Você está na página 1de 30

Laboratorium Satuan Operasi 2

Semester V 2018/2019

LAPORAN PRAKTIKUM

ABSORPSI

Pembimbing : Ir. Barlian Hasan, M.T


Kelas/Kelompok : 3B/IV(Empat)
Tanggal Praktikum : Senin, 22-29Oktober 2018

Nama Anggota Kelompok :


Andi Putri Awalia (331 16 015)
Amelya Fryanti (331 16 019)
Junarti (331 16 029)
Ummi Kalsum (331 16 054)
Nur Ainun (331 16 062)
Syamsudin (331 16 066)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2018
I. JUDUL PERCOBAAN : ABSORPSI CO2 ke H2O

II. TUJUAN PERCOBAAN :

1. Menentukan penurunan tekanan dalam kolom isian kering dengan


variasi laju alir udara
2. Menentukan penurunan tekanan dalam kolom isian basah dengan
variasi laju alir udara
3. Menentukan konsentrasi CO2dengan metode HMPL
4. Menentukan kadar CO2 didalam air metode titrasi

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat yang digunakan:
1. Seperangkat alat absorbsi dengan kolom isian
2. Buret 50 ml
3. Klef dan klem
4. Pipet volume 25 ml
5. Erlenmeyer 250 ml
6. Gelas kimia 100 + 500 + 2 L
7. Pipet ukur 25 ml + 10 ml
8. Bulp
9. Gelas Ukur 50 ml
10. Pipet tetes
11. Stopwatch
12. Tissu
13. Labu semprot

B. Bahan yang digunakan:


1. Larutan NaOH 1 M
2. Larutan NaOH 0,01 M
3. Aquadest
4. Air cran
5. Gas CO2

IV. DASAR TEORI

Absorpsi adalah operasi penyarapan komponen-komponen yang terdapat


didalam gas dengan menggunakan cairan. Suatu alat yang banyak digunakan
dalam absorpsi gas ialah menara isiar. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk
silinder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi
pada bagian bawah, pemasukan zat cair pada bagian atas, sedangkan pengeluaran
gas dan zat cair masing-masing diatas dan dibawah, serta suatu zat padat tak aktif
(inert) diatas penyangganya. Yang disebut packing.
Adanya packing (bahan isian) didalam kolom absorpsi akan menyebabkan
terjadinya hambatan terhadap aliran fluida yang melewati kolom. Akibatnya gas
maupun cairan yang melewati akan mengalami pressure drop penurunan tekanan.

Persyaratan pokok yang diperlukan untuk packing :

1. Harus tidak bereaksi (kimia) dengan fluida didalam menara.


2. Harus kuat tapi tidak terlalu berat.
3. Harus mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu
banyak zat cair yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan
terlalu tinggi.
4. Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair dan
gas.
5. Harus tidak terlalu mahal.

Pada absorbsi sendiri ada dua macam proses yaitu :


a) Absorbsi fisik
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan
penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi
gas H2S dengan air, metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi karena
adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair. Dari
asborbsi fisik ini ada beberapa teori untuk menyatakan model mekanismenya,
yaitu :
1. teori model film
2. teori penetrasi
3. teori permukaan yang diperbaharui

b) Absorbsi kimia
Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan
penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi
dengan adanya larutan MEA, NaOH, K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari
absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik
amoniak. Penggunaan absorbsi kimia pada fase kering sering digunakan untuk
mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna dari campuran gasnya.
Keuntungan absorbsi kimia adalah meningkatnya koefisien perpindahan massa
gas, sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya luas efektif
permukaan. Absorbsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang hampir
stagnan disamping penangkapan dinamik.
Penurunan tekanan akan menjadi besar jika bahan isian yang digunakan
tidak beraturan (random packing). Selain itu, penurunan tekanan juga dipengaruhi
oleh laju alir gas maupun cairan.
Pada laju alir tetap, penurunan tekanan gas sebanding dengan kenaikan laju
alir cairan. Hal ini disebabkan karena ruang antar bahan pengisi yang semula
dilewati gas menjadi lebih banyak dilewati cairan, sehingga akan menyebabkan
terjadinya hold up (cairan yang terikat dalam ruangan ) bertambah. Akibatnya
peningkatan laju alir cairan lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya
pengumpulan cairan diatas kolom keadaan ini biasa disebut Flooding (banjir).
Titik tejadinya peristiwa disubut flooding point. Operasi pada keadaan flooding
tidak akan menghasilkan perpindahan massa yang bagus. Perpindahan massa yang
optimum, dilakukan pada keadaan loading point (titik beku kurva).
Jika laju alir cairan dipertahankan tetap sedang laju gas bertambah maka
terdapat beberapa kemungkinan yang terjadi :
1. Terbentuk lapisan cairan yang menyerupai gelembung gas diatas permukaan
packing.
2. Cairan tidak akan mengalir keluar kolom karena adanya tekanan yang besar
dari aliran udara. Akibatnya cairan akan mengisi kolom dari bawah keatas
sehingga terjadi inversi dari gas terdispersi kecairan berubah menjadi cairan
terdispersi kealiran gas.
Hal-hal lain yang berpengaruhi terhadap penurunan tekanan antara lain : bentuk
isian, tinggi isian, susunan dan lain-lain.
Didalam industri, proses ini banyak digunakan antara lain dalam proses
pengambilan amonia yang ada dalam gas kota berasal dari pembakaran batubara
dengan menggunakan air, atau penghilangan H2S yang dikandung dalam gas alam
dengan menggunakan larutan alkali.
Banyak hal yang mempengaruhi absorpsi gas kedalam cairan antara lain :
1. Temperatur
2. Tekanan operasi
3. Konsentrasi komponen dalam cairan
4. Konsentrasi komponen didalam aliran gas
5. Luas bidang kontak
6. Luas waktu kontak
Karena itu dalam operasi harus dipilih kondisi yang tepat sehingga diperoleh hasil
yang maksimal.
Karekteristik suatu cairan dalam menyerap komponen didalam aliran gas
ditunjukkan oleh harga koefisien perpindahan massa antara gas-cairan, yaitu
banyaknya mol gas yang berpindah persatuan luas serta tiap fraksi mol (gram
mol)/(detik) (Cm3) (fraksional).
Untuk menentukan hanya koefisien perpindahan suatu massa suatu kolom
absorpsi dapat digunakan perhitungan berdasarkan neraca massa.
Tinggi koefisien dalam kolom biasa digunakan persamaan:

d NxY 
Yo
H   Kog.a. A.Y
Y1
*
Y

Yi = fraksi mol CO2 dalam aliran gas masuk.

Yo = fraksi mol CO2 dalam aliran gas keluar.

Y* = fraksi mol gas CO2 yang berada dalam kesetimbangan dengan


larutan.

Y = fraksi mol CO2 didalam larutan.

Persamaan diatas diubah menjadi :

Yo
H .a. A.Kog dY
 *
Yi Y  y
y

Ruas kanan persamaan diatas sulit untuk dipecahkan. Karena itu penentuan
kog lebih mudah dipecahkan dengan persamaan :

N= Kog x a.A.H x selisih tekanan

laju absorpsi luas bidang rata-rata logaritma

(mol/detik) transfer massa(m2) (atm)

Pi
ln
N Po
Kog  x
a. A.N Pi  Po

Pi = tekanan partikel gas CO2 masuk kolom (atm)

Po= tekanan partikel gas CO2 keluar kolom (atm)

N =jumlah CO2 yang terserap dengan alat HEMPL

A =luas spesifik packing/ unit volume.


Pada percobaan ini dipakai. Rasching ring dengan luas bidang kontak 440 m2/m3.

A.H = volume kolom berisi packing

Tekanan partikel gas CO2 = fraksi volume x (tekanan total/ 760) atmosfir.

a. Penentuan kadar CO2 yang diserap didalam air / NaOH dengan alat HEMPL.
Misal :
- Laju alir CO2 F3 liter/detik
- Laju alir udara F2 liter/detik
- Volume campuran udara dan CO2 didalam alat HEMPL V1ml
- Volume CO2 V = 2mL
Fraksi gas CO2 didalam aliran gas masuk (Yi)
Yi  V2 /V1 
F3

F2  F3

Fraksi gas CO2 didalam aliran gas keluar (Yo)

V 
Yo   2 
 V1 

Jika jumlah CO2 yang diabsorbsi sepanjang kolom adalah Fa liter/detik.

Neraca massa :

CO2 masuk – CO2 keluar = CO2 diabsorbsi

Atau

(F2 + F3) Yi – [ F2 + ( F3 + Fa ) ] Yo = Fa

Dengan penurunan secara matematis diperoleh :

Fa 
Yi  Yo F2  F3  Yi  Yo 
 xTotalGasMasuk (liter / det ik )
1  Yo 1  Yo
Atau

Fa tek.rata 2 kolom (mmhg) 273


N= x x
22,42 760 tem.kolom (K)

[gmolCO2terabsorpsi/ detik].

Catatan :

Pada percobaan ini diasumsikan bahwa laju alir volum air tidak dipengaruhi oleh
penurunan tekanan didalam kolom, dianggap penurunan tekanan yang terjadi
sangat kecil dibandingkan tekanan atmosfir.

b. Penentuan kadar CO2 yang terabsorbsi dengan metode titrasi.


Absorpsi CO2 dengan menggunakan air.
Secara Stoikhiometri dapat ditulis
CO2 + H2 O H2CO3

Jika :

Laju alir F1 L/detik

Vol. Larutan NaOH V1 ml

Konsentrasi NaOH C1 M

VOL. Sampel V2 ml

Maka konsentrasi CO2 didalam sampel :

V1 xC1
Fa  [M ]
V2

Laju rata-rata CO yang terabsorpsi pada suatu periode:


Cd (t  n)  Cd (t  m)]xvolumeSistem g.mol / det ik
(n  m) x60
 Absorpsi CO2 dengan menggunakan NaOH
Secara stokiometri reaksi pada proses absorpsi ini :
CO2 + 2NaOH Na2CO3 + H2O

Pada proses titrasi tahap pertama reaksi yang terjadi :

2NaOH + Na2CO3 + 2HCl 2 NaHCO3 + 2NaCl + H2O

Jika volume sample yang digunakan V1 ml. Konsentrasi HCl C g.mol/liter.


Indicator yang digunakan phenolphalein

Dalam suasana basa kuat indicator phenolphalein akan berwarna merah


jambu. Jika seluruh NaOH sudah habis bereaksi dengan HCl serta semua karbonat
telah berubah menjadi bikarbonat larutan akan berubah menjadi tidak berwarna.
Misalkan volume HCl yang digunakan untuk titrasi sampai tahap ini V2 m. bila
dalam larutan ditambahkan indicator metil orange maka warna larutan akan
berubah menjadi kuning. Jika titrasi dilanjutkan maka pada titik akhir titrasi
larutan menjadi tidak berwarna.

Reaksi yang terjadi :

NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2

Misalkan volume yang digunakan untuk titrasi tahap kedua ini V2 ml, maka
volume yang digunakan untuk menetralisir bikarbonat = (V3 – V2) ml. pada
tabung kedua dimasukkan larutan sample sebanyak (V3 – V2) ml lebih sedikit dan
dikocok dengan baik. Endapan yang terbentuk adalah hasil reaksi antara karbonat
dalam sampel dengan larutan barium. Endapan yang tebentuk adalah barium
karbonat yang dari karbonat dalam sample. Jika larutan diberi beberapa tetes
indicator phenolphalein maka larutan akan berwarna merah jambu.
Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben
sering juga disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben :
- Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
- Selektif
- Memiliki tekanan uap yang rendah
- Tidak korosif.
- Mempunyai viskositas yang rendah
- Stabil secara termis.
- Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk
gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan
cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan
asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).

Kolom Absorpsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut. Diantara jenis-jenis absorben
ini antara lain, arang aktif, bentonit, dan zeolit.
 Arang aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar
tidakterjadikebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang
mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang
selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben
(penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan
ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi
dengan aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan
pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-
sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif. Arang
aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat
adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas
permukaan.
Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat arang
aktif. Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat dan
sebagai penyerap uap. Arang aktif sebgai pemucat, biasanya berbentuk powder
yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000 A0, digunakan dalam fase
cair,berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna
dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu
dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari
serbukserbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang
mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah.
Arang aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet
yang sangat keras diameter pori berkisar antara 10-200 A0 , tipe pori lebih
halus, digunakan dalam rase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut,
katalis,pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang,
batu bata atau bahan baku yang mempunyaibahan baku yang mempunyai
struktur keras.
 Zeolit
Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal, melainkan sekelompok
mineral yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara umum mineral zeolit adalah
senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali tanah. serta mempunyai
rumus kimia sebagai berikut :
M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O
Dengan :M = e.g Na, K, Li, Ag, NH, H, Ca, Ba
Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal, sedangkan logam
alkali adalah kation yang mudah tertukar. Jumlah molekul air menunjukkan
jumlah pori-pori atau volume ruang hampa yang akan terbentuk bila unit sel
kristal zeolit tersebut dipanaskan. Penggunaan zeolit cukup banyak, misalnya
untuk industri kertas, karet, plastik, agregat ringan, semen puzolan, pupuk,
pencegah polusi, pembuatan gas asam, tapal gigi, mineral penunjuk eksplorasi,
pembuatan batubara, pemurnian gas alam, industri oksigen, industri petrokimia.
Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh
molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila kristal tersebut
dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperatur 250-900 oC, maka
kristal zeolit yang bersnagkutan berfungsi menyerap gas atau cairan. Daya serap
(absorbansi) zeolit tergantung dari jumlah ruang hampa dan luas permukaan.
Biasanya mineral zeolit mempunyai luas permukaan beberapa ratus meter persegi
untuk setiap gram berat. Beberapa jenis mineral zeolit mampu menyerap gas
sebanyak 30% dari beratnya dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya
dilakukan dalam ruang hampa dengan menggunakan gas atau udara kering
nitrogen atau methana dengan maksud mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit
itu sendiri.

 Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam
dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis
lempung tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi,
mineral industri dan lain-lain. Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan
berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan
fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya
pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu.
Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan
wool dari lemak. Sifat bentonit sebagai adsorben adalah :
 mempunyai surface area yang besar (fisika)
 bersifat asam yang padat (kimia)
 bersifat penukar-ion (kimia)
 bersifat katalis (kimia)

Aplikasi Absorbsi
Absorbsi dalam dunia industri digunakan untuk meningkatkan nilai guna
dari suatu zat dengan cara merubah fasenya.
1. Proses Pembuatan Formalin
Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat
dihasilkan melalui proses absorbsi.Teknologi proses pembuatan formalin
Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor
yang berupa gas yang mempunyai suhu 1820C didinginkan pada kondensor
hingga suhu 55 0C,dimasukkan ke dalam absorber.Keluaran dari absorber pada
tingkat I mengandunglarutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 37 –
40%. Bagian terbesar dari metanol, air,dan formaldehid dikondensasi di bawah air
pendingin bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan
formaldehid dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact
dengan air proses.
2. Proses Pembuatan Asam Nitrat
Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2).Proses pembuatan asam nitrat
Tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom
absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan
reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai
empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu air umpan
absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu asam
nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam
nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih
dari 200 ppm.
Aplikasi absorbsi lainnya seperti proses pembuatan urea,produksi ethanol,
minuman berkarbonasi, fire extinguisher,dry ice,supercritical carbon dioxide dan
masih banyak lagi aplikasi absorbsi dalam industri.
Selain itu absorbsi ini juga digunakan untuk memurnikan gas yang dihasilkan
dari fermentasi kotoran sapi. Gas CO2 langsung bereaksi dengan larutan NaOH
sedangkan CH4 tidak. Dengan berkurangmya konsentrasi CO2 sebagai akibat
reaksi dengan NaOH, maka perbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi
lebih besar untuk konsentrasi CH4. Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam
larutan NaOH dapat dilukiskan sebagai berikut:
CO2(g) + NaOH(aq) → NaHCO3(aq)
NaOH(aq) + NaHCO3 → Na2CO3(s) + HO(l) +
CO2(g) + 2NaOH(aq) → Na2CO3(s) + H2O(l)
Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan
karena bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32-

Prinsip Absorbsi
Udara yang mengandung komponen terlarut (misalnya CO2) dialirkan ke
dalam kolom pada bagian bawah. Dari atas dialirkan alir. Pada saat udara dan air
bertemu dalam kolom isian, akan terjadi perpindahan massa. Dengan menganggap
udara tidak larut dalam air (sangat sedikit larut),maka hanya gas CO2 saja yang
berpindah ke dalam fase air (terserap). Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya
CO2. Semakin ke atas ,aliran udara semakin miskin CO2.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada operasi absorpsi adalah sebagai
berikut :
1) Laju alir air.
Semakin besar,penyerapan semakin baik.
2) Komposisi dalam aliran air.
Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan CO2 (misalnya NaOH)
maka penyerapan lebih baik.
3) Suhu operasi.
Semakin rendah suhu operasi,penyerapan semakin baik.
4) Tekanan operasi.
5) Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik sampai pada batas
tertentu
V. PROSEDUR KERJA
A. Variasi Laju Alir Udara dalam Kolom Kering
1) Dikeringkan kolom dan isinya dengan jalan mengalirkan udara kedalam
kolom lewat bagian bawah sehingga semua airnya keluar.
2) Dialirkan udara dengan laju 30 l/menit (F2)
3) dicatat penurunan tekanan yang terjadi.
4) Diulangi percobaan dengan laju alir udara 40 dan 50. Sampai kecepatan
udara tidak bisa ditingkatkan.

B. Variasi Laju Alir Udara dalam Kolom Basah.


1) Dialirkan udara kedalam kolom dengan laju alir 30 l/menit (F2).
2) Dialirkan air kedalam kolom dengan laju alir 3 L/menit (F1)
3) Dicatat penurunan tekanan yang terjadi didalam kolom.
4) Diulang percobaan dengan menaikkan laju alir udara hingga terjadi
flooding.

C. Menentukan jumlah CO2 yang terserap dengan metode titrasi


1) Dihidupkan pompa dan mengatur laju alir didalam kolom pada 3
L/menit. (F1)
2) Dihidupkan kompresor udara dengan mengtur laju alirnya 40 L /menit
(F2)
3) Dibuka dengan hati-hati regulator gas karbon dioksida dan mengatur
pada laju alir 3 L/menit (F3)
4) Diambil 25 ml untuk 0 menit dari tangki yang masuk
5) Setelah 15 menit, diambil masing-masing 25 ml sampel dari tangki
masuk dan sampel yang keluar dalam erlenmeyer.
6) Ditambahkan endikator PP kedalam sampel dan menitrasi dengan
menggunakan NaOH 0,01 N hingga berwarna merah muda.
7) Dicatat volume NaOH 0,01 N yang digunakan
8) Diulangi dengan selang waktu 15 menit selama 1 jam
9) Mengubah laju alir gas CO2 3 L/min dan 4 L/min
D. Cara menganalisa kadar CO2 dengan HEMPL
1) Diisi bola tandom dibagian bawah alat HEMPL dengan larutan NaOH
1N hingga tanda 0
2) Dibilas tabung analisa HEMPL dengan jalan menarik piston dan
dibuang gas yang telah terisap ke atmosfir dengan volume 60 ml (V1)
3) Ditutup semua saluran kedua atmosfer dan menghisap kembali
campuran gas yang diisap yaitu 40ml dan menutup saluran dari gas
4) Dikembangkan tekanan didalam tabung dengan udara luar dengan jalan
membuka dan menutup keran saluran buang ke atmosfir mengusahakan
agar permukaan NaOH tetap pada tanda 0.
5) Dicatat kenaikan volume NaOH 1N setiap 15 menit pada variasi laju alir
3 dan4 L/menit selama masing-masing 1 jam dan dicatat pula perubahan
tekanannya.
VI. GAMBAR RANGKAIAN ALAT
VII. DATA PENGAMATAN

Luas permukaan (A) : 0.89 m


Tinggi kolom (H) : 1.4 m
Luas spesificpacking(a) : 440 m2/m3

A. Kalibrasi Laju Alir Udara dalam kolom isian kering

Q (laju alir udara)


No ∆P1 ∆P2
(L/menit)
1. 30 3 15
2. 40 2 15
3. 50 4 15
4. 60 6 15
5. 70 9 18
6. 80 12 20
7. 90 15 22
8. 100 18 24
9. 110 19 25
10. 120 21 26
11. 130 23 27
12. 140 24 28

B. Variasi Laju Alir Udara pada kolom dinding basah

Q (laju alir udara)


No ∆P1 ∆P2
(L/menit)
1. 30 19 20
2. 40 38 26
3. 50 68 57
4. 60 104 118
C. Menentukan jumlah CO2 yang terserap dengan metode HEMPL
F1 (laju alir air) = 3 L/menit
F2 (laju alir udara) = 50 L/menit

F CO2 Waktu Waktu V1 V2 ∆P


∆P1 ∆P2
(L/menit) (menit) (detik) (mL) (mL) Total

15 900 40 0.1 64 69 133

30 1800 40 0.3 87 80 167


3
45 2700 40 1.5 83 83 166

60 3600 40 1.7 94 90 184

15 900 50 2.4 99 95 190

30 1800 50 2.6 91 100 191


4
45 2700 50 2.8 97 91 188

60 3600 50 2.9 108 98 206

D. Cara menganalisa kadar CO2 dengan titrasi


F1 (laju alir air) = 3 L/menit
F2 (laju alir udara) = 50 L/menit

Volume NaOH (mL)


F CO2 Waktu Waktu
(L/menit) (menit) (detik) Volume Volome
masuk keluar
0 0 2,1 0,1
15 900 2,1 1,5
3 30 1800 2,8 2,4
45 2700 3,1 2.9
60 3600 3,3 3.4
0 0 3,9 0,1
15 900 3,9 1.1
4 30 1800 4.2 2
45 2700 4.3 2.6
60 3600 4.5 3.6
VIII. PERHITUNGAN
A. Penentuan Laju CO2 dengan metode HEMPL
 Laju alir air (F1) = 3 L/min
 Laju alir udara (F2) = 50 L/min
 Variasi Laju alir CO2 (F3) = 3 L/min, 4 L/min
 Pada t = 15 menit

 Penentuan fraksi mol gas CO2 di dalam aliran gas masuk


𝐹3
Yi = 𝐹2+𝐹3
3 L/min
= (50+3 )L/min
3 L/min
= = 0.0566
53 L/min

 Penentuan fraksi mol gas CO2 di dalam aliran gas keluar


𝑉2
Yo = 𝑉1
0,1 mL
= = 0.0025
40 mL

 Penentuan jumlah CO2 yang di absorbsi sepanjang kolom


( yi  yo) x( F2  F3 )
Fa =
1  yo
(0,0566  0,0025)(50  3) L / m
=
1  0,0025
= 2.87 L/m

1 min
= 2.87 L/min x 60 det

= 0,0479 L/s
Dengan menggunakan cara yang sama didapatkan data sebagai berikut :

F CO2 Waktu V1 V2
yi yo Fa (L/min) Fa (L/s)
(L/menit) (menit) (mL) (mL)
15 40 0.1 0.0025 2.8747 0.0479
30 40 0.3 0.0075 2.6222 0.0437
3 0.056604
45 40 1.5 0.0375 1.0520 0.0175
60 40 1.7 0.0425 0.7807 0.0130
15 40 2.4 0.06 0.8723 0.0145
30 40 2.6 0.065 0.5935 0.0099
4 0.075471
45 40 2.8 0.07 0.3118 0.0052
60 40 2.9 0.0725 0.1698 0.0028

 Penentuan Tekanan Rata-Rata Kolom


Dik :
∆P1 = 64 mmH2O
∆P2 = 69 mmH2O
Po, Patm = 7 mmHg
T, kolom = 302 K

o ∆Ptotal = ∆P1 + ∆P2


= (64 + 69) mmH2O

= 133 mmH2O = 13,3 cmH2O

 𝐻2𝑂
= 13,3 cmH2O x 
hg

1 𝑔/𝑐𝑚3 𝐻2𝑂 10 𝑚𝑚𝐻𝑔


= 13,3 cmH2O x 13.6 g/cm3 Hg × 1 𝑐𝑚𝐻𝑔

= 9,7794 mmHg
o Pi = Patm + P

= 760 mmHg + 9,7794 mmHg

= 769,7794 mmHg

𝑃𝑜𝑢𝑡−𝑃𝑖𝑛
o P ave =
2

(760+769,7794)𝑚𝑚𝐻𝑔
=
2

= 764,8897 mmHg

 Penentuan Jumlah Mol CO2 Yang Terabsorbsi


𝐹𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 (𝑚𝑚ℎ𝑔) 273
N = 22,4 × [ ( ) × (𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 )
760 𝑚𝑚𝐻𝑔 ( 𝐾)
0.0479𝐿/𝑠 764,8897 𝑚𝑚𝐻𝑔 273 𝐾
N = 22.4 𝑚𝑜𝑙/𝐿 × [ ( ) × (302 𝐾)
760 𝑚𝑚𝐻𝑔

= 0,00194 mol/s

Berdasarkan metode perhitungan tersebut, maka diperoleh data perhitungan


sebagai berikut:

F CO2 Waktu Fa ∆P Total ∆P Total ∆P Total N


Pi Pave
(L/menit) (menit) (L/s) (mmH2O) (cmH2O) (mmHg) (mol/s)
3 15 0.0479 133 13.3 9.77941176 769.7794 764.8897 0.00194
30 0.0437 167 16.7 12.2794118 772.2794 766.1397 0.001772
45 0.0175 166 16.6 12.2058824 772.2059 766.1029 0.000711
60 0.0130 184 18.4 13.5294118 773.5294 766.7647 0.000528
4 15 0.0145 190 19 13.9705882 773.9706 766.9853 0.00059
30 0.0099 191 19.1 14.0441176 774.0441 767.0221 0.000402
45 0.0052 188 18.8 13.8235294 773.8235 766.9118 0.000211
60 0.0028 206 20.6 15.1470588 775.1471 767.5735 0.000115
 Penentuan Koefisien Perpindahan Massa Antara Gas – Cairan

Dik:
1 𝑚
Keliling tabung =28,5 𝑐𝑚 𝑥 100 𝑐𝑚 = 0,29 𝑚

Keliling = 2 𝜋r ,maka jari-jari tabung :

𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 0,29 𝑚
r= → 𝑟 = 2 𝑥 3,14 = 0,45 𝑚
2𝜋

d = 2𝑟 = 2 𝑥 0,45 𝑚 = 0,89 𝑚

H = 1,16 𝑚

𝜋 3,14
A = 4 𝑑2 = (0,89 𝑚)2 = 0,63 𝑚2
4

maka :

𝑃𝑖
𝑁 𝑙𝑛 𝑃𝑜
𝐾𝑜𝑔 = 𝑥
𝑎𝑥𝐻 (𝑃𝑖 − 𝑃𝑜)

764,8897
1.14718. 10 − 5𝑚𝑜𝑙/𝑠 ln ( )
760
𝐾𝑜𝑔 = 𝑚2
𝑥
440 × 0.63𝑚2 × 1,16 𝑚 (764,8897 − 760)𝑚𝑚𝐻𝑔
𝑚3

𝐾𝑜𝑔 = 7,8859x10-9 mol/m2 s


Berdasarkan metode perhitungan tersebut, diperoleh data perhitungan sebagai berikut:

F CO2 Waktu ∆P Total ∆P Total ∆P Total


V1 (mL) V2 (mL) Fa (L/min) Pi Pave N (mol/s) Kog (mol/m2s)
(L/menit) (menit) (mmH2O) (cmH2O) (mmHg)

15 40 0.1 0.0479 133 13.3 9.77941176 769.7794 764.8897 0.00194 7.88595E-09

30 40 0.3 0.0437 167 16.7 12.2794118 772.2794 766.1397 0.001772 7.19329E-09


3
45 40 1.5 0.0175 166 16.6 12.2058824 772.2059 766.1029 0.000711 2.88579E-09

60 40 1.7 0.0130 184 18.4 13.5294118 773.5294 766.7647 0.000528 2.14164E-09

15 40 2.4 0.0145 190 19 13.9705882 773.9706 766.9853 0.00059 2.39295E-09

30 40 2.6 0.0099 191 19.1 14.0441176 774.0441 767.0221 0.000402 1.62825E-09


4
45 40 2.8 0.0052 188 18.8 13.8235294 773.8235 766.9118 0.000211 8.55317E-10

60 40 2.9 0.0028 206 20.6 15.1470588 775.1471 767.5735 0.000115 4.6573E-10


A. Penentuan Kadar CO2 Yang Diserap Didalam Air Dengan Metode Titrasi

Diketahui :

 Laju alir air (F1) : 3 L/min


 Laju alir udara (F2) : 50 L/min
 Variasi Laju alir CO2 (F3) : 3 L/min, 4 L/min
 Pada t : 15 menit
 Konsetrasi NaOH : 0,01 N
 Volume sample (V1) : 20 mL

 Kadar CO2 pada aliran masuk

𝑉2 ×𝐶2
Cd = 𝑉1

2,1 𝑚𝐿× 0.01 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟


= 20 𝑚𝐿

= 0,00105 mol/L

 Kadar CO2 Pada aliran keluar

𝑉2 ×𝐶2
Co = 𝑉1

1,5 𝑚𝐿 × 0.01 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟


= 20 𝑚𝐿

= 0,00075 mol/L

 Penentuan laju absorpsi


N = F1 ×(Cd – Co)
= 3 L/min × (0,00052- 0,0008) gmol/liter
= -0,00084gmol/menit
1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= -0,00084gmol/menit × 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑔𝑚𝑜𝑙
= -1,4x10-5 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Dari beberapa data, dengan cara yang sama dapat dilihat pada tabel berikut :

Volume NaOH (mL) Konsentrasi CO2


F CO2 Waktu Waktu
N (gmol/s)
(L/menit) (menit) (detik) Volume masuk Volume keluar Cd (mol/L) Co (mol/L)

0 0 2.1 0.1 0.00105 0.00005 0.003

15 900 2.1 1.5 0.00105 0.00075 0.0009

3 30 1800 2.8 2.4 0.0014 0.0012 0.0006

45 2700 3.1 2.9 0.00155 0.00145 0.0003

60 3600 3.4 3.3 0.0017 0.00165 0.00015

0 0 3.9 0.1 0.00195 0.00005 0.0076

15 900 3.9 1.1 0.00195 0.00055 0.0056

4 30 1800 4.2 2 0.0021 0.001 0.0044

45 2700 4.3 2.6 0.00215 0.0013 0.0034

60 3600 4.5 3.6 0.00225 0.0018 0.0018


Perbandingan Laju mol CO2 yang
terabsorpsi pada F = 3 L/menit
0.0025

0.002
N (mol/detik)

0.0015

HEMPL
0.001
Titrasi

0.0005

0
0 1000 2000 3000 4000
waktu (detik)

Perbandingan Laju mol CO2 yang


terabsorpsi pada F = 4 L/menit

0.006

0.005
N (mol/detik)

0.004

0.003 HEMPL

0.002 Titrasi

0.001

0
0 1000 2000 3000 4000
waktu (detik)
Waktu Vs Nilai Konstanta
9E-09
8E-09
Kog (mol/m2s) 7E-09
6E-09
5E-09
4E-09 F = 3 L/min
3E-09 F = 4 L/min
2E-09
1E-09
0
0 1000 2000 3000 4000
waktu (detik)
IX. PEMBAHASAN

X. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
 Pada penentukan penurunan tekanan aliran gas dengan kolom kering dan
kolom basah dimana laju alir udara sebanding dengan perbedaan tekanan.
Dimana semakin besar laju alir maka semakin besar pula perbedaan
tekanannya (berbanding lurus).
 Pada kolom isian basah dimana cairan dikontakkan dengan udara dan
mengakibatkan flooding (banjir) pada laju alir udara 70 L/min
 Pada grafik hubungan waktu (t) vs kadar CO2 yang terabsorpsi (N) dengan
metode HMPL dimana semakin lama waktu yang dibutuhkan maka CO2 yang
terabsorpsi juga semakin kecil.
 Pada grafik hubungan waktu (t) vs kadar CO2 yang terabsorpsi (N) dengan
metode titrasi diporoleh nilai yang sesuai dengan metode HMPL. Dimana
hubungan waktu(t) vs kadar CO2 yang terabsorpsi (N) dengan metode titrasi
semakin lama waktu dan semakin kecil pula kadar CO2 yang terabsorpsi (N) .

XI. DAFTAR PUSTAKA

 Petunjuk praktikum. Satuan Operasi Teknik Kimia. PEDC. Bandung


 Mc-Cabe. Terjemahan : E. Jasifi . Operasi Teknik Kimia. Jilid 2. erlangga.
1990

Você também pode gostar