Você está na página 1de 6

GURU CAMKOHA, PROMOTOR GENERASI CERDAS BERKARAKTER

DI ERA DIGITAL

Dewasa ini, perkembangan informasi dan teknologi memengaruhi aktivitas di sekolah


dengan sangat masif. Peserta didik bisa mendapatkan berbagai informasi tentang berbagai hal
dari berbagai sumber dengan mudah dan cepat melalui gawai yang dimilikinya. Sosok guru yang
dulunya dikenal sebagai orang yang serba tahu maupun orang yang lebih dulu belajar satu malam
dibandingkan peserta didiknyapun mulai tergerus. Keberadaan berbagai mesin dan aplikasi yang
memudahkan proses belajar, seperti gawai, kamus elektronik, dan aplikasi pembelajaran sangat
memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai bakat dan minat mereka. Perkembangan
teknologi yang begitu pesat ini mau tidak mau harus kita terima dan ikuti. Seiring dengan
pesatnya perkembangan teknologi, akankah sosok guru digantikan oleh kehadiran mesin inovatif
lainnya, seperti robot pintar? Hal ini bisa saja terjadi jika sistem pendidikan di negara kita masih
berjalan seperti biasa dimana guru masih dominan menggunakan metode ceramah dan statis di
zona nyaman.

Mengingat kita telah memasuki masa revolusi industri 4.0, kita harus berupaya
menghadapi berbagai tantangan dan memanfaatkan berbagai peluang untuk tetap eksis dalam
berbagai sektor. Salah satu sektor yang perlu mengalami perubahan signifikan adalah dalam
sektor pendidikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan reformasi di dunia pendidikan agar kita bisa
mengimbangi pesatnya kemajuan teknologi di revolusi industri 4.0. Di sinilah kita memerlukan
acuan dari pemangku kebijakan yang bisa mengarahkan sistem pendidikan di negara kita ke arah
yang jauh lebih baik. Semua kebijakan dalam pendidikan nantinya akan bermuara pada guru
karena guru yang nantinya akan menjadi tonggak dalam setiap kebijakan pendidikan tersebut.

Jika kita kembali pada pertanyaan apakah sosok guru bisa digantikan oleh sosok robot
pintar? Jawabannya kembali ke pribadi masing-masing guru. Ini dikarenakan ada satu hal
penting yang tidak akan bisa dimiliki oleh robot pintar. Hal tersebut juga sangat berguna dalam
membentengi generasi kita menghadapi tantangan dalam revolusi industri 4.0. Apakah hal
penting tersebut? Jawabannya adalah hati. Hati yang dimiliki guru inilah yang nantinya akan
menuntun guru untuk menanamkan karakter positif kepada peserta didik. Karakter generasi
penerus sangat perlu untuk terus dikembangkan karena tanpa penanaman karakter yang kuat,
generasi kita akan banyak menghadapi masalah yang kompleks di masa yang akan datang.
Permasalahan di masa yang akan datang bukan lagi tentang sulitnya mencari pekerjaan,
tetapi hilangnya berbagai jenis pekerjaan yang selama ini diimpikan oleh banyak orang. Seperti
yang telah terjadi sekarang, banyak media cetak yang harus gulung tikar karena tergantikan oleh
media on line dan peran pengantar surat yang semakin langka karena tergantikan oleh surat
elektronik.

1
Dalam menyiapkan generasi cerdas dan berkarakter yang memiliki daya saing di era
revolusi industri 4.0, pemerintah telah menyusun berbagai langkah. Salah satunya adalah melalui
program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di setiap jenjang pendidikan. Promotor
pendidikan karakter ini adalah guru. Untuk mewujudkan generasi cerdas berkarakter dalam era
revolusi industri, guru harus memiliki berbagai karakter yang mampu menunjang pengembangan
kepribadiannya untuk menjadi guru yang profesional. Karakter tersebut adalah CAMKOHA
(Cerdas, Aktif dalam mengakomodir tri pusat pendidikan, Mahir teknologi, Kreatif-kritis-
komunikatif-kolaboratif, Open minded, Handal dalam literasi, Apresiatif).

1. Cerdas
Guru yang cerdas adalah guru yang menguasai keempat kompetensi guru, yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Untuk menjadi promotor
penanaman karakter kepada peserta didik, guru harus mengoptimalkan keempat kompetensi
tersebut. Dalam aspek pedagogik, guru harus aktif mencari informasi tentang teori-teori
pembelajaran di abad 21 sehingga pembelajaran yang dilaksanakan di kelas sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan zaman. Dalam aspek kepribadian, guru hendaknya menjadi
contoh bagi peserta didik. Guru harus menjadi pribadi yang nasionalis, suka gotong royong,
agamis, integritas tinggi, dan mandiri. Dalam aspek sosial, guru menciptakan lingkungan
sosial yang harmonis di sekolah. Guru mengayomi siswa untuk tetap mengutamakan
kepentingan umum dan saling menghargai di era teknologi. Ini untuk mengantispasi
munculnya sifat egois yang disebabkan oleh perkembangan teknologi. Dalam aspek
profesional, guru hendaknya mampu menerapkan kebijakan pemerintah dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar berbasis teknologi.
2. Aktif Dalam Mengakomodir Tri Pusat Pendidikan
Tri pusat pendidikan yang tediri dari pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan
pendidikan masyarakat merupakan hal yang penting untuk diakomodir oleh seorang guru
dalam membangun karakter peserta didik. Penanaman dan pembiasaan karakter-karakter
positif dalam diri peserta didik akan maksimal jika ada dukungan yang kuat dari keluarga dan
masyarakat. Guru dapat mengontrol perilaku peserta didik saat berada di lingkungan sekolah,
tapi saat di luar lingkungan sekolah orangtua dan masyarakat bertanggung jawab dalam
mengontrol perilaku mereka. Jika terjadi hubungan yang sinergis antara tri pusat pendidikan,
maka karakter anak akan senantiasa terjaga dan berkembang ke arah yang lebih baik. Guru
bisa berdiskusi dengan orangtua tentang bagaimana peserta didiknya menggunakan teknologi
di rumah dan di lingkungan sekitar. Guru juga bisa mencari informasi tentang kondisi
lingkungan sosial peserta didik agar bisa menanamkan karakter sesuai lingkungan sosial
mereka.
3. Mahir Teknologi
Kemahiran teknologi sangat diperlukan dalam era revolusi industri 4.0. Melalui
kecanggihan teknologi yang berada di dalam genggaman peserta didik, mereka dengan sangat

2
mudah mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Saat ini hampir setiap peserta didik
memiliki gawai sendiri. Gawaipun tidak lagi menjadi barang mewah. Hanya dengan satu klik
saja, peserta didik bisa mencari informasi apapun yang mereka butuhkan. Implikasinya adalah
siswa akan menjadi lebih kritis. Jika guru tidak bisa mengimbangi kemampuan teknologi
peserta didik, guru akan jauh tertinggal dari peserta didik. Untuk mengantisipasi hal ini, pada
masa awal revolusi industri 4.0 pemerintah memang sudah menuntut guru untuk terbiasa
dengan teknologi. Mulai dari Uji Kompetensi Guru (UKG) yang dilakukan secara on line,
begitupun dengan kegiatan Pengembangan Keprofesian Bekelanjutan (PKB), peserta diminta
bekerja secara daring. Dalam setiap kegiatan peningkatan aspek profesional, guru selalu
dituntut untuk akrab dengan teknologi. Ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam
memfasilitasi guru untuk melek teknologi.
4. Kreatif, Kritis, Komunikatif, dan Kolaboratif
Guru dalam era revolusi industri harus menguasai kompetensi 4C (Creative, Critical,
Communicative, Collaborative). Aspek pertama yaitu kreatif. Seiring dengan pesatnya
teknologi, guru harus mampu menemukan cara-cara terbaru dan unik dalam menyampaikan
materi pembelajaran. Jika guru tidak bisa menjadi sosok yang kreatif dalam mendesain
metode dan media pembelajaran, peserta didik akan jauh lebih tertarik dengan berbagai
sumber belajar yang tersedia di internet. Aspek kedua adalah kritis. Guru yang kritis akan
mampu menciptakan generasi yang kritis. Di era revolusi industri 4.0, peserta didik perlu
menjadi pribadi yang kritis agar bisa memilah dan memilih berbagai informasi yang didapat
dari berbagai media. Aspek selanjutnya adalah komunikatif. Guru hendaknya menjadi guru
yang komunikatif sehingga mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan baik dan
mampu mengisi materi pembelajaran melalui video berbasis penjelasan langsung dari guru.
Melalui guru yang komunikatif, siswa akan terlatih untuk berkomunikasi dengan bijak. Di era
yang penuh dengan kemajuan teknologi, peserta didik diharapkan tumbuh menjadi generasi
yang mahir teknologi dan mampu berkomunikasi dengan baik. Aspek terakhir adalah
kolaboratif. Guru dan siswa harus berkolaborasi dalam proses pembelajaran. Ini memberikan
ruang bagi siswa untuk terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Seiring kemajuan
teknologi, guru dan peserta didik dapat terus bekerjasama dalam memproses bahan
pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik tidak hanya menikmati media pembelajaran yang
dibuat oleh guru, tetapi mereka bisa berkolaborasi bersama untuk merancang media
pembelajaran yang inovatif.
5. Open Minded (Berpikiran Terbuka)
Dalam menyiapkan generasi cerdas berkarakter, guru harus berpikiran terbuka terhadap
hal-hal yang baru. Di era revolusi industri 4.0, ada banyak perubahan yang dialami oleh guru
dan peserta didik. Dengan akses internet dan kemajuan teknologi, guru dan siswa akan lebih
mudah dalam mendapatkan berbagai sumber belajar. Jika mereka tidak mau mengaplikasikan
informasi yang didapat melalui internet, maka mereka akan banyak ketinggalan informasi.

3
Mereka harus berkolaborasi bersama untuk menerima wawasan baru dan mengolahnya
sebagai bekal untuk menghadapi tantangan di era digital.
6. Handal Dalam Literasi
Dalam dunia pendidikan di era revolusi industri 4.0, idealnya guru tidak hanya mahir
dalam literasi model lama (membaca dan menulis), tetapi ada tiga jenis kemampuan literasi
yang juga harus dikuasai oleh guru. Ketiga literasi itu adalah literasi data, literasi teknologi,
dan literasi manusia. Literasi data adalah kemampuan untuk mendapatkan informasi dari data
atau kemampuan untuk memahami kompleksitas dan analisis data. Dalam pembelajaran di era
revolusi industri 4.0, seorang guru harus mampu menganalisis berbagai data yang diperoleh
dari kecanggihan teknologi. Ini perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dan
penyampaian data baru kepada peserta didik. Literasi teknologi adalah kemampuan seseorang
untuk bekerja secara independen maupun bekerjasama dengan orang lain secara efektif, penuh
tanggung jawab dan tepat dengan menggunakan instrumen teknologi untuk memperoleh,
mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, membuat dan mengkomunikasikan informasi.
Dalam hal ini, guru harus melek teknologi. Guru harus mengikuti perkembangan teknologi
dan berusaha menguasainya. Ini sangat penting dalam menguatkan karakter siswa. Jika
seorang guru gagap teknologi, maka guru tersebut akan jauh tertinggal. Jika guru tersebut
sudah jauh tertinggal, maka tidak ada lagi peserta didik yang mengaguminya sebagai sosok
guru. Untuk itu, guru harus menguasai literasi teknologi agar bisa berkolaborasi bersama
peserta didik dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi. Lebih jauh lagi, guru akan mampu
mengontrol dampak teknologi bagi perkembangan karakter peserta didiknya. Kemampuan
literasi selanjutnya adalah literasi manusia. Literasi manusia adalah kemampuan untuk
memahami manusia secara utuh sesuai dengan tahap perkembangan dan lingkungan
sekitarnya. Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus memandang peserta didik sebagai
sosok pribadi yang utuh disertai dengan berbagai keunikan dan talenta. Jika guru mampu
melakukan hal ini, maka peserta didik tidak akan ragu untuk berkompetisi dengan orang lain
di era revolsui industri 4.0 dan era selanjutnya. Peserta didik akan senantiasa menghargai
orang lain. Meskipun kecanggihan teknologi mampu menghadirkan hampir semua hal yang
dibutuhkan oleh manusia, tetapi sejatinya dengan penanaman karakter yang kuat, peserta
didik akan selalu menghargai orang lain dan memiliki jiwa kolaborasi yang tinggi.
Kemampuan literasi ini harus diajarkan dan dibiasakan kepada peserta didik agar mereka
menjadi generasi yang mampu bersaing dalam berbagai aspek kehidupan.
7. Apresiatif
Dalam dunia pendidikan, guru pintar bisa tidak disukai oleh peserta didik. Mengapa hal
ini bisa terjadi? Salah satu faktornya adalah karena guru tersebut tidak bisa memberikan rasa
nyaman bagi peserta didiknya. Ada banyak tekanan dari guru kepada peserta didik untuk
selalu tampil sempurna. Tidak jarang guru menjatuhkan harga diri peserta didik di depan
peserta didik lainnya dengan meremehkan kemampuannya. Jika hal ini terus terjadi, siswa

4
akan merasa tidak butuh dengan sosok guru. Oleh karena itu, di era revolusi industri 4.0 ini
guru harus menjadi guru yang apresiatif. Belajar menghargai setiap usaha dan perubahan
peserta didik. Sudah saatnya guru-guru belajar mengatakan hebat atau pujian lain untuk
membuat peserta didik merasa dihargai atas usahanya. Ketika peserta didik gagal dan belum
berhasil, maka tugas guru untuk membesarkan hati dan memotivasi mereka. Bangsa ini
menantikan sosok guru yang apresiatif terhadap keberhasilan dan kegagalan peserta didiknya
agar mereka tumbuh menjadi generasi berkarakter tangguh.
Di era revolusi industri 4.0, guru memegang peranan yang sangat penting sebagai
promotor penanaman, pengembangan, dan penguatan pendidikan karakter bagi generasi bangsa.
Melalui partispasi optimal dari guru, akan tercipta generasi bangsa yang cerdas dan berkarakter
di era teknologi. Guru hebat adalah guru dengan Slogan “Guru CAMKOHA” (Cerdas, Aktif
dalam mengakomodir tri pusat pendidikan, Mahir teknologi, Kreatif-kritis-komunikatif-
kolaboratif, Open minded, Handal dalam literasi, Apresiatif).

5
DAFTAR PUSTAKA

Hendarman dkk.2017.Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan


Karakter.Jakarta:Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Hendarman dkk.2017.Panduan Penilaian Penguatan Pendidikan Karakter.Jakarta:Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaan

Nasrullah,Rullie dkk.2017.Materi Pendukung Literasi Digital.Jakarta:Kementrian Pendidikan


dan Kebudayaan

Wahyuningsih,Dian dan Rakhmat Makmur.2017.E-learning “Teori dan


Aplikasi”.Jakarta:Informatika

Você também pode gostar