

2.012.685.010.395,00

2.1

BELANJA TIDAK LANGSUNG

1.280.586.316.480,00

2.1.1

Belanja Pegawai
984.016.501.784,00

2.1.2

Belanja Hibah

104.820.651.000,00

2.1.3

Belanja Bantuan Sosial

18.856.550.000,00

2.1.4

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Pemerintahan Desa

2.839.999.180,00

2.1.5

Belanja Tidak Terduga

3.000.000.000,00
2.2

BELANJA LANGSUNG

732.098.693.915,00

2.2.1

Belanja Pegawai

70.911.916.015,00

2.2.2

Belanja Barang dan Jasa

325.235.253.549,00

2.2.3

Belanja Modal

335.951.524.351,00
SURPLUS / (DEFISIT)

158.260.792.122,00

PEMBIAYAAN

3.1

PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH

161.416.452.112,00

3.1.1

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya

138.416.452.112,00

3.1.2
Pencairan Dana Cadangan

23.000.000.000,00

3.2

PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH

3.155.660.000,00

3.2.1

Pembentukan Dana Cadangan

3.155.660.000,00

PEMBIAYAAN NETTO

158.260.792.122,00
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN

0,00

Sumber: http://dataprimer.sumenep.go.id/bankdata_sumenep/LAMP-1.pdf

Sumenep sebagai salah satu kabupaten yang kaya migas dan pariwisata di Jawa Timur memiliki
kekuatan APBD yang cukup besar. Pada tahun 2015 ini kekuatan APBD Sumenep adalah sebesar Rp 2,01
triliun, mengalami peningkatan dimana pada tahun 2014 berada di angka Rp 1,77 triliun
(http://www.antarajatim.com/lihat/berita/147488/kekuatan-apbd-sumenep-2015-sebesar-rp201-triliun,
diakses 6 Juli 2015).

Dalam menganalisis APBD Kabupaten Sumenep tahun 2015 ini kita akan membaginya dalam
beberapa bagian. Analisis tersebut terbagi dalam Analisis Pendapatan dan Analisis Belanja.

Analisis Pendapatan

Salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD merupakan
salah satu elemen penting dari kemandirian suatu daerah. Daerah dengan PAD yang baik tidak akan
banyak bergantung pada pusat dalam APBD-nya. Oleh karenanya daerah harus mampu menggali PAD
dengan baik dan berkeadilan. Berkeadilan artinya, dalam menggali PAD pemerintah jangan sampai
membertkan masyarakat lebih-lebih dari golongan ekonomi miskin.

Komposisi PAD terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jika kita bandingkan pendapatan
di sektor pajak, retribusi, dan pengelolaan kekayaan daerah terlihat bahwa pajak dan retribusi
menyumbangkan pendapatan lebih besar daripada pengelolaan kekayaan daerah. Seharusnya komposisi
dari ketiga elemen ini dapat memberikan pemasukan yang tidak jomplang.
Kita harus ingat bahwa Sumenep merupakan salah satu kabupaten dengan Sumber Daya Alam
mumpuni di Jawa Timur. Namun dalam PAD di APBD tahun 2015 Kabupaten Sumenep malah terlihat
kekayaan daerah ini memberikan pemasukan pada pendapatan daerah tidak lebih besar dari pajak dan
retribusi. Dari sektor pajak pemerintah mendapatkan pemasukan sekitar Rp 20 miliar, Rp 19 miliar dari
retribusi, dan hanya sekitar Rp 16 miliar dari pengelolaan kekayaan daerah
(http://dataprimer.sumenep.go.id/bankdata_sumenep/LAMP-1.pdf, diakses 6 Juli 2015). Sumber Migas
di Pagerungan misalnya seharusnya memberikan sumbangan yang besar bagi PAD Sumenep. Kedepan,
bagi hasil antara pemerintah daerah, pusat dan pihak swasta pengelola harus diperhatikan oleh
pemerintah Kabupaten Sumenep agar kekayaan daaerah ini dapat dirasakan oleh masyarakat Sumenep.

Selain itu, penggalian PAD harus pro masyarakat miskin. Pembebanan pajak dan retribusi pada
masyarakat harus dilihat betul sasarannya. Jika masyarakat miskin ditanggungkan pajak dan retribusi
yang “tidak masuk akal” demi mengejar PAD yang tinggi hal ini malah akan memperburuk kondisi
ekonomi daerah.

Pendapatan Kabupaten Sumenep juga diterima dari Dana Perimbangan pemerintah pusat. Dana
Perimbangan ini berbentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). DAU dan DAK ini
bersumber dari APBN.

Analisis Belanja

Untuk mengetahui apakah APBD di suatu daerah pro rakyat atau tidak maka kita dapat menganalisis
belanja daerahnya. Belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja
langsung terdiri dari beberapa aspek yaitu Belanja Pegawai, Belanja Modal dan Belanja Barang dan Jasa.
Di aspek belanja langsung inilah kita bisa melihat anggaran yang disusun lebih berpihak pada rakyat atau
para birokrat.

Seperti disampaikan di awal bahwa pada belanja langsung terdapat poin belanja modal dan belanja
pegawai, dan belanja barang dan jasa. Belanja modal adalah belanja yang diperuntukkan untuk
kepentingan publik atau masyarakat luas. Belanja modal ini nantinya akan berupa aset-aset tetap seperti,
jalan, jembatan, halte stasiun, dapat juga berupa gedung pemerintahan meskipun manfaatnya tidak
dapat dirasakan langsung oleh masyarakat (https://syukriy.wordpress.com/2013/11/01/belanja-modal-
dan-perubahan-apbd/, diakses pada 6 Juli 2015). Belanja pegawai adalah belanja yang dikeluarkan oleh
APBD untuk kepentingan pegawai atau birokrat pemerintahan. Sedangkan Belanja Barang dan Jasa
seperti namanya adalah belanja barang habis pakai yeng berbeda dengan belanja modal yang berupa
aset tetap.

Setelah kita tahu pengertian belanja modal, belanja pegawai, dan belanja barang dan jasa tentu kita bias
menerka APBD yang pro rakyat atau tidak. Asumsinya, kepentingan rakyat terlihat dari belanja modal
sedangkan kepentingan birokrat terlihat pada belanja pegawai dan belanja barang dan jasa yang lebih
banyak dimanfaatkan oleh para birokrat pula. Belanja modal Kabupaten Sumenep tahun 2015 sekitar Rp
335 miliar, belanja barang dan jasa sekitar Rp 325 miliar, dan belanja pegawai sekitar Rp 70 miliar. Jika
kita akumulasikan jumlah anggaran belanja modal dan belanja pegawai maka kita akan mendapat angka
sekitar Rp 395 miliar jauh lebih besar daripada belanja modal yang hanya sebesar Rp 335 miliar
(http://dataprimer.sumenep.go.id/bankdata_sumenep/LAMP-1.pdf, diakses 6 Juli 2015). Hal ini berarti
anggaran untuk para birokrat jauh lebih besar daripada untuk rakyat yang seharusnya harus
mendapatkan “porsi” jauh lebih besar.

Otonomi keuangan yang didapatkan oleh daerah mestinya ditujukan bagi kepentingan masyarakat
daerah. APBD adalah “uang rakyat” dan pemerintah bertugas untuk me-manage-nya dengan baik.
Jangan sampai uang rakyat ini malah menjadi “uang birokrat

Você também pode gostar